You are on page 1of 29

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

1.

Tinjauan Pustaka Menurut Antroplogi kebudayaan adalah seluruh sistem gagasan dan

rasa tindakan dan karya yang dihasilkan manusia dalam kehidupan bermasyarakat, yang dijadikan miliknya dengan belajar. Dengan demikian hampir semua tindakan manusia adalah kebudayaan, karena jumlah tindakan yang dilakukannya dalam kehidupan bermasyarakat yang tidak dibiasakannya dengan belajar, yaitu (tindakan naluri, refleks, tindakan tindakan yang dilakukan akibat suatu proses psikologi), maupun berbagai tindakan membabi buta yang terbatas. Bahkan berbagai tindakan yang merupakan nalurinya juga telah banyak dirombak oleh manusia sendiri, sehingga menjadi tindakan kebudayaan (Koentjaranigrat, 1996:72-73). Dalam prespektif ini kebudayaan dilihat sebagai konsep konsep, teori teori, dan metode metode yang diyakini kebenarannya oleh warga masyarakat yang menjadi pemiliknya. Kebudayaan dengan demikian merupakan sistem sistem awal yang ada pada berbagai tingkat pengetahuan dan kesadaran dan bukan pada tingkat gejala yaitu pada tingkat kelakuan atau hasil kelakuan sebagaimana di defenisikan oleh Prof. Koentjaraningrat.

Universitas Sumatera Utara

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia yaitu indera penglihatan, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui pendidikan, pengalaman sendiri maupun pengalaman orang lain, media massa maupun lingkungan.

1.1.

Tingkat Pengetahuan di Dalam Domain Kognitif Menurut Notoatmodjo, ada beberapa pengetahuan, yaitu :

1.

Tahu (Know) Tahu diartikan sebagai mengingat sesuatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu, tahu ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja yang digunakan untuk mengukur bahwa orang tabu tentang apa yang telah dipelajari antara lain menyebutkan, menguraikan, mendefenisikan, menyatakan dan sebagainya.

2.

Memahami (Comprehension) Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang telah diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau

Universitas Sumatera Utara

materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan dan sebagainya terhadap objek yang telah dipelajari. 3. Aplikasi (Aplication) Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang dipelajari pada situasi atau kondisi sebenarnya. Aplikasi disini dapat diartikan sebagai aplikasi atau pengetahuan hukum- hukum, rumus metode, prinsip dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain. 4. Analisis (Analysis) Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek kedalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam suatu struktural organisasi dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja, seperti dapat menggambarkan, membedakan, memisahkan, mengelornpokkan dan sebagainya. 5. Sintetis (Syntetis) Sintetis menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari fofmulasi-formulasi yang ada. 6. Evaluasi (Evaluation) Evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian itu

Universitas Sumatera Utara

didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada.

2.1.

Kanker Payudara Kanker payudara adalah sekelompok sel yang tidak normal pada

payudara yang terus tumbuh berlipat ganda. Pada akhirnya sel-sel ini menjadi bentuk benjolan di payudara. Kanker payudara merupakan salah satu bentuk pertumbuhan sel atau pada payudara. Dalam tubuh terdapat berjuta-juta sel. Salah satunya, sel abnormal atau sel metaplasia, yaitu sel yang dapat berubahubah tetapi rnasih dalam batas normal. Akan tetapi, jika sel metaplasia ini dipengaruhi faktor lain maka akan:, menjadi sel displasia. Yaitu sel yang berubah menjadi tidak normal dan terbatas dalam lapisan epitel (lapisan yang menutupi permukaan yang terbuka dan membentuk kelenjer-kelenjer). Dimana pada suatu saat sel-sel ini akan berkembang menjadi kanker karena berbagai faktor yang mempengaruhi dalam kurun waktu 10-15 tahun. (Kasdu.D.2005) Sel pembentuk kanker payudara

