You are on page 1of 2

50.000 Petani Kabupaten Cirebon Belum Sejahtera CIREBON (SINDO) Saat ini sekitar 50.

.000 petani di wilayah Kabupaten Cirebon dikatakan belum sejahtera. Hal ini disebabkan karena tingkat kepemilikan lahan masih sangat kurang, inilah yang membuat para petani terbelit hutang lintah darat. Ketika harga gabah (beras) di tingkat dunia mengalami kenaikan, kondisi kehidupan petani yang menjadi tulang punggung pangan nasional (produsen gabah/beras) justru belum menyentuh taraf sejahtera. Di wilayah kabupaten Cirebon ribuan petani merasakan kesengsaraan, tak jarang ada petani yang terlilit utang kepada rentenir dengan bunga mencekik. Para petani menilai pemerintah belum memperlihatkan keberpihakannya pada para petani. Menurut salah seorang petani di Kecamatan Gegesik, Kabupaten Cirebon, Sarka, 47, mengungkapkan, banyak petani yang mengeluhkan kondisi ekonomi yang mencekik kehidupannya. "Saat ini kami benar-benar kesulitan membiayai hidup keluarga. Sekarang, satu kilo gabah petani harganya hampir sama dengan harga satu kilo dedak untuk makanan bebek. jika gabah basah petani dibeli Rp 1800 perkilo sedangkan harga dedak Rp 1.600 perkilo, cuma selisih Rp 200 perak," ungkap Sarka. Ia juga mengungkapkan bahwa saat ini dua orang anaknya terpaksa tidak bersekolah. Pasalnya, penghasilan yang didapatnya dari mengolah lahan sawah, tidak cukup membiayai pendidikan anaknya. Sekarang anak saya terpaksa tidak sekolah. Buat saya yang penting bisa bertahan hidup, paparnya. Hal senada diungkapkan Wakil Ketua Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) Kabupaten Cirebon, Tasrip. Ia menjelaskan, dengan melihat harga gabah yang sangat murah itu maka sudah dipastikan kondisi kehidupan ekonomi para petani jauh dari sejahtera. "Bisa makan saja saat ini sudah cukup, yang penting para petani bisa menghidupi keluarganya," kata Tasrip. Ia menambahkan, sejauh ini Bulog melakukan pembelian Gabah Kering Panen (GKP) dengan harga Rp 1.800 perkilo, dan untuk Gabah Kering Giling (GKG) seharga Rp 2.200 perkilo. Berdasarkan informasi yang dihimpun SINDO, rata-rata dalam satu hektar sawah menghasilkan 5 ton GKP, artinya dengan harga GKP Rp 1.800 perkilo, maka hasilnya sebesar Rp 9 juta untuk satu kali panen, ini jelas dikatakan meugi. Karena setelah dikurangi sewa lahan Rp 6 juta dan biaya produksi Rp 3 juta, maka petani hanya bekerja

keras tanpa menghasilkan sesuatu bagi kehidupannya. "Kenapa ada sewa lahan, karena petani di Cirebon itu rata-rata miskin yang terpaksa menyewa lahan dari para juragan tanah. Untuk itu kenapa kemudian kami minta kepada untuk menetapkan harga gabah ideal seperti untuk GKP Rp 2.200 dan GKG Rp 2.650 perkilonya, sehingga petani diharapkan ada lebihan keuntungan atas keringat yang telah mereka kucurkan," tegas Tasrip. Menurutnya, seharusnya pemerintah juga harus mengambil sikap melihat kondisi seperti ini. Memperhatikan soal proses produksi yang menelan biaya jutaan rupiah, para petani rela meminjam sejumlah uang dari rentenir agar menutupi biaya sewa lahan dan produksi. Daripada produksi panennya nanti anjlok jika tidak dirawat, maka banyak petani yang mengeluh kepada saya setelah meminjam uang dari rentenir dengan bunga yang tinggi, ungkap Tarsip. (wisnoe moerti).

You might also like