You are on page 1of 68

HUBUNGAN KEKUATAN OTOT PERUT DAN KELENTUKAN TOGOK DENGAN KEMAMPUAN MENYUNDUL BOLA POSISI BERDIRI TERHADAP MAHASISWA

PUTRA SEMESTER IV PKLO FIK UNNES

SKRIPSI
Diajukan Dalam Rangka Penyelesaian Studi Strata 1 Untuk Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan

Disusun Oleh: Nama NIM Jurusan Fakultas : Eko Prasetyo : 6314000025 : Pendidikan Kepelatihan Olahraga : Ilmu Keolahragaan

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2005

SARI
EKO PRASETYO, (2005). Hubungan Kekuatan Otot Perut dan Kelentukan Togok Dengan Kemampuan Menyundul Bola Posisi Berdiri Terhadap Mahasiswa Putra Semester IV PKLO UNNES tahun 2004. Masalah yang akan diungkapkan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah ada hubungan kekuatan otot perut dan kelentukan togok dengan kemampuan menyundul bola posisi berdiri. Tujuannya untuk mendapat informasi ilmiah hubungan kekuatan otot perut dan kelentukan togok dengan kemampuan menyundul bola posisi berdiri dan dilandasi teori-teori yang ada hubungannya dengan permasalahan. Populasi yang digunakan dalam penelitian ini : mahasiswa putra PKLO FIK UNNES, pengambilan sampel adalah total populasi sebanyak 34 orang, variabel penelitian terdiri dari variabel bebas yaitu kekuatan otot perut (x1) dan kelentukan togok (x2) dan variabel terikat yaitu kemampuan menyundul bola (y). Instrumen yang digunakan untuk penjaringan data untuk : kekuatan otot perut dengan duduk baring (30 detik), kelentukan togok dengan angkat badan ke atas, mengunakan skala kemampuan menyundul bola dengan meteran sejauh mungkin. Penjaringan dilakukan dengan menggunakan metode survey dengan teknik tes dan pengukuran,dan data diolah dengan menggunakan korelasi sederhana, korelasi ganda dan sebelum pengujian hipotesis dilakukan uji persyaratan :uji normalitas data, uji homogenitas varians data, uji linearitas dan uji keberartian model dari regresi. Hasil pengujian hipotesis 1 : r x hitung > r tabel atau 0.5047>0.344 berarti ada hubungan signifikan. hipotesis 2: r hitung > r tabel atau 0.5246>0.344 berarti ada hubungan yang signifikan. hipotesis 3 : r x1,2 hitung > r tabel atau 0.6221>0.322 berarti ada hubungan yang signifikan. Simpulan : ada hubungan bermakna antara variabel x1 dan x2 dengan y, dan saran adalah untuk mendapatkan hasil sundulan bola yang maksimal dalam latihan fisik untuk memperhatikan komponen fisik kekuatan otot perut dan kelentukan togok.

ii ii

HALAMAN PENGESAHAN

Telah dipertahankan di hadapan Sidang Panitia Ujian Skripsi Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Semarang, pada: Hari Tanggal : Kamis : 17 Februari 2005

Panitia Ujian Ketua Sekretaris

Drs. Sutardji, M.S NIP. 130523506

Drs. M. Nasution , M.Kes NIP 131876119

Anggota Penguji

Kumbul Slamet B S.Pd,M.Kes. NIP. 132205932

Drs. R. Soeyono M.Pd NIP. 130219334

Drs. Tohar, M,Pd NIP. 130340642


iv iii

Kelentukan Togok Kekuatan Otot Perut Korelasi

iv

BAB I PENDAHULUAN

A. Alasan Pemilihan Judul


Sepakbola merupakan salah satu cabang olahraga permainan yang sangat populer dan digemari oleh seluruh lapisan masyarakat Indonesia, baik di kota-kota maupun di desa-desa. Perkembangan sepakbola di Indonesia makin pesat sehingga tidak hanya laki-laki yang bermain sepakbola, bahkan sekarang sepakbola juga dimainkan oleh kaum wanita. Di Indonesia dalam rangka memasyarakatkan olahraga dan mengolahragakan masyarakat, sepakbola

merupakan salah satu cabang olahraga yang diprioritaskan untuk dibina. Para ahli sepakbola sepakat bahwa faktor penting dan berpengaruh serta dibutuhkan dalam permainan sepakbola adalah teknik dasar pennainan sepakbola yang harus dikuasai oleh para pemain lain (Djawad dkk., 1981:1). Penguasaan teknik dasar merupakan suatu prasyarat yang harus dimiliki oleh setiap pemain, agar permainan dapat dilakukan dengan baik. Teknik dasar permainan sepakbola menentukan sampai dimana seorang pemain dapat meningkatkan mutu permainannya. Penguasaan teknik dasar yang baik dan sempurna, pemain dapat melaksanakan taktik permainan dengan mudah karena pemain tersebut mempunyai kepercayaan pada diri sendiri cukup tinggi dan setiap pengolahan bola yang dilakukan tidak banyak membuang tenaga yang tidak perlu (Dirjen Olahraga dan Pemuda, 1972:4).

2 Sepakbola dimainkan oleh dua kelompok pemain, dan tiap-tiap kelompok terdiri dari sebelas orang, sehingga dinamakan "Kesebelasan". Kesebelasan dapat bermain dengan baik, jika setiap pemainnya memiliki keterampilan yang dapat menunjang keberhasilan bermain sepakbola seperti penguasaan teknik dasar dan taktik permainan. Teknik dasar dalam permainan sepakbola meliputi teknik menendang, teknik menyetop, teknik mengkop (baca : menyundul bola), teknik menangkap bola (sebagai penjaga gawang), teknik melempar (throw-in), dan teknik mengumpan. Berorientasi pada berbagai macam teknik dasar yang digunakan dalam permainan sepakbola, menyundul bola adalah suatu teknik yang sangat penting dalam permainan. Pemain bola harus mahir menyundul bola dengan berbagai cara, sebab menyundul bola merupakan keterampilan khas sepakbola (Richard Widdow,1981:43). Menyundul bola merupakan salah satu aspek teknik penting dalam permainan sepakbola, hal ini tercermin dari gol yang tecipta ke gawang lawan sebagai hasil dari sundulan kepala pemain yang menyerang. Sebaliknya untuk permain bertahan keterampilan menyundul bola sangat dibutuhkan dalam menghalau serangan melalui udara. Oleh karena itu para pemain baik pemain depan, pemain tengah, pemain belakang dan bahkan penjaga gawang harus mahir menyundul bola dengan berbagai cara menurut kebutuhan. Fungsi dan tujuan menyundul bola adalah : 1) untuk memberi umpan kepada teman, 2) untuk membuat gol, 3) untuk menghentikan bola hanya kalau amat perlu (Djawad, 1976 : 23). Kemampuan menyundul bola secara terarah bertambah penting artinya dalam permainan apabila lawan bermain dengan sistem bertahan. Pola permainan bertahan tersebut dapat diterobos dengan pola penyerangan lewat atas atau udara yang memanfaatkan sundulan, Sebaliknya agar pemain penyerang tidak mudah untuk menerobos sistem pertahanan, pemain belakangpun harus

