You are on page 1of 15

Penampilan Hasil dan Kandungan Asam Lemak Jenuh Rantai Sedang Genotip Kelapa dalam Terhadap Berbagai Dosis

Pupuk Tunggal dan Majemuk Tablet di Cijulang Ciamis dan Cikalong Tasikmalaya Jawa Barat
Performance of Yield and Saturated Medium Chain Fatty Acid Content of Tall Coconut on Compound and Single Fertilizer at Cijulang Ciamis and Cikalong Tasikmalaya

Hermiati, N. 1),A. Nuraini 2) dan S. Rosniawaty 3)

Key words : : Tall Coconut, Single fertilizer, Tablet Compound fertilizer, Virgin Coconut Oil (VCO), Saturated medium Chain Fatty Acid. Kata kunci : Kelapa Dalam, pupuk tunggal, pupuk majemuk tablet, VCO,asam lemak jenuh rantai sedang
dose 1 kg/plant VCO`s content can improve up to 6,02%., P6 with dose 3 kg/plant VCO`s content can improve 5,87% and P7 with dose 5 kg/plant can improve VCO content 6,0%.

Abstract
Coconut plant has multifunction of derivative products, like coconut meat (yield) ) and saturated medium chain fatty acid in virgin coconut oil content (VCO). Improving yield potential and content of saturated medium chain fatty acid of coconut are added single and compound fetilizer. The objective of the research is increasing of yield potential and content of saturated medium chain fatty acid of coconut is added single and compound fertilizer of variety dosis of Tall coconut genotipes at Cijulang Ciamis and Cikalong Tasikmalaya West Java. The response of yield and components ` yield of Tall coconut after single and compound of tablet fertilizer at Cijulang Ciamis and Cikalong Tasikmalaya West Java is not significant performance without fertilizer. While VCO content can improve from 14,97% to 27% and improve lauric acid from 44,39% to 50,23%. Single fertilizer with dose P4 (Urea 1,5 kg/plant; SP-36 0,24 kg/plant, dan KCL 2,4 kg/plant) VCO content can improve up to 5,91 % . while compound tablet fertilizer with

Sari
Kelapa merupakan Tanaman yang multi fungsi antar lain sebagai penghasil daging kelapa (hasil) dan asam lemak jenuh rantai sedang dalam kandungan minyak kelapa murni (VCO). Untuk meningkatkan hasil daging dan asam lemak jenuh rantai sedang antar lain dengan menambah unsur hara melalui pemupukan. Tujuan dari penelitian ini adalah meningkatkan hasil dan kandungan asam lemak jenuh rantai sedang pada minyak kelapa murni (VCO) melalui pemupukan berbagai dosis pupuk tunggal dan majemuk tablet pada genotip Kelapa Dalam di Kecamatan Cijulang Ciamis dan Cikalong Tasikmalaya Jawa Barat. Komponen hasil dan hasil genotip Kelapa Dalam setelah pemberian pupuk tunggal dan majemuk tablet, di kecamatan Cijulang Ciamis dan di kecamatan Cikalong Tasikmalaya Jawa Barat tidak menunjukkan penampilan yang berbeda dengan tanpa dipupuk. Namun, meningkatkan rendemenVCO dari 14,97% sampai 27% dan meningkatkan kandungan asam laurat dari 44,39% sampai 50,23%. Pada dosis

1) Lektor Kepala, Lab. Pemuliaan Tanaman Universitas Padjadjaran (UNPAD) 2) Lektor Kepala, Lab. Teknologi Benih, UNPAD 3) Lektor Kepala, Lab. Produksi Tanaman Tahunan, UNPAD

164 Zuriat, Vol. 19, No. 2, Juli-Desember 2008

pupuk tunggal P4 (Urea 1,5 kg/tan; SP36 0,24 kg/tan, dan KCL2,4 kg/tan) menaikkan rendemen VCO 5,91%. Sedangkan pupuk majemuk tabletnya dengan dosis 1 kg/tan dapat meningkatkan rendemen VCO 6,02%., P6 dengan dosis 3 kg/tan meningkatkan rendemen VCO 5,87% dan P7 dengan dosis 5 kg/tan meningkatkan rendemen VCO 6,0%.

Tanaman dan Direktorat Bina Program 1998 dikutip Abdurachman dan Anny Mulyani, 2003). Selain diolah menjadi minyak, kini telah berkembang diversifikasi produk kelapa seperti desiccated coconut, gula kelapa, nata de coco, berbagai produk daging kelapa, kelapa parut kering, arang tempurung, serat sabut kelapa, mebel kayu kelapa, dan akhir-akhir ini berkembang santan siap saji dengan berbagai kemasan. Pengolahan kelapa yang dapat dilaksanakan oleh industri kecil/rumahtangga adalah pengolahan santan, nata de coco, gula kelapa, arang tempurung, dan perabotan rumah tangga, sedangkan teknologi minyak kelapa kualitas tinggi ,coco chemical/oleochemical (asam lemak / fatty alcohol, glyserin) dan minuman ringan, belum dapat dikuasai oleh industri kecil (Suyata dan Yaman 1998 dikutip Abdurachman dan Anny Mulyani,2003). Minyak terdiri dari triglyserida yang merupakan ester dari glyserol dan asam lemak rantai panjang dalam wujud padat atau cair dari komposisi asam lemak penyusun (Kataren, 1986). Minyak kelapa mengandung 84 % triglyserida dengan 3 molekul asam lemak jenuh, 12 % triglyserida dengan 2 molekul asam lemak jenuh dan 4 % triglyserida dengan satu molekul asam lemak jenuh dan asam lemak tidak jenuh (Alamsyah,2005). Menurut Bambang Setiaji dan Prayogo, 2006), komposisi asam lemak yang terkandung dalam minyak kelapa 80 % berupa asam lemak jenuh dan 20 % asam lemak tidak jenuh. Asam lemak yang berasal dari minyak kelapa mengandung asam lemak jenuh yang sangat tinggi dibandingkan dengan beberapa jenis minyak tumbuhtumbuhan lainnya. Untuk menambah nilai tambah dari daging kelapa dapat diperoleh dengan membuat minyak kelapa murni atau virgin coconut oil (VCO). Menurut

