You are on page 1of 6

Rangkaian AC

Praktikan: Jakfar Shadiq (13209081)


Asisten: Azizah Waktu Percobaan: 08 November 2010 EL 2193 Laboratorium Dasar Teknik Elektro Sekolah Teknik Elektro dan Informatika ITB

Abstrak Seperti kita ketahui ada dua jenis rangkaian berdasarkan arus yang ada yaitu rangkaian DC dan rangkaian AC, percobaan kali akan membuktikan konsep-konsep yang diterapkan pada rangkaian AC seperti pengaruh impedansi, resistansi, dan reaktansi. Reistansi dan reaktansi akan menentukan nilai tegangan keluaran, dan kedauaya memilki pengaruh yang berlawanan jika diperbesar atau diperkecil.begitu juga nilai frekuensi karena tegangan AC merupakan Vpp yang merupakan gelombang sehingga perubahan frekuensi juga memilki pengaruh terhadap perubahan tegangan keluaran, di percobaan ini kita membuktikan konsep-konsep ersebut dengan menggunakan rangkaian seri RC dan RL Kata kunci : rangkaian AC, reaktansi, impedansi, frekuensi. 1. Pendahuluan Dalam arus bolakbalik, untuk bentuk gelombang sinus, impedansi adalah perbandingan phasor tegangan dan phasor arus. Dari hubungan tegangan dan arus seperti v = R i; v = L di/dt; i = C dv/dt; Percobaan ini memilki beberapa tujuan sebagai berikut : 1. Memahami konsep impedansi dalam arti fisik 2. Memahami hubungan antara impedansi resistansi dan reaktansi pada rangkaian seri RC dan RL 3. Memahami hubungan tegangan dan arus pada rangkaian seri RC dan RL 4. Mengukur pada fasa tegangan dan arus pada rangkaian seri RC dan RL 5. Memahami response terhadap frekuensi pada rangkaian seri RC dan RL 2.
2.1.

90o searah atau berlawanan arah dengan jarum jam terhadap besaran semula.
2.2 Rangkaian RC
Gambar 2-1 Rangkain RC sederhana

Menurut hukum Kirchoff II (KVL), dapat di tulis : Vi = VR + Vc Tegangan resistor vR sefasa dengan I sedangkan tegangan kapasitor vC ketinggalan 90o dari arus. Arus total mendahului antara 0o s.d. 90o. Sudut ketertingalan vi () ditentukan oleh perbandingan reaktansi dan resistansinya. Beda fasa antara vC dan i atau vi dan i dapat dilihat dengan membandingkan beda fasa. Diferensiator Masih dari persamaan di atas, bila output diambil pada resistor vO = vR, untuk vC >> vR akan diperoleh vi vC sehingga
2.3

Dengan demikian diperoleh hubungan output (v O = vR) dengan input (vi) sebagai berikut :

Dasar Teori
Resistansi dan Reaktansi

Rangkaian dengan persyaratan ini dikenal sebagai rangkaian differensiator. High Pass Filter Dari persamaanVi = + bila diambil = maka dapat dituliskan
2.4

Untuk o = akan diperoleh

Halaman

Fasa sinyak tegangan sinusoidal (sinus atau kosinus): pada R ; tegangan sefasa dengan arusnya pada L ; tegangan mendahului 90o terhadap arusnya pada C ; tegangan ketinggian 90o dari arusnya Bila perbandingan tegangan dan arus pada R disebut resistansi, dan perbandingan tegangan dan arus pada L dan C disebut reaktansi, maka akan terlihat bahwa resistansi tidak akan sebanding dengan reaktansi. Hal ini dinyatakan dengan adanya suatu operator j yang besarnya = 1 yang menunjukan perputaran