Gambar. 2.1

Universitas Sumatera Utara

Gambar. 2.2 Sel berlipat ganda dan menyebabkan infeksi pada payudara

2.1.2. Tanda-tanda Kanker payudara Adapun tanda-tanda dari kanker payudara adalah, teraba adanya benjolan dimana keadaan benjolan ini tidak sakit, tunggal pada payudara, dengan konsistensi yang keras dan padat. Benjolan tersebut terbatas tegas dengan ukuran dari 5 sentimeter. Selain benjolan pada payudara, tanda-tanda kanker payudara adalah : Terdapat kemerahan atau luka yang terus-menerus disekitar payudara Puting susu berdarah atau mengeluarkan cairan yang tidak normal Kulit payudara berubah menjadi bengkak dan berkerut Puting susu tertarik kedalam.(Tapan.E.2005)

Universitas Sumatera Utara

Gambar. 2.3

2.1.3. Pemeriksaan Kanker Payudara Periksa payudara sendiri (SADARI) merupakan langkah awal untuk mendeteksi adanya kelainan pada payudara. Dimana Periksa Payudara Sendiri (SADARI) sebaiknya dilakukan seminggu setelah selesai haid. Periksa Payudara Sendiri (SADARI) dilakukan pada usia 20-30 tahun, minimal tiap tiga bulan sekali, tetapi akan lebih baik dilakukan sebulan sekali setelah selesai haid. Periksa Payudara Sendiri (SADARI) adalah bagian penting dari perawatan kesehatan, yang dapat melindungi dari resiko terkena kanker payudara. Untuk mendeteksi kanker payudara stadium dini sangat mudah, dengan melakukan SADARI, dapat diketahui secara dini terjadinya kanker

Universitas Sumatera Utara

payudara. Periksa Payudara Sendiri (SADARI) dapat dilakukan dirumah, cukup beberapa menit dan sebulan sekali setelah selesai haid. Periksa Payudara Sendiri (SADARI) merupakan langkah awal untuk mendeteksi adanya kelainan pada payudara. Periksa Payudara Sendiri (SADARI) sebaiknya dilakukan seminggu setelah menstruasi, karena pada saat selesai menstruasi kondisi payudara lunak dan longgar, sehingga dapat memudahkan perabaan. Periksa Payudara Sendiri (SADARI) dilakukan pada. usia 20-30 tahun, minimal dilakukan tiga tahun sekali. Pada usia 30-40 tahun sebaiknya dilakukan 1-2 tahun sekali. Pada usia 40-50 tahun sebaiknya dilakukan tiap tahun ditambah dengan pemeriksaan mamografi.

2.1.4. Manfaat Periksa payudara Sendiri (SADARI) Manfaat periksa payudara sendiri (SADARI) adalah untuk mendeteksi sedini mungkin adanya kelainan pada payudara karena kanker payudara pada hakikatnya dapat diketahui secara dini oleh para wanita usia subur. Setiap wanita mempunyai bentuk dan ukuran payudara yang berbeda, bila wanita memeriksa payudara sendri secara teratur, setiap bulan setelah haid, wanita dapat merasakan bagaimana payudara wanita yang normal. Bila ada perubahan tentu wanita dapat mengetahuinya dengan mudah.

Universitas Sumatera Utara

2.1.5. Dasar melakukan Pemeriksaan Payudara Sendiri Dalam melakukan pemeriksaan payudara sendiri ada pedoman yang harus diketuhi. Pedoman WASPADA:. W : Waktu buang air besar terjadi perubahan atau gangguan A : Alat pencernaan terganggu atau sulit menelan S : Suara serak atau batuk yang sulit sembuh P : Payudara atau tempat lain ada benjolan A : Andeng Andeng yang berubah sifat , cepat besar, atau gatal D : Darah atau lender abnomal keluar dari tubuh A : Ada koreng atau borok yang sulit sembuh Pedoman WASPADA bukan hanya berlaku pada penderita kanker payudara saja, tetapi untuk semua kemungkinan tumor jinak atau degenerasi ganas. (Manuaba, 2000) Pemeriksaan payudara sendiri memiliki bagian bagian (lingkungan) yang dimana apabila diraba akan terasa berbeda beda. Sisi atas agak kesamping (dekat ketiak) cenderung terasa bergumpal gumpal besar. Payudara bagian bawah terasa seperti hamparan pasir dan kerikil. Sedangkan bagian bawah puting susu terasa seperti segumpalan biji bijian yang besar. Kadang ada juga gumpalan yang menyerupai sebuah mangkuk. Kondisi seperti ini bisa berbeda pada tiap wanita. Pada tahap awal akan cukup membantu jika membuat Peta lingkungan pada payudara, dimana hal ini dapat bermanfaat sebagai bahan perbandingan ada pemeriksaan payudara sendiri, dari bulan pertama