Pendahuluan
Menurut Caprio, et al.( 2005) pertanaman kelapa di Indonesia terluas (3.701.474 hektar) di Asia Tenggara dan Asia Timur yang memiliki luas pertanaman kelapa 7.607.474 hektar, di ikuti oleh Filipina (3.100.000 hektar) dan Thailand (327.000 hektar). Di Indonesia jumlah aksesi di kebun penelitian mempunyai 156, sedangkan di Filipina lebih banyak yaitu 224 aksesi, Thailand 52 aksesi. Di Indonesia pertanaman kelapa ,sekitar 92,40% di antaranya berupa Kelapa Dalam yang diusahakan sebagai perkebunan rakyat, sedangkan kelapa hibrida baru sekitar 4% (DirektoratJenderal Perkebunan 1997 dikutip Abdurachman dan Anny Mulyani, 2003). Di Jawa Barat luas pertanaman kelapa tahun 2006 mencapai 174.971 ha ( Dinas Perkebunan Jawa Barat,2007) yang tersebar di beberapa kabupaten yang terluas berada di kabupaten Ciamis,yaitu 94.570 ha (Dinas Pertanian Kabupaten Ciamis,2006) dan Tasikmalaya, yaitu 35.836 ha (Dishutbun Kab. Tasikmalaya, 2006). Luas pertanaman Kelapa Dalam di Ciamis dan Tasikmalaya 73% dari pertanaman kelapa di Jawa Barat, dengan demikian mewakili luas pertanaman kelapa di Jawa Barat. Umumnya perkebunan rakyat masih memerlukan berbagai perbaikan, baik segi teknis, mutu hasil, pemasaran maupun manajemen kebun (Direktorat Bina Rehabilitasi dan Perluasan

Penampilan Hasil dan Kandungan Asam Lemak Jenuh

165

Susilo Wibowo (2006) minyak kelapa murni adalah minyak yang mengandung asam lemak jenuh rantai sedang (medium chain saturated fatty acid ) sekitar 64 % dengan perician lebih dari 50 % asam laurat (C12), 6 7 % asam Kaprat (C!0) dan 8 % asam Kaprilat (C8.). Kandungan VCO sendiri sebagian besar terdiri asam lemak jenuh ( 92 %) rantai sedang yang terdiri dari 8 sampai 12 ikatan karbon dan 6 % asam lemak tidak jenuh (mono unsaturated) dan 2 % polyunsaturated. Dengan sedikitnya kandungan lemak tidak jenuh dapat dikatakan VCO sangat stabil tahan oksidasi sehingga sulit tengik. Minyak kelapa murni (VCO) adalah minyak yang tidak mengandung kolesterol dan tidak mengandung Trans Fatty Acid (asam lemak yang terhidrogen ) yaitu asam lemak yang sangat jahat dan yang menyebabkan penyakit jantung (Susilo Wibowo, 2006). Menurut Bambang Setiaji dan Surip Prayugo (2006) asam lemak rantai sedang ini berperan menjaga kesehatan, selain itu menurut Enig (1999) dalam David Allorerung, dkk..(2006) asam laurat yang merupakan asam lemak yang dominan dapat diubah menjadi monolaurin memiliki hasiat sebagai anti virus ,anti bakteri, dan anti protozoa. Menurut Susilo Wibowo (2006) kemampuan membunuh virus terutama oleh asam laurat, yaitu monolaurin, kemudian diikuti oleh asam kaprilat , asam kaprat dan asam miristat. Hasil penelitian yang telah dilakukan di Kebun Koleksi Plasma Nutfah Mapanget, ternyata pada Kelapa Dalam Lubuk Pakan, Jepara, Banyuwangi dan Pungkol kandungan asam Lauratnya tinggi, yaitu antara 40,40 % sampai 42,50% (Novarianto,2005). Dari hasil analisis empat varietas unggul Kelapa Dalam Tenga, Dalam Palu, Dalam Bali dan Dalam Mapanget dari VCO diperoleh rata-rata asam lauratnya sekitar 43 % ( Novarianto, 1994 dalam

David Allorerung,dkk, 2006). Pada penelitian Anne Nuraeni, dkk. (2007) pada populasi tanaman Kelapa Dalam di Cijulang Ciamis dan Cikalong Tasikmalaya kandungan asam lauratnya berkisar antara 45,28 % sampai dengan 48,58 % maka kandungan asam lauratnya lebih tinggi dari hasil penelitian Kelapa Dalam Lubuk Pakan,Jepara, Banyuwangi dan Pungkol di Kebun Koleksi Plasma Nutfah Mapanget dan Kelapa Dalam unggul Dalam Palu, Bali dan Mapanget. Dari hasil penelitian Anne Nuraini, dkk. (2007) pada populasi pertanaman Kelapa Dalam di Pamarican dan Cijulang Ciamis dan di Cikalong Tasikmalaya ternyata di masing-masing lokasi, kekerabatan sangat dekat. Ditunjang dari hasil penelitian Sumarsono (2000) bahwa populasi pertanaman Kelapa Dalam di Jawa berdasarkan uji RAPD jarak genetik di dalam maupun antar populasinya sangat rendah. Namun demikian populasi pertanaman Kelapa Dalam di Kecamatan Cijulang Ciamis dan di Kecamatan Cikalong Tasikmalaya genotipnya belum tentu sama, mengingat lokasinya yang berbeda dan penampilan fenotipnya berbeda pula. Peningkatan produksi kelapa mutlak diperlukan baik dengan cara pemuliaan maupun dengan cara perbaikan budidaya tanaman. Pemupukan merupakan salah satu cara budidaya tanaman untuk meningkatkan produksi kelapa. Pemupukan bertujuan mengganti unsur hara yang hilang dan menambah persediaan unsur hara yang dibutuhkan tanaman dalam meningkatkan produksi dan mutu tanaman. Ketersediaan unsur hara yang lengkap dan berimbang yang dapat diserap oleh tanaman merupakan faktor yang menentukan pertumbuhan dan produksi tanaman . Menurut Mahmud ( 1987), tanaman Kelapa Dalam yang berumur 30 tahun, produktivitasnya