Ada nilai utama yang diperoleh dari fungsi di atas: Untuk o >> akan diperoleh 1

Untuk o << akan diperoleh

Dari *

dapat diturunkan bahwa daya di R


( )

adalah Pmax adalah daya pada R saat o >> . Rangkaian merupakan High Pass Filter (HPF) yang sederhana. 2.4 Integrator Dari persamaan Vi = VR + Vc atau bila tegangan output diambil pada kapasitor sehingga V i Ri atau Pada output diperoleh . Fungsi rangkaian ini dikenal sebagai rangkaian integrator. Syarat terpenuhinya fungsi rangkaian integrator RC yang baik adalah VR >>VC . Low Pass Filter Dari persamaanVi = + bila diambil = maka dapat dituliskan
2.4

5. Resistor : 1 K, 10 K, 100 K, 1M (masing masing 1 buah). 6. Kapasitor : 0,1 F, 0,01 F, 0,001 F (masing masing 1 buah) 7. Inductor : 2,5 mH (1 buah). 3.2 Langkah Kerja - Sebelum melakukan percobaan , cari dulu syarat2 nilai C dan L - melakukan percobaan Rangkaian RC - melakukan percobaan Rangkaian RL - melakukan percobaan Rangkaian Differentiator - melakukan percobaan Rangkaian Integrator - melakukan percobaan pengaruh frekuens. 4. Hasil dan Analisis - syarat nilai C dan L

Ada nilai utama yang diperoleh dari fungsi di atas: Untuk >>o akan diperoleh 0 Untuk <<o akan diperoleh 1 Untuk o = akan diperoleh | | = Dengan ketiga keadaan diatas, Rangkaian menunjukkan fungsi Low Pass Filter (LPF) sederhana. 2.5 Rangkaian RL
Gambar 2-2 Rangkain RL sederhana

- Percobaan rangkaian RC
Tabel 4-1 Rangkain RC Kondisi Awal Vi = 2 Vrms R = 10 Kohm; C = 0,1F; f = 300HZ Perhitungan VR 1,698 V VC 0,902 V Multimeter VR 1,694 V VC 0.910 Beda Fasa VRVi 26,10o VCVi -57.80o VRVC 83.90o

Analisis : Vi = VR + VC , karena menggunakan generator sinyal maka Vi merupakan Vpp dan Virms = 2,6 V Sehingga : VR = = 1,698 V VC = Vi VR = 0,902 V Untuk beda fasa - hasil yang didapat menunjukkan hal yang benar namun beda fasa VRVC yang sebenarnya ingin didapatkan adalah 90o , kesalahan yang terjadi kemungkinan besar disebakan kesalahan perhitungan beda fasa praktikan yg menggunakan lissajous. - Percobaan rangkaian RL
Tabel 4-2 Rangkain RL Kondisi Awal Vi = 2 Vrms R = 10 Kohm; C = 0,1F; f = 300HZ Perhitungan VR 2.597 V VL 2mV Beda Fasa VRVi 33,056o VLVi -48,59o VRVL 65.38o

Menurut Kirchoff II(KVL) Vi = VR + VL sehingga Untuk sinyal berbentuk sinusoidal, VR sefasa dengan I dan vi mendahului terhadap I (dengan sudut atara 0o dan 90o). Sama seperti pada rangkaian RC, sudut ditentukan oleh perbandingan reaktansi dan resistansinya. Beda fasa antara VL dan I, atau antara vi dan I dapat dilihat dengan membandingakan beda fasa VL dan VR, atau vi dan VR 3. Metodologi 3.1 Alat yang digunakan 1. Kit Rangkaian RC & RL (1 buah) 2. Generator sinyal (1 buah) 3. Osiloskop (1 buah) 4. Multimeter (1 buah)

Halaman

Analisis :

VR = (ViR (R-jL))/(R2+2L2) = 2.597 V VL = (VIL (L+jR))/ (R2+2L2) = 2 mv Beda dasa pada percobaan RL Beda fasa VR VL seharusnya adalah beda fasa VRVi + beda fasa VL Vi (membventuk 90o ) namun hasil yang didapat adalah 65,38, hal ini disebabkan karena kejadian pada osiloskop yang tidak memperlihatkan gambar saat di set mode XY dan dilakukan perubahan pada set. - Percobaan rangkaian differensiator
Tabel 4-3 konstanta waktu

Dari bentuk gelombang output yang didapatkan dapat dilihat bahwa : - untuk ouput C= 0,1 F dan R = 1 K Memperlihatkan bentuk gelombang Vc >> VR, syararat differensiator juga terpenuhi disini yaitu

Sehingga diperoleh fungsi differensiasi yang baik - untuk ouput C= 0,1 F dan R = 10 K Memperlihatkan bentuk gelombang Vc > VR

C 0,1 F 0,0082 F

R 1 K 10 K 100 K 1 K 10 K 100 K

(RC)(sekon) 1 X 10-4 1 X 10-3 1 X 10-2 8,2 X 10-6 8,2 X 10-5 8,2 X 10-4

Namun syarat untuk mendapatkan fungsi differensiasi yang baik tidak terpenuhi karena > 1 - untuk ouput C= 0,1 F dan R = 10 K Memperlihatkan output dari R atau VR dapat dilihat dari bentuk gelombang yang mirip dengan input ini dikarenakan VR >> VC Syarat differensiasi yang baik juga tidak terpenuhi. - untuk ouput C= 0,082 F dan R = 1 K Menunjukkan Vc > VR

Analisis : Bentuk Gelombang yang didapat


Gambarl 4-1 Bentuk Gelombang

Input

C= 0,1 F dan R = 1 K

Sebenarnya 0,5 < 1 jadi perbedaan tidak terlalu jauh seperti tanda <<, jadi syarat differensiasi yang baik msih belum terpenuhii. - untuk ouput C= 0,082 F dan R = 10 K Memperlihatkan output dari R atau VR dapat dilihat dari bentuk gelombang yang mirip dengan input ini dikarenakan VR >> VC

C= 0,1 F dan R = 10 K

C= 0,1 F dan R = 100 K

C= 0,082 F dan R = 1 K C= 0,082 F dan R = 100 K

C= 0,082 F dan R = 10 K

Terlihat bahwa syarat differensiasi yang baik tidak terpenuhi 5,1 > 1 - untuk ouput C= 0,082 F dan R = 100 K Gelommbang Vo menunjukkan Vi sehingga VR= Vi.

Halaman

- Percobaan rangkaian integrator


Tabel 4-4 konstanta waktu

C 0,1 F 0,0082 F Analisis :

R 1 K 10 K 100 K 1 K 10 K 100 K

(RC)(sekon) 1 X 10-4 1 X 10-3 1 X 10-2 8,2 X 10-6 8,2 X 10-5 8,2 X 10-4

Syarat terpenuhi, gelombang yang diinginkan terbentuk dengan nilai Vo = 2 Vpp. - untuk ouput C= 0,1 F dan R = 100 K Syarat integrator yang baik terpenuhi namun dikarenakan VR >> VC sehingga VR = Vi dan karena i = Vi/R sehinggaVC = jadi penambahan nilai R akan memperkecil nilai Vc. - untuk ouput C= 0,082 F dan R = 1 K Gelombang output terbentuk sangat baik, syarat terpenuhi. - untuk ouput C= 0,082 F dan R = 10 K Nilai Vc terlihat sangat kecil dikarenakan penambahan nilai R , namun syarat2 dari integrator terpenuhi. - - untuk ouput C= 0,082 F dan R = 100 K Nilai Vc sangat mendekati 0 yaitu 0,025 Vpp , nilai R sudah terlalu besar
Gambarl 4-3 Bentuk Gelombang integrator dengan input gelombang segi tiga

Gambarl 4-2 Bentuk Gelombang integrator dengan input gelombang segi empat

Input

C= 0,1 F dan R = 1 K

C= 0,1 F dan R = 10 K

C= 0,1 F dan R = 100 K Input C= 0,1 F dan R = 1 K

C= 0,082 F dan R = 1 K C= 0,082 F dan R = 100 K

C= 0,082 F dan R = 10 K

C= C=0, C=0,1 F + 10K

C=0,1 F + 100K

C= C= Seperti diketahui bahwa integrator yang baik ialah : syarat terpenuhinya C=

