You are on page 1of 12

Persiapan bahan baku pembuatan gula tebu Tebu adalah tanaman yang ditanam untuk bahan baku gula.

Tebu ini termasuk jenis rumputrumputan. Tanaman tebu dapat tumbuh hingga 3 meter di kawasan yang mendukung. Umur tanaman sejak ditanam sampai bisa dipanen mencapai kurang lebih 1 tahun. Tebu dapat dipanen dengan cara manual atau menggunakan mesin-mesin pemotong tebu. Daun kemudian dipisahkan dari batang tebu, kemudian baru dibawa kepabrik untuk diproses menjadi gula. Tahapan-tahapan dalam proses pembuatan gula dimulai dari penanaman tebu, proses ektrasi, pembersihan kotoran, penguapan, kritalisasi, afinasi, karbonasi, penghilangan warna, dan sampai proses pengepakan sehingga sampai ketangan konsumen. Ekstraksi Tahap pertama pembuatan gula tebu adalah ekstraksi jus atau sari tebu. Caranya dengan menghancurkan tebu dengan mesin penggiling untuk memisahkan ampas tebu dengan cairannya. Cairan tebu kemudian dipanaskan dengan boiler. Jus yang dihasilkan masih berupa cairan yang kotor: sisa-sisa tanah dari lahan, serat-serat berukuran kecil dan ekstrak dari daun dan kulit tanaman, semuanya bercampur di dalam gula.

Jus dari hasil ekstraksi mengandung sekitar 50 % air, 15% gula dan serat residu, dinamakan bagasse, yang mengandung 1 hingga 2% gula. Dan juga kotoran seperti pasir dan batu-batu kecil dari lahan yang disebut sebagai abu. Pengendapan kotoran dengan kapur (Liming) Jus tebu dibersihkan dengan menggunakan semacam kapur (slaked lime) yang akan mengendapkan sebanyak mungkin kotoran , kemudian kotoran ini dapat dikirim kembali ke lahan. Proses ini dinamakan liming. Jus hasil ekstraksi dipanaskan sebelum dilakukan liming untuk mengoptimalkan proses penjernihan. Kapur berupa kalsium hidroksida atau Ca(OH)2 dicampurkan ke dalam jus dengan perbandingan yang diinginkan dan jus yang sudah diberi kapur ini kemudian dimasukkan ke dalam tangki pengendap gravitasi: sebuah tangki penjernih (clarifier). Jus mengalir melalui clarifier dengan kelajuan yang rendah sehingga padatan dapat mengendap dan jus yang keluar merupakan jus yang jernih. Kotoran berupa lumpur dari clarifier masih mengandung sejumlah gula sehingga biasanya dilakukan penyaringan dalam penyaring vakum putar (rotasi) dimana jus residu diekstraksi dan lumpur tersebut dapat dibersihkan sebelum dikeluarkan, dan hasilnya berupa cairan yang manis. Jus dan cairan manis ini kemudian dikembalikan ke proses.

Penguapan (Evaporasi)

