You are on page 1of 12

Tersedia di depan pintu Gereja

1 MIMBAR. No 51 tahun: V Juni 2011

Kotbah :

Kotbah
ROMO Stefanus Bagus Aris Rudiyanto,SJ Membuka diri terhadap Sabda Allah
Ekaristi Tgl 10 Juli 2011 Injil Matius 13 : 1 - 9 bu-Bapak, Suster-Bruder, dan rekan muda dan adik-adik sekalian, selamat malam, pada homili hari ini saya akan mulai dengan sebuah kisah. Kisah tentang seorang pelancong muda, ia menjelajah seluruh pegunungan dan akhirnya ia tiba di suatu dataran yang luas membentang dan tandus. Daerah itu sangat terpencil, menakutkan dan tidak menarik sama sekali. Mungkin kalau anda berada di sana anda segera buru-buru ingin meninggalkan tempat itu. Tiba-tiba pelancong muda itu diam tak bergeming di tengah hamparan padang yang luas membentang dilihatnya seorang lelaki tua yang bungkuk. Dipunggungnya ada sekantong biji pohon jati, dan ditangannya ada sebatang besi sepanjang 60 cm. lelaki tua itu membuat lubang-lubang di tanah dari pipa besi yang ada di tangannya itu lalu diambilnya biji jati yang ada dalam kantong itu. Dan memasukkannya ke dalam lobang-lobang itu. Kata lelaki tua itu kepada pelancong, Hai anak muda, aku telah menanam lebih dari seratus ribu biji jati, tetapi cuma sepersepuluh yang akan tumbuh. Pelancong itu mengingatingat kata-kata itu. Dan setelah 25 tahun kemudian pelancong itu kembali dan tentu saja tidak sebagai seorang pemuda tetapi dia ingat betul akan perkataan itu. Dan ketika dia datang ke tempat itu ia sangat terpana, hambaran tandus yang membentang luas kini berubah menjadi pohon jati, yang rimbun dan indah. Bunga-bunga disana begitu mekar, burungburung berkicau, hewan-hewan bercengkrama dan aroma bungapun semerbak memenuhi udara. Pelancong itu berdiri di sana mengenang kembali, pengalaman yang dahulu ia sendiri datang, pengalaman 25 tahun yang

Stefanus Bagus Aris Rudiyanto, SJ


.. Kita hadapi tipu daya kekayaan yang menghimpit benih Sabda Tuhan.Hal. 2

Romo Adrianus Suyadi,SJ


Korupsi di Indonesia besar, karena orangnya tidak bisa membatasi kebutuhannya. Hal 5

MGR Johanes Pujasumarta, Pr


Adanya Sakramen Imamat adalah untuk menjalin keberlangsungan hubungan surga dan dunia. Hal 8

Romo Joanes Haryatmoko, SJ Komunikasi yang Kreatif adalah

tidak banyak ngomong tapi adalah Kesaksian. Hal 10

KITA
Kata KITA jarang di gunakan dalam Liturgi umat Katolik. Yang sering kita sebut adalah Aku Dalam Doa Aku Percaya, dan Kami dalam Doa Bapa Kami atau doa umat. Kata Kita lebih luas maknanya dari Aku atau Kami. Keadaan ketimpangan, kebobrokan di negeri Indonesia sering disebut ulah karena mereka, kita tidak termasuk dan hanya menjadi penonton. Negeri ini akan baik juga karena KITA bisa berperanan. Marilah dan di resapi bahwa negeri dan Gereja ini milik KITA.

Sekretariat LMS Sendowo A-9 Yogyakarta 2 MIMBAR. No : 51 tahun : V Juni 2011

lalu. Kini sebuah hutan pohon jati terhampar luas membentang berkat usaha kerja keras seseorang. Saudara-saudariku yang terkasih, kisah pelancong tadi, ada kemiripan dengan bacaan yang kita dengarkan hari ini. Tentang perumpamaan seorang penabur. Perumpamaan seorang penabur menjelaskan kepada kita, bahwa sabda Tuhan datang kepada siapa saja. Sabda itu akan tumbuh dan berkembang menghasilkan buah yang berlimpah-limpah bagi mereka, yang mendengarkan dan melaksanakannya. Kalau kita lihat latar belakang situasi pada waktu itu, cara bercocok tanam pada jaman itu tidak selalu sama dengan cara bercocok tanam yang kita kenal jaman kini. Dulu biasanya biji disemai sebelum tanah digarap, bukan sebaliknya, jadi tanahnya memang belum dicangkuli, belum dibajak dan belum dialiri air. Baru kemudian tanah yang sudah ada bijinya itu akan digemburkan, praktek ini tentu saja, berkebalikan dengan apa yang biasa dibayangkan oleh orang-orang jaman sekarang. Saudara-saudara yang terkasih biji yang jatuh di pinggir jalan itu bukan karena penaburnya menyemai secara acak, atau tidak terencana, tetapi sebelum tanah digarap benih yang ditabur itu dimakan oleh burung, biji yang jatuh ke tanah yang berbatu-batu, yang dimaksud adalah tanah yang keras, tanah yang tandus tanah yang gersang. Mungkin kita bisa bertanya, Apa yang hendak diwartakan oleh Yesus. Yang hendak disampaikan kiranya bukan menyangkut perihal menabur, bukan menyangkut sang penabur, baik itu p kecil maupun P besar. Tetapi perihal tanah yang bakal digarap dan sudah ditaburi dengan benih. Perumpamaan ini diceritakan untuk menggugah kebijaksanaan batin bila melihat