Universitas Sumatera Utara

dilakukannya Periksa Payudara Sendiri (SADARI) ke bulan berikutnya dilakukan Periksa Payudara Sendiri (SADARI). Yang terpenting dalam hal ini merasakan bagaimana kondisi payudara. (Rahayu T, 2007)

2.2.

Pemeriksaan Lengkap Payudara Sendiri (SADARI)

2.2.1 Inspeksi Payudara Kiri Dan Kanan Berdiri didepan cermin dengan keadaan kedua tangan berada disamping badan, lalu memperhatikan seluruh payudara. Memperhatikan apakah bentuk dan ukuran payudara simetris. Memperhatikan bila ada benjolan atau perubahan bentuk pada payudara, adakah perubahan warna pada kulit payudara atau luka yang lama tidak sembuh pada sekitar putting susu.

Gambar. 2.4

Setelah

kedua

tangan

diletakkan

disamping

badan,

kemudian

mengangkat kedua tangan lurus dibelakang kepala. Pada keadaan tangan berada

Universitas Sumatera Utara

dibelakang

kepala,

memperhatikan

bentuk

dan

ukuran

payudara

memperhatikan adakah benjolan atau perubahan bentuk pada payudara.

Gambar. 2.5

Dengan keadaan dua siku mengarah kesamping, tekanlah telapak tangan yang satu kuat kuat pada yang lain. Cara ini akan mengangkat otot otot dada, dimana dengan cara ini akan lebih mudah melihat perubahan perubahan seperti cekungan dan benjolan akan terlihat kelihatan.

Gambar. 2.6

Universitas Sumatera Utara

2.2.2. Palpasi Puting Susu Memencet atau menekan putting susu secara pelan pelan pada kedua payudara dan mengamati apakah ada cairan yang keluar tidak normal, seperti cairan yang berwarna kemerah merahan.

Gambar. 2.7

2.2.3. Palpasi Payudara Kiri Pemeriksaan dilanjutkan pada bagian bawah dalam payudara kiri. Dimana posisi badan dalam keadaan berbaring, dengan tangan kiri berada dibawah kepala, sedangkan tangan kanan meraba payudara krii. Kemudian meletakkan bantal kecil dibawah punggung kiri. Perabaan dilakukan dengan tiga ujung jari tengah yang dirapatkan, melakukan pemeriksaan berupa penekanan pada payudara dengan gerakan mulai dari tepi ujung putting susu bagian dalam lalu melingkar kearah luar sampai semua payudara terperiksa dengan arah searah putaran jarum jam. Kemudian lakukan pemeriksaan ketiak sebelah kiri dengan penekanan yang lembut, apakah terdapat benjolan atau tidak.

Universitas Sumatera Utara

Gambar 2.8

2.2.3Palpasi Payudara Kanan Cara pemeriksaan sama seperti pada payudara kiri, yakni posisi badan dalam keadaan berbaring dengan tangan kanan berada dibawah kepala, sedangkan tangan kiri meraba payudara kanan. Perabaan dilakukan dengan tiga ujung jari tengah yang dirapatkan. Melakukan pemeriksaan berupa penekanan yang lembut pada payudara dengan gerakan memutar mulai dari tepi putting susu bagian dalam, lalu melingkar kearah luar sampai semua payudara teriperiksa dengan arah searah putaran jarum jam. Kemudian lakukan pemeriksaan ketiak sebelah kanan dengan penekanan yang lembut, apakah ada benjolan atau tidak.