Setelah mengalami proses liming, proses evaporasi dilakukan untuk mengentalkan jus menjadi sirup dengan cara menguapkan air menggunakan uap panas (steam). Terkadang sirup dibersihkan lagi tetapi lebih sering langsung menuju ke tahap pembuatan kristal tanpa adanya pembersihan lagi. Jus yang sudah jernih mungkin hanya mengandung 15% gula tetapi cairan (liquor) gula jenuh (yaitu cairan yang diperlukan dalam proses kristalisasi) memiliki kandungan gula hingga 80%. Evaporasi dalam evaporator majemuk' (multiple effect evaporator) yang dipanaskan dengan steam merupakan cara yang terbaik untuk bisa mendapatkan kondisi mendekati kejenuhan (saturasi). Pendidihan/ Kristalisasi Pada tahap akhir pengolahan, sirup ditempatkan ke dalam wadah yang sangat besar untuk dididihkan. Di dalam wadah ini air diuapkan sehingga kondisi untuk pertumbuhan kristal gula tercapai. Pembentukan kristal diawali dengan mencampurkan sejumlah kristal ke dalam sirup. Sekali kristal terbentuk, kristal campur yang dihasilkan dan larutan induk (mother liquor) diputar di dalam alat sentrifugasi untuk memisahkan keduanya, bisa diumpamakan seperti pada proses mencuci dengan menggunakan pengering berputar. Kristal-kristal tersebut kemudian dikeringkan dengan udara panas sebelum disimpan. Larutan induk hasil pemisahan dengan sentrifugasi masih mengandung sejumlah gula sehingga biasanya kristalisasi diulang beberapa kali. Sayangnya, materi-materi non gula yang ada di dalamnya dapat menghambat kristalisasi. Hal ini terutama terjadi karena keberadaan gula-gula lain seperti glukosa dan fruktosa yang merupakan hasil pecahan sukrosa. Olah karena itu, tahapan-tahapan berikutnya menjadi semakin sulit, sampai kemudian sampai pada suatu tahap di mana kristalisasi tidak mungkin lagi dilanjutkan. Sebagai tambahan, karena gula dalam jus tidak dapat diekstrak semuanya, maka terbuatlah produk samping (byproduct) yang manis: molasses. Produk ini biasanya diolah lebih lanjut menjadi pakan ternak atau ke industri penyulingan untuk dibuat alkohol (etanol) . Belakangan ini molases dari tebu di olah menjadi bahan energi alternatif dengan meningkatkan kandungan etanol sampai 99,5%. Penyimpanan Gula kasar yang dihasilkan akan membentuk gunungan coklat lengket selama penyimpanan dan terlihat lebih menyerupai gula coklat lunak yang sering dijumpai di dapur-dapur rumah tangga. Gula ini sebenarnya sudah dapat digunakan, tetapi karena kotor dalam penyimpanan dan

memiliki rasa yang berbeda maka gula ini biasanya tidak diinginkan orang. Oleh karena itu gula kasar biasanya dimurnikan lebih lanjut ketika sampai di negara pengguna. Afinasi (Affination) Tahap pertama pemurnian gula yang masih kasar adalah pelunakan dan pembersihan lapisan cairan induk yang melapisi permukaan kristal dengan proses yang dinamakan dengan afinasi. Gula kasar dicampur dengan sirup kental (konsentrat) hangat dengan kemurnian sedikit lebih tinggi dibandingkan lapisan sirup sehingga tidak akan melarutkan kristal, tetapi hanya sekeliling cairan (coklat). Campuran hasil (magma') di-sentrifugasi untuk memisahkan kristal dari sirup sehingga kotoran dapat dipisahkan dari gula dan dihasilkan kristal yang siap untuk dilarutkan sebelum proses karbonatasi. Cairan yang dihasilkan dari pelarutan kristal yang telah dicuci mengandung berbagai zat warna, partikel-partikel halus, gum dan resin dan substansi bukan gula lainnya. Bahan-bahan ini semua dikeluarkan dari proses. Karbonatasi Tahap pertama pengolahan cairan (liquor) gula berikutnya bertujuan untuk membersihkan cairan dari berbagai padatan yang menyebabkan cairan gula keruh. Pada tahap ini beberapa komponen warna juga akan ikut hilang. Salah satu dari dua teknik pengolahan umum dinamakan dengan karbonatasi. Karbonatasi dapat diperoleh dengan menambahkan kapur/ lime [kalsium hidroksida, Ca(OH)2] ke dalam cairan dan mengalirkan gelembung gas karbondioksida ke dalam campuran tersebut. Gas karbondioksida ini akan bereaksi dengan lime membentuk partikel-partikel kristal halus berupa kalsium karbonat yang menggabungkan berbagai padatan supaya mudah untuk dipisahkan. Supaya gabungan-gabungan padatan tersebut stabil, perlu dilakukan pengawasan yang ketat terhadap kondisi-kondisi reaksi. Gumpalan-gumpalan yang terbentuk tersebut akan mengumpulkan sebanyak mungkin materimateri non gula, sehingga dengan menyaring kapur keluar maka substansi-substansi non gula ini dapat juga ikut dikeluarkan. Setelah proses ini dilakukan, cairan gula siap untuk proses selanjutnya berupa penghilangan warna. Selain karbonatasi, t eknik yang lain berupa fosfatasi. Secara kimiawi teknik ini sama dengan karbonatasi tetapi yang terjadi adalah pembentukan fosfat dan bukan karbonat. Fosfatasi merupakan proses yang sedikit lebih kompleks, dan dapat dicapai dengan menambahkan asam fosfat ke cairan setelah liming seperti yang sudah dijelaskan di atas. Penghilangan warna Ada dua metoda umum untuk menghilangkan warna dari sirup gula, keduanya mengandalkan pada teknik penyerapan melalui pemompaan cairan melalui kolom-kolom medium. Salah satunya dengan menggunakan karbon teraktivasi granular [granular activated carbon, GAC] yang mampu menghilangkan hampir seluruh zat warna. GAC merupakan cara modern setingkat bone char, sebuah granula karbon yang terbuat dari tulang-tulang hewan.