benih yang jatuh ditanah yang begini atau jatuh ditanah yang begitu, bagaimana reaksi kita. Pendengar diajak untuk melihat pada dasarnya ada dua macam tanah. Tanah yang dapat menghasilkan dan tanah yang akan tetap mandul. Tanah yang mandul kiranya disebabkan adanya kehilangan benih, tumbuh semak duri dan memang keadaannya gersang. Dalam konteks Injil Matius, tanah yang mandul ialah orang-orang yang tidak bersedia menerima Yesus dan pewartaanNya. Sebenarnya Yohanes Pembaptis pernah menghimbau agar bertobat dan mengadakan perobahan sikap. Tetapi rupanya ada kebebalan. Permenungan yang hendaknya kita lakukan kita bisa bertanya siapa yang dimaksud dengan tanah yang subur. Dalam Matius 12 disana dikatakan, siapa yang melakukan kehendak Bapaku di surga dialah saudara lakilakiKu, dialah saudara perempuanKu dan dialah ibuKu. Mereka yang menjalankan kehendak Bapa menjadi tanah yang mampu memberikan hasil. Para muridpun menerima dan mereka menjadi tanah yang subur bagi benih sabda. Dalam Injil tadi, pada kata-kata yang terakhir siapa yang bertelinga hendaklah ia mendengar. Telinga adalah jalan untuk memperoleh pengertian dan kebijaksanaan. Dan mendengar pertama-tama adalah mengerti dan bertindak sesuai dengan kesadaran. Dan memang tentang penabur ini mengajak kita untuk membuka diri terhadap sabda Allah agar kita menerima sabdaNya. Agar kita mengerti dan menghasilkan buah yang berlimpah. Kita diajak untuk mengenali tanah-tanah yang ada di dalam diri kita. Sehingga kita peka terhadap sabda Tuhan sehingga memungkinkan benih itu tumbuh dan berkembang. Kita juga diajak untuk berjaga-jaga, agar tidak gampang

3 MIMBAR. No 51 tahun: V Juni 2011

terhempas oleh situasi-situasi dunia yang menghimpit. Oleh penganiayaan, oleh intimidasi, oleh ketidak pekaan ataupun kesombongan-kesombongan diri. Saatnya bagi kita untuk memiliki sikap bijaksana, untuk memiliki sikap proaktif dan memiliki sikap kebijaksanaan dalam beriman. Sehingga Sang Sabda Ilahi, benar benar terlaksana dan benar-benar menampilkan kekuatanNya. Kita diajak untuk mampu menghadapi kekhawatiran di dunia ini dan tipu daya kekayaan yang menghimpit benih Sabda. Kita mohon kepada Tuhan agar kita menjadi tanah yang baik tanah yang mampu mendengarkan sabda mengerti kehendaknya dan melaksanakannya sehingga itu menjadi kenyataan. Marilah kita senantiasa menjadi tanah-tanah yang baik yang membawa kehidupan ini menjadi lebih baik. Amin.

Kotbah Romo Adrianus Suyadi, SJ


Carilah Kerajaan Allah. Ekaristi Tgl 24 Juli 2011 Injil Matius 13 : 44 - 52 elamat malam saudari-saudaraku yang terkasih, apakabar? Sehat-sehat semua? .. terimakasih. Saudari-saudaraku yang terkasih saya waktu mau berangkat ke sini tadi mendengarkan RRI yang mempublikasikan pidato Pak Presiden SBY. Saya kira tentang apa bisa ditebak, pasti tentang Partai Demokrat dan Nazarudin. Saya lalu berpikir, ketika juga membaca dari bacaan pertama dalam bacaan Injil saat ini. Perjuangan untuk mewujudkan kerajaan surga ternyata susah. Data negara 240 juta hanya dipermainkan oleh satu orang kalau saja kita melihat dari bacan pertama kita mendengarkan tadi bagaimana Salomo sebagai seorang Raja. Kalau Salomo mau menjadi Raja, merasa tidak mampu. Kalau kita semua kalau mau menjadi Bupati, Gubernur atau

Presiden merasa mampu, dan mengkampanyekan diri. Salomo ketika diberi kesempatan untuk bertanya, untuk memohon, kalau mau menjadi raja apa yang di minta. Ia tidak meminta harta, tidak meminta kuasa, tidak minta hal-hal lain yang sifatnya untuk dirinya sendiri. Tetapi meminta kebijaksanaan. Karena ternyata kebijaksanaan merupakan semuanya, segalanya, dan bisa dipakai untuk pegangan dalam memerintah masyarakat ini. Dan Salomo memilih yang terbaik, yang fundamental. Salomo sendiri ketika mau dijadikan raja yang ada dalam pikirannya adalah bagaimana membawa masyarakatnya. Itu menjadi masyarakat yang berdasarkan cirriciri keadilan, perdamaian dan keselamatan bagi semuanya. Maka yang diperlukan adalah kebijaksanaan untuk menopangnya. Dalam Injil Matius kita mendengarkan bagaimana sekali lagi Tuhan Yesus berbicara soal kerajaan surga. Dalam bab 13 ini Injil Matius membahas delapan kali tentang kerajaan surga. Dan itu para murid dan juga orang-orang pada jamannya paham apa yang dimaksud dengan kerajaan surga, diberi perumpamaan-perumpamaan. Antara lain yang digunakan adalah benih, biji sesawi, ragi lalu benda atau barang yang berharga yang terpendam di ladang, kemudian mutiara yang indah dan pukat. Jadi kalau memahami kerajaan surga, kita diajak untuk melihat itu semua. Sekarang kalau kita melihat biji, biji ataupun sebagai dari sumber dari kehidupan. Yang kalau di tanam di tanah yang cocok akan berkembang, subur, dan memberikan buah yang baik. Sedangkan perumpaan ragi, ragi itu bentuknya kecil sedikit tetapi kalau dicampurkan lalu akan memberi rasa yang lain kepada yang banyak. Kemudian harta dan mutiara, harta terpendam diladang. Itu sifatnya adalah mempunyai nilai, nilai yang tinggi, yang tidak ada bandingnya. Maka petani yang menemukan harta yang terpendam di tanah lalu ingin menjual semuanya untuk mendapatkan