166 Zuriat, Vol. 19, No. 2, Juli-Desember 2008

yang tidak dipupuk per tahun hanya 28 butir sedang yang dipupuk naik menjadi 50 butir. Di Sri Langka dengan pemupukan dapat meningkatkan hasil jumlah buah kelapa dari 7 500 butir menjadi 12 500 butir per hektarsedang di Madampe India meningkat dari 6 000 butir menjadi 14 300 butir, di Indonesia pemupukan dapat meningkatkan hasil sampai 30 % di KP . Pandu Sulawesi Utara di Pangandaran Jawa Barat 91 % dan di Ternate Maluku Utara 200 % (Maliangkay,dkk. 2004 ) Pada umumnya tanaman kelapa ditanam di daerah pantai yang sebagian besar tanahnya berpasir. Pasir mempunyai sifat porous, sehingga air tidak dapat berada lama di dalam tanah. Apabila air tidak tersedia, maka unsur hara pun tidak akan tersedia. Di pasaran terdapat tiga bentuk pupuk anorganik yaitu dalam bentuk tepung, granule dan tablet. Pupuk anorganik menurut kandungan haranya mengandung satu unsur hara saja (tunggal) ada juga yang memiliki beberapa unsur hara (pupuk majemuk). Menurut bentuknya pupuk anorganik ada yang berbentuk tepung , pril, dan tablet. Pupuk berbentuk tepung dan pril sulit untuk diaplikasikan di tanah berpasir karena sifatnya fast release. Tanah berpasir umumnya mempunyai drainase tinggi sehingga pupuk yang fast release akan mudah hilang sebelum diserap oleh tanaman. Pupuk berbentuk majemuk tablet memiliki beberapa keuntungan, yaitu sifatnya slow release dan dalam satu tabletnya memiliki beberapa unsur hara makro dan mikro yang cocok untuk tanaman kelapa. Pertanaman Kelapa Dalam di Kecamatan Cijulang Ciamis dan Cikalong Tasikmalaya tidak pernah dipupuk dan ditanam pada tanah berpasir,maka perlu dilakukan penelitian pemupukan dengan menggunakan berbagai dosis pupuk tunggal dan majemuk tablet agar dapat

meningkatkan hasil dan VCO dangan kandungan asam lemak jenuh rantai sedangnya meningkat. Untuk meningkatkan hasil dan kandungan VCO dengan kandungan asam lemak jenuh rantai sedang yang tinggi diperlukan pemupukan dengan dosis yang optimum baik dengan pupuk tunggal maupun pupuk majemuk. Tujuan dari penelitian ini adalah meningkatkan hasil dan kandungan asam lemak jenuh rantai sedang minyak kelapa murni (VCO) melalui pemupukan berbagai dosis pupuk tunggal dan majemuk tablet pada genotip kelapa dalam di kecamatan Cijulang Ciamis dan Cikalong Tasikmalaya Jawa Barat.

Bahan dan Metode


Percobaan dilaksanakan di perkebunan kelapa milik rakyat di Kecamatan Cijulang Ciamis ketinggian tempatnya 10 m dpl.(di atas permukaan laut) tanah jenis Latosol dan di Kecamatan Cikalong Tasikmalaya ketinggian tempatnya 50 m dpl. Tanah jenis Latosol. Percobaan dimulai pada bulan Februari 2008 sampai dengan bulan Februari 2009. Bahan tanaman yang digunakan pada percobaan ini adalah genotip tanaman Kelapa Dalam menghasilkan (TM) berumur sekitar 30 tahun dengan jarak penanaman yang teratur ,yaitu 10 x 10 m. Pupuk tunggal Urea, SP-36 dan KCl, pupuk majemuk tablet bentuk tablet dengan komposisi 17-10-17-4-8-4. Penelitian dirancang dengan metode eksperimen dengan rancangan percobaan di masing- masing lokasi adalah rancangan acak kelompok (RAK). Terdiri atas 3 dosis pupuk tunggal dan 3 dosis pupuk majemuk tablet dan kontrol sebagai perlakuan yang diulang sebanyak 4 kali.

Penampilan Hasil dan Kandungan Asam Lemak Jenuh

167

Adapun perlakuan dosis pupuk tunggal dan pupuk majemuk tablet sebagai berikut : P1 = tanpa dipupuk P2 = pupuk tunggal (Urea = 0,38 kg/tan. SP-36= 0,08 kg/tan; KCl =0. 8 kg/tan) P3 = pupuk tunggal (Urea = 0,75 kg/tan; SP-36 = 0,16 kg/tan; KCl = 1,6 kg/tan) P4 = pupuk tunggal (Urea = 1,5 kg/tan; SP- 36= 0,24 kg/tan; KCl = 2,4 kg/tan) P5 = pupuk majemuk (1 kg/tan) P6 = pupuk majemuk (3 kg/tan) P7 = pupuk majemuk (5 kg/tan) Sebelum dianalisis gabungan, terlebih dahulu data diuji homogenitas variansnya melalui uji Barlet yang berprinsip kepada uji kecocokan Chi square (Gomes dan Gomes, 1955), sebagai berikut :

Dari hasil uji F, apabila terjadi interaksi antara lokasi dan pupuk untuk mengetahui dosis pupuk mana yang baik dimasing-masing lokasi (Cijulang dan Cikalong) di uji dengan Uji Duncan, demikian juga apabila dari hasil uji Barlet tidak homogen. Sebelum dan sesudah percobaan dilakukan analisis tanah. Pengamatan penunjang dilakukan terhadap tipe iklim, data curah hujan selama percobaan . Pengamatan utama dilakukan terhadap karakter: :jumlah tandan buah per tanaman;jumlah buah per tandan, diameter buah, panjang buah, berat buah utuh, berat buah tanpa sabut, diameter tempurung, berat tempurung,tebal daging buah, berat daging buah per butir, rendemen minyak kelapa murni (VCO), dan kandungan asam kaproat, kaprilat, kaprat, laurat dan miristat pada VCO.
2dua

x 2 hitung =

(2,3026) f (log s p - i (log s I + ((k + 1) / 3 kf)

Keterangan: k = banyaknya varians yang diuji f = derajat bebas varians yang diuji s2i = nilai varians pada penelitian lingkungan ke-i s2p = nilai penduga varians gabungan dari seluruh lingkungan penelitian = iks2i / k Apabila X2hit < X2tabel berarti tidak berbeda nyata, maka varians galat pada lokasi penelitian tersebut homogen dan data dapat dianalisis secara gabungan antara lokasi Cijulang dan Cikalong. Tetapi apabila X2hit > X2tabel berarti berbeda nyata, maka galat tidak homogen dan pengujian dilakukan secara terpisah di masing- masing lokasi , yaitu di Cijulang dan di Cikalong.

. Pemupukan pupuk tunggal dilakukan i)) kali , setengah dosis pupuk tunggal diberikan pada pemupukan pertama, yaitu pada bulan Februari 2008. Pada saat pemupukan pertama, tandan bunga yang terbuka seludangnya atau bunga betina telah diserbuk oleh tepungsari. Kemudian tandan bunga tersebut diberi tanda dengan menggantungkan papan nama. Setengah dosis lagi diberikan pada pemupukan kedua yang dilakukan pada awal bulan Juli 2008. Pupuk majemuk tablet diberikan hanya satu kali, yaitu bersamaan dengan pemupukan pupuk tunggal yang pertama. Pemberian pupuk dengan cara disebar dalam lubang alur sekeliling tanaman dengan jarak .sekitar 1 m dari batang tanaman, setelah pemupukan lubang alur ditutup kembali dengan tanah. Pembuatan VCO dengan cara kocokan dengan mixer. Analisis kandungan asam lemak rantai sedang dilakukan dengan metode Gas Chromatography Mass

168 Zuriat, Vol. 19, No. 2, Juli-Desember 2008

Spektrofotometer (GCMS) di Laboratorium Biokimia FMIPA UNPAD.