Karbon pada saat ini terbuat dari pengolahan karbon mineral yang diolah secara khusus untuk menghasilkan granula yang tidak hanya sangat aktif tetapi juga sangat kuat. Karbon dibuat dalam sebuah oven panas dimana warna akan terbakar keluar dari karbon. Cara yang lain adalah dengan menggunakan resin penukar ion yang menghilangkan lebih sedikit warna daripada GAC tetapi juga menghilangkan beberapa garam yang ada. Resin dibuat secara kimiawi yang meningkatkan jumlah cairan yang tidak diharapkan. Cairan jernih dan hampir tak berwarna ini selanjutnya siap untuk dikristalisasi kecuali jika jumlahnya sangat sedikit dibandingkan dengan konsumsi energi optimum di dalam pemurnian. Oleh karenanya cairan tersebut diuapkan sebelum diolah di panci kristalisasi. Pendidihan Sejumlah air diuapkan di dalam panci sampai pada keadaan yang tepat untuk tumbuhnya kristal gula. Sejumlah bubuk gula ditambahkan ke dalam cairan untuk mengawali/memicu pembentukan kristal. Ketika kristal sudah tumbuh campuran dari kristal-kristal dan cairan induk yang dihasilkan diputar dalam sentrifugasi untuk memisahkan keduanya. Proses ini dapat diumpamakan dengan tahap pengeringan pakaian dalam mesin cuci yang berputar. Kristal-kristal tersebut kemudian dikeringkan dengan udara panas sebelum dikemas dan/ atau disimpan siap untuk didistribusikan.

PABRIK GULA MADUKISMO YOGYAKARTA Pada Bulan Maret 2008 SMANSA mengadakan kunjungan ke P.G Madukismo di Kotabaru Yogyakarta. Kegiatan ini dalam rangka study outdoor yang diadakan rutin setiap tahunnya dan diikuti oleh siswa-siswi kelas 10 dan sebagian kelas 11 SMANSA. Liputan mengenai P.G. Madukismo adalah sebagai berikut: Pabrik Gula Madukismo