4 MIMBAR. No : 51 tahun : V Juni 2011

itu. Sedangkan saudagar atau pedagang yang mendapatkan mutiara yang indah mau menjual semuanya dan untuk membeli itu. Ketika membaca ini saya lalu bertanya, Kok kan sudah ditemukan hartanya, mutiaranya kok lalu menjual segalanya, mbok, sudah diambil saja. Lalu masih punya harta, masih punya hak milik yang lain, masih mendapatkan harta yang terpendam dan juga mutiara, kenapa kok dijual dulu dan untuk membeli itu. Ini pasti kalau pemikiran orang-orang sekarang yang haus akan kekayaan pasti demikian pemikirannya adalah Ekonomi. Pengalaman saya di Aceh dalam pelayanan para pengungsi soal tambang, kalau melimpah pasti lalu yang mengambil adalah orang-orang diluar orang Aceh, diluar orang Indonesia saya kira ini terjadi dimana-mana. Orang kadang kalau haus akan harta, akan kekayaan. Dalam situasi jaman sekarang memang kadang kala kita sulit untuk menemukan kerajaan Allah yang bentuknya seperti gigi tersembunyi kecil. Apalagi kalau kita membiarkan diri untuk dibawa oleh sesuatu yang ada. Sekarang dunia komunikasi luar biasa, kalau saya melihat merk-merk HP tidak melihat hanya mendengar saja itu bahkan dari tahun ke tahun ganti, yang tadinya Nokia, kata orang untuk mbalang anjing, sekarang sudah tidak ada. Sekarang Bery-beryan. Ada Black Bery, Blue Bery, Ping Bery. Terus jadi kita seolah-olah di cekoki, jadi kita di tawarkan ini yang baru, yang baru termasuk juga soal internet dan sebagainya. Saya kira juga soal model, saya tidak tahu tentang mode, mode saya dari tahun lahir sampai sekarang sama. Jadi terus kita dicoki oleh berbagai macam tawaran dan kalau kita tidak menemukan biji tadi yang kecil, kerajaan surga, kebijaksanaan di dalam diri kita. Kita nggak punya pegangan untuk menentukan, untuk memilih, untuk memutuskan, karena yang dikejar adalah status sosial, jadi ambisinya terus pokoknya saya harus mengikuti trend. Bahkan kadang kalau keputusan yang diambil ya lucu juga. Misalnya

ada sebuah keluarga muda dengan satu anak, lalu harus memutuskan beli mobil atau beli rumah. Yang diputuskan beli mobil, jadi rumahnya nanti terakhir, karena mobil akan meningkatkan Prestis nanti kalau bertemu dengan teman-temannya di luar, karena biasanyakan pertanyaannya, sudah nikah belum? Anaknya berapa? Lalu punya mobil nggak? Dalam situsi jaman sekarang dan ini didukung oleh situasi di mana kita memang dinina bobokan untuk menjadi konsumen. Bangga bisa menggunakan alat teknologi yang canggih. Tapi hanya sampai di situ palingpaling ya bisa modifikasilah. Tapi tidak pernah memikirkan untuk bisa membuat. Maka jangan heran kalau bangsa kita tetap seperti ini terus. Jadi kita diplekoto tapi kita tidak tahu kalau kita diplekoto. Kalau misalnya saya ketemu orang asing itu biasanya hpnya justru sederhana-sederhana. Kalau saya ketemu orang desa saya di Gunung Kidul sana, pada perbatasan Australia, hpnya canggih-canggih, merknya bagus-bagus, mereka jual tanah untuk beli motor dan Hp, kalau dulu tanah bisa ditanami tanaman menghasilkan, sekarang hp, harus makani, sepeda motor makani, lalu bahkan kadang kala le makan ngirit untuk beli pulsa. Kalau orang disini pasti tidak setragis pengalaman seperti orang-orang Gunung Kidul sana pasti lebih trend sediktlah, tapi bisa jadi untuk membeli pulsa, ya uang kuliahnya di tunda dulu untuk pulsa dulu. Apa lagi untuk membantu dana sosial, wah itu sudah prioritas duapulhan. Saudara-saudariku yang terkasih, kebijaksanaan yang hendaknya kita pegang pada jaman kini adalah bagaimana saya mempunyai pegangan, mempunyai bimas untuk memutuskan terhadap apa yang saya hadapi dalam hidup. Kenapa Indonesia itu koruspianya besar, karena apa? Orang tidak bisa membatasi kebutuhannya. Jadi kalau itu masih bisa ya terus kebutuhannya, sampai berapapun akan dipenuhi. Itu kenapa orang selalu korupsi-korupsi mencari yang lain,

5 MIMBAR. No 51 tahun: V Juni 2011

mencari yang lain. Bayangkan mobil harga 2 milyard , 1 trilyun pasti bisa kena macet. Jadi kadang kala tidak rasional orang kita. Karena budaya konsumen, bukan produsen. Budaya orang dodol, bukan orang kerja. Saya sengaja memprofokasi, sama halnya orang katolik sekarang pengaruhnya semakin kecil di dalam kemasyarakatan. Kita harus belajar dengan saudara-saudara kita yang islam militant, bukan dalam arti teroris, kita tidak setuju teroris, semangatnya solid tapi caranya tidak. Kita sekarang sudah asyik didalam, hangat didalam komunitasnya kita sendiri. Sudahlah kalau ke gereja sudah cukup sembahyang rutin lha merasa puas jadi tidak ada sisi hidup yang lebih luas lagi. Semoga ini tidak terjadi pada saudari-saudari yang ada disini. Semoga itu terjadi orang katolik di luar Gereja Kotabaru. Apa yang bisa kita petik pada bacaan hari ini, yang pertama mari kita melihat, menemukan pegangan hidup, pegangan yang bisa kita pakai sebagai bundelan, sebagai jimat, sebagai aji-aji, dalam kita menghadapi segala tantangan yang ada dalam hidup kita. Yang kedua mari kita membatasi keinginan kita sudahlah kalau itu cukup, sudah. Kita harus membatasi tingkat kebutuhan kita seberapa? Karena kalau kita melebihi dari kebutuhan kita, kita sudah merampas hak orang lain. Yang ketiga Marilah kita temukan semangat, sepirit tentang dari diri kita untuk ikut serta dalam membangun Kerajaan Surga, kita percaya Tuhan akan selalu menyertai kita dan akan memberkati kita menunjukkan jalan untuk menemukan kebijaksanaan. Amin.

Kotbah MGR Johanes Pujasumarta, Pr


Gerakan Dunia dengan Kasih dan Kegembiraan.

( Tahbisan Imamat Serikat Yesuit )


Ekaristi Tgl 27 Juli 2011 Injil Yohanes: 15 :9 17 omo Profinsial Serikat Yesus, Romo Rektor Kolose Ignatius, para Romo, Bruder dan Suster. Orang tua dari para Diakon, Ibu bapak dan saudara-saudariku yang terkasih dalam Tuhan selamat pagi dan berkah Dalem. Mengawali tahun 2011 Konferensi Wali Gereja Indonesia, mengajak umat katolik Indonesia. Untuk bersyukur, atas 50 tahun Herarki Epistoval Gereja Katolik Indonesia. Sejak Januari 1961 sampai tahun ini 2011. Peristiwa tahbisan imamat di Keuskupan Agung Semarang, seorang imam Diosesan, dan dua imam Saverian, tanggal 29 Juli. 4 imam SMF, tgl 19 Juli dan sekarang ini tujuh imam Yesuit, secara istimewa saya jadikan alasan bersyukur tersebut. Karena kehidupan Gereja Indonesia, menjadi syukur dengan panggilan-panggilan Imamat. Teristimewa Kotabaru ini, memiliki peran khusus bagi sejarah tumbuh dan berkembangnya kesadaran menjadi Gereja Katolik Indonesia. Pada awal abad 20 yang lalu, awal sejarah Seminari Menengah St. Petrus Kanisius Mertoyudan, yang mendapat Ijin resmi pada tahun 1912, Novisiat Yesuit, tahun 1922, Seminari Tinggi St. Paulus Kentungan yang dimulai pada tahun 1936, melekat pada Kotabaru ini, dan pada hari ini kita masih boleh menyaksikan peristiwa Tahbisan Imam untuk ke Tujuh Imam Yesuit,

6 MIMBAR. No : 51 tahun : V Juni 2011

oleh karena itu kepada Frater Diakon yang ditahbiskan, saya ucapkan selamat atas anugerah panggilan yang anda terima. Setelah disiapkan oleh banyak pribadi dan keluarga serta komunitas, dalam waktu yang lama dengan hati-hati, cermate dan menyeluruh hari ini sebuah tonggak baru akan dipancangkan menjadi imam. Kepada Serikat Yesus, saya juga ingin ikut bersama bersyukur, karena hari ini akan bertambah imam-imam baru yang akan terus mengambil bagian didalam melanjutkan sejarah Gereja Katolik yang selama ini telah menerima sumbangan besar dari Serikat Yesus yang pernah mengaku diri kecil. Imam-imam ini merupakan anugerah Tuhan bagi Gereja. Imamat yang disiapkan dengan semangat lebih, lebih dalam penggalian spirituallitasnya, lebih lama dalam waktu persiapannya, membawa pembaharuan, penyegaran dan kekegembiraan bagi Gereja. Anugerah semangat pembaharuan ini, yang memampukan Yesuit sebagai Serikat imamat, menjadikan Gereja senantiasa bermakna bagi warganya, dan sekaligus berperan didalam masyarakatnya. Jaman kita sekarang sangat memerlukan ke dua hal itu. Supaya kita bersama tetap setia pada panggilan untuk menjadi garam, ragi dan terang dunia. Menjadi garam yang artinya nyata agar tidak dibuang dan diinjak-injak orang. Menjadi ragi yang dayanya mengubah dunia dari dalam. Menjadi terang yang bersinar di dalam kegelapan. Anda semua yang hadir di sini saya percaya bahwa anda semua berada di sini untuk bersyukur bersama kami karena anugerah imamat itu. Terimakasih atas doa-doa untuk mohon panggilan dan ini doa anda, untuk mohon panggilan imamat itu telah dikabulkan Tuhan. Imam-imam kita adalah anugerah, yang menjadi harta, bagi kita. Marilah kita rawat harta itu agar tetap indah berguna dan menggembirakan bagi semua. Karena pada pokoknya mereka ini dipanggil untuk tidak hanya membawa kabar gembira, tetapi mereka sendiri menjadi kegembiraan yang berasal dari

Tuhan itu. Bersama para imam ini kita disatukan didalam Ekaristi sumber hidup kita. Ekaristi menjadi wujud kasih Allah kepada manusia, kita boleh manunggal menjadi satu dengan yang Mahaagung, yang mencintai kita imamat ini dan imam baru ini akan menjadi yang paling dahulu dari depan Gereja maka memberi contoh bagaimana Yesus, menjadi penghubung Agung antara Bapa dengan kita, dan kita satu sama lain. Marilah kita mohon agar para imam ini tetap dipelihara oleh Tuhan sendiri, sehingga Tuhan dapat ditemukan dimana-mana dalam roti Suci ketika kita sedang dalam Adorasi, tetapi juga dalam diri Bapa dan mereka yang menjadi semakin miskin di negeri Indonesia ini. Karena kecuali mengatakan bahwa Dia, menjadi tampak dalam Roti, Yesus juga mengatakan bahwa Dia adalah yang terkecil, miskin dan malang dan haus dan tidak punya tumpangan, yang sakit dan telanjang, pernahkah anda mendengar, bagaimana guruguru agama mengajarkan tentang Sakramen imamat kepada anak-anak. Dulu surga dan dunia itu menjadi satu, keduanya surga di atas dan dunia di bawah dihubungkan oleh suatu tangga, anak-anak manusia dapat bergerak bebas, naik turun, demikian juga para malaikat, bahkan Tuhan sendiri kadang-kadang mengunjungi umatNya. Tetapi si jahat, tidak senang melihat kebebasan dan keakraban seperti itu. Maka pada suatu hari si jahat memotong tangga itu dan putuslah hubungan antara surga dan dunia, namun tak sampailah hati Allah melihat anak-anakNya kehilangan sarana komunikasi itu, maka Bapa menugaskan Yesus untuk menjadi penghubung baru. Yesus turun ke dunia, Ia tidak hanya menjadi tangga, Ia menjadi penghubung itu sendiri, sebagai manusia Yesus harus kembali ke Bapa. Maka diciptakanlah Sakramen Imamat, untuk terus menjaga agar hubungan antara surga dan dunia ini tetap berlangsung, melalui Manusia tanpa batas lintas, dan bergerak naik turun, membawa

7 MIMBAR. No 51 tahun: V Juni 2011

berkat dari surga ke dunia dan menaikkan syukur dan pujian Kemuliaan kepada BapaNya. Di Kotabaru ini telah ditempatkan tangga itu penghubung antara dunia dan surga. Merenungkan peran Kotabaru dalam sejarah Katolik Indonesia, khususnya sejarah Katolik Gereja Keuskupan Agung Semarang saya teringat akan kisah kupu-kupu dan pelukisnya, yang dituturkan oleh Romo Sindhunata, tentang ibunya bila berkisah tentang Sampek ing tay. Dibalik cerita itu sebenarnya, tersimpan sebuah kisah lalu, kisah tua dari cina, tentang cinta manusia yang tidak pernah kesampaian. Diceritakan dalam kisah itu, musim semi adalah saat putri-putri Cina mengenakan kembali gaun putihnya, seorang gadis menikmati keindahan musim semi, sambil bersandar di jendela, ia melukis sepasang kupu-kupu. Setiap kali selesai dia melukis, lukisan itu menjadi kupu-kupu sungguh. Dan kupu-kupu itu terbang meninggalkan kertasnya, berpasangan hinggap di bunga-bunga musim semi, begitu seterusnya, setiap kali gadis itu selesai melukis terbanglah kupu-kupu dari hadapannya. Mereka selalu terbang sepasang-sepasang dengan sayapnya yang indah. Begitu banyak pasangan kupu-kupu lahir dari tangannya, tetapi sebaliknya si gadis itu tetap sendirian saja. Dan air matanyapun mengalir turun jatuh kekertasnya. Gadis itu merasa dia hanya sendiri tanpa kekasih, kendati sekian ribu

pasangan kupu-kupu lahir dari tangannya, berkasih-kasihan di musim semi. Lalu ia pun melukis kisah itu dengan air matanya, mungkin karena itu ibu saya, oleh Romo Sindu selalu terharu bila bercerita tentang Sampay ing tay. Saudari-saudaraku yang terkasih dalam Tuhan, pada hari ini, pada awal abad yang ke 21 kita menyaksikan di Kotabaru, gadis pelukis kupu-kupu itu, begitu indah kupu-kupu itu dilukisnya dan pada saat yang tepat kupukupu itu meninggalkan kertasnya untuk terbang hinggap di bunga-bunga musim semi Gereja Katolik Indonesia, untuk mengarungi kebiaraan sejarah di dunia ini. Air matanyapun mengalir turun jatuh ke kertas, bukan karena sedih ditinggal sendirian tetapi air mata haru karena merasa Tuhan tidak pernah meninggalkannya, bahkan dia bersyukur bangga, karena boleh mempersembahkan yang terbaik pada Tuhan. Semoga kepak-sayap kupu-kupu itu menggerakkan dunia dengan kasih dan kegembiraan karena itulah bagi para Yesuit kegiatan mereka selama mengarungi sejarah di dunia ini diringkas dalam sebuah sesanti, Ad Mayoram De Gloria, Amrih Mulyo Dalem Gusti, dan terpujilah Nama Tuhan. Amin.

Kotbah Romo Joannes Haryatmoko, SJ


Ekaristi Tgl. 7 Agustus 2011 In jil Matius 14: 22 - 33
audara-saudara yang terkasih dalam Injil ini setidaknya ada tiga hal yang menarik kita renungkan bersama yaitu bahwa Yesus memiliki kekuasaan Tuhan. Dan yang kedua bagaimana ketika didalam kesulitan kita juga ditantang untuk selalu menerima bagaimana Tuhan akan menyelamatkan kita, bagaimana mengikuti Yesus kita selalu dihadapkan juga kepada kesulitan dan tantangan dan yang Tuhan Ternyata KAU Ada

8 MIMBAR. No : 51 tahun : V Juni 2011

terakhir kehadiran Yesus selalu menyelamatkan kita. Kalau dikatakan Yesus memiliki kekuasaan Tuhan, mengapa? Karena Yesus berjalan di atas air dan menenangkan angin Sakal. Didalam perjanjian lama hanya Yahwe yang bisa melakukan mengalahkan angin ribut dilaut. Kita ingat waktu Tuhan mengantar orang Israel menyeberangi laut Merah, kita ingat juga bagaimana kapal-kapal dagang tentara Israel di lindungi oleh Tuhan. Dan juga pada kitab Nabi Yunus, Samudera menjadi tenang ketika Yunus dilepaskan di laut. Disini mau menunjukkan bahwa Yesus mempunyai kekuasaan sama yang dimiliki oleh Tuhan. Tuhan memberi kekuasaanNya kepada PuteraNya, sehingga semakin meneguhkan bahwa Yesus sungguh-sungguh Kristus, Yesus sungguh-sungguh Tuhan. Yesus bukan hanya bisa berjalan di atas air tetapi juga membagikan kuasanya kepada Petrus, Dia menolong Petrus, Yesus menguatkan iman Petrus berarti juga menguatkan iman para murid dan menguatkan kita. Dengan demikian Yesus menjadi saluran kekuasaan Tuhan bagi kita para pengikutnya. Sedangkan gelombang laut, dalam tradisi kitab suci biasanya menjadi simbol kekacuan dan kejahatan. Mau menggambarkan tantangan kesulitan yang akan dihadapi oleh para murid setelah ditinggalkan Yesus. Demikian juga kita melihat, kita menghadapi kesulitan karena kita mengikuti Yesus, diskriminasi, sulit naik jenjang dalam karier kita, sering diisolasi, sering disingkirkan karena iman kita. Tetapi kita juga harus berpikir bahwa bagaimanapun iman kita memberi kekuatan, atau dengan kata lain sejauh mana iman itu memberi inspirasi di dalam upaya kita menghadapi masalahmasalah. Kita bisa melihat bisa kita akan diperhitungkan atau kita mempunyai pengaruh, kalau kita mempunyai sesuatu. Apakah iman kita menumbuhkan yang disebut sesuatu itu. Yaitu sering dikatakan setidaknya ada empat hal:

Yang pertama apakah kita mempunyai modal ekonomi, orang yang mempunyai modal ekonomi biasanya akan diperhitungkan. Yang kedua apakah kita mempunyai modal budaya, yang disebut modal budaya adalah ilmu pengetahuan, kita mempunyai gelar tidak, kita mempunyai kepandaian tidak, kita pandai berbahasa atau tidak, dan sebagainya. Kompetensi didalam bidang kita, itu adalah modal budaya. Dan yang ketiga adalah modal sosial, apakah kita pinter bergaul, apakah kita punya jaringan, apakah kita berkerja di dalam suatu organisasi, apakah kita punya koneksi, tiga modal itu menentukan apakah kita diperhitungkan atau tidak. Dan yang terakhir Kapital simbolik, yaitu modal simbolik apakah ada pengakuan secara kelembagaan ataua tidak terhadap kita. Saya hanya ingin mengatakan jangan cepat-cepat mengatakan karena iman kita, kita dipinggirkan, kita dianggap. Janganjangan kita tidak mempunyai keempat Kapital itu. Jadi Dengan demikian kalau kita melihatnya lebih realitis kalau kita mau diperhitungkan kita juga harus menanda, harus inspektasi entah dalam kapital Ekonomi, entah kapital Budaya, entah kapital Sosial, berarti pergaulan, organisasi, koneksi, hubungan kerja sama dengan yang lain, disitulah lalu iman menjadi konkrit. Kita tidak mudah mengeluh, kita tidak mudah menyalahkan tetapi kita bisa introspeksi melihat apakah saya berusaha cukup untuk memperoleh modal-modal tersebut. Maka dengan demikian kita kalau sungguh-sungguh itu kita memiliki dan kita tetap didalam kesulitan mungkin kita seperti Petrus mengatakan kepada Yesus, Tuhan tolonglah kami. Kitab Mazmur mengatakan, Lepaskanlah aku dari dalam lumpur, supaya jangan aku tenggelam, biarlah aku dilepaskan dari orang-orang yang membenci aku dan dari air yang dalam. Baru ketika kita mengukur kekuatan kita, mengukur kemampuan kita, dan tetap tidak mampu disitulah kita membuka diri kepada Tuhan bahwa Tuhan sungguh-sungguh bagi kita keselamatan dan bantuan kita. Maka

9 MIMBAR. No 51 tahun: V Juni 2011

sebetulnya kita sedang mengakui seperti Petrus, iman kita rapuh seperti Petrus, tetapi apa? Mengajar kita yaitu bahwa yang terpenting bukan kekuatan kita, tetapi yang terpenting adalah bahwa kehadiran Yesus membantu, menyelamatkan kita. Dengan demikian lalu menjadi lebih jelas, bahwa Kerajaan Allah, bahwa Keselamatan, bahwa surga pertama-tama bukan tempat di atas langit, tempat, suatu tempat dimana pun. Tetapi Kerajaan Allah, surga itu pertama-tama adalah kedekatan dengan Yesus. Relasi dengan Yesus, hubungan kita dengan Yesus. Kalau surga kerajaan Allah itu pertama-tama hubungan dengan Yesus, berarti apa? Berarti perlu dibangun, perlu dilatih, perlu dibiasakan. Bagaimana membiasakan? Apakah kita sering berdoa? Apakah kita mencoba ingin tahu Yesus dengan membaca Kitab Suci, apakah kita juga melatih diri untuk peduli kepada mereka yang lemah, mereka yang miskin, mereka yang terpinggirkan. Itulah cara-cara kita membiasakan diri untuk membangun relasi kita dengan Tuhan. Karena itu kita bisa berbicara seperti Petrus, Tuhan suruhlah aku datang dan berjalan di atas air. Karena Petrus mengenal baik Yesus, kalau kita mengenal baik Yesus, kita juga akan diundang dan kita berani meminta kepada Yesus apa yang kita butuhkan. Dengan demikian keselamatan tergantung pada hubungan pribadi kita dengan Yesus. Tetapi keselamatan surga bukan sesuatu yang paling mudah begitu saja. Seperti itu suatu ketika seorang guru agama SD masuk kelas langsung tanya, Murid-murid siapa yang ingin masuk surga tunjuk jari? Yha tentu saja anak SD takut semua dan tunjuk jari. Hanya satu Riki yang tidak tunjuk jari. Guru agamanya merasa tertantang, sekali lagi bertanya, Yang ingin masuk surga berdiri? Semua berdiri kecuali Riki tetap duduk. Gurunya akhirnya tidak sabar jengkel langsung