Hasil dan Pembahasan


Topografi wilayah pertanaman Kelapa Dalam di Cijulang Ciamis termasuk datar, berjarak 1 km dari tepi pantai, ketinggian tempatnya antara 2 10 m dpl. (di atas permukaan laut), jenis tanahnya termasuk Latosol. Topografi wilayah pertanaman Kelapa Dalam di Cikalong Tasikmalaya termasuk datar, dengan ketinggian tempat sekitar 5 m dpl., jarak dari tepi pantai sekitar 3 km. Jenis tanahnya sama dengan di Cijulang, yaitu Latosol. Hasil analisis tanah sebelum percobaan menunjukkan bahwa tekstur tanah di Cijulang lempung liat berpasir, di Cikalong adalah lempung berliat sedangkan kemasaman tanah di kedua tempat adalah masam, di Cijulang pH 5,5 sedang Cikalong pH 5,2. Menurut FAO (dikutip Darwis, 1986) pH5,5 termasuk sangat sesuai sedang pH 5,2 termasuk sesuai. Di Cijulang kandungan C organik 5,01 dan KTK 33,4 termasuk tinggi, di Cikalong kandungan C organik termasuk rendah, yaitu 1,73 sedang KTK termasuk sedang yaitu 18,5. Topografi Cijulang

dan Cikalong Tasikmalaya termasuk datar. Kalsiumnya tinggi, kandungan P2O5 tersedia dan K2O nya rendah, sedang di Cikalong, kandungan haranya (C, N, P2O5, K2O) dan KTK umumnya rendah, kecuali kandungan Ca nya tinggi. Menurut Felizardo (1978 dikutip Darwis, 1986) kesesuaian lahan fosfor yang sangat sesuai yaitu lebih dari 4,5 ppm dan agak sesuai 3,5-4,5 ppm ; kalium yang sangat sesuai harus lebih dari 75 ppm, dan agak sesuai antara 50 75 ppm. Berdasarkan hasil analisis awal terhadap beberapa unsur kimia tanah (Tabel 1), maka kedua lokasi penelitian memiliki kandungan P tersedia dan K2O yang rendah. Lokasi Cikalong terlihat lebih buruk kesuburan tanahnya, karena kandungan P total dan N total berada pada kriteria yang rendah pula, sedangkan pada lokasi Cijulang berada pada kisaran sedang. Namun demikian, jika memperhatikan kandungan keempat variabel tersebut maka kedua lokasi memiliki tingkat kesuburan yang relatif buruk. Oleh karena itu, input teknologi khususnya pemberian unsur-unsur tersebut berupa pupuk, diduga akan memiliki respons yang baik terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman.

Tabel 1. Data Analisis N,P dan K Sebelum Percobaan No 1 2 Lokasi Cikalong Cijulang N Total (%) 0.20 R 0.42 S P2O5 (mg/100g) 17.10 R 21.60 S K2O (mg/100g) 15.20 R 18.90 R P2O5 tersedia 14.20 R 14.10 R

Keterangan : R. rendah; S sedang

Berdasarkan hasil percobaan antar perlakuan terhadap efek residu N total, P2O5, dan K2O, terlihat pada lokasi Cikalong, baik tanpa pemupukan maupun perlakuan tingkat dosis pupuk sedikit meningkatkan N total pada kriteria sedang, dan P2O5 serta K2O

tetap pada kisaran rendah. Hal ini menunjukkan bahwa efektifitas pemupukan berjalan baik, dengan menyisakan (residu) N, P, dan K di dalam tanah yang tetap atau sama dengan tanpa pemupukan.

Penampilan Hasil dan Kandungan Asam Lemak Jenuh

169

Seperti halnya pada lokasi Cikalong, efek residu N, P, dan K pada lokasi Cijulang menunjukkan nilai kandungan yang sedikit menurun atau tetap, dan umumnya berkisar di bawah angka ratarata tanpa pemupukan, hal inipun menunjukkan adanya efektivitas pemupukan yang baik. Pada lokasi Cijulang, perlakuan (P6) memberikan respon kandungan P2O5 dan K2O terendah dibandingkan dengan perlakuan lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa dosis tertinggi diduga memiliki tingkat penyerapan P dan K oleh tanaman yang tertinggi. Tanaman kelapa dewasa akan memerlukan unsur P dan K yang cukup tinggi untuk pembentukan batang, bunga dan buah. Dari hasil analisis tanah di Cikalong (Tabel 2) dapat terlihat bahwa kandungan N setelah percobaan pada perlakuan P7 mengalami penurunan, sedangkan pada perlakuan lainnya mengalami peningkatan kecuali pada perlakuan P3 yang tetap. Hal ini menandakan bahwa pada perlakuan P7 terjadi penyerapan hara oleh tanaman terutama pada bagian berat buah utuh. Dosis yang tinggi pada P7 memungkinkan kebutuhan N tercukupi dengan kondisi curah hujan rendah, sehingga memperlambat penyediaan hara dan tingkat penguapan hara yang tinggi. Bentuk tablet dan dosis tinggi dapat mencegah tanaman kekurangan N akibat curah hujan yang rendah. Unsur N sangat penting karena berperan dalam pembentukan klorofil, enzim dan protein yang mendukung proses

fotosintesis fotosintat.

dan

memperbanyak

Hasil analisis tanah di Cijulang dapat terlihat bahwa kandungan N setelah percobaan, semua perlakuan mengalami penurunan, kecuali perlakuan P1 dan P7 mengalami kenaikan. Berbeda dengan kondisi di Cikalong, di Cijulang tanahnya relatif lembab, sehingga walaupun curah hujan rendah, tetapi kondisi tanah yang lembab memungkinkan penyerapan hara lebih efektif. Memperhatikan dinamika unsur hara di dalam tanah, khususnya ketersediaan unsur N, P, K akibat perlakuan, (1).Tingkat kesuburan tanah kedua lokasi memiliki kriteria yang rendah, namun demikian lokasi Cijulang lebih baik jika dibandingkan dengan lokasi Cikalong, (2).Tidak diperoleh kecenderungan meningkat atau menurunkankan nilai kandungan unsur N, P, dan K antar perlakuan, (3).Pemupukan N, P, dan K berupa bentuk pril (tunggal) atau tablet (majemuk) lebih efektif terserap tanaman, karena meninggalkan efek residu sama atau di bawah nilai kandungan tanpa pemupukan, (4).Pupuk tablet diduga lebih efisien karena menyisakan residu N, P, dan K yang sama atau di bawah pupuk pril, hal ini disebabkan kehilangan pupuk pril oleh penguapan dan pencucian pada masa percobaan akan lebih banyak jika dibandingkan dengan bentuk tablet, (5).Efisiensi tertinggi diduga pada perlakuan P7 dengan menyisakan residu P dan K yang terendah, dan N di Cikalong.