C=0,082 F + 1K

C=0,082 F + 10K

- untuk ouput C= 0,1 F dan R = 1 K Syarat integrator yang baik belum terpenuhi karena dari perhitungan Sehingga bentuk gelombang segitiganya belum sempurna. - untuk ouput C= 0,1 F dan R = 10 K C=0,082 F + 100K

Halaman

Bentuk gelombang yang diharapkan iaalah sinusoid seperti pada setiap output kecuali pada C= 0,1 F dan R = 1 K , analisisnya sama seperti gelombang segi empat. - Pengaruh frekuensi diamati pada domain frekuensi
Gambarl 4-4 Bentuk Gelombang integrator dan integrator dengan frekuensi berbeda.

sudah jauh melewati nilai frekuensi cut off dan nilai VR menjadi sama dengan Vi. - integrator Agar terbentuk integrator yang baik maka syaratnya ialah : RC = 1.10-3 Untuk 50 HZ , nilai belum melewati syarat sehingga gelombang segitiga tidak sempurna. Untuk 5000Hz , nilai sudah melewati syarat sehingga gelombang yang diinginkan terbentuk Untuk 5 KHz dan 50 KHz karena frekuensinya sudah terlalu besar membuat nilai VR= Vi dan Vc - plot frekuensi pada differensiator Nilai dari frekuensi cut off ialah Dengan nilai RC = 1.10-3

f= 50 Hz (differensiator)

f= 500Hz(differensiator)

f= 5 KHz (differensiator)

f= 50 KHz (differensiator)

Untuk titik fo , Untuk titik 0,01fo , dB) Untuk titik 0,1fo , Untuk titik 10fo ,

( -3,74 dB) (-38,06 (-20dB) (0 dB)

f= 50 Hz (integrator) f= 5 KHz (integrator)

f= 500 Hz (integrator) f= 50 KHz (integrator)

Untuk titik 100fo , (0 dB) Dapat dilihat disini bahwa rangkaian merupakan High Pass Filter sederhana - plot frekuensi pada integrator Nilai dari frekuensi cut off ialah Dengan nilai RC = 1.10-3 Untuk titik fo , Untuk titik 0,01fo , Untuk titik 0,1fo , Untuk titik 10fo ,

( -3,74 dB) (0 dB) (0 dB) (-20 dB)

Data konstanta waktu dapat dilihat dari percobaan sebelumnya. - Differensiator saat frekuensi 50 Hz dan 500 Hz terlihat gelombang masih berberntuk fungsi diferensial, pembuktian dari hal tersebut sebagai berikut : R = 10 Kohm C = 0,1F =RC = 1.10-3 sehingga

-6 (-106,02 Untuk titik 100fo , dB) Dapat dilihat disini bahwa rangkaian merupakan Low Pass Filter sederhana

Gambarl 4-4 plot frekuensi

Halaman

Untuk 50 Hz gelombang diferensiasi terbentuk sangat baik namun untuk 500Hz sebenarnya sudah melewati batas karena itu fungsi diferensiasinya tidak terlalu baik. Saat frekuensi 5 KHz dan50 Khz, terbentuk gelombang segi empat seperti input dikarenakan

5.

Kesimpulan

Rangkaian AC yang dicoba pada percobaan ini yaitu rangkaian seri RC dan RL memilki beberapa hal yang menarik, nilai V ouput yang idukur pada R ataupun C akan berbeda tergantung pada nilai resistansi dan reaktansinya dengan pengaruh tersebut maka rangkaian dapat dimanfaatkan untuk menjadi sebuah differensiator ataupun integrator dengan memenuhi beberapa syarat seperti besar VR dan VC serta nilai frekuensi cut off-nya. Rangkaian tersebut ternyata juga dapat dipengaruhi dengan mengubah nilai frekuensinya dan kita dapat melihat apakah rangkaiannya low pass filter atau high pass filter dari perbandingan nilai Vo dan Vinya. 6. Daftar Pustaka

[1] Hutabarat, Mervin T, Praktikum Rangkaian Elektrik, Hal 59-68 Laboratorium Dasar Teknik Elektro Institut Teknologi Bandung, Bandung, 2010

Halaman

You might also like