membentak Riki, Riki kamu tidak ingin masuk surga? Ya tentu saya ingin masuk surga pak. Kenapa tidak berdiri? Memangnya mau berangkat sekarang Pak? ( gerr.. gerr.. ) Surga itu bukan kehendak Yesus, surga jangan pernah percaya orang-orang yang menjanjikan dengan melakukan ini akan masuk surga, dengan memberi ini akan masuk surga, bukan. Kerajaan Allah, surga adalah relasi kedekatan kita dengan Yesus. Dan itu perlu dibangun sejak kecil. Perlu dibiasakan, itu bukan datang dengan sepontan dengan sendirinya. Maka kita melihat disini berarti maksudnya kerajaan surga adalah masalah bagaimana saya membangun hubungan betul dengan Yesus. Artinya apa? Menuntut kita untuk mengerti, untuk mengenali apa yang menjadi kehendak Tuhan di dalam keputusankeputusan kita. Kita mencoba mencari apa yang dikehendaki Tuhan dalam setiap masalah yang kita hadapai. Di dalam apa yang kita pilih sebetulnya Tuhan menghendaki apa? Dan yang kedua yang sulit adalah berarti membiasakan diri juga menanggung resiko sebagai pengikut Yesus. Kita disingkirkan, kita sering dihambat dan itu bagaimana kita menghadapainya, menghadapi di dalam pekerjaan, di dalam kuliah kita, di dalam lingkungan masyarakat. Tetapi resiko untuk menjawab panggilan Kristus, resiko untuk menjadi, itu bisa menjadi tantangan bagi kita. Sehingga membuat cara komunikasi kita menjadi kreatif, dalam arti apa? Komunikasi yang kreatif itu bukan banyak ngomong, komunikasi yang kreatif itu adalah kesaksian. Kalau kita kerja keras, kalau kita jujur, kalau kita kompeten dalam bidang kita, itu adalah bentuk komunikasi yang baik. Orang akan mengakuinya. Kita bisa bekerjasama lebih-lebih dengan orang yang berbeda iman dengan kita. Jangan hanya mengumpul diantara kita. Sejauh mana kita bisa menerima mereka dan diterima di kalangan mereka. Saya

10 MIMBAR. No : 51 tahun : V Juni 2011

sudah 13 tahun mengajar di Universitas Islam Negeri itu. Dan hubungan baik, mereka tahu kalau saya Romo dan sering mereka sungguhsungguh ada kerjasama yang nyata, saya diikut sertakan dalam yayasan-yayasan mereka. Bahkan saya itu dianggap jadi penasehat pusat studi Islam di UII. Bagaimana kita membahasakan iman kita jangan dengan katakata yang indah-indah, cinta kasih, menyangkal diri, pengorbanan, tidak perlu bicara apa-apa. Kita memberi kesakisan dan komptensi kita dengan kerja keras kita dan kejujuran kita, dengan tanggung jawab kita. Jangan pernah melempar tanggung jawab. Jangan mengatakan, ini tanggung jawab kita bersama tidak tanggung jawab adalah mulai dengan diri kita sendiri. Suatu hari sehabis misa harian seorang ibu itu tanya kepada, mengkritik romo Parokinya. Romo itu gereja Romo bocor sampai kursi di belakang itu basah. Romonya mendengar langsung marah, Ibu dari paroki mana? Saya dari paroki sini Romo. Mengapa mengatakan gereja Romo, gereja ini gereja kita. Jangan lagi mengatakan gereja Romo, gereja kita. Pastoran itu pastoran kita. Saya tidak ingin mendengar lagi ibu mengatakan gereja Romo, ini gereja kita, ini Pastoran kita? Baik Romo, maaf. Seminggu kemudian Bapak Uskup setelah Misa Krisma ngobrol dengan Romonya, di Pastoran. Kebetulan ibu itu yang pas caos dahar, memberi makanan, waktu itu membawa makanan masuk dapur melihat tikus, tikusnya dikejar, masuk kamarnya Romo. Dikejar terus dan bersembunyi di bawah tempat tidur, langsung teriak-teriak. Lalu Romonya tanya, Ibu ada apa? Itu Romo tikusnya masuk kamar kita. ( gerr) Dan itu bersembunyi di bawah tempat tidur kita. ( gerrr.) Ya tentu saja konteksnya lain, dan cerita ini juga saya buat-buat tentunya. ( gerrrrr)

Tapi saudara-saudara saya hanya ingin mengatakan hati-hati menggunakan kata kita. Itu sering-sering mudah untuk melarikan diri dari tanggung jawab. Kalau kita mengatakan ini tanggung jawab kita, seakan-akan tidak ada yang tanggung jawab sebetulnya. Tanggung jawab adalah mulai dengan tanggung jawab pribadi, jangan pernah selalu mudah melemparkan. Seorang filsuf mengatakan kejahatan mulai pada saat kita mengundurkan diri dari tanggung jawab. Ketika kita mulai mengundurkan dari tanggung jawab mulai tidak berani mengambil keputusan kejahatan mulai masuk merasuk di dalam diri kita. Maka saudara-saudara kalau kita mau sungguh-sungguh menjadi, memberi kesaksian kita harus melatih untuk jujur, melatih kerja keras, berani bertanggung jawab, jangan melempar tanggung jawab. Dengan demikian kita juga mau mengenali kekuatan kita tetapi sekaligus juga kelemahan kita. Seperti Petrus, Petrus berani mengatakan Engkaulah Anak Allah. Petrus berani mengatakan, Tuhan suruhlah aku datang dan berjalan di atas air, tetapi kita melihat juga Petrus tenggelam, kita melihat ketika Petrus mengatakan Engkau adalah Mesias dari Allah dan pada saat penderitaan Petrus menyangkal Yesus. Jadi kebesaran dan kerapuhan selalu ada bersamasama dengan kita, dengan demikian sebetulnya dalam situasi yang lemah dan rapuh itu kebesaran Tuhan semakin nyata, lalu kita diajak untuk rendah hati, bukan pertama-tama karena keberanian kita, karena iman kita, karena kekuatan kita. Tetapi karena kita diajak diikut sertakan didalam ambil bagian dalam kekuasaan Ilahi. Selingkungan dengan Yesus, di uji pada saat kesulitan, pada saat kritis. Tetapi dalam saat kritis kita cenderung nostalgia. Kita cenderung masa lalu yang indah. Dulu orang Katolik itu banyak yang jujur, banyak yang ditempatkan pos pos penting karena dianggap jujur. Sekarang orang Katolik sama saja dengan yang lain tidak ada kualitasnya yang sungguh-sungguh bisa

11 MIMBAR. No 51 tahun: V Juni 2011

diandalkan seperti itu. Kita ditantang iman kita bagaimana menumbuhkan etos Kristiani, kejujuran, tanggung jawab, dan disini kita tidak hanya kalau dalam krisis situasi yang sulit jangan hanya nostalgia, dulu, waktu itu. Ada pasangan suami isteri yang sudah lansia, sudah delapan puluh tahun. Tentu saja giginya sudah tidak lengkap, memakai gigi palsu, malam-malam menjelang tidur, si isteri mengeluh kepada suaminya, Pak dulu itu waktu tahun-tahun pertama pernikahan, kalau mau tidur itu papa selalu memegang tangan saya lalu mengatakan selamat malam ma sekarang nggak pernah lagi. Lalu suaminya buka selimut, pegang tangannya, Met .. malam. Isterinya mengeluh lagi, Dulu papa itu kalau mau tidur selalu lho, mencium pipi saya, lalu selalu mengatakan, selamat istirahat sayang, sekarang nggak pernah lagi. Buka selimut, cium.. Istirahat.. Isterinya mengeluh lagi, Pa dulu itu papa romantis, tidak kaya sekarang, dulu romantis gigit-gigit jari saya. Katanya ingat waktu masih kecil gigit-gigit jari ibunya, sekarang tidak pernah lagi mana ada yang romantis lagi. Nggak pernah gigit-gigit begitu Suaminya begitu tiga kalinya marah berdiri, melempar selimut lalu jalan. Isterinya kaget, Pa mau ke mana? Ambil gigi!!!. ( gerr..) Biasanya kita itu kalau dalam kesulitan, kalau kita itu dalam masalah, kalau kita dalam krisis, yang paling mudah itu apa? Nostalgia masa lalu. Yang indah-indah masa lalu. Tetapi itu tidak memecahkan masalah, kalau kita hanya mengatakan dulu pendidikan katolik itu bagus, sekarang kalah dengan yayasan lain. Apa yang kita lakukan? Kerjasama apa yang kita galang? Kita mencoba memberi masukan apa? Kita menyumbang apa? Supaya itu tetap baik. Jadi iman mengajak kita untuk lebih realitis, menghadapi tantangan baru, tidak nostalgia, dan ini membutuhkan latihan, ini

membutuhkan kerjasama, membutuhkan organisasi. Bukan hanya dengan seorang yang seiman, tetapi dengan orang-orang yang beriman lain, yang mau membentuk supaya aturan hukum itu lebih menjadi adil, kesempatan itu menjadi lebih utama. Membangun lingkungan yang produktif. Karena iman tumbuh di dalam teladan, orang akan berkembang didalam teladan dan lingkungan yang sangat membantu. Jadi disini pembiasaan, keteladanan melatih diri penting. Suatu hari guru matematika masuk di kelasnya langsung tanya, pada muridnya. Hai Riki, kamu punya uang lima puluh ribu, lalu kamu minta ayah seratus ribu, berapa uang mu sekarang?. Riki dengan dingin kepala, menjawab Uang saya tetap lima puluh ribu. Kamu menangkap pertanyaan saya tidak, kamu sudah punya lima puluh ribu, kamu minta uang ayahmu seratus ribu, berapa uangmu sekarang? Uang saya tetap lima puluh ribu. Kamu sudah bangun belum?, Sudah pak, Menangkap pertanyaan saya tidak, Menangkap pak, Jumlahnya berapa? . Tetap lima puluh ribu. Kamu bodoh kamu tidak tahu matematika, Pak guru tidak tahu, bapak saya itu pelit. ( gerrr.) Saudara-saudara iman tumbuh didalam keteladanan, kalau orang tuanya pelit anakanaknya juga pelit, kalau orang tua jarang berdoa, anak-anaknya juga jarang berdoa, lingkungan yang menumbuhkan iman kita. Lingkungan teladan itulah bukan pertama-tama ajaran lisan, tapi teladan jadi iman tumbuh melalui tantangan didalam krisis, bagaimana kita mampu menghadapi krisis membantu membentuk etos yang baik jujur kerja keras dan tidak melempar tanggung jawab. Amin.

12 MIMBAR. No : 51 tahun : V Juni 2011

You might also like