You are on page 1of 18

ISLAM DAN PERKEMBANGAN PEMIKIRAN EKONOMI

SESI 1

ISLAM SEBAGAI WAY OF LIFE


Alloh swt adalah dzat yang menguasai langit dan Bumi, pemilik sejati dari alam semesta. Manusia adalaha hamba Alloh yang bertugas sebagai khalifah Alloh swt di muka bumi. Manusia diberi tugas (amanah) untuk memberdayakan seisi alam raya dengan sebaik-baiknya demi kesejahteraan seluruh makhluk. Kewajiban manusia sebagai khalifah:
Mendirikan sholat Menunaikan zakat Amar maruf dan nahi munkar.

Dengan demikian, manusia mempunyai kewajiban untuk menciptakan suatu masyarakat yang hubungannya dengan Alloh baik (melalui ibadah sholat), kehidupan masyarakatnya harmonis (melalui zakat), dan agama, akal dan budayanya terpelihara (amar maruf nahi munkar). Dalam rangka mencapai tujuan tersebut, perlu bukti petunjuk berupa Al Quran yang menjelaskan tentang syariat Islam. Syariat Islam bersifat komprehensif (menyeluruh) dan universal (dapat diterapkan setiap waktu). Al-Quran bersifat global perlu diperinci dengan sunnah Rasul. Dengan adanya perubahan zaman, maka konteks kehidupanpun berubah. Oleh karena itu, diperlukan adanya Ijtihad.
3

Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam


Kontribusi Islam terhadap ilmu pengetahuan dan juga ilmu ekonomi sangat besar. Tetapi oleh para sejarawan Eropa, peran Islam dalam pengembangan ilmu ekonomi diabaikan. Hal ini karena ketidak-jujuran para sejarawan dan kesalahan umat Islam sendiri yang tidak mengartikulasikan pemikiran-pemikiran mereka. Dengan berpegang teguh pada Quran dan Hadits, konsep dan teori ekonomi dalam Islam pada hakekatnya merupakan respon para cendekiawan muslim terhadap tantangan ekonomi pada waktu-waktu tertentu. Konsep dan teori ekonomi Islam yang dikembangkan para cendekiawan muslim selalu mengacu pada praktek dan kebijakan ekonomi yang terjadi pada masa Rasulullah dan para Khulafaur Rasyidin. Fokus utamanya ialah pemenuhan kebutuhan, keadilan, efisiensi, pertumbuhan dan kebebasan.
4

Sejarah pemikiran ekonomi Islam dibagi dalam 3 fase:


Fase I (Abad ke 1 sd ke 5 H atau ke 11 M) Fase dasar-dasar ekonomi Islam Fase II (Abad ke 11 sd ke 15 M) (fase kemajuan dan kecermelangan) Fase III ((1446 1932) (Fase stagnasi)

Fase I (Abad 1 sd 5 H)
Dirintis olehpara fuqoho (ahli-ahli fiqih), para Sufi dan Filosof. Kontribusi Fuqoho:
Mendiskusikan fenomena-fenomena ekonomi dikaitkan dengan pandangan syariah. Membahas soal maslahat (utility) dan mafsadat (disutility) suatu fenonomena aktivitas ekonomi Pada umunya permikirannya bersifat normatif dengan wawasan positif ketika berbicara tentang perilaku yang adil, kebijakan yang baik dan batasan-batasan yang diperbolehkan dalam kaitannya dengan permasalahan dunia. Analisinya bersifat mikro ekonomi
6

Fase I (Abad 1 sd 5 H)
Kontribusi Tasawuf (Sufi):
Prinsip kemitraan yang saling menguntungkan. Tidak rakus Bersikap zuhud

Kontribusi Filosof Muslim:


Menjelaskan konsep saadah Pendekatannya bersifat global dan rasional Positif economics dan bersifat makro ekonomi

Fase I (Abad 1 sd 5 H)
Tokoh-tokoh:
Zainal Abidin Ali (w. 80 H /738 M) Abu Hanifah (w. 150 H/ 738 M) Abus Yusuf (w. 182 H / 798 M) Asy Syaibani (w. 189 H/ 804 M) Abu Ubaid bin Sallam (w. 224 H / 838 M) Haris bin Asad al Muhasibi (w. 243 H / 858 M) Junaid Al Baghadadi (w. 297 H / 910 M) Ibnu Miskawaih (w. 421 H / 1030 M) Al Mawardi (450 H / 1058 M)
8

Sekilas Pemikiran Ekonomi Zaid bin Ali (80 120 H / 699 738 M)
Penjualan suatu barang dengan kredit dengan harga yang lebih tinggi dari harga tunai merupakan salah satu bentuk transaksi yang sah dan dibenarkan selama traksaksi tersebut dilandasi saling ridha antar kedua belah pihak. Prinsip jual beli dengan kredit yang harganya tidak sama dengan harga tunia, tidak termasuk riba karena dalam prinsip jual beli kredit, harga bisa lebih tinggi atau lebih rendah dari harga kontan. Dalam syariah, baik-buruknya suatu akad ditentukan oleh akad itu sendiri, tidak dihubungkan dengan akad lain.
9

Sekilas Pemikiran Ekonomi Abu Hanifah (80 150 H / 699 767 M)


Abu Hanifah adalah seorang pedagang di kota Kufah. Gagasannya antara lain menghilangkan perselisihan dalam transaksi salam (jual beli barang yang akan dikirimkan di kemudian hari, sedangkan pembayarannya dilakukan sekarang). Agar transaksi salam tidak menimbulkan perselisihan, maka dalam akad transaksi salam tersebut dipersyaratkan:
Jenis komoditi, mutu dan kuantitas serta waktu pengiriman. Komoditi tersebut harus tersedia di pasar selama waktu kontrak dan tanggal pengiriman

Gagasan Abu Hanifah yang lain ialah tetap wajibnya zakaat perhiasan, membebaskan kewajiban zakat jika terlilit utang, dan tidak memperkenankan bagi hasil panen (muzaroah) jika tanahnya tidak menghasilkan.
10

Sekilas Pemikiran Ekonomi Abu Yusuf (113 182 H / 731 798 M)


Tema pemikiran Abu Yusuf ialah tentang peran dan tanggung jawab penguasa. Dalam hal pajak, ia telah meletakkan prinsip-prinsip yang jelas: prinsip kesanggupan membayara pajak, pemberian waktu longgar bagi wajib pajak, sentralisasi pembuatan keputusan dalam adminsitrasi pajak. Prinsip tsbt oleh para ahli ekonomi dikenal sebagai canons of taxation. Ia termasuk orang yang menentang terhadap pengendalian harga (tasir) oleh pemerintah. Untuk mengatasi masalah kenaikan harga, menurut Abu Yusuf, perlu ada penambahan supply barang, sehingga barang bisa stabil. Gagasan lain dari Abu Yusuf ialah soal keuangan publik: bagaimana pemerintah membiayai pembelanjaan pembangunan jangka panjang (misalnya membangunan jembatan, bendungan serta saluran irigasi)
11

Sekilas Pemikiran Ekonomi Ibnu Miskawaih (w. 421 H / 1030 M)


Pandangannya terutama menyangkut tentang pertukaran dan peranan uang. Uang merupakan satuan hitung dan satuan nilai dalam transaksi. Menurutnya, logam yang dijadikan mata uang adalah logam yang dapat diterima secara universal melalui konvensi (kesepakatan) antara lain: tahan lama, mudah dibawa, tidak mudah rusak, dikehendaki orang dan orang senang melihatnya.

12

Fase II (Abad 11 15 M)
Dikatakan sebagai fase cemerlang karena mampu menyusun konsep dengan melaksanakan kegiatan ekonomi secara syariah Realitas Politik saat itu:
Disintegrasi Bani Abbasiyah Korupsi para penguasa

Tokoh-tokohnya:
Al Ghazali (451 505 H / 1055 / 111 M) Ibnu Taimiyah (w. 728 H / 1328 M) Al Maqrizi (845 H/ 1441 M)
13

Sekilas Pemikiran Ekonomi Al Ghazali (451 550 H / 1055 1111 M)


Fokusnya ialah perilaku ekonomi individual dengan merujuk al Quran, Sunnah, Ijma Sahabat, Tabiin dan pandangan para Sufi. Menurutnya, seseorang harus memenuhi seluruh kebutuhan hidupnya dala kerangka melaksanakan kewajiban ibadah kepada Alloh swt. Nasihatnya kepada penguasa aga memperhatikan kebutuhan rakyatnya dan tidak zalim. Penguasa wajib menolong dan menyediakan makanan dan uang dari perbendaharaan negara. Membolehkan negara menarik pajak jika untuk kebutuhan pertahanan negara dan sebagainya tidak tercukupi darai kas negara. Memperkenankan negara untuk melakukan utang jika kekurangan dana anggaran. Memberikan sumbangan tentang peranan uang sebagai alat tukar 14

Sekilas Pemikiran Ekonomi Ibnu Taimiyah (w. 728 H / 1328 M)


Fokusnya terutama pada perilaku ekonomi individu dalam konteks kehidupan bermasyarakat, harga yang wajar dan adil, pengawasan pasar, keuangan negara, dan peranan negara dalam pemenuhan kebutuhan hidup rakyatnya. Menurutnya, selama para pelaku ekonomi mengikuti aturan main yang berlaku, moral alami masyarakat dapat bertahan. Dalam transaksi ekonomi, akad harus saling ridha. Dengan demikian, harga pasar adalah harga yang wajar, dengan syarat tidak adanya penimbunan pasokan yang bertujuan menaikkan harga. Pandangan yang lain dari Ibnu Taimiyah ialah tentang kewajiban publik (pengaturan uang, peraturan tentang timbangan dan ukuran, pengawasan harga, serta pertimbangan pengenaan pajak yang tinggi dalam keadaan darurat).
15

Pandangan-pandangan ekonomi Ibnu Taimiyah pada umumnya bersifat normatif. Pandangan ekonomi positifnya antara lain: peranan permintaan dan penawaran dalam menentukan harga (mekanisme pasar), pengenaan pajak tidak langsung dan tax incidence

16

Sekilas Pemikiran Ekonomi Al Maqrizi (w. 845 H / 1441 M)


Al Maqrizi melakukan studi kasus tentang uang dan kenaikan harga-harga (inflasi) yang terjadi secara periodik dalam kelaparan dan kekeringan. Menurutnya, inflasi terjadi karena kekurangan pasokan pangan, korupsi, adminsitrasi yang buruk, beban pajak yang tinggi thdp para penggarap pertanian, dan kenaikan pasokan mata uang fulus. Menurutnya, emas dan perak merupakan mata uang yang dapat dijadikan standar nilai. Sedangkan fulus cenderung menimbulkan inflasi. Fulus hanya dapat digunakan untuk transaksi berskala kecil saja.

17

Fase III (1446 1932)


Pintu Ijtihad (independent judgment) tertutup sehingga terjadi stagnasi pemikiran. Lebih mengikuti pendapat para fuqoho sebelumnya. Namun demikian, ada pula tokoh-tokoh pembaharu antara lain:
Syah Waliyullah (w. 1176 H / 1762 M)) Jamaluddin Al Afghany (w. 1315 H / 1897 M) Muhammad Abduh (w. 1320 H / 1905 M) Muhammad Iqbal (w. 1357 / 1938 H)
18

You might also like