170 Zuriat, Vol. 19, No. 2, Juli-Desember 2008

Tabel 2. Data Analisis N,P dan K Sesudah Percobaan


Lokasi Cikalong P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 Cijulang P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 N Total (%) 0,28 R 0,26 S 0,20 R 0,28 S 0,22 S 0,25 S 0,18 R 0,46 S 0,37 S 0,34 S 0,40 S 0,34 S 0,34 S 0,43 S P2O5 (mg/100g) 18,34 R 15,79 R 16,76 R 17,96 R 20,95 R 17,73 R 15,80 R 24,06 S 25,40 S 20,95 R 21,21 S 21,46 S 27,59 S 19,20 R K2O (mg/100g) 16,63 R 14,39 R 18,86 R 17,21 R 17,28 R 19,95 R 17,78 R 20,73 S 22,22 S 17,28 R 17,57 R 17,84 R 23,89 S 16,60 R

Dari data curah hujan selama 10 tahun terakhir dan dari hasil perhitungan menurut Schimdt dan Ferguson (1952), rata- rata jumlah curah hujan tahunan di Kecamatan Cijulang Ciamis 2206,4 mm, termasuk tipe iklim B (basah), sedang di Kecamatan Cikalong Tasikmalaya rata rata jumlah curah hujan tahunannya 3047,688 mm, termasuk tipe iklim B (basah). Jumlah curah hujan tahunan baik di Kecamatan Cijulang maupun Cikalong termasuk curah hujan yang optimum untuk pertanaman kelapa, karena menurut Thampan (1982) curah hujan yang paling baik untuk pertanaman kelapa berkisar antara 1000-3000 mm, asal curah hujan merata sapanjang tahun. Hasil komunikasi dengan Ojang petani di Cijulang dan Iit petani di Cikalong dari bulan Juni 2008 sampai Desember 2008 secara periodik terjadi angin kencang dengan kecepatan yang tinggi, yang menyebabkan seluruh bagian batang atas dan tajuk kelapa bergerak, sehingga banyak buah kelapa termasuk buah dalam tandan yang diamati sebagian gugur dan ada yang semuanya gugur. Data hasil percobaan menunjukkan jumlah tandan per pohonnya hanya 6,4 tandan sampai 8,3

tandan dan jumlah buah per tandannya hanya 4,8 buah sampai 6,5 buah. Sedangkan menurut hasil penelitian Miftahorrachman (1996) jumlah tandan per pohon pada tanaman Kelapa Dalam DTA (Dalam Tenga) 13,64 tandan, DBI (Dalam Bali) 15,08 tandan, dan DPU (Dalam Palu) 14,16 tandan. Sedangkan jumlah buah per tandannya DTA (Dalam Tenga) 5,73 buah, DBI (Dalam Bali) 5,69 buah, dan DPU (Dalam Palu) 4,88 buah. Percobaan pemupukan pertama dimulai pada bulan Februari 2008, hujan turun selama 22 hari dengan curah hujan antara 1 mm sampai dengan 24 mm, jumlah curah hujannya pada bulan tersebut 408,5 mm. Dari bulan Maret 2008 sampai dengan September 2008 frekuensi curah hujan setiap bulannya rendah hanya 2 sampai 14 hari hujan dengan curah hujannya yang rendah antara 1 mm sampai 131 mm, dan ratarata curah hujan tiap bulannya antara 4,5 mm sampai 352,5 mm. Dari hasil kajian independen yang dilakukan oleh Seameo Biotrop Bogor bersama kemitraan (berita harian Kompas 18 Februari 2009), menemukan adanya kenaikan suhu di enam propinsi

Penampilan Hasil dan Kandungan Asam Lemak Jenuh

171

di Indonesia antara lain di Jawa Barat dan curah hujan yang tidak pasti.Model perubahan iklim yang dikaji dari data unsur suhu dan curah hujan sangat mempengaruhi produksi pertanian. Kenaikan suhu akan mempengaruhi proses respirasi dan fotosintesis tanaman yang akhirnya akan menghasilkan produksi biomassa dan hasil tanaman yang lebih rendah. Di Kecamatan Cikalong Tasikmalaya pemupukan pertama dimulai pada bulan Februari 2008, hujan turun selama 18 hari dengan curah hujan antara 1 mm sampai dengan 92 mm, jumlah curah hujannya pada bulan tersebut 480 mm. Dari bulan Maret 2008 sampai dengan September 2008 frekuensi curah hujan setiap bulannya rendah hanya 2 sampai 23 hari hujan dengan curah hujannya yang rendah antara 1 mm sampai 81 mm, dan rata-rata curah hujan tiap bulannya antara 5,4 mm sampai 480 mm. Ketika pemupukan kedua dilakukan pada minggu pertama bulan Juli 2008 yaitu dengan pupuk Urea, SP-36, dan KCl relatif tidak turun hujan juga sampai dengan bulan September 2008. Hujan mulai turun dari bulan Oktober 2008 sampai dengan Februari 2009. Dengan demikian efektivitas penyerapan hara oleh tanaman dimulai pada bulan Oktober 2008. Pada bulanbulan tidak turun hujan atau curah hujannya rendah mempengaruhi pembentukan dan perkembangan buah termasuk pembentukan endosperm (daging buah) pada buah yang tandannya diamati. Dengan demikian kemungkinan hara yang diserap digunakan untuk pembentukan dan perkembangan buah pada tandan yang muncul berikutnya. Menurut Thampan (1982), curah hujan yang tinggi dan merata berkisar antara 100 cm- 300 cm dibutuhkan oleh tanaman kelapa, distribusi curah hujan, kondisi drainase dan kelembaban air

tanah sangat penting daripada total komulatif curah hujan. Curah hujan yang tinggi dan merata lebih menguntungkan pada tanah yang drainasenya baik, pada periode musim kemarau yang panjang dengan berkurangnya air tanah, akan berpengaruh burukpada pertumbuhan dan produksi buah kelapa. Bila pada kondisi tersebut dan curah hujan tahunan kurang dari 100 cm secara ekonomi produksi akan baik bila dilakukan irigasi . Dari hasil penelitian di India ,selama beberapa tahun, hasil buah kelapa dipengaruhi oleh curah hujan hujan pada Januari sampai April, primordia spikelet dari rangkaian malai/tandan bunga terbentuk sekitar 15 bulan sebelum membukanya spata, dan bunga betina terbentuk sebelum 12 bulan , bahkan sebelum spata terbuka bunga betina membutuhkan 11 12 bulan untuk masak (reseptif). Kekeringan selama periode pembungaan akan menggugurkan spadik. Curah hujan tidak hanya mempengaruhi jumlah buah kelapa juga berpengaruh terhadap ukuran dan kualitas buah . pada pertanaman kelapa di beberapa negara masa kekeringan yang panjang akan mengurangi hasil kopra per buah dan hasi per luas lahan. Hasil pada masa kekeringan berkorelasi yang sangat erat (-0,81**) dengan hasil pada musim hujan (Smith, 1966 dalam Thampan ,1982). Hubungan antara distribusi curah hujan yang efektif terhadap hasil, lebih berpengaruh daripada jumlah curah hujan dengan hasil Sedangkan ketersediaan air yang sangat sesuai hanya 0 - 1 bulan kering , yang sesuai antara 1,1 2 bulan kering, kurang sesuai antara 2,1-4 bulan kering dan yang paling tidak sesuai lebih dari 4 bulan kering. (FAO, 1993 dalam Darwis, 1986) Sering kegagalan perkembangan buah pada umur buah tiga atau empat bulan antara lain disebabkan oleh cuaca yang kering (Thampan,1982)

172 Zuriat, Vol. 19, No. 2, Juli-Desember 2008

Kelembaban cuaca panas akan baik untuk pertumbuhan kelapa , kelembaban yang tinggi akan mempengaruhi penyerapan kandungan air dan nutrisi oleh tanaman kelapa dan juga serangan berbagai hama dan penyakit. Pada kadar air tanah yang tercekam , yang diinginkan hanya tiupan angin yang rendah. Dari hasil analisis homogenitas varians melalui uji Barlet pada Tabel 3, hanya

jumlah tandan per pohon yang heterogen, dengan demikian menunjukkan antara lokasi Cijulang dan Cikalong memberikan tampilan yang berbeda dalam menghasilkan jumlah tandan per pohonnya sebelas variabel lainnya antara ke dua lokasi menunjukkan homogen dengan demikian pada umumnya penampilan di kedua lokasi relatif sama, hasil analisis gabungan untuk ke dua lokasi tertera pada Tabel 4.

Tabel 3. Hasil Analisis Kehomogenan Varians Galat pada Dua Lokasi menurut Uji Barlet
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 Karakter Tandan/Pohon Buah/Tandan Diameter Buah (Cm) Panjang Buah (Cm) Berat Buah Utuh (g) Berat Buah Tanpa Sabut(Cm) Diameter Tempurung (Cm) Berat Tempurung (g) Tebal Daging Buah (Cm) Berat Daging Buah/Butir (g) Rendemen VCO (%) Fhit 5.70 3.47 24.21 18.81 14.49 81.20 11.26 22.64 11.23 5.70 3.47 Prob 0.044 0.159 0.971 0.871 0.659 1.000 0.411 0.954 0.408 0.063 0.054 Keterangan Heterogen Homogen Homogen Homogen Homogen Homogen Homogen Homogen Homogen Homogen Homogen

Pada Tabel 4, hasil analisis gabungan yang menunjukkan adanya interaksi antara pupuk dengan lokasi ( P X L) hanya pada berat buah utuh dan tebal daging buah, ke dua variabel tersebut penampilan di lokasi Cijulang dan Cikalong berbeda, maka untuk mengetahui rata-rata penampilan

perlakukan pupuk di kedua lokasi dari hasil analisis Duncan pada Tabel 5. Variabel variabel lainnya yang tidak menunjukkan interaksi berarti penampilan fenotipik di kedua lokasi relatif sama, hasil analisis Duncan gabungan antara lokasi Cijulang dengan Cikalong pada Tabel 6.

Penampilan Hasil dan Kandungan Asam Lemak Jenuh

173

Tabel 4. Nilai F Hitung Sumber Variasi Hasil Analisis Varians Gabungan


No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Karakter Buah/Tandan Diameter Buah (Cm) Panjang Buah (Cm) Berat Buah Utuh (g) Berat Buah Tanpa Sabut(Cm) Diameter Tempurung (Cm) Berat Tempurung (g) Tebal Daging Buah (Cm) Berat Daging Buah/Butir (g) Lokasi 3.47 79.13 10.36 2.71 1.27 9.43 18.04 0.11 15.29
ns * * ns ns * * ns ns ns

Pupuk 1.11 5.21 1.06 0.32 1.00 1.86 1.74 0.56 0.97 0.54
ns * ns ns ns ns ns ns ns ns

PxL 0.34 0.20 1.56 2.50 0.98 0.99 1.23 2.60 1.98 0.61
ns ns ns * ns ns ns * ns ns

PLokasi 0.159 0.002 0.047 0.198 0.343 0.053 0.022 0.753 0.22 0.32

Ppupuk 0.453 0.033 0.474 0.903 0.498 0.234 0.258 0.75 0.44 0.76

PGxL 0.912 0.973 0.185 0.038 0.451 0.477 0.312 0.032 0.51 0.72

Rendemen VCO (%) 1.37 Keterangan : ns = non significant pada taraf 5% * = significant pada taraf 5% P = peluang

Dari Tabel 5, penampilan berat buah utuh di Cijulang menunjukkan nilai tertinggi untuk perlakuan P7 (pupuk majemuk dosis tertinggi) namun tidak berbeda dengan yang tanpa pupuk. Kemungkinan penyerapan pupuk majemuk kurang efektif karena kekurangan air dan pupuk majemuk bersifat slow release. Di Cikalong pemupukan dengan pupuk majemuk P7 menghasilkan berat buah utuh terberat yang berbeda nyata dengan kontrol dan perlakuan lainnya. Tebal daging buah di Cijulang juga dengan perlakuan P7

menunjukkan daging buah paling tebal namun tidak berbeda nyata dengan tanpa pemupukan. Di Cikalong baik dengan pemupukan maupun tanpa pemupukan menunjukkan tebal daging buah yang tidak berbeda nyata. Melihat data Cijulang dibandingkan data Cikalong kemungkinan kelembaban tanah di Cijulang relatif lebih lembab dibandingkan Cikalong. Dengan demikian pupuk majemuk relatif terurai dan dengan dosis yang tinggi masih bisa diserap oleh tanaman.

Tabel 5. Hasil Uji Duncan di Lokasi Cijulang dan Cikalong


Cijulang No. Perlakuan Berat Buah Utuh (g) 2195.70 1544.92 1519.42 1215.04 1655.00 1553.96 1709.48 b a a a a a b Tebal Daging Buah (Cm) 1.01 0.94 0.90 0.72 0.93 0.73 1.06 b a a a a a b Cikalong Berat Buah Utuh (g) 1020.55 1201.69 1433.40 1392.13 1606.81 1498.82 1825.72 A A a a a a b Tebal Daging Buah (Cm) 0.83 0.89 0.86 0.88 0.94 0.93 0.85 a a a a a a a

1 2 3 4 5 6 7

P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7

174 Zuriat, Vol. 19, No. 2, Juli-Desember 2008

Variabel jumlah tandan per pohon, jumlah buah per tandan, diameter buah, panjang buah, berat buah tanpa sabut, diameter tempurung, berat tempurung, berat daging buah per butir, dan rendemen VCO di lokasi Cijulang dan Cikalong menunjukkan penampilan yang relatif sama, karena melihat hasil analisis Duncan (Tabel 6) menunjukkan tidak berbeda nyata. Melihat kenyataan tersebut respon penyerapan hara oleh tanaman terganggu karena relatif tidak turun hujan pada bulan Juni 2008 sampai dengan September 2008, pada saat tersebut pertumbuhan dan perkembangan buah sangat membutuhkan nutrisi. Melihat nilai densitas baik di Cijulang dan Cikalong masuk pada standar mutu VCO yang baik menurut APCC yaitu antara 0,91-0.92 (Bambang Setiaji dan Surip Prayugo, 2006). Asam kaprat

menurut standar APCC antara 4,5-8, pada Tabel 7 tampak,semua perlakuan pemupukan di Cijulang tidak memenuhi standar dan pemupukan tidak meningkatkan asam kaprat. Sedangkan di Cikalong yang tidak memenuhi standar hanya perlakuan P2. Asam laurat yang menjadi asam lemak utama sangat berguna untuk kesehatan, menunjukkan kenaikan sampai dengan 50,23 % hanya perlakuan P7 ,yaitu pemupukan majemuk dengan dosis tertinggi (5 kg) dibandingkan dengan tanpa pemupukan (44,39 %). Sedangkan di Cikalong naiknya hanya sampai 45,91 % dibandingkan dengan tanpa pemupukan dengan kandungan asam lauratnya 44,12 %. Dengan demikian kandungan asam lauratnya masih masuk ke dalam standar APCC kandungannya antara 43% - 53% (Bambang Setiaji dan Surip Prayugo, 2006).

Tabel 6. Hasil Uji Duncan Gabungan Lokasi Cijulang dan Cikalong


Perlakuan P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 Tandan/ Buah/ Pohon Tandan 6.74 a 7.54 a 6.81 a 6.71 a 7.44 a 9.06 a 7.44 a 5.68 7.1 4.8 5.9 5.89 7.54 6.69 a a a a a a a Berat Diameter Panjang Tanpa Buah (cm) Buah (cm) (g) 18.03 A 15.56 A 17.36 A 14.73 A 16.8 A 16.96 A 16.81 A 21.93 A 22.11 A 21.37 A 19.49 A 22.03 A 20.22 A 21.56 A 676.97 752.62 623.43 1557.9 1416.8 799.48 Buah Diameter Sabut Tempurung (cm) 11.6 9.96 9.6 a a a a a a a a a Berat Berat Daging Rendemen Tempurung Buah/ Butir VC0 (%) (g) (g) 253.69 a 210.74 a 269.78 a 182.82 a 260.53 a 219.4 a 259.04 a 345.48 a 274.48 a 308.95 a 284.19 a 298.69 a 274.99 a 328.92 a 4.74 a 5.45 a 4.41 a 5.91 a 6.02 a 5.87 a 6.00 a

12846.81 a

10.76 a 10.85 a 10.18 a 10.65 a

Tabel 7. Tabel Densitas dan Komposisi Asam Lemak


Densitas & Komposisi P1 Komposisi (%) P2 Komposisi (%) P3 Komposisi (%) P4 Komposisi (%) P5 Komposisi (%) P6 Komposisi (%) P7 Komposisi (%)

Cijulang Cikalong Cijulang Cikalong Cijulang Cikalong Cijulang Cikalong Cijulang Cikalong Cijulang Cikalong Cijulang Cikalong Densitas g/mL Asam Kaprat Asam Laurat 0.9212 8.16 44.39 0.9194 6.45 7.88 44.12 18.12 10.17 9.6 3.66 0.9194 0 4.36 43.61 21.81 13.06 10.48 4.03 0.9212 0 4.36 43.81 21.81 13.06 10.48 4.03 0.9158 0 3.45 39.5 23.03 14.43 14.58 5.01 0.9064 0 6.88 41.38 21.52 13.16 9.19 5.2 0.9172 0 3.13 37.28 23.05 15.67 15.34 5.53 0.9135 0 7.34 42.79 20.19 12.11 9.77 4.33 0.9263 0 3.58 38.4 24.26 15.12 10.02 6.24 0.9201 5.04 8.61 45.91 19.63 11.55 9.27 0 0.9158 0 2.73 37.95 23.25 15.41 16.19 4.47 0.9317 0 6.54 39.69 21.61 13.74 11.3 4.51 0.9183 0 3.73 50.23 22.58 11.22 8.5 3.74 0.9134 0 6.91 41.96 21.29 13.06 12.15 4.62

Asam Kaprilat 0

Asam Miristat 21.94 Asam Palmitat 12.28 Asam Oleat Asam Stearat 8.89 4.33

Penampilan Hasil dan Kandungan Asam Lemak Jenuh

175

Pemupukan pada tanaman kelapa merupakan tindakan yang sangat penting untuk dapat meningkatkan produktivitas kelapa, memperbaiki dan mempertahankan kesuburan tanah. Kehilangan unsur hara dari setiap hektar tanaman kelapa selama setahun adalah sebesar 148,2 kgN;59,2 kg P2 O5; 222,4 kg K2 O5; 51,4 kg CaO3 dan 84,7 kg Mg (Thampan, 1982). Tindakan pemupukan ini harus tetap dilakukan agar kekurangan akan unsur unsur hara ini akan tetap seimbang di dalam tanah sehingga dapat tetap memenuhi kebutuhan hara bagi tanaman untuk tumbuh dan menghasilkan buah secara optimal. Tanaman kelapa memerlukan unsur utama yaitu, N, P, K, Ca, Mg, S dan B, kekurangan unsur Kalium yang sering dijumpai dibandingkan dengan ke enam unsur lainnya, gejala desiensinya mungkin tidak nampak pada bagian morfologi tanaman tetapi akan terlihat pada produksinya yang rendah. Dari beberapa hasil penelitian pupuk Kalium mempunyai pengaruh yang nyata terhadap lan kualitas tanaman, karena Kalium diperlukan untuk pertumbuhan bagian vegetatif tanaman, produksi tandan buah, pembentukan pati. Secara fisiologis unsur ini berperan dalam fotosintesis, respirasi, pengaturan membuka dan menutup stomata serta aktifitas enzim. Pemupukan harus dilakukan dan akan lebih efektif bila ditunjang dengan curah hujan yang merata sepanjang tahun dan angin bertiup tidak dengan kecepatan yang kencang. Ketika mulai pertumbuhan dan perkembangan buah, angin bertiup sangat kencang, sehingga buah kelapa yang menjadi objek pengamatan banyak yang gugur sebelum di panen. Peristiwa alam ini sulit diatasi karena merupakan kejadian alam yang sulit diantisipasi.Tandan buah dan buah yang menjadi objek pengamatan banyak yang gugur

sebelum dipanen.Mengingat tanaman kelapa sebagai tanaman perkebunan yang habitusnya besar maka tidak mungkin dilakukan penyiraman, juga mengingat tanamannya yang tinggi sulit mengatasi gugurnya tandan kelapa atau buahnya yang gugur oleh tiupan angin.

Kesimpulan
Komponen hasil dan hasil genotip Kelapa Dalam setelah pemberian pupuk tunggal dan majemuk tablet, di kecamatan Cijulang Ciamis dan di kecamatan Cikalong Tasikmalaya Jawa Barat tidak menunjukkan penampilan yang berbeda dengan tanpa dipupuk. Namun, meningkatkan rendemen VCO dari 14,97% sampai 27%. Dan meningkatkan kandungan asam laurat dari 44,39% sampai 50,23%. Pada dosis pupuk tunggal P4 (Urea 1,5 kg/tan; SP-36 0,24 kg/tan, dan KCL2,4 kg/tan) menaikkan rendemen VCO 5,91%. Sedangkan pupuk majemuk tabletnya dengan dosis 1 kg/tan dapat meningkatkan rendemen VCO 6,02%., P6 dengan dosis 3 kg/tan meningkatkan rendemen VCO 5,87% dan P7 dengan dosis 5 kg/tan meningkatkan rendemen VCO 6,0%. Disarankan percobaan pemupukan diulang kembali dan informasi mengenai cuaca terutama jumlah dan distribusi curah hujan juga kecepatan angin perlu diperoleh dengan tingkat akurasi yang tinggi, agar diperoleh data yang lebih baik.

Ucapan Terima Kasih


Ucapan terima kasih disampaikan kepada Program Research Grant IMHERE PROJECT yang telah memberikan sumber dana penelitian, pada petani petani kelapa di Cijulang Ciamis dan Cikalong Tasikmalaya juga ke semua pihak yang telah membantu kelancaran penelitian.

176 Zuriat, Vol. 19, No. 2, Juli-Desember 2008

Daftar Pustaka
Abdurachman, A. dan Anny Mulyani. 2003. Pemanfaatan Lahan Berpotensi Untuk Alamsyah, A.N. 2005. Virgin Coconut Oil Minyak Penakluk Aneka Penyakit. Jakarta. Pengembangan Produksi Kelapa. Jurnal Litbang Pertanian, 22(1), 2003Agromedia Pustaka. Anne Nuraini, Nani Hermiati dan Santi Rosniawati. 2007. Evaluasi Marka Morfologi dan Asam Lemak Jenuh Rantai Sedang Kelapa Dalam ( Cocos nucifera L ) di Jawa Barat. Bambang Djatniko. 1991. Karakteristik Daging Buah Beberapa Kultivar Kelapa (Cocos nucifera L.) Jur. Penel. Kelapa Vol 5 No. 1 Bambang Setiaji dan Surip Prayugo.2006. Membuat VCO berkualitas Tinggi. Penebar Swadaya. Carpio, C.B., G.A. Santos, E.E. Emmanueland, H. Novarianto. 2005. Research on Coconut Genetic Resources in South East and East Asia, in Batugal, P.V. Ramanatha Rao and Jeffrey Oliver (ed.). International Plant Genetic Resources Institute. P.533-580. David Allorerung, Zainal Mahmud,dan Bambang Prastowo. 2006. Peluang Kelapa untuk SDA Pengembangan Produk Kesehatan dan Biodesel. Konperensi Nasional Kelapa VI. Gorontalo. Darwis, S.N. 1986. Tanaman Kelapa dan Lingkungannya. Departemen Pertanian . Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Balai Penelitian Kelapa Manado. Dinas Pertanian Kabupaten Ciamis. 2006. Data Statistik Perkebunan Rakyat. Semeter II tahun 2006.

Dinas Perkebunan Jawa Barat. 2007. Rekapitulasi Luas Areal,Produksi dan Pruduktivitas Perkebunan Propinsi Jawa Barat.menurut Jenis Usaha dan Komoditas (www . Disbun Jabar . go. Id.) Diakses 18 7 07. Dishutbun Kabupaten Tasikmalaya. 2006. Luas Areal dan Produksi Perkebunan Rakyat Kabupaten Tasikmalaya Propinsi Jawa Barat. Ketaren, S. 1986. Minyak dan Lemak Pangan. Jakarta, UI Press. Mahmud, Z. 1987. Peran Penelitian Kelapa dalam Menunjang Pembangunan Sektor Pertanian . Buletin Balitka. Maliangkay, R.B.R.M. Yulianus dan E.Manaroinsong. Pemupukan Kelapa di Indonesia.Balai penelitian Kelapa dan Palma Lain. dalam Badan pengembangan Pertanian .Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan. Balai Penelitian Tanaman Kelapa dan Palma Lain Manado. 2004. Novarianto, H. 1994. Analisis Keragaman Pola Pita Isozim dan Pewarisannya, Dan Analisis Kandungan Minyak, Komposisi Asam Lemak dan Kandugan Protein Kelapa. Tesisi Program Pascasarjana, IPB Bogor. Tidak Dipublikasi Novarianto, H., Rusthamrin H. Akuba dan Meldy L.. Hosang. 2005. Memordenisasi Perkelapaan di Indonesia dengan Inovasi Teknologi. Prosiding. Simposium IV Hasil Penelitian Tanaman Perkebunan. Bogor. Sumarsono, 2000. Keanekaragaman Genetik Lima Populasi Kelapa Dalam dari Jawa

Penampilan Hasil dan Kandungan Asam Lemak Jenuh

177

Berdasarkan Penanda RAPD. Tesis Program Pascasarjana IPB.Tidak diplublikasikan

Susilo Wibowo. 2006. Manfaat VCO untuk Kesehatan. Konperensi Nasional Kelapa VI. Gorontalo.

Thampan , T.K.1981. Handbook On Coconut Palm. Oxford & IBH Publishing Co. New Delhi Bombay Calcuta.

178 Zuriat, Vol. 19, No. 2, Juli-Desember 2008

You might also like