Pabrik gula Madukismo, adalah salah satu pabrik gula tertua di tanah air. Pabrik ituberdiri sudah berdiri sejak tahun 1955. Mengunjungi Pabrik Gula Madukismo, anda akan merasakan nuansa awal era industri. Sebuah bangunan besar berusia tua dengan halaman luas, mesin-mesin kuno serta rel-rel kereta yang menjadi jalan kereta pengangkut tebu akan menyapa dan menguatkan kesan itu. Pabrik ini menawarkan kenikmatan berwisata yang berbeda dengan tempat lainnya. Seluruhnya dikemas dalam Paket Agrowisata Madukismo, anda bisa menikmatinya dengan mendaftar dulu sebagai peserta wisata jauh hari sebelumnya karena paket wisata ini tak bisa dinikmati setiap saat. Begitu sampai, anda akan disambut di Gedung Madu Chandya yang terletak tak jauh dari areal pabrik. Anda akan mendapat penjelasan tentang proses pembuatan gula dari tebu dan pembuatan spiritus dari hasil samping produksi gula. Sedikitnya, penjelasan yang diberikan akan membantu anda menikmati proses produksi di dalam pabrik. Tak perlu merasa bosan karena penjelasan dikemas secara audio visual sehingga menarik untuk disaksikan. Perjalanan menggunakan kereta api tua bisa dinikmati usai mendapat penjelasan tentang proses produksi. Anda bisa merasakan nuansa perjalanan dengan kereta pada masa lampau ketika berada di dalam gerbong yang ditarik oleh lokomotif tua bermesin diesel buatan Jerman. Dengan kereta itu, anda akan diantar dari Madu Chandya menuju areal pabrik melewati rel-rel tua dan perkebunan yang ada di dekat pabrik. Begitu turun dari kereta, anda akan menuju lokasi Pabrik Gula Madukismo. Jika datang pada bulan Mei - September, anda bisa menyaksikan proses produksi gula secara langsung. Produksi gula melewati tahap pemerahan nira untuk mendapatkan sari gula, pemurnian nira dengan sulfitasi, penguapan nira, kristalisasi, puteran gula, dan pengemasan. Sambil mencermati proses produksinya, anda juga bisa melihat mesin-mesin tua yang menjadi alat produksi di pabrik ini. Keluar dari lokasi produksi gula, anda akan menuju Pabrik Spiritus Madukismo yang terletak di sebelah barat pabrik gula. Di pabrik yang berdiri di pada tahun yang sama dengan pabrik gula ini, anda juga bisa melihat seluruh proses produksi spiritus yang meliputi tahap pengenceran bahan baku, peragian atau fermentasi dan penyulingan. Spiritus dan produk alkohol lainnya yang dihasilkan oleh pabrik ini diolah dari tetes tebu, hasil samping produksi gula. Meski paket wisata telah usai sehabis mengunjungi pabrik spiritus, anda tak perlu terburu-buru pulang. Masih banyak objek menarik lainnya yang perlu dinikmati, misalnya dengan berkeliling ke wilayah di sekitar pabrik. Anda bisa melakukan napak tilas melewati relrel kereta yang dulu digunakan untuk mengangkut tebu dari desa-desa di wilayah Bantul ke lokasi pabrik sambil melihat pemandangan sawah yang hijau. Di wilayah sebelah timur pabrik, anda juga bisa menemui gerbong-gerbong pengangkut tebu yang kini juga sudah tidak terpakai. CEMBENGAN, Ritual Musim Giling Pabrik Gula Madukismo

Pabrik Madukismo merupakan pabrik penghasil gula yang terletak di wilayah Bantul. Tiap tahun pabrik ini melaksanakan upacara yang dikenal dengan nama Cebengan. Tujuannya diadakan kegiatan ritual ini agar penduduk siap menyambut datangnya musim giling, sekaligus dengan permohonan agar proses penggilingan tebu menjadi gula bisa selamat tanpa aral melintang. Upacara Cembengan dilaksanakan pada bulan April bertempat di komplek pabrik yang terletak sekitar 4 km ke arah barat daya kota Yogyakarta itu diantaranya kirab tebu temanten, penanaman kepala kerbau dan sapi, sesajian, pentas kesenian serta pembacaan ayat-ayat suci Alquran. Selain itu terdapat upacara penghormatan terhadap pabrik gula yang berupa prosesi Ruwatan Mesin Pabrik, Slametan Giling, pagelaran wayang kulit dan pasar rakyat. Pabik Gula Madukismo menargetkan luas lahan yang mereka miliki bisa mencapai 6.000 hektar dalam waktu tak lebih dari 10 tahun mendatang guna memenuhi kebutuhan gula di DI Yogyakarta. Bantul dan Purworejo, Jawa Tengah, menjadi dua wilayah sasaran. Luas lahan tebu Madukismo yang sekarang baru 5.250 hektar masih sangat kurang untuk memenuhi kebutuhan gula di DIY yang mencapai 45.000 ton per musim giling. Musim giling sekarang hanya diprediksi mencapai 36.000 ton gula saja. Bantul dan Purworejo potensial sebagai lahan baru. Selain pertimbangan jarak yang relatif terjangkau, di kedua wilayah itu, terutama Purworejo, juga masih tersedia lahan lumayan luas. Selama ini 70 persen areal tebu berada di wilayah DIY dan sisanya di Magelang, Kebumen, Temanggung, serta Sragen. Proses Pengolahan Gula Di P.G Madukismo (Madu Baru)

P.G madukismo atau P.G Madu Baru merupakan sebuah perusahaan milik swasta yang didirikan oleh Sri Sultan Hamengkubuwono IX. P.G Madubaru terletak di daerah Bantul Yogyakarta. P.G MaduBaru merupakan cabang dari P.G Madukismo. Pabrik ini merupakan pabrik yang selalu eksis dalam memproduksi gula. Selain itu pabrik ini juga membuat alkohol khuusnya etanol (C2H5OH) dari limbah pembuatan gula. Produksi pokok pabrik ini tetap gula yang dibuat dari bahan baku tebu. Tebu-tebu diperoleh dari petani-petani tebu dari berbagai daerah diantaranya : Kutoarjo, Purworejo, Yogyakarta, Magelang dan lain-lain. Tebu merupakan tanaman yang hanya bisa dipanen 12 bulan sekali. Jadi P.G Madubaru hanya bisa memproduksi gula satu tahu sekali. Tebu-tebu yang hanya bisa dipanen 1 tahun sekali ini merupakan salah satu kendala P.G Madubaru dalam memproduksi gula. Tebu-tebu untuk menjadi gula melewati tahaptahap pengolahan. Tahap-tahap pengolahan tebu untuk menjadi gula adalah sebagai berikut : Pemerahan Nira Pemurnian Nira Penguapan Nira Kristalisasi Pemisahan Gula (Centrifuge) Penyaringan dan Pengepakan

1. Pemerahan Nira Tebu di kirim ke Stasiun Gilingan (ekstrasi) untuk dipisahkan antara bagian padat (ampas) dengan cairannya yang mengandung gula(nira mentah) dengan alat-alat yang berupa Unigrator Mark IV dan Cane Knife digabung dengan 5 gilingan masing-masing terdiri atas 3 rol. Hasil dari pemerahan tebu berupa ampas dengan cairannya yang mengandung gula(nira mentah) Ampas pemerahan tebu dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku kertas, dan bahan bakar. Di P.G Madubaru ampas tebu digunakan untuk bahan bakar di Stasiun Ketel(pusat tenaga). Sedangkan Nira mentah akan dikirim ke bagian Pemurnian untuk proses lebih lanjut. Untuk mencegah kehilangan gula karena bakteri dilakukan salinitas di Stasiun Gilingan

2. Pemurnian Nira Nira mentah ditimbang, kemudian dipanaskan hingga suhu mencapai 700-750C, kemudian direaksikan dengan Ca(OH)2 (susu kapur) dalam defekator. Pereksiaan dengan kapur bertujuaan untuk menghilangkan kotoran-kotoran yang ada di dalam nira. Lalu diteruskan dengan proses sulfitasi, yakni pemberian SO2 dalam peti sulfitasi hingga pH 7,00. Tujuannya untuk mengatur kadar keasaman nira dan untuk membunuh bakteri yang ada pada nira. Setelah itu, dipanaskan lagi sampai suhu 1000-1050C. Kotoran yang dihasilkan diendapkan di tangki pengendap,evaporate,(Dorr Clarifier) dan disaring menggunakan Rotary Vacum Filter (alat penapis hampa). Endapan padatnya disebut blotong. Kemudian Nira jernihnya dikirim ke Stasiun Penguapan.

3. Penguapan Nira Nira jernih akan dipekatkan dalam Stasiun penguapan. Nira jernih dipekatkan di dalam pesawat penguapan dengan sistem multiple effect. Nira encer dengan padatan terlarut 16% dapat dinaikkan menjadi 64% dan disebut Nira kental. Nira kental siap dikristalkan di Stasiun Kristalisasi.sebelumnya Nira kental ini diberi gas SO2 untuk proses pemucatan.

3. Kristalisasi Nila kental dari Stasiun Penguapan ini diuapkan lagi dala Pan Kristalisasi sampai melewati titik jenuh. Penguapan ini sampai suhu 1000-1500C. Setelah itu pembentukan kristal-kristal gula dengan cara uap. Nila kental didinginkan sampai suhu 650C, jadi sukrosa tidak rusak akibat panas tinggi. Hasil kristalisasi merupakan campuran kristal gula dan larutan(stroop). Sebelum dipisahkan antara kristal gula dengan stroop, gula lebih dahulu didinginkan didalam palung pendingin (kultrog).

4. Pemisahan Gula Pada proses ini gula dipisahkan dari stroop (larutannya). Pemisahan gula ini menggunakan alat puteran gula yang menggunakan gaya centrifugal. Pemisahan gula dilakukan dengan proses karbonatasi yakni mereaksikan gula dengan gas karbon. Sehingga gula dengan stroop dapat terpisah.Hasil pemisahan berupa gula, stroop, dan tetes tebu. Tetes tebu dan stroop merupakan limbah dari proses pembuatan gula. P.G Madubaru mengolah dapat mengolah limbah tersebut sehingga bermanfaat. Stroop yang menjadi tetes tebu dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku pembuatan etanol (C2H5OH). Jadi limbah dari proses pembuatan gula dapat dimanfaatkan.

5. Penyaringan dan Pengepakan Setelah gula terpisah dari stroop dilakukan proses penyaringan gula. Pemisahan antara gula halus, kasar, dan normal. Gula normal dan halus dikirim ke Gudang gula dan di kemas dalam karung plastik yang kwintal. Sedang gula kasar akan kembali diproses atau kembali ke proses kristalisasi.

Proses Pengolahan Alkohol, Etanol Di P.S Madubaru

Selain memproduksi gula Madubaru juga memproduksi Alkohol (C2H5OH) sebagai produk sampingan. Alkohol yang diproduksi di P.S Madubaru merupakan alkohol jenis etanol. Etanol di P.S Madubaru dibuat dengan bahan baku tetes tebu yang merupakan limbah dari proses produksi tebu menjadi gula. Jadi pembuatan alkohol ini merupakan salah satu upaya P.S Madubaru untuk mengolah limbah. Alkohol dapat digunakan sebagai campuran kosmetik dan industri farmasi. Tetes tebu sebelum menjadi alkohol akan mengalami tahap-tahap pengolahan. Yakni : Pengenceran Penyaringan (Filtrasi) Peragian Destilasi (Penyulingan)

1. Pengenceran Tetes tebu yang diperoleh dari sentrifuge diencer di Tangki Pengencer Brix 14 tetes tebu. Sebelumnya tetes tebu diukur di tangki ukur.

2. Penyaringan (Filtrasi)

Pada proses penyaringan, tetes tebu diatur pHnya sekitar 4,8 dengan diberi H2SO4 agar tetes tebu tidak tekontaminasi dengan bakteri lain. Hal ini dilakukan agar tetes tebu tidak gagal dalm proses peragian. Karena dalam proses peragian tetes tebu akan diberi bakteri khusus yang dapat menjadikan tetes tebu menjadi atau memiliki kandungan alkohol.

3. Peragian Tetes tebu yang pHnya telah diatur (4,8), kemudian masuk ke tangki pembibitan dan fermentasi. Pada tangki tersebut tetes tebu diberi ragi yang mengandung bakteri (Sacharomyces Cereviceae). Reaksi: 1. Sukrosa dihidrolisa menjadi glukosa C12H22O11 + H2O 2C6H12O6 2. Gula reduksi bereaksi sehingga menjadi etanol dan CO2 C6H12O6 2C2H5OH + 2CO2

4. Destilasi (Penyulingan) Tetes tebu yang telah diberi ragi akan masuk ke proses destilasi. Destilasi atau penyulingan bertujuan untuk memisahkan alkohol dengan air sehingga kadar alkohol lebih tinggi. Di P.S Madubaru destilasi dilakukan secara bertingkat atau disebut destilasi bertingkat. Destilasi bertingkat bertujuan untuk meningkatkan kadar alkohol. Dalam proses destilasi tetes tebu akan masuk ke kolom-kolam yakni : 1. Kolom Maische 2. Kolom Voorloop 3. Kolom Rektifier 4. Kolom Nachloop

1. Kolom Maische Pada proses destilasi tebu masuk ke Kolom Maische. Hasilnya alkohol kasar kadar 45%. Alkohol kasar masuk ke kolom Voorloop. 2. Kolom Voorloop Alkohol kasar dari kolom Maische masuk ke kolom Voorlop ini. Di dalam kolom ini alkohl akan mengaami destilasi kembali. Hasil berupa 2 alkohol. Yakni : 1. Alkohol teknis kadar 94% beraldahide ditampung sebagai hasil akhir. 2. Alkohol muda kadar + 25%. Alkohol ini masuk ke Kolom Rektifiser. 3. Kolom Rektifier

Di kolom Rektifiser alkohol muda dari kolom voorloop mengalami destilasi kembali. Hasilnya : 1. Alkohol murni (Prima I) kadar min 95% 2. Alkohol Muda mengandung minyak Fusel masuk Kolom Nachloop(Destilasi selanjutnya). 3. Lutter Waser, air yang bebas alkohol, sebagai penyerap alkohol. Kembali ke Kolom Voorloop untuk membantu proses penyerapan alkohol. Alkohol yang telah memiliki kadar yang tinggi tidak lagi mengalami proses destilasi. Sedangkan alkohol yang masih berkadar rendah akan mengalami destilasi pada kolom berikutnya.

4. Kolom Nachloop Alkohol muda dari kolom Rektifiser mengalami destilasi di kolom Nachloop. Hasil dari kolom Nachloop: 1. Alkohol teknis kadar 94% sebagai hasil akhir 2. Air yang bebas alkohol dibuang. Hasil akhir dari proses produksi alkohol adalah etanol yang memiliki kadar yang tinggi yakni berkisar antara 94%-96%. Pengolahan Limbah

Dalam proses pengolahan atau produkasi gula dan alkohol tentunya P.G dan P.S Madubaru juga memproduksi banyak limbah baik limbah dalam bentuk padatan, cairan maupun gas. Untuk itu PG dan PS Madukismo menerapkan pengolahan limbah agar lingkungan sekitar tidak terkontaminasi dengan limbah yang diproduksi. Proses pengolahan limbah adalah sebagai berikut : Bentuk Padatan : 1. Blotong Blotong yang didapat dari proses pemurniaan nira direaksikan dengan zat-zat organik. Blotong akan menjadi pupuk yang mengandung N, P, dan K. 2.Ampas Tebu Ampas tebu dapat digunakan sebagai bahan bakar pembangkit uap, bahan baku kertas dan media pengembangan jamur. Cair : 1. Limbah dari gula berupa tetes dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku alkohol. Pembuatan alkohol murni dengan cara menfermentasikan tetes dengan bakteri Sacharomyces Cereviceae.

2. Bocoran minyak pelumas Berasal dari Stasiun gilingan ditampung di drum-drum kemudian dimanfaatkan kembali. 3. Vinasse (Slop) Berasal dari stasiun destilasi dimanfaatkan untuk irigasi pertanian karena mengandung N,P dan K Gas 1. CO2 Gas CO2 ini akan dilepaskan langsung ke lingkungan. Karena gas ini dapat diolah oleh tumbuhtumbuhan untuk bahan fotosintesis. Sehingga gas ini tidak diolah di dalam pabrik.

DAMPAK ADANYA PG MADUKISMO

POSITIF Sumber kehidupan masyarakat sekitar Devisa Sebagai pemenuh kebutuhan gula nasional Objek wisata Sebagai tempat study dan penelitian Memberi pinjaman modal bagi petani Limbahnya dapat dimanfaatkan, antara lain: Sebagai bahan pupuk Sebagai pembangkit listrik di daerah sekitar daerah PG Dll

NEGATIF Terjadinya pencemaran lingkungan jangka panjang ataupun jangka pendek akibat pembuangan limbah pabrik masih ada limbah yang belum benar-benar steril. Limbah pabrik spirtus melampaui batas.

http://alamovicchemistrian.multiply.com/journal/item/4/Pembuatan_Gula_di_P.G_madukismo

You might also like