Professional Documents
Culture Documents
SESI 1
Dengan demikian, manusia mempunyai kewajiban untuk menciptakan suatu masyarakat yang hubungannya dengan Alloh baik (melalui ibadah sholat), kehidupan masyarakatnya harmonis (melalui zakat), dan agama, akal dan budayanya terpelihara (amar maruf nahi munkar). Dalam rangka mencapai tujuan tersebut, perlu bukti petunjuk berupa Al Quran yang menjelaskan tentang syariat Islam. Syariat Islam bersifat komprehensif (menyeluruh) dan universal (dapat diterapkan setiap waktu). Al-Quran bersifat global perlu diperinci dengan sunnah Rasul. Dengan adanya perubahan zaman, maka konteks kehidupanpun berubah. Oleh karena itu, diperlukan adanya Ijtihad.
3
Fase I (Abad 1 sd 5 H)
Dirintis olehpara fuqoho (ahli-ahli fiqih), para Sufi dan Filosof. Kontribusi Fuqoho:
Mendiskusikan fenomena-fenomena ekonomi dikaitkan dengan pandangan syariah. Membahas soal maslahat (utility) dan mafsadat (disutility) suatu fenonomena aktivitas ekonomi Pada umunya permikirannya bersifat normatif dengan wawasan positif ketika berbicara tentang perilaku yang adil, kebijakan yang baik dan batasan-batasan yang diperbolehkan dalam kaitannya dengan permasalahan dunia. Analisinya bersifat mikro ekonomi
6
Fase I (Abad 1 sd 5 H)
Kontribusi Tasawuf (Sufi):
Prinsip kemitraan yang saling menguntungkan. Tidak rakus Bersikap zuhud
Fase I (Abad 1 sd 5 H)
Tokoh-tokoh:
Zainal Abidin Ali (w. 80 H /738 M) Abu Hanifah (w. 150 H/ 738 M) Abus Yusuf (w. 182 H / 798 M) Asy Syaibani (w. 189 H/ 804 M) Abu Ubaid bin Sallam (w. 224 H / 838 M) Haris bin Asad al Muhasibi (w. 243 H / 858 M) Junaid Al Baghadadi (w. 297 H / 910 M) Ibnu Miskawaih (w. 421 H / 1030 M) Al Mawardi (450 H / 1058 M)
8
Sekilas Pemikiran Ekonomi Zaid bin Ali (80 120 H / 699 738 M)
Penjualan suatu barang dengan kredit dengan harga yang lebih tinggi dari harga tunai merupakan salah satu bentuk transaksi yang sah dan dibenarkan selama traksaksi tersebut dilandasi saling ridha antar kedua belah pihak. Prinsip jual beli dengan kredit yang harganya tidak sama dengan harga tunia, tidak termasuk riba karena dalam prinsip jual beli kredit, harga bisa lebih tinggi atau lebih rendah dari harga kontan. Dalam syariah, baik-buruknya suatu akad ditentukan oleh akad itu sendiri, tidak dihubungkan dengan akad lain.
9
Gagasan Abu Hanifah yang lain ialah tetap wajibnya zakaat perhiasan, membebaskan kewajiban zakat jika terlilit utang, dan tidak memperkenankan bagi hasil panen (muzaroah) jika tanahnya tidak menghasilkan.
10
12
Fase II (Abad 11 15 M)
Dikatakan sebagai fase cemerlang karena mampu menyusun konsep dengan melaksanakan kegiatan ekonomi secara syariah Realitas Politik saat itu:
Disintegrasi Bani Abbasiyah Korupsi para penguasa
Tokoh-tokohnya:
Al Ghazali (451 505 H / 1055 / 111 M) Ibnu Taimiyah (w. 728 H / 1328 M) Al Maqrizi (845 H/ 1441 M)
13
Pandangan-pandangan ekonomi Ibnu Taimiyah pada umumnya bersifat normatif. Pandangan ekonomi positifnya antara lain: peranan permintaan dan penawaran dalam menentukan harga (mekanisme pasar), pengenaan pajak tidak langsung dan tax incidence
16
17