Universitas Sumatera Utara

Gambar 2.9 2.3. Pemeriksaan Mamografi Tujuan utama pemeriksaan mamografi adalah untuk deteksi dini keganasan kanker payudara. Mamografi terutama berperan pada payudara yang mempunyai jaringan lemak yang dominant. (Ramli M.2005) Pemeriksaan dengan mamografi, biasanya tidak dianjurkan untuk dilakukan pada usia kurang dari 25 tahun, karena struktur jaringan payudara masih padat sehigga dengan alat tersebut masih sukar untuk mendeteksi bibit kanker. Sebagai gantinya bliasa digunakan pemeriksaan dengan ultrasonografi (USG). Tekanan pada payudara sewaktu pemeriksaan mamografi akan mernberikan perasaan yang kurang menyenangkan pada kedua payudara, untuk itu lebih mudah untuk melakukan pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) setelah 1 minggu masa haid berlangsung.

Universitas Sumatera Utara

Karakteristik Wanita Usia Subur Yang Memperngaruhi Pengetahuan Tentang Periksa Payudara Sendiri (SADARI) 2.4.1. Umur Wanita Usia Subur Umur adalah lama waktu hidup atau ada (sejak dilahirkan atau diadakan). Umur adalah lamanya hidup sejak dilahirkan hingga saat ini. Umur merupakan periode penyesuaian terhadap pola pola kehidupan baru. Pada masa ini merupakan usia produktif, masa bermasalah, masa ketegangan emosi, masa keterasingan sosial, masa komitmen, masa ketergantungan, masa perubahan nilai, masa penyesuaian dengan cara hidup baru, masa kreatif. Pada masa dewasa ditandai oleh perubahan jasmani dan mental. Kemahiran dan keterampilan dan profesional yang dapat menerapkan dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi serta kesenian. (Harlock, 2002) Pembagian umur menurut tingkat kedewasaan : a. b. c. 20 30 tahun 31 40 tahun 41 50 tahun Jika dihubungkan umur dengan pengetahuan wanita usia subur tentang pentingnya Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI), maka semakin

bertambahnya umur, maka akan semakin banyak pengalaman yang dimiliki oleh wanita subur, semakin banyak informasi yang diperoleh wanita usia subur dan semakin memahami apa kegunaan dilakukannya SADARI untuk kesehatan dalam upaya pencegahan dini atas terjadinya kanker payudara. (Hawari D, 2004)

Universitas Sumatera Utara

2.4.2. Pendidikan Wanita Usia Subur Pendidikan secara umum adalah segala upaya yang direncanakan untuk mempengaruhi orang lain baik individu, kelompok atau masyarakat sehingga mereka melakukan apa yang diharapkan oleh pelaku pendidikan. Pendidikan merupakan suatu fase belajar yang berarti pendidikan itu terjadi proses pertumbuhan, perkembangan atau perubahan kearah yang lebih dewasa yang lebih baik dan lebih matang pada diri individu, kelompok atau masyarakat. Pendidikan merupakan jenjang pendidikan formal terakhir yang pernah diikuti oleh seseorang. (Notoatmadjo, 2003) Pembagian tingkat pendidikan antara lain : 1. Pendidikan Dasar : SD, SMP/Sederajat

2. Pendidikan Menengah : SMA/Sederajat 3. Pendidikan Tinggi : Akademik/Perguruan Tinggi

Pendidikan wanita usia subur terkait tentang pentingnya SADARI memiliki kontribusi yang penting terkait dengan pemahaman akan berusaha pencegahan dini terjadinya kanker payudara. Pendidikan wanita usia subur membuat penyerapan informasi yang diberikan semakin mudah diketahui. Sehingga tingkat kesehatan akan semakin baik. Kurangnya pengetahuan wanita usia subur tentang pentingnya SADARI disebabkan oleh tingkat pendidikan yang rendah. Hal ini disebabkan karena wanita usia subur tidak mengetahui apa kegunaan dilakukannya pemeriksaan dini pada payudara. (Hawari D, 2004)

Universitas Sumatera Utara

2.4.3. Pekerjaan Wanita Usia Subur Pekerjaan merupakan pekerjaan formal dilakukan dalam kehidupan sehari hari. Pengalaman dan pendidikan sekarang sejak kecil akan memperngaruhi sikap dan penampilan mereka. Dalam kaitannya dengan pekerjaan, Hurlock dalam bukunya psikologi perkembangan mengemukakan bahwa kesesuaian antara pekerjaan diri seseorang memberikan kesan tersendiri. Ini berarti makin sesuai bakat dan minat seseorang dengan pekerjaan, maka makin tinggi pula tingkat kepuasan yang diperoleh dari pekerjaannya berserta status sosial ekonomi yang dicapai. (Hurlock, 2002) Pembagian tingkat pekerjaan antara lain : 1. Bekerja 2. Tidak Bekerja : PNS, Pegawai Swasta, Wiraswasta : Ibu Rumah Tangga

Hubungan pekerjaan wanita usia subur mengenai pentingnya melakukan SADARI sangat terkait. Dimana wanita yang bekerja akan lebih mudah untuk mendapatkan informasi terkait dengan pelaksanaan SADARI dibandingkan dengan wanita yang tidak bekerja. Pemikiran wantia usia subur yang bekerja akan lebih luas, dimana wanita tersebut mempunyai wawasan ataupun pengetahuan yang lebih. Wanita yang bekerja akan lebih cermat mengamati setiap informasi yang didapatkan. Sedangkan wanita yang tidak bekerja, cara berpikir serta pengetahuan yang dimilikinya sangat sedikit. (Notoadmodjo, 2003) Kurangnya pengetahuan wanita usia subur tentang pentingnya

melakukan SADARI dapat disebabkan oleh pekerjaan wanita usia subur. Hal ini

Universitas Sumatera Utara

disebabkan oleh kurangnya informasi yang diterima wanita usia subur tentang pentingnya melakukan SADARI. (Hawari D, 2004)

2.4.4. Sumber Informasi Wanita Usia Subur Sumber informasi kesehatan dibagi menjadi dua sumber yaitu sumber eksterm dan sumber informasi inten. Sumber informasi ekstern adalah informasi yang diperoleh dari petugas kesehatan, TV, Media Massa, dan Elektronik. Sedangkan sumber informasi intern adalah informasi yang berasal dari teman, orang tua, dan keluarga. Informasi terkait dengan pentingnya SADARI, dapat diperoleh dari media massa, media elektronik, papan bill board dan dapat juga dari petugas kesehatan atau pun teman dan keluarga. Wanita usia subur yang berusaha mendapatkan informasi terkait dengan SADARI akan lebih mengerti terhadap apa apa yang perlu dilakukan. Semakin banyak informasi yang didapatkan wanita usia subur tentang SADARI, maka wanita usia subur akan lebih mengerti tentang SADARI. Sebaliknya kurangnya informasi yang didapat wanita usia subur menyebabkan ketidak kurangnya tentang SADARI (Hawari D, 2004)

2.4.4.1. Media Berdasarkan fungsinya sebagai penyaluran pesan pesan kesehatan (Media) dibagi menjadi 3 yakni : A. Media Cetak

Universitas Sumatera Utara

Media cetak sebagai alat untuk menyampaikan pesan pesan kesehatan, sangat bervariasi antara lain : 1. Booklet, ialah suatu media untuk menyampaikan pesan pesan kesehatan dan bentuk buku, baik tulisan maupun gambar. 2. Leaflet, ialah bentuk penyampaian informasi atau pesan pesan kesehatan melalui lembaran yang dilipat. 3. Flyer (selebaran) ialah seperti leaflet tetapi tidak dalam bentuk lipatan. 4. Flip Chart (lembaran balik) ialah media penyampaian pesan atau informasi kesehatan dalam bentuk lembaran balik. 5. 6. Rubrik tulisan tulisan pada surat kabar atau majalah Poster ialah bentuk media cetak berisi pesan pesan atau informasi kesehatan 7. B. Foto dimana mengungkapkan informasi informasi kesehatan. Media Elektronik

Media elektronik merupakan sebagai sarana untuk menyampaikan pesan pesan atau informasi informasi kesehatan, yang jenisnya berbeda beda antara lain : 1. Televisi, menyampaikan pesan atau informasi informasi melalui media televisi dapat dalam bentuk sandiwara, sinetron, forum diskusi, quiz atau cerdas cermat dan sebagainya.

Universitas Sumatera Utara

2.

Radio, penyampaian informasi atau pesan pesan melalui radio juga dapat berbentuk macam macam antara lain Obrolan (Tanya Jawab), sandiwara radio, ceramah, radio sport dan sebagainya.

3.

Video, penyampaian informasi atau pesan pesan dapat melalui video.

4.

Slide, slide juga dapat digunakan untuk menyampaikan pesan atau informasi

5.

Film Stip, juga dapat digunakan untuk menyampaikan pesan pesan kesehatan.

C.

Media Papan (Bill Board)

Papan (bill board) juga dipasang ditempat tempat untuk dipakai, dimana diisi dengan pesan pesan atau informasi informasi kesehatan. Media papan disini juga mencakup pesan pesan yang ditulis pada lembaran seng yang ditempel pada kendaraan kendaraan umum (bus atau taksi). (Notoadmodjo, 2003)

2.4.4.2. Non Media Berdasarkan fungsinya penyaluran pesan pesan non media dapat diperoleh dari berbagai hal, antara lain : 1. Petugas Kesehatan

Petugas kesehatan dapat memberikan informasi kesehatan kepada masyarakat melalui penyuluhan kesehatan untuk dapat dilakukan oleh

Universitas Sumatera Utara

masyarakat dalam kehidupannya dimana ini berguna dalam upaya peningkatan kesehatan. (Notoadmodjo, 2005) 2. Keluarga / Teman

Keluarga / teman adalah sumber yang paling dekat dimana merupakan sumber informasi yang paling mudah diterima oleh orang lain.

2.5.

Gambaran Umum Lokasi Penelitian Desa Sidomulyo Dusun III atau yang disebut juga Kapunden mempunyai

2.5.1. Profil Desa Sidomulyo

luas wilayah lebih kurang 92,5 Ha yang berbatasan dengan: - Utara dengan Dusun II (Waringin) Desa Sidomulyo - Timur dengan Desan Tandam Hulu, Kec, Hamparan Perak, DS - Selatan dengan Dusun IV (Sendangsari) Desa Sidomulyo - Barat dengan Dusun II (Waringin) Desa Sidomulyo

2.5.2. Penduduk Penduduk Dusun Kepunden hanya terdiri dari 329 KK yang terdri dari 1.276 jiwa dengan komposisi 628 Laki-laki dan 648 Perempuan. Dari 1.276 jiwa ini didominasi oleh etnis Jawa, yaitu sebanyak 1.182 jiwa dan sisanya selebihnya pada etnis Cina, Melayu, Batak, Aceh dan Minang. Dengan melihat persebaran penduduk berdasarkan etnis, sudah dapat dipastikan persebaran penduduk berdasarkan agama, pemeluk agama Islam yang terbesar. Hal ini terbukti berdasarkan data statistic Desa Sidomulyo tahun 2009 pemeluk agama Islam

Universitas Sumatera Utara

sebanyak 1.197 jiwa. Selebihnya pemeluk agama Budha berjumlah 78 jiwa dan pemeluk agama Kristen hanya 1 jiwa.

Gambar. 2.10. Mesjid Ar-Rahim yang terletak di dusun III

Gambar. 2.11. Vihara Budhidarma, satusatunya tempat ibadah bagi orang Budha yang ada di Dusun III Desa Sidomulyo

Dari data desa tahun 2009 tercatat bahwa jumlah penduduk dengan tingkatan umur dengan pembagian yang cukup berimbang dengan komposisi seperti yang terlihat pada tabel berikut ini.

Tabel 2.1. Jumlah Penduduk Berdasarkan Usia Tahun 2009 No. 1. 2. 3. 0- 5 6 11 12 17 Usia Jumlah 97 jiwa 121 jiwa 128 jiwa 7,60 9,48 10,03 Persentase (%)

Universitas Sumatera Utara

4. 5. 6. 7. 8.

18 23 24 29 30 40 41 50 50 tahun keatas

163 jiwa 187 jiwa 148 jiwa 165 jiwa 276 jiwa

12,8 14,65 11,59 12,93 20,92

Sumber : Data Desa

Bila dilihat pada tabel tersebut, penduduk Desa Sidomulyo dengan usia 50 tahun keatas lebih besar daripada penduduk dengan beberapa tingkatan usia. Ini juga menunjukkan bahwa orang-orang tua menguasai berdasarkan jumlah yang mungkin sangat mempengaruhi dalam beberapa keputusan tentang desa. 2.5.3. Pendidikan Kemudian bila dilihat berdasarkan data desa tentang tingkat pendidikan penduduk di Desa Sidomulyo Dusun III ini, boleh dikatakan masyarakat yang berpendidikan rendah. Sebagian besar dari mereka hanya mengecap pendidikan Sekolah Dasar, yakni hanya 412 jiwa dan merupakan angka yang paling besar. Sedangkan yang tamat Sekolah Lanjutan Pertama atau sederajat sebesar 206 jiwa dan semakin tinggi tingkatan pendidikan, semakin menurun jauh usia yang berkecimpung di tingkat pendidikan tersebut. Misalnya untuk masyarakat yang berpendidikan Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA) atau yang sederajat sebanyak 162 jiwa dan tamat akademi hanya 12 jiwa sedangkan untuk tamat Strata 1 (S1) hanya 2 jiwa.

Universitas Sumatera Utara

Gambar. 2.12. SD Negeri 054866 yang ada di Desa Sidomulyo, di desa ini khususnya Dusun III hanya terdapat Sekolah Dasar.

Dengan melihat data

komposisi penduduk berdasarkan pendidikan, maka

sebenarnya kita sudah dapat memprediksikan pekerjaan masyarakat desa Sidomulyo yaitu sperti yang terlihat pada table berikut ini. Tabel 2.2. Komposisi Penduduk Berdasarkan Jenis Pekerjaan No. 1. 2 3. 4. 5. 6. Petani Buruh/Karyawan Swasta PNS / Guru TNI / Polri Pedagang Tenaga Medis Pekerjaan Jumlah Persentase 214 29,43 402 55,29 8 1.10 7 0,96 94 12,92 2 0,27

Sumber : Data Desa Tahun 2009

Universitas Sumatera Utara

Jadi terlihat ada kaitannya komposisi pendidikan dengan komposisi pekerjaan. Sebagian besar pekerjaan yang mereka geluti boleh dikatakan yang tidak memerlukan keterampilan atau pendidikan tinggi.

2.5.4. Sejarah Desa Sidomulyo Pada masa sebelum Kemerdekaan Tahun 1945, tepatnya di tahun 1940-an, daerah yang sekarang disebut Desa Sidomulyo, adalah merupakan perkebunan pemerintah Belanda, yang pada masa tersebut dalam keadaan transisi. Dimana Pekerbunan tersebut masih ada namun tidak begitu berfungsi. Dahulunya daerah ini merupakan perkebunan tembakau Belanda. Pada masa itu transportasi jalan menggunakan LORI, dimana jalan desa yang sekarang ini adalah bagian dari jalan perkebunan, berupa rel rel yang memanjang dari dusun 3 sekarang sampai ke pusara Cengkeh Turi. Disebelah rel ada jalan setapak yang dipergunakan sebagai jalan non LORI, seperti dokar atau pejalan kaki. Lori itu sendiri adalah alat angkutan semacam kereta api, tapi khusus untuk angkutan hasil perkebunan. Tidak berfungsinya Perkebunan tersebut, secara sporadis menimbulkan pemukiman disana sini, akibat dari adanya masyarakat awal yang masuk dan membuka lahan, tanpa ada aturan yang resmi pada masa itu. Pertama sekali yang boleh disebut sebagai pemukiman penduduk pada masa itu adalah pemukiman yang sekarang ini disebut sebagai Dusun III. Disinilah cikal bakal pembentukan Desa Sidumulyo. Selanjutnya pemukiman ini yang kontrak kebun

Universitas Sumatera Utara

tersebut. Artinya ada sebagian pekerja kebun keluar dari kontrak kerjanya dan ikut bermukim didaerah baru ini. Adanya beberapa pemukim yang masuk, walaupun secara sporadis, ini menimbulkan suasana baru didaerah perkebunan tersebut. Dahulunya karena perkebunan mempunyai nama KEBUN PUNGAI, maka daerah dimana pembuka lahan awal tersebut juga disebut sebagai daerah PUNGAI Pasar 8. Pada dedake 1941-an, pendatang pendatang dari luar, yang kesemuanya mayoritas orang jawa, terus membuka areal bekas perkebunan Pungai ini, sehingga jumlah kepala Keluarga yang tinggal di daerah Desa III sekarang tersebut semakin bertambah. Lebih kurang ada sekitar 20an rumah yang terbangun sederhana, dengan kayu dan bambu juga atap lalang juga tepas, namun ada juga yang sudah pakai atap nipah. Namun hal yang perlu dicatat disini bahwa sebelum para pembuka lahan cikal bakal Desa Sidomulyo ini bermukim, didaerah itu sudah ada beberapa keluarga daru suku Banten dan Melayu tinggal didaerah tersebut. Salah satunya adalah orang pintar yang dihormati, karena dari cerita yang beredar ia masih tergolong keturunan pembesar pembesar pada jamannya, yang bergelar Datuk USUP. Pada masa pembukuan ini, Datuk Usup sudah lama meninggal Dunia, Dan dikuburkan diareal yang sekarang disebut Dusun III. Melengkapi jumlah penduduk pada masa itu, orang orang yang sudah datang sebagai pekerja pekerja kebun yang lebih dikenal sebagai WEREG, juga masih menempati rumah rumah pondok yang dibangun oleh pihak

Universitas Sumatera Utara

perkebunan, yang lokasinya dahulu terletak di depan Perkuburan Umum Sidomulyo. Sekara n g disebut denga n PONDOK TENGAH, da n ada juga

pondok disekitar paret 12 sekarang, yang disebut PONDOK PANJANG. Adanya pemukiman yang spradis ini, ternyata mampu menimbulkan komunikasi antar warga, yang menjadi titik awal pentingnya sebuah kepengurusan masyarakat. Kepentingan kepentingan tentang kesehatan, pernikahan, keagamaan dan lain sebagainya yang dulunya mesti harus dilakukan jalan kaki atau naik Dolar Ke Binjai (KOTA BINJAI sekarang), sangatlah dirasa merepotkan penduduk yang bermukim didaerah PUNGAI tersebut, karena jaraknya yang terlalu jauh. Bergabungnya perkebunan sebagai penguasa pada masa itu, dengan para pemukiman baru sebagai pembuka lahan baru didaerah, dengan berbagai macam keperluan yang terjadi dalam komunitas baru, menjadikan Pihak perkerbunan yang pada masa itu adalah bagian dari Struktur Pemerintahan yang dianggap Resmi, maka muncullah perintah dari Asisten (Setingkat Camat Sekarang ini) untuk menunjuk satu orang yang difungsikan sebagai wakil pemerintahan di daerah PUNGAI, yang ditegaskan untuk menyelesaikan hal hal yang menjadi keperluan para penduduk tersebut. Selanjutnya di tunjukkan OK HAMZAH seba gai Kepa la Desa Perta ma untuk mengurus wa rga PUNGAI baru itu. Dengan demikian semua urusan kemasyarakatan ditampung oleh OK HAMZAH.

Universitas Sumatera Utara

2.5.5. Adanya Kepemimpinan Pemerintahan Awal Desa Sidomulyo 1. OK. ( orang kaya) HAMZAH (1942-1944) 2. NGADIMUN (TIMBUL) (1944-1947) 3. DARJO (1947-1949) 4. NGADIMUN (1949-1953) 5. SAMAD (1953-1957) 6. KASAN MULYO (1957) 7. MANGUNSETIMO (1957-1966), yang mana pada masa ia memimpin terjadi era perkembangan kemajuan desa. 8. TUKIMUN (1966)= 6 bulan saja 9. SUHADI (1966-1968) 10. SK HAMZAH (1968-1970) 11. SARNO (1971-1995) 12. DARMANSYAH (1995-2004) 13. MARIYONO (2004-2009)

Universitas Sumatera Utara

2.6.

Struktur Pemerintahan Kepala Desa Sidomulyo

Gambar. 2.13. Struktur Pemerintahan Kepala Desa

Universitas Sumatera Utara

2.6.1. Peta Desa Sidomulyo

Gambar. 2.14. Peta Desa Sidomulyo

Universitas Sumatera Utara

You might also like