3 mampu menyundul bola dengan baik. Memperhatikan aspek manfaat yang dapat diambil dari keterampilan menyundul bola, maka pelatihan keterampilan menyundul bola yang berdaya guna dan tepat guna sangat diperlukan. Menyundul bola harus dilakukan dengan kening. Pandangan mata harus ditujukan kepada bola, harus membiarkan diri "melempar" pandangan mata ke bola. Menyundul bola dilakukan dengan cara mengayunkan punggung. Punggung diayun ke belakang, kemudian dengan kuat diayun ke depan supaya kepala dapat menghantam bola dengan keras (Chusaeri, 1976:17). Sukatamsi menjelaskan beberapa hal tentang penguasaan teknik dasar menyundul bola yaitu : 1) lari menjemput datangnya bola dengan pandangan mata terarah ke bola, 2) otot-otot leher dikuatkan / dikencangkan untuk menyundul bola dan gunakan perkenaan dengan dahi, 3) badan digerakkan atau ditarik ke belakang melengkung pada daerah pinggang. Kemudian dengan menggerakkan seluruh tubuh yang terdiri dari daya ledak otot perut, dorongan panggul dan kaki (lutut bengkok lalu diluruskan) badan diayunkan atau dihentakkan ke depan sehingga dahi tepat mengenai bola (Sukatamsi, 1981:171). Kemampuan menyundul bo1a dapat dilakukan dengan berbagai cara, seperti posisi berdiri, cara sambil terbang (melayang), cara sambil meloncat (jump header) yaitu meloncat ke atas untuk menyundul bo1a. Teknik menyundul sambil meloncat (Jump header) dapat dilakukan dalam keadaan bo1a melambung di atas kepala. Pelaksanaan menyundul bo1a membutuhkan adanya koordinasi yang tepat antara 1) gerakan, 2) waktu lompatan yang tepat, dan 3) kemantapan bo1a (Luxbacher Josep A., 1997:87). menyundul bo1a yang dilakukan cara berdiri diperlukan aspek kekuatan otot perut yang dikoordinasikan dengan kelentukan sebagai upaya persiapan pelaksanan sundulan, dimana kelentukan akan memberikan sudut gerakan badan dalam ayunan. Kedua aspek

4 tersebut merupakan satu kesatuan gerak yang penting dalam menunjang pelaksanaan sundulan, sehingga mampu menghasilkan unjuk kerja yang optimal. Berkaitan dengan kelentukan atau fleksibilitas togok, pada dasarnya bertumpu pada luas tidaknya ruang gerak sendi-sendi tubuh. Lentuk tidaknya seseorang ditentukan oleh besar atau kecilnya sendi-sendi tubuh dalam bergerak, dan dipengaruhi oleh elastisitas otot-otot, tendon dan ligamen. Dengan demikian seseorang dikatakan memiliki kelentukan togok yang baik jika orang tersebut mempunyai luas gerak bagian togok yang sangat luas dalam sendi-sendinya dan elastisitas otot perut dan otot punggung yang baik, Kelentukan merupakan salah satu aspek kondisi fisik yang sangat penting dalam pencapaian prestasi optimal. Kelentukan sangat di perlukan sekali hampir di semua cabang olahraga yang banyak menuntut banyak ruang gerak sendi seperti senam, loncat indah, beberapa nomor atletik, permainan-permainan dengan bola, anggar, gulat, dan sebagainya (Harsono.1988:163). Sedang kekuatan otot perut termasuk komponen pendukung dalam usaha mendapat hasil sundulan yang maximal akan membantu gerak atau ayunan tegak ke depan dengan cepat.yang dihasilkan oleh kontraksi otot perut bagian depan dan belakang badan. Berorientasi pada pemilihan judul tersebut di atas, dapat di asumsikan bahwa terdapat hubungan antara kekuatan otot perut dan kelentukan togok dengan kemampuan menyundul bola. Sehingga dapat disusun sebuah judul penelitian Hubungan antara Kekuatan Otot Perut dan Kelentukan Togok dengan Kemampuan Menyundul Bola pada Mahasiswa Semester IV PKLO FIK UNNES Semarang. Adapun dasar lain pengambilan judul tersebut adalah sebagai berikut : 1. Kemampuan menyundul bola merupakan salah satu ciri khas permainan sepak bola

5 2. Diasumsikan bahwa kekuatan otot perut dan kelentukan togok mempunyai hubungan yang erat dengan kemampuan menyundul bola. 3. Berdasarkan pengalaman penulis di lapangan .kemampuan menyundul bola belum pernah dikaji secara empiric, sehingga perlu dilakukan penelitian.

B. Permasalahan
Berdasarkan pada latar belakang, identifikasi masalah dan pembatasan masalah yang telah dibahas pada kajian sebelumnya, maka permasalahan penelitian yang akan dicari pemecahannya di rumuskan sebagai berikut : 1. Apakah ada hubungan antara kekuatan otot perut dengan kemampuan menyundul bola posisi berdiri pada mahasiswa putra semester IV PKLO FIK UNNES Semarang Tahun 2004 ? 2. Apakah ada hubungan antara kelentukan togok dengan kemampuan menyundul bola posisi berdiri pada mahasiswa putra semester IV PKLO FIK UNNES Semarang Tahun 2004 ? 3. Apakah ada hubungan antara kekuatan otot perut dan kelentukan togok dengan kemampuan menyundul bola posisi berdiri pada mahasiswa putra semester IV PKLO FIK UNNES Semarang Tahun 2004 ?

C. Tujuan Penelitian
Berdasar pada latar belakang identifikasi permasalahan dan permasalahan penelitian, maka tujuan pelaksanaan penelitian adalah untuk mengetahui : 1. Hubungan kekuatan otot perut dengan menyundul bola posisi berdiri pada mahasiswa semester IV PKLO FIK UNNES Semarang Tahun 2004.

6 2. Hubungan kelentukan togok dengan kemampuan menyundul bola posisi berdiri pada mahasiswa putra semester IV PKLO FIK UNNES Semarang Tahun 2004 3. Hubungan kekuatan otot perut dan kelentukan togok dengan kemampuan menyundul posisi berdiri pada mahasiswa putra semester IV PKLO FIK UNNES Semarang Tahun 2004

D. Penegasan Istilah
Berkaitan dengan beberapa istilah yang di gunakan dalam penelitian ini, untuk menghindari kesalahan-kesalahan penafsiran mengenai judul skripsi dan memperoleh gambaran yang jelas yang mengarah pada tujuan penelitian, maka istilah-istilah yang perlu di tegaskan adalah berikut : 1. Hubungan Hubungan menurut kamus umum bahasa Indonesia adalah : 1) keadaan berhubungan atau dihubungkan; 2) sesuatu yang dipakai untuk berhubungan atau menghubungkan; 3) pertalian, sangkut paut, kontak; ikatan (Poerwardaminto, 1976 : 362) 2. Kekuatan otot perut Kekuatan (strength) adalah komponen kondisi fisik seseorang tentang kemampuannya dalam menggunakan otot untuk menerima beban sewaktu bekerja (Depdikbut, 1997 : 5). Otot menurut kamus besar bahasa Indonesia (1990:632) adalah urat yang besar atau jaringan kenyal di tubuh manusia untuk menggerakkan organ tubuh.Sedang perut adalah bagian tubuh di bawah rongga dada (KBBI, 1990 : 676). Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan kekuatan

7 otot perut adalah gerakan-gerakan kontraksi otot perut dalam melakukan gerakan tidur terlentang untuk menerima beban waktu bekerja 3. Kelentukan Kelentukan merupakan salah satu aspek kondisi fisik yang sangat penting dalam pencapaian prestasi optimal. Kelentukan diperlukan sekali hampir di semua cabang olahraga yang banyak menuntut ruang gerak sendi seperti senam. 4. Kelentukan togok Kelentukan atau daya lentur adalah efektivitas seseorang dalam menyesuaikan diri dalam segala aktivitas dengan penguluran tubuh yang luas. (M. Satoyo, 1987 : 17). Hal ini akan sangat mudah ditandai dengan tingkat (flexibility) persendian pada seluruh tubuh. Togok menurut kamus besar bahasa Indonesia adalah : 1) 1 batang kayu yang di tebang dahan-dahannya; 2) tubuh yang tidak bertangan dan berkaki (Poerwardaminto, 1976 : 1082). Berdasarkan pengertian kelentukan togok yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kemampuan melentukkan togok atau batang tubuh sedemikian rupa sehingga berbeda dalam sikap anatomis yaitu lurus antara batang tubuh dengan tungkai. 5. Menyundul bola dengan cara berdiri Kemampuan menyundul bola dapat dilakukan dengan berbagai cara, seperti dengan cara berdiri, cara sambil terbang (melayang), cara sambil melompat (jump hearder) yaitu meloncat ke atas untuk menyundul bola. Teknik menyundul dengan cara berdiri dapat dilakukan dalam keadaan bola melambung di atas kepala. Pelaksanaan menyundul bola membutuhkan adanya koordinasi

8 yang tepat dengan cara melengkungkan badan ke belakang lalu mengayunkan kepalanya ke depan saat menyundul bola (Joe Luxbacher, 2001 : 58). Berkaitan dengan penegasan istilah yang terkandung pada judul penelitian tersebut di atas adalah hubungan yang dimiliki kekuatan otot perut dan kelentukan togok dengan kemampuan menyundul bola posisi berdiri pada mahasiswa putra semester IV PKLO FIK UNNES Semarang Tahun 2004.

E. Manfaat Penelitian
Manfaat yang dapat diambil dari hasil pelaksanaan penelitian bagi dosen pengampu mata kuliah sepak bola, pemain, pelatih dan para peminat olahraga sepakbola pada khususnya, diharapkan dapat digunakan sebagai pedoman atau dasar untuk memberikan informasi ilmiah dalam pelaksanaan menyundul bola dengan cara berdiri. Selain hal itu diharapkan dapat memberikan sumbangan informasi positif bagi para pelatih sepakbola dan guru pendidikan jasmani dan kesehatan dalam melatih dan mengajar, memilih dan mengembangkan pola latihan yang tepat dan sesuai dengan kebutuhan dasar menyundul bola dengan cara berdiri. agar latihan yang dilakukan dapat berjalan secara efektif dan efisien. Diharapkan dapat memberikan sumbangan positif pada pengembangan ilmu pengetahuan dan teori kepelatihan cabang olahraga sepakbola, khususnya pada peningkatan jarak menyundul bola posisi berdiri.

BAB II LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS

A. Permainan Sepakbola
Sepakbola sebagai salah satu cabang olahraga permainan, sangat digemari oleh seluruh lapisan masyarakat, baik di kota maupun di desa. Perkembangan sepakbola di Indonesia semakin pesat karena pembinaan dilakukan sejak usia dini melalui sekolah-sekolah sepak bola (SSB) yang tersebar di segenap penjuru tanah air. Penguasaan teknik dasar merupakan suatu prasyarat yang harus dimiliki oleh pemain. Faktor yang penting dan berpengaruh serta dibutuhkan dalam permainan sepakbola adalah teknik dasar permainan sepakbola yang harus dikuasai oleh para pemain (Djawad, dkk., 1981 : 1). Teknik dasar permainan sepakbola terdiri dari beberapa macam yaitu menendang bola, menggiring bola, mengontrol bola, menyundul bola, merebut bola, lemparan ke dalam, gerak tipu dan teknik khusus penjaga gawang. Salah satu teknik dasar penting dalam permainan sepakbola adalah teknik dasar menyundul bola, karena teknik menyundul tidak hanya dibutuhkan oleh pemain depan, namun juga diperlukan pemain belakang, pemain tengah dan bahkan oleh penjaga gawang. Sepakbola sebagai olahraga permainan memungkinkan pemain

menggunakan kepala untuk menyundul bola. Pemain menggunakan cara berdiri menyundul bola untuk mengoper bola ke rekannya, untuk mencetak gol dengan 9

10 mengarahkan bola ke gawang lawan, atau untuk membuang bola yang mengarah ke gawang mereka sendiri (Joe A. Luxbacher, 2001 : 62-63). Kemampuan menyundul bola merupakan salah satu teknik yang diperlukan bagi seorang pemain. Menyundul bola merupakan salah satu aspek teknik yang seringkali dilupakan oleh para pelatih dan pemain, sehingga jarang diberikan dalam program latihan. Mengkaji kenyataan tersebut, arti penting kemampuan menyundul bola bagi pemain dalam pertandingan sepakbola sangat diperlukan. Pada pertandingan sepakbola terciptanya suatu gol dari sundulan kepala merupakan sesuatu yang menarik. Menyundul bola merupakan salah satu aspek teknik dasar yang sangat diperlukan dalam permainan sepakbola, baik oleh pemain penyerang maupun pemain bertahan. Kemampuan melakukan duel di udara dengan menyundul bola harus dikuasai oleh para pemain, baik pemain depan, pemain tengah, pemain belakang dan bahkan penjaga gawang harus mahir menyundul bola dengan berbagai cara menurut kebutuhan. Kemampuan menyundul bola dapat dilakukan dengan berbagai cara, seperti dengan cara berdiri, cara sambil terbang (melayang), cara dengan meloncat yaitu meloncat ke atas untuk menyundul bola, Teknik menyundul dengan cara berdiri dilakukan bola dalam keadaan melambung di atas kepala. Menyundul bola cara berdiri memerlukan adanya kekuatan otot perut yang dikoordinasikan dengan kelentukan togok. Kekuatan otot perut akan memungkinkan seorang pemain melakukan gerakan ayunan tubuh ke depan dengan cepat dalam menyongsong bola di udara, sedangkan kelentukan togok

11 akan memberikan sudut gerakan badan dalam ayunan. Kedua aspek tersebut merupakan satu kesatuan gerak yang penting dalam menunjang keberhasilan pelaksanaan menyundul bola, sehingga mampu menghasilkan kerja optimal. Berorientasi pada uraian-uraian tersebut di atas, aspek-aspek kekuatan otot perut, kelentukan togok, dan keterampilan menyundul bola dengan cara berdiri menarik perhatian penulis untuk mengadakan penelitian.

1. Teknik Dasar Menyundul Bola


Sepakbola adalah salah satu permainan yang menggunakan bola besar. Permainan sepakbola ini menurut Pagano dan Marien (1997 : 1) telah diketahui berusia ribuan tahun. Namun pencipta permainan ini sampai sekarang tidak diketahui. Mengkaji pola gerak permainan sepakbola, di dalamnya meliputi gerakangerakan seperti lari, lompat, loncat, menendang, menghentakkan, dan menangkap bola bagi penjaga gawang (Sucipto, 2000 : 8). Semua gerakan-gerakan tersebut terangkai dalam suatu pola gerak yang diperlukan pemain dalam menjalankan tugasnya bermain sepakbola. Berdasar pada pada analisis rumpun gerak dan keterampilan dasar, permainan sepakbola memiliki 3 keterampilan dasar gerak yaitu gerak lokomotor, gerak non lokomotor, dan gerak manipulatif. Gerak lokomotor dalam permainan sepakbola tercermin pada gerakan perpindahan tempat ke segala arah, melompat / meloncat, dan meluncur (Sucipto dkk., 2000 : 8). Gerak non lokomotor dalam permainan sepakbola tercermin pada gerakan-gerakan yang tidak berpindah tempat seperti menjangkau, melenting, membungkuk, meliuk (Sucipto dkk., 2000

12 : 9). Gerak manipulatif dalam permainan sepakbola tercermin pada gerakangerakan seperti menendang bola, menggiring bola, menyundul bola, merampas bola, dan menangkap bola bagi penjaga gawang, atau lemparan ke dalam untuk memulai permainan setelah bola keluar lapangan (Sucipto,2000 : 9). Permainan sepakbola merupakan permainan yang dimainkan oleh dua regu dengan jumlah pemain masing-masing regu sebanyak 11 orang termasuk penjaga gawang. Tujuan permainan sepakbola adalah memasukkan bola ke gawang lawan sebanyak-banyaknya, dan berusaha sekuat tenaga menjaga agar gawangnya tidak kemasukan bola. Untuk mencapai tujuan itu seorang pemain harus memiliki empat kemampuan pokok. Seperti dikatakan oleh Sukamtasi (1984:11) bahwa "Untuk meningkatkan dan mencapai prestasi, olahragawan haruss memiliki empat kelengkapan pokok yaitu : 1) kemampuan fisik; 2) teknik; 3) taktik; dan 4) mental. Pemain sepakbola agar dapat bermain dengan baik, harus menguasai teknik-teknik dasar sepakbola. Djawad (1976 : 1) mengatakan bahwa "Salah satu faktor yang mempengaruhi tinggi rendahnya prestasi sepakbola adalah penguasaan teknik dasar sepakbola oleh para pemainnya". Josef Sneyers (1990 : 10) mengatakan bahwa "Dilihat dari segi teknis, mutu permainan suatu kesebelasan ditentukan oleh penguasaan teknik dasar sepakbola". Tentang teknik dasar bermain sepakbola terdapat banyak pendapat dari masing-masing pakar sepakbola, akan tetapi semua pendapat itu tidak bertentangan dan saling melengkapi. Sardjono (1982 : 16) mengatakan bahwa : Teknik-teknik sepakbola dibagi menjadi dua golongan, yaitu : 1) teknik-teknik gerakan tanpa bola, terdiri

13 dari (a) lari dan mengubah arah; (b) melempar dan meloncat; (c) gerak tipu tanpa bola. 2) Teknik-teknik gerakan dengan bola, terdiri : (a) menendang bola; (b) menerima bola; (c) gerak tipu dengan bola; (d) merebut bola; (e) teknik penjaga gawang. Witarsa (1983:1) mengatakan bahwa pembagian teknik sepakbola dibagi menjadi dua bagian, yaitu : 1) teknik tanpa bola, terdiri dari (a) lari; (b) lompat; (c) gerak tipu dengan badan; (d) gerakan khusus bagi pemain belakang. 2) Teknik dengan bola terdiri dari : (a) menendang bola; (b) mengontrol bola; (c) membawa bola; (d) menyundul bola; (e) gerak tipu dengan bola; (f) merebut bola; (g) melempar bola; (h) gerakan khusus penjaga gawang. Sukatamsi (1984 : 34) juga mengatakan bahwa teknik dasar sepakbola yang harus dikuasai dengan baik dan sempurna adalah : 1) teknik tanpa bola, terdiri dari (a) lari cepat tanpa mengubah arah; (b) melompat atau meloncat; (c) gerak tipu tanpa bola; (d) gerakan-gerakan khusus penjaga gawang. 2) Teknik dengan bola terdiri : (a) menendang bola; (b) menerima bola; (c) menggiring bola; (d) menyundul bola; (e) gerak tipu dengan bola; (f) merampas bola; (g) lemparan kedalam; (h) teknik khusus penjaga gawang. Pendapat lain mengatakan bahwa teknik sepakbola pada dasarnya terbagi atas dua bagian yaitu : 1) teknik badan terdiri dari (a) cara berlari; (b) cara melompat; (c) gerak tipu badan. 2) Teknik bola, terdiri dari (a) menendang bola; (b) menahan bola; (c) menggiring bola; (d) gerak tipu badan dengan bola; (e) merebut bola; (e) menyundul bola; (f) lemparan kedalam; (g) penjaga gawang (Depdikbud, 1991 : 61-65).

14 Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa teknik dasar sepakbola adalah : 1) teknik tanpa bola yaitu semua gerakan-gerakan tanpa bola, terdiri dari : (a) lari cepat dan mengubah arah; (b) melompat dan meloncat; (c) gerak tipu tanpa bola. 2) Teknik dengan bola yaitu semua gerakan-gerakan dengan bola, terdiri dari : (a) menendang bola; (b) menerima bola; (c) menggiring bola; (d) menyundul bola; (e) melempar bola; (f) gerak tipu dengan bola; (g) merebut bola; (h) teknik-teknik khusus penjaga gawang. Teknik menyundul bola merupakan salah satu teknik dasar yang penting dalam permainan sepakbola, oleh karena itu harus dikuasai oleh setiap pemain. Kemampuan menyundul bola secara terarah bertambah penting artinya apabila lawan bermain dengan sistem bertahan, sehingga ruang gerak hanya ada lewat kepala. Banyak gol yang secara langsung atau tidak langsung tercipta dari duel di udara. Pemain yang sangat ahli dalam menyundul bola sangat dicari kesebelasan manapun juga di dunia ini, karena tidak banyak pemain yang mampu menyundul bola secara terarah pada saat sedang dijaga ketat oleh pemain lawan. Situasi pertandingan demikian menghendaki bentuk latihan yang realistis, di mana pemain belajar melonjak (meloncat) dengan tolakan pada kaki kiri kaki kanan, bahkan juga dengan kedua kaki, atas sambil berdiri. Menyundul bola pada hakekatnya adalah memainkan bola dengan kepala. Tujuan menyundul bola dalam permainan sepakbola adalah untuk mengumpan, mencetak gol, dan untuk mematahkan serangan lawan atau membuang bola. Ditinjau dari posisi tubuhnya, menyundul bola dapat dilakukan sambil berdiri, melompat, dan sambil meloncat. Banyak gol tercipta dalam permainan sepakbola

15 dari hasil sundulan kepala (Sucipto, 1999/2000 : 32). Dalam pelaksanaannya menyundul bola dilakukan melalui tiga cara yaitu : 1) menyundul bola sambil berdiri, 2) menyundul bola sambil meloncat, dan 3) menyundul bola sambil melayang. Menyundul bola sambil berdiri dilakukan manakala bola setinggi kepala. Analisis menyundul bola sambil berdiri adalah sebagai berikut : 1) posisi badan tegak, kedua kaki dibuka selebar bahu atau salah satu kaki maju ke depan dan menghadap sasaran, 2) kedua lutut sedikit ditekuk. 3) lentingkan badan ke belakang, pandangan diarahkan ke datangnya bola, dan dagu merapat dengan leher, 4) dengan gerakan bersamaan otot-otot perut, dorongan panggul, dan kedua lutut diluruskan, badan dilecutkan ke depan sehingga dahi mengenai bola, 5) seluruh berat badan diikutsertakan ke depan, sehingga berat badan berada di depan dan menghadap sasaran, 6) salah satu kaki maju ke depan sebagai gerak lanjutan, 7) kedua lengan menjaga keseimbangan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 1. Menyundul bola sambil meloncat atau melompat pada umumnya dilakukan manakala datangnya bola di luar jangkauan, baik secara vertikal maupun secara horisontal. Analisis menyundul bola sambil meloncat atau melompat adalah sebagai berikut : 1) meloncat atau melompat sesuai datangnya bola; 2) Pada saat mencapai titik tertinggi atau terjauh, badan dilentingkan, otototot leher dikontraksikan, pandangan ke sasaran dan dagu merapat dengan leher; 3) dengan gerak bersamaan otot-otot perut, dorongan panggul, dan dorongan badan ke depan, sehingga dahi mengenai bola; 4) badan dicondongkan

16

Gambar 1. Menyundul bola sambil berdiri (Sucipto,2000 : 33) ke depan dan mendarat dengan kedua kaki secara eksplosif. Adapun untuk mengetahui lebih jauh tentang menyundul bola sambil meloncat, dapat diperhatikan pada gambar 2. Menyundul bola sangat penting dalam permainan sepakbola, sebab dengan menyundul bola seorang pemain dapat menggunakan kepalanya, khususnya bagian dahi (kening) untuk menerima bola. Oleh karena itu seorang pemain bola harus mahir menyundul bola dengan berbagai cara menurut kebutuhan. Adapun fungsi dan tujuan dari menyundul bola antara lain adalah

17 untuk : 1) untuk memberi umpan kepada teman, 2) untuk membuat got, 3) untuk menghentikan bola (hanya kalau amat perlu) (Djawad, 1976:23).

Gambar 2. Menyundul bola sambil meloncat / melompat (Sucipto,2000 : 34) Menyundul bola harus dilakukan dengan kening. Pandangan mata harus ditujukan kepada bola, harus membiasakan diri "Melemparkan" pandangan mata ke bola. Menyundul bola dilakukan dengan cara mengayunkan punggung. Punggung diayun ke belakang, kemudian dengan kuat diayun ke depan supaya kepala dapat menghantam bola dengan keras (Chusaeri, 1986:17). Menyundul bola dengan cara meloncat agar menghasilkan jarak yang jauh, seorang pemain harus ditunjang dengan kemampuan fisik yang prima atau baik terutama sekali kemampuan daya ledak otot tungkai dan kelentukan togok. Oleh karena itu program latihan yang diberikan harus mencakup latihan-latihan yang

18 berorientasi pada daya ledak dan kelentukan togok. Teknik menyundul bola dengan meloncat (jump header) dilakukan pada saat bola melambung di udara. Pelaksanaan yang benar membutuhkan koordinasi yang tepat antara 1) gerakan, 2) waktu lompatan yang tepat, dan 3) kemantapan bola (LuxbacherJosep A., 1997:87). Berorientasi pada pelaksanaan menyundul bola yang dilakukan cara berdiri diperlukan kekuatan otot perut yang dikoordinasikan dengan kelentukan togok sebagai upaya persiapan pelaksanaan kekuatan perut akan memungkinkan seorang pemain untuk melakukan gerakan ayunan badan ke depan secepatnya usaha menyongsong bola di udara, sedangkan kelentukan togok akan memberikan sudut gerakan badan dalam ayunan. Kedua aspek tersebut merupakan satu kesatuan gerak yang sangat penting dalam menunjang pelaksanaan menyundul bola, sehingga mampu meng-hasilkan unjuk kerja yang optimal. Berkaitan dengan hal tersebut, maka diperlukan tingkat kondisi fisik yang baik agar unjuk kerja yang dilakukan dapat berlangsung secara efektif dan efisien.

2. Pengertian Kekuatan.
Setiap cabang olahraga memerlukan status kondisi fisik yang bervariasi perbedaannya satu dengan yang lain.Untuk menentukan status kondisi pemain perlu latihan kondisi fisik dasar dan bersifat umum yang harus diberikan jauh sebelum program khusus. Latihan dasar yang sangat pokok meliputi latihan peningkatan kekuatan daya ledak.kelenturan dan daya tahan khusus serta umum (M.Sayoto, 1989 : 23). yang dimaksud kekuatan menurut Harsono (1982 : 49) strength atau kekuatan

19 adalah energi untuk melawan suatu tahanan atau kemampuan untuk

membangkitkan tegangan (tension) terhadap suatu tahanan (resistence). Sedangkan kekuatan menurut M. Satoyo (1989 : 16) mengatakan kekuatan (strength). adalah komponen kondisi fisik seseorang tentang kemampuan dalam menggunakan otot untuk menerima beban sewaktu bekerja. M. Soebroto (1977 : 25) mengatakan kekuatan otot kwalitas yang memungkinkan pengembangan ketegangan otot dalam kontraksi yang maksimal. Dari ketiga pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa kekuatan adalah kemampuan otot atau sekelompoknya dalam usahanya menahan beban atau pekerjaan dalam waktu yang relatif pendek. Jadi kekuatan suatu otot di dasar atas : 1) dipengaruhi oleh unsur-unsur struktural otot khususnya volume (isi); 2) semakin jelas bahwa kekuatan otot ditentukan oleh kwalitas faktor tidak sengaja kepada otot atau kelompok otot yang bersangkutan (M. Soebroto, 1977 : 25 ). Hasil kemampuan menyundul bola semata-semata tidak hanya didasarkan adanya kekuatan namun masih ada komponen fisik yang mendukung yaitu power, oleh karena di dalam power kecuali ada kekuatan terdapat pula kecepatan. Power adalah hasil dari Forcexvelocity, di mana force adalah sama (equivalent) dengan strength dan velocity. (Suharno, 1982 : 49). Dari pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa pemain atau atlet yang mempunyai power adalah atlet yang kecuali kuat juga cepat. Bertambah kekuatan akan pula berarti bertambahnya power sehingga akan menghasilkan jarak sundulan bola lebih jauh.

20

3. Jenis serabut otot yang digunakan dalam kontraksi


Jenis serabut otot yang menggerakkan anggota tubuh dikelompokkan menjadi dua golongan besar, yaitu serabut otot cepat (fast twitch fibres = FT fibres) dan serabut otot lambat (slow twitch fibres = STfibres). Kedua jenis otot tersebut berbeda dalam kecepatan kontraksi (Mc. Ardle, et. all., 1981 : 243-247; Lamb, 1984 : 185). Serabut otot yang lebih kuat untuk bekerja secara aerobik disebut tipe I atau serabut otot merah atau serabut otot lambat. Serabut otot yang lebih kuat untuk bekerja secara anaerobik disebut tipe II atau serabut otot putih atau serabut otot cepat. Pembagian jenis serabut otot menjadi beberapa macam tipe didasarkan pada karakteristik metabolik dan kecepatan kontraksi (Me. Ardle, et. All., 1981 : 243-247). Serabut otot tipe I mempunyai lebih banyak mithokondria dengan enzimenzim yang diperlukan untuk memecah lemak dan karbohidrat secara sempurna menjadi karbondioksida (C20) dan air CHbO). Penyediaan energi melalui proses atau metabolisme aerobik berlangsung lama dan tidak cepat menimbulkan kelelahan. Serabut otot tipe juga banyak .mengandung mioglobin, sehingga disebutjuga serabut otot merah (Guyton, 1986 : 180). . Serabut otot cepat (tipe II) mempunyai jumlah retikulum sarkoplasma lebih banyak dibandingkan dengan serabut otot lambat (tipe I). Keadaan tersebut menyebabkan proses pelepasan (re-uptake) ion kalsium berlangsung dengan cepat sehingga proses kontraksi yang dihasilkan dapat berlangsung secara cepat. Dalam serabut otot cepat proses penyediaan energi berlangsung melalui metabolisme

21 anaerobik. Kapasitas anaerobik jumlahnya sangat terbatas atau sedikit, sehingga akan cepat habis dan menimbulkan kelelahan. Serabut otot putih memiliki ciri utama yaitu cepat dalam menjawab rangsangan dan puncak kekuatan yang dihasilkan lebih besar dari otot merah (Fox, 1993 : 97). Soekarman (1987:29) membedakan sifat kedua jenis otot tersebut seperti terlihat pada label 1. Persentase otot cepat dapat meningkat dan persentase otot lambat dapat menurun dengan melakukan latihan anaerobik, tetapi sebaliknya dengan latihan aerobik persentase otot lambat meningkat dan persentase otot cepat menurun. Namun jika otot merah dilatih maka efek atau pengaruh dari latihan yang diberikan tidak banyak berpengaruh pada serabut otot putih, sebaliknya latihan tersebut ditujukan kepada serabut otot putih maka serabut otot merah ikut terlatih (Fox, 1993 : 97). Tabel 1 Perbandingan Sifat Otot Lambat dan Otot Cepat Sifat Otot lambat Otot cepat

Kadar myoglobin Cadangan lemak Cadangan glikogen Kepadatan Mithokondria Enzim oksidasi Jumlah kapilaria Jaringan PC Enzim glikatison Kepayahan

Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Rendah Rendah Rendah

Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah Tinggi Tinggi Tinggi (Soekarman, 1987 : 29)

22 Memahami tentang jenis dan sifat serabut otot yang digunakan dalam aktivitas kontraksi otot, maka dapat dijelaskan bahwa jenis serabut otot yang digunakan unjuk kerja kecepatan dan kekuatan adalah serabut otot cepat (tipe II), karena jenis serabut otot cepat (tipe II) ini dapat menampilkan kontraksi otot secara cepat dan kuat.

4. Sistem energi untuk gerak / kontraksi otot


Energi adalah kemampuan untuk melakukan suatu usaha atau

menghasilkan suatu perubahan. Semua energi yang digunakan untuk proses kehidupan berasal dari matahari. Melalui proses fotosintesis yang dilakukan oleh tumbuhan hijau, energi matahari tersebut diubah menjadi energi kimia. Energi yang dihasilkan tumbuhan terutama berbentuk sebagai glukosa, selulosa, protein dan lemak. Untuk mendapatkan energi tersebut, manusia makan tumbuhtumbuhan dan hewan (Soekarman, 1987 : 12). Energi yang dihasilkan dari proses oksidasi bahan makanan tidak dapat digunakan secara langsung untuk kontraksi otot, tetapi terlebih dahulu energi ini membentuk senyawa kimia berenergi tinggi yaitu Adenosin Triphosphate (ATP). Selanjutnya ATP yang terbentuk diangkut oleh darah ke seluruh bagian sel yang memerlukan energi (Fox, 1993 : 97). Otot merupakan salah satu alat tubuh yang menggunakan ATP sebagai sumber energi dalam melakukan kontraksi, sehingga menimbulkan gerakangerakan sebagai aktivitas fisik. ATP paling banyak tertimbun dalam sel otot dibandingkan dengan jaringan tubuh yang lain, akan tetapi ATP yang tertimbun dalam otot jumlahnya sangat terbatas, yaitu sekitar 4-6 mm/kg berat badan. ATP yang tersedia ini hanya cukup untuk aktivitas cepat dan berat selama 8-30 detik,

23 sehingga untuk aktivitas yang lebih lama dari waktu tersebut perlu dilakukan pembentukan ATP kembali (resintesis ATP). Penampilan kekuatan dan kecepatan terutama didukung oleh kontraksi dari serabut otot cepat dan penyediaan energi melalui proses anaerobik. Kapasitas penyediaan energi anaerobik sangat menentukan untuk penampilan atau untuk kerja yang cepat dan kuat. Dengan demikian kecepatan dan kekuatan yang merupakan unsur utama dari daya ledak. Selain tergantung dari besarnya jumlah serabut otot cepat, unjuk kerja / gerakan menyundul bola juga tergantung pada system penyediaan energi anaerobic. Adapun penyediaan energi secara anaerobik meliputi sistem ATP-PC (Phosphagen System) dan sistem glikolisis anaerobik (Lactici Acid System). Karena PC merupakan senyawa yang mengandung bersifat dan tertimbun di dalam otot seperti halnya ATP, maka sistem ini disebutjuga sistem fosfagen. Reaksi pemecahan ATP-PC berlangsung secara cepat dan terjadi di dalam sel. Pada saat ATP digunakan, maka PC akan segera terurai dan membebaskan energi, sehingga terjadi resintesis ATP. ATP dipecah pada saat kontraksi otot berlangsung, kemudian dibentuk kembali dari Adenosin Diphosphate dan Piruvat ( ADP + pi ) oleh adanya energi yang berasal dari simpanan PC. Penyediaan energi dengan system tersebut hanya dapat dipergunakan atau dipakai selama 3-8 detik (Soekarman, 1987 : ll). Adapun persamaan reaksi peristiwa sistem ATPPC adalah sebagai berikut:

24 PC Pi +C+ Energi > ATP (Fox,

Energi + ADP 4- Pi 1993:).

Lebih lanjut Fox (1988 : 185) menyatakan bahwa kebaikan dari sistem ATP-PC adalah : 1) tidak tergantung pada reaksi kimia yang panjang; 2) tidak membutuhkan oksigen; 3) ATP-PC tertimbun dalam mekanisme kontraktil otot. Selain sistem ATP-PC yang digunakan dalam unjuk kerja daya ledak, system lain yang digunakan adalah sistem glikolisis anaerobik. Sistem glikolisis anaerobic sangat rumit jika dibandingkan dengan sistem ATP-PC. Proses glikolisis anaerobic memerlukan 12 macam reaksi yang berlangsung secara berurutan, sehingga pembentukan energi berlangsung lebih lambat. Proses pembentukan energi glikolisis anaerobik terjadi setelah cadangan ATP yang telah dipakai selama 3-8 detik habis dan tidak dapat dipenuhi lagi oleh system phosphagen. ATP dapat dibentuk kembali melalui pemecahan glikogen tanpa oksigen dengan sistem glikolisis (asam laktat). Adapun ciri dari proses glikolisis anaerobic adalah : 1) terbentuknya asam laktat; 2) tidak membutuhkan oksigen; 3) hanya menggunakan karbohidrat; dan 4) memberikan energi untuk resintesis beberapa molekul ATP. Berikut digambarkan bagan penglepasan energi pada sel otot yang berkontraksi. 1. Proses anaerob a. ATP b. Kreatin fosfat + ADP (beberapa detik mula-mula) ADP + P + energi (detik pertama) Kreatin + ATP

25 c. Glikogen/glukosa + ADP Asam piruvat + ATP

(glikolisis)

2. Proses aerob d. Acetyl co-enzime A + P + ADP + O2 asam piruvat atau dari asam lemak) (Dangsina, 1984 :59) Olahraga yang memerlukan kecepatan, pertama-tama akan menggunakan sistem ATP-PC dan kemudian sistem glikolisis anaerobik. Sistem glikolisis anaerobic sangat penting dalam olahraga karena dapat memberikan atau menyediakan kembali (resintesis) ATP dengan cepat. Untuk olahraga yang berlangsung selama 1-3 menit, energi yang digunakan terutama dari proses glikolisis anaerobik (Soekarman, 1987 : 8). CO2 + H2O + ATP (dari

5. Pengertian Kelentukan Togok


Kelentukan adalah efektivitas seseorang dalam menyesuaikan diri untuk segala aktivitas dengan penguluran tubuh pada bidang sendi yang luas. Kelentukan dipengaruhi oleh elastisitas sendi dan elastisitas otot-otot serta dinyatakan dalam satuan derajat ( ). Harsono (1988 : 163) menyatakan bahwa lentuk tidaknya seseorang ditentukan oleh luas sempitnya ruang gerak sendisendinya. Jadi kelentukan adalah kemampuan untuk melakukan gerakan dalam ruang gerak sendi. Kecuali oleh ruang gerak sendi, kelentukan juga ditentukan oleh elastisitas tidaknya otot-otot, tendon, dan ligamen. Sedangkan Melvin H. William (1990 : 87) menyatakan bahwa kelentukan sangat berguna sekali dalam tindakan preventif mengatasi cidera dan perbaikan postur yang buruk. Harsono

26 (1988 : 163) menyatakan berdasar hasil-hasil penelitian menyatakan bahwa perbaikan dalam kelentukan akan dapat: 1) mengurangi kemungkinan terjadinya cedera-cedera otot dan sendi; 2) membantu dalam mengembangkan kecepatan, koordinasi, dan kelincahan; 3) membantu memperkembangkan prestasi; 4) menghemat pengeluaran tenaga (efisien) pada waktu melakukan gerakangerakan; dan 5) membantu memperbaiki sikap tubuh.

B. Hipotesis
Hipotesis adalah dugaan sementara yang mungkin benar atau mungkin salah, akan menolak jika fakta-fakta membenarkan (Sutrisno Hadi, 1991 : 63). Penolakan atau penerimaan suatu hipotesis sangat bergantung pada hasil-hasil pengumpulan data penelitian. Berdasar pada beberapa landasan teori yang telah diuraikan, maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian im adalah sebagai berikut: 1. Ada hubungan kekuatan otot perut dengan kemampuan menyundul bola posisi berdiri pada Mahasiswa Semester IV PKLO FIK UNNES Semarang Tahun 2004. 2. Ada hubungan kelentukan togok dengan kemampuan menyundul bola posisi berdiri pada Mahasiswa Semester IV PKLO FIK UNNES Semarang Tahun 2004. 3. Ada hubungan kekuatan otot perut dan kelentukan togok dengan kemampuan menyundul bola posisi berdiri pada Mahasiswa Semester IV PKLO FIK UNNES Semarang Tahun 2004.

27

BAB III METODE PENELITIAN

Metode adalah pengetahuan tentang berbagai cara kerja yang disesuaikan dengan obyek-obyek studi ilmu yang bersangkutan. Metode diperlukan dalam pelaksanaan suatu penelitian. Metode penelitian memberikan garis-garis yang cermat dan mengajukan syarat-syarat yang benar, maksudnya untuk menjaga agar pengetahuan yang dicapai dari suatu penelitian dapat mempunyai nilai ilmiah setinggi-tingginya (Sutrisno Hadi, 1986 : 4). Penggunaan metode penelitian harus tepat dan mengarah pada tujuan penelitian agar memperoleh hasil yang sesuai dan dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Berbobot tidaknya suatu penelitian tergantung pada

pertanggungjawaban dari metode penelitian. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei. Berkaitan dengan metode penelitian tersebut, akan dibahas beberapa hal yaitu : 1) Populasi Penelitian; 2) Sampel Penelitian; 3) Variabel Penelitian; 4) Rancangan Penelitian; 5) Metode Pengumpulan data; 6) Prosedur Penelitian; 7) Instrumen Penelitian; 8) Faktorfaktor yang mempengaruhi Waktu dan tempat penelitian.

A. Populasi Penelitian
Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian (Suharsimi Arikunto, 1996 : 102). Adapun populasi yang menjadi subyek penelitian adalah para Mahasiswa

27

28 putra semester IV PKLO FIK UNNES Semarang tahun 2004 yang berjumlah 34 orang dan mempunyai karakteristik sebagai berikut : 1. 2. 3. 4. jenis kelamin laki-laki usia rata-rata 20-21 tahun telah mendapat perkuliahan tehknik dasar bermain sepak bola diampu oleh dosen sepak bola

B. Sampel Penelitian
Sampel merupakan sebagian dari populasi yang diselidiki, yang generalisasinya (kesimpulannya) dikenakan terhadap semua individu atau populasi. Suharsimi Arikunto (1996 : 120) menyatakan bahwa : "Untuk sekedar ancar-ancar, maka apabila subyek kurang dari 100, lebih baik diambil semua, sehingga penelitiannya berupa penelitian populasi, selanjutnya jika jumlah subyeknya besar dapat diambil 10 - 15 % atau 20-25 % atau lebih tergantung setidak-tidaknya dari : 1) kemampuan peneliti dilihat dari waktu; 2) sempit luasnya pengamatan dari setiap subyek karena hal ini menyangkut banyak sedikitnya data; 3) besar kecilnya resiko yang ditanggung oleh peneliti. Untuk penelitian yang resikonya besar, jika sampelnya besar hasilnya akan lebih baik. Teknik pengambilan sampel menggunakan teknik total sampel (total sampling) dengan jumlah sebanyak 34 orang. Dikatakan sampel total karena masing-masing angggota populasi sekaligus menjadi anggota sampel penelitian.

C. Variabel Penelitian
Definisi operasional variabel adalah konsep tentang rumusan variable penelitian sebagai dasar pegangan dalam mengukur data. Tujuan penjabaran

29 definisi operasional variabel adalah untuk menghindari kesalah pahaman pengertian tentang variabel yang menjadi kajian dalam pelaksanaan penelitian. Adapun variabel yang dimaksud dalam penelitian ini adalah : 1.Variabel bebas (independent variabel) meliputi : 1) kekuatan otot perut hasil tes dan pengukuran baring tidur (sit-up) dalam 30 detik dilakukan 3x diambil jumlah yang pengukuran terbanyak dari 3x unjuk kerja; 2) kelentukan togok yaitu veriabel hasil tes dan pengukuran kemampuan besaran sudut togok yang dinyatakan dalam satuan derajad ( ). 2. Variabel terikat (dependent veriable) adalah kemampuan menyundul bola dengan cara berdiri yang dinyatakan dalam satuan meter.

D. Rancangan Penelitian
Rancangan atau desain penelitian yang digunakan adalah desain korelasional (Correlational Design). Desain yang dimaksud terlihat pada gambar 3.

kekuatan otot perut (Xi)

1. 3. 2.

menyundul bola cara berdiri

kelentukan togok (X2)

1. x1 Y; 2. X2 Y ; 3 X,1,2 - Y

Gambar 3. Desain Penelitian

30

E. Metode Pcngumpulan Data


Penjaringan data dilakukan dengan metode survey dengan teknik tes dan pengukuran, yaitu tes kekuatan otot perut, tes kelentukan togok, dan tes kemampuan menyundul bola dengan cara berdiri.

F. Prosedur Penelitian
Kegiatan pengambilan data penelitian dilakukan di Lapangan FIK UNNES Semarang, dan Laboratorium UNNES Semarang, selama 2 (dua) tahapan, yaitu 1) tahapan untuk mengukur variabel prediktor (X). Setelah istirahat 1 hari dilakukan tahapan pengukuran variable kriterion (Y) bagi seluruh sampel penelitian. Pelaksanaan tes dilakukan pada tangga 07 dan 09 juli 2004. 1. Tes Baring Duduk 30 detik (sit-up) Tes ini bertujuan untuk mengukur kekuatan otot perut. Alat/fasilitas yang dibutuhkan yaitu: (1) Lantai lapangan rumput yang bersih (2) Stop Watch (3) Formulir pencatatan hasil tes. (4) Alat tulis Pelaksanaan: Testee berbaring terlentang di atas lantai / rumput. Kedua lutut ditekuk 90. Kedua tangan dilipat dan ditetakkan di belakang kepala, dengan jari tangan saling berkaitan dan kedua tangan menyentuh lantai. Salah seorang teman testee membantu memegang dan menekan kedua pergelangan kaki, agar kaki testee tidak terangkat. Pada aba-aba "ya", testee bergerak mengambil sikap duduk,

31 sehingga kedua sikunya menyentuh paha, kemudian kembali ke sikap semula. Lakukan gerakan itu berulang-ulang cepat tanpa istirahat dalam waktu 30 detik. Gerakan itu gagal bilamana : (1) Kedua lengan lepas. sehingga jari-jarinya tidak terjalin (2) Kedua tungkai di tekuk dengan sudut lebih dari 90 (3) Kedua siku tidak menyentuh palia. Untuk lebih jelas mengenai pelaksanaan tes baring duduk dapat dilihat pada gambar berikut ini:

32

Gambar Sikap baring duduk (sit-up) Sumber : NURHASSAN.2001 : 142 : 143

G. Tes Fleksibilitas
1. Angkat Badan Atas (Trunk Lift / Extention) Tujuan : Mengukur Kelentukan ekstentor tubuh Tabel 2 Keuntungan dan kerugian mengukur kelentukan togok Keuntungan Kerugian Membutuhkan sedikit peralatan Mudah dilaksanakan Pengujian dilakukan satu per satu Membutuhkan waktu lama Kemungkinan lentingan ