You are on page 1of 10

LAPORAN HOME VISITE 1.

Identitas Pasien/klien: Nama Umur TB/BB Jenis kelamin Pekerjaan ortu Alamat Suku Bangsa : Pasha : 5 bulan : 58 cm/5 kg : laki-laki : Pedagang : Rt.11 kec. Murni : Melayu : Indonesia

2. Anamnesis Keluhan Utama : Berat badan kurang

Riwayat penyakit sekarang : 2 hari lalu os menimbang berat badan di Posyandu, menurut kader posyandu berat badan os didapat 5Kg dan tidak sesuai dengan umur os sekarang. Menurut nenek os, os hanya mendapat ASI pada pagi dan malam hari ketika ibu os berada di rumah. Karena ibu os bekerja dari jam 06.00 WIB pagi sampai jam 06.00 WIB malam. Sehari-harinya Os di asuh oleh neneknya. Os mendapatkan makanan tambahan berupa promina dan pisang yang dilumatkan. Batuk,pilek disangkal, demam disangkal,BAK dan BAB tidak ada keluhan.

Riwayat Penyakit Dahulu ini

: sebelumnya os tidak pernah mengalami hal seperti

Riwayat Penyakit Keluarga: tidak ada anggota keluarga os maupun saudara os yang mengalami berat badan kurang Riwayat Sosial Ekonomi : Os termasuk dalam golongan menengah kebawah

dengan penghasilan per bulan 800.000 Riwayat Kebiasaan : os sering ditinggal ibunya bekerja dari subuh hingga malam, sehingga os hanya di asuh oleh neneknya.

3. Pemeriksaan Fisik - Keadaan umum : Rewel - Kesadaran - Gizi - Tanda vital : Compos Mentis : kurang : TD : - mmHg N : 90x/m R S : 55x/m :36,70C

- Kepala Mata Leher

: : Konjungtiva : anemis (-), Sklera : Ikterik (-), pupil : 3mm : Pembesaran KGB (-)

- Dada Paru-paru

: : Inspeksi Palpasi Perkusi : Statis dinamis simetris : stemfremitus ka=ki, nyeri tekan (-) : sonor

Auskultasi: vesikuler (+) N, whezing (-), Rhonkhi (-)

Abdomen

: Inspeksi Palpasi Perkusi

: datar : soepel, nyeri tekan (-), nyeri lepas (-) : tympani

Auskultasi: Bising usus (+) N

- Anggota gerak Superior Inferior

: : akral hangat, kekuatan 5 5 5 5 : akral hangat, oedem (-), kekuatan 5 5 5 5

4. Status gizi : BB/U = (-3) (-2) SD gizi kurang TB/U = (-3) (-2) SD gizi kurang, BB/TB = (-1) (1) SD gizi normal.

5. Diangnosis : Gizi kurang

6. Terapi: Non Farmakologis : - Berikan os ASI sesuai kebutuhan (ad libitum) Berikan pendamping makanan tambahan (PMT) : biskuit, air bubur kacang hijau (setelah umur 6 bulan)

7. Prognosis Quo ad Vitam

: : Dubia ad Bonam

Quo ad Fungsionam : Dubia ad Bonam

7.

Pengamatan Rumah Rumah permanen milik sendiri dengan ukuran 6x10 meter dengan luas tanah 8x12

meter, lantai terbuat dari semen, didalam rumah terdapat 1 ruang tamu dengan 4 buah jendela kaca yang bisa dibuka ukuran masing-masing jendela 50cm X 80 cm, 4 buah ventilasi dengan ukuran masing-masing ventilasi 50 cm X 30 cm. 2 buah kamar, ukuran kamar 2mX3m, masing masing mempunyai 2 buah ventilasi ukuran 50cm X 30cm, 1 buah jendela ukuran 50 cm X 80 cm pasien tidur bersama ibu dan ayahnya, kamar terasa lembab. 1 buah dapur ukuran 2m X 3m, masak menggunakan kompor minyak. Kamar mandi 1, kebutuhan air bersih menggunakan air PDAM. Kebersihan dan kerapian rumah cukup. 8. Pengamatan lingkungan Tinggal di daerah yang padat penduduk,tapi masih mempunyai taman kecil didepan rumah, kebersihan dan kerapian rumah cukup, tidak mempunyai saluran limbah (got) didepan rumah. 9. Hasil Wawancara / pengamatan keluarga/ hubungan keluarga Dalam satu rumah dihuni oleh 5 orang yang terdiri dari ayah,ibu 2 orang anak dan nenek, orang tua anak bekerja sebagai pedagang yang berangkat kerja pada subuh hari dan pulang setelah magrib, 2 orang anak yang berumur masing-masing 2 tahun dan 5 bulan diurus oleh neneknya. 10. Hasil Wawancara/pengamatan perilaku kesehatan Anak yang berumur 2 tahun dan 5 bulan diasuh oleh neneknya, pasien yang baru berusia 5 bulan tidak mendapatkan ASI eksklusif dikarenakan setelah berumur 40 hari ibu bekerja kembali berdagang yang berangkat kerja subuh hari dan pulang setelah magrib, sehingga tidak dapat memberikan ASI nya. Pasien mendapatkan susu bantu formula selama ibunya bekerja. Selain itu pasien juga sudah diberikan makanan tambahan seperti pisang pada saat umur masih 3 bulan. Neneknya juga kurang telaten dalam mengurus pasien dan cucunya yang lain yang berumur 2 tahun. Pasien selalu dibawa posyandu tiap bulan, dan sudah mendapatkan imunisasi BCG, polio 3x, DPT 3x,dan hepatitis 3x.

11.

Analisis Pasien secara holistik (dianalisis dari item 1-10) Dari anamnesa didapatkan informasi, berat badan os kurang. Sekitar 2 hari yang lalu

os menimbang berat badan di Posyandu, menurut kader posyandu berat badan os didapat 5Kg dan tidak sesuai dengan umur os sekarang. Menurut nenek os, os hanya mendapat ASI pada pagi dan malam hari ketika ibu os berada di rumah. Karena ibu os bekerja dari jam 06.00 WIB pagi sampai jam 06.00 WIB malam. Sehari-harinya Os di asuh oleh neneknya. Os mendapatkan makanan tambahan berupa promina dan pisang yang dilumatkan. Batuk,pilek disangkal, demam disangkal,BAK dan BAB tidak ada keluhan. Pasien tinggal dirumah neneknya dengan penghuni berjumlah 5 orang yan terdiri dari ayah,ibu, kakaknya yang berumur 2 tahun, pasien sendiri dan neneknya. Rumah permanen milik sendiri dengan ukuran 5x8 meter dengan luas tanah 7x10 meter, lantai semen didalam rumah terdapat 1 ruang tamu dengan 4 buah jendela kaca yang bisa dibuka ukuran masingmasing jendela 50cm X 80 cm, 4 buah ventilasi dengan ukuran masing-masing ventilasi 50 cm X 30 cm. 2 buah kamar, ukuran kamar 2mX3m, masing masing mempunyai 2 buah ventilasi ukuran 50cm X 30cm, 1 buah jendela ukuran 50 cm X 80 cm pasien tidur bersama ibu dan ayahnya, kamar terasa lembab. 1 buah dapur ukuran 2m X 3m, masak menggunakan kompor minyak. Kamar mandi 1,kebutuhan air bersih menggunakan air PDAM. Kebersihan dan kerapian rumah cukup. Ayah dan ibunya bekerja sebagai pedagang yang penghasilannya kira-kira Rp.800.000 per bulannya. , pasien yang baru berusia 5 bulan tidak mendapatkan ASI eksklusif dikarenakan setelah berumur 40 hari ibu bekerja kembali berdagang yang berangkat kerja subuh hari dan pulang setelah magrib, sehingga tidak dapat memberikan ASI nya. Pasien mendapatkan susu bantu formula selama ibunya bekerja. Selain itu pasien juga sudah diberikan makanan tambahan seperti pisang pada saat umur masih 3 bulan. Neneknya juga kurang telaten dalam mengurus pasien dan cucunya yang lain yang berumur 2 tahun. Keluarga pasien jika berobat menggunakan biaya sendiri, tidak menngunakan jaminan kesehatan dari pemerintah.

Dari anamnesa dan pemeriksaan fisik , maka dilakukan penghitungan status gizi pada pasien ini. Menurut NCHS WHO tahun 2005 maka didapatkan hasil BB/U = (-3) (-2) SD dan digolongkan gizi kurang. Berdasarkan TB/U = (-3) (-2) SD, digolongkan gizi kurang, BB/TB = (-1) (1) SD, digolongkan gizi normal. Pasien ini diberikan terapi non farmakologis berupa ASI sesuai kebutuhan (ad libitum) dan diberikan pendamping makanan tambahan (PMT) : biskuit, air bubur kacang hijau (setelah umur 6 bulan)

12.

Rencana Promosi dan pendidikan kesehatan kepada pasien dan keluarga pasien Penyebab utama terjadinya gizi kurang pada balita berkaitan dengan rendahnya pemberian ASI dan buruknya praktek pemberian makanan pendamping ASI. Salah satu faktor yang melatar belakangi masalah tersebut adalah kurangnya pengetahuan pemahaman tentang Air Susu Ibu (ASI) eksklusif. bayi harus diberi ASI eksklusif selama 6 bulan pertama yaitu pemberian hanya air susu ibu saja pada usia 0-6 bulan tanpa tambahan cairan atau makanan lain. Pada usia 0-6 bulan, bayi hanya diberi ASI saja karena produksi ASI pada periode tersebut sudah mencukupi kebutuhan bayi untuk tumbuh kembang yang sehat. Pemberian makanan selain ASI pada usia tersebut dapat menimbulkan gangguan kesehatan pada bayi seperti diare. Selanjutnya untuk kecukupan nutrisinya, bayi harus mulai diberi makanan pendamping ASI yang cukup dan aman dengan pemberian ASI dilanjutkan sampai 2 tahun atau lebih. Teruskan melakukan penimbangan tiap bulannya di posyandu untuk memantau perkembangan dan pertumbuhan bayi, jangan lupa untuk melengkapi imunisasi dasarnya Jika ibu mengeluhkan adanya kesulitan memberi ASI , lakukan penilaian cara ibu menyusui bayi, ajarkan cara menyusui yang benar bahwa pada saat menyusui dagu bayi menempel pada payudara ibu, mulutnya terbuka lebar, bibir bawah bayi membuka keluar, areola tampak banyak dibagian atas dari pada dibawah mulut. Kemudian ajarkan juga posisi bayi yang benar pada saat akan menyusui yaitu seluruh badan bayi tersangga dengan baik, kepala dan badan bayi lurus, badan bayi menghadap ke dada ibunya, badan bayi dekat ke ibunya, dan lihat dan dengar pada

saat menetek maka bayi menghisap dalam dan teratur diselingi dengan istirahat hanya terdengar suara menelan tanpa ada suara decakan pada saat menyusui.

13.

Rencana Edukasi Penyakit Kepada pasien dan kepada keluarga Dikarenakan ibu bekerja dari subuh hingga menjelang magrib maka agar dapat terus melanjutkan ASIeksklusif dianjurkan ibu untuk memeras ASI nya agar bisa diberikan pada bayi pada saat ibu sedang bekerja. Terlebih dahulu obu harus tau cara yang benar dalam pengelolaan,penyimpanan dan pemberian ASI perasan. Berikut cara dari pemerasaan, penyimpanan dan pemberian ASI perasan kepada bayi : 1. Peras/pompalah ASI setiap 3-4 jam sekali secara teratur. Ini perlu dilakukan agar produksi ASI tetap terjaga. 2. Pilih waktu dimana payudara dalam keadaan yang paling penuh terisi, pada umumnya terjadi di pagi hari. 3. Semua peralatan yang akan digunakan telah disterilkan terlebih dahulu. Breast pump sebaiknya dibersihkan segera setelah digunakan agar sisa susu tidak mengering dan menjadi sulit dibersihkan. 4. Pilih tempat yang tenang dan nyaman pada saat memerah susu, tempat yang ideal seharusnya dimana ibu tidak terganggu oleh suara bel pintu atau telepon masuk. Di tempat kerja, mungkin bisa di meeting room yg kosong, toilet, dan lain-lain. 5. 6. Cuci tangan dengan sabun sedangkan payudara dibersihkan dengan air. Sebelum memulai, minumlah segelas air atau cairan lainnya, misalnya: susu, juice, decaffeinated tea/coffee, atau sup, disarankan minuman hangat agar membantu menstimulasi payudara. 7. Saat memerah ASI, Ibu harus dalam kondisi yang santai (relax). Kondisi psikologis ibu menyusui sangat menentukan keberhasilan ASI eksklusif. Menurut hasil penelitian, > 80% lebih kegagalan ibu menyusui dalam memberikan ASI eksklusif adalah faktor psikologis ibu menyusui. Saat ibu memeras ASI, jangan tegang dan jangan ditargetkan berapa banyak ASI yg harus keluar. 8. Lakukan perawatan payudara : Massage/pemijatan payudara dan kompres air hangat & air dingin bergantian.

9.

Jika ada masalah dalam ASI, jangan ragu untuk menghubungi atau konsultasi Klinik Laktasi.

Lama penyimpanan ASI setelah diperah :


Jika ruangan tidak ber-AC, tidak lebih dari 4 jam. Ruangan ber-AC, bisa sampai 6 jam. Perlu diingat suhu ruangan tersebut harus stabil. Misalnya ruangan ber-AC, tidak mati sama sekali selama botol ASI ada di dalamnya.

Segera simpan ASI di lemari es setelah diperah. ASI ini bisa bertahan sampai delapan hari dalam suhu lemari es. Syaratnya, ASI ditempatkan dalam ruangan terpisah dari bahan makanan lain yang ada di lemari es tersebut.

Jika lemari es tidak memiliki ruangan terpisah untuk menyimpan botol ASI hasil pompa, maka sebaiknya ASI tersebut jangan disimpan lebih dari 3 x 24 jam.

Dapat juga membuat ruangan terpisah dengan cara menempatkan botol ASI dalam container plastik yang tentunya dibersihkan terlebih dahulu dengan baik.

ASI hasil pompa dapat disimpan dalam freezer biasa sampai tiga bulan. Namun jangan menyimpan ASI ini di bagian pintu freezer, karena bagian ini yang mengalami perubahan dan variasi suhu udara terbesar. Jika kebetulan memiliki freezer penyimpan daging yang terpisah atau deep freezer yang umumnya memiliki suhu lebih rendah dari freezer biasa, maka ASI hasil pompa/perasan bahkan dapat disimpan sampai dengan enam bulan di dalamnya.

Cara menyimpan ASI hasil pompa atau perasan

Simpan ASI dalam botol yang telah disterilkan terlebih dahulu (direbus,dikukus atau bisa dengan memanaskannya pake oven)

Botol yang paling baik sebetulnya adalah yang terbuat dari gelas atau kaca (saya memakai botol bekas minuman UC 1000).

Jika terpaksa menggunakan botol plastik, pastikan plastiknya cukup kuat (tidak meleleh jika direndam dalam air panas).

Jangan pakai botol susu berwarna atau bergambar, karena ada kemungkinan catnya meleleh jika terkena panas.

Jangan lupa bubuhkan label setiap kali Ibu akan menyimpan botol ASI, dengan mencantumkan tanggal dan jam ASI dipompa atau diperas.

Simpan ASI di dalam botol yang tertutup rapat, jangan ditutup dengan dot. Karena masih ada peluang untuk berinteraksi dengan udara.

Jika dalam satu hari Ibu memompa atau memeras ASI beberapa kali, bisa saja Asi itu digabungkan dalam botol yang sama. Syaratnya, suhu tempat botol disimpan stabil, antara 0 s/d 15 derajat Celcius.

Penggabungan hasil simpanan ini bisa dilakukan asalkan jangka waktu pemompaan/pemerasan pertama s/d terakhir tidak lebih dari 24 jam.

Cara memberikan ASI yang sudah didinginkan pada bayi?

Panaskan ASI dengan cara membiarkan botol dialiri air panas yang bukan mendidih yang keluar dari keran

Atau merendam botol di dalam baskom atau mangkuk yang berisi air panas atau bukan mendidih

Jangan sekali-sekali memanaskan botol dengan cara mendidihkannya dalam panci, menggunakan microwave atau alat pemanas lainnya, kecuali yang memang didesain untuk memanaskan botol berisi simpanan ASI

Ibu tentunya mengetahui berapa banyak bayi Ibu biasanya sekali meminum ASI. Sesuaikanlah jumlah susu yang dipanaskan dengan kebiasaan tsb. Misalnya dalam satu botol Ibu menyimpan sebanyak 180 cc ASI tetapi bayi Ibu biasanya hanya meminum 80, jangan langsung dipanaskan semua.

Ingat susu yang sudah dipanaskan tidak bisa disimpan lagi!

Jika pemberian susu non-ASI tetap harus dilanjutkan, nasehati ibu : Agar memberi ASI sesering mungkin pada saat ibu ada dirumah termasuk dimalam hari Pastikan bahwa susu non-ASI tersebut mudah diperoleh, berikan hanya jika diperlukan Pastikan bahwa susu non-ASI tersebut dipersiapkan dengan benar, higienis dan dalam jumlah yang cukup.

Buatlah susu non-ASI hanya sejumlah yang dapat dihabiskan anak dalam waktu 1 jam. Jika masih ada sisa, buang. Jika ibu menggunakan botol untuk memberikan susu pada anaknya pastikan bahwa botol dalam keadaan bersih dan higienis, sudah dilakukan perebusan pada botolnya. Untuk bayi muda tidak dianjurkan untuk menggunakan botol, ganti botol dengan cangkir/mangkok/gelas dan memberikan susu dengan menggunakan sendok.

Lakukan pola asuh yang benar dalam mengasuh bayi 14. Anjuran-anjuran promosi kesehatan penting yang dapat memberi

semangat/mempercepat penyembuhan pada pasien Motivasi ibu agar tetap memberikan ASI eksklusif karena bayinya sangat membutuhkan ASI untuk pertumbuhan dan perkembangannya Anjurkan ibu untuk sering-sering menyusukan bayinya bahkan pada malam hari, jangan khawatir bahwa ASInya tidak cukup untuk bayi Beri pengertian bahwa ASI itu sangat bagus dibandingkan susu formula baik dari segi biaya maupun dari kualitas, dari segi biaya ASI tidak memerlukan biaya sedikitpun, dibandingkan susu formula yang harganya sangat mahal. Agar jumlah ASI meningkat lakukan dengan menyusukan bayi sesering

mungkin,meneteki lebih sering lebih baik karena merupakan kebutuhan bayi. Meneteki payudara kiri dan kanan secara bergantian, berikan ASI dari satu payudara sampai kosong sebelum pindah ke payudara lainnya. 15. Dokumentasi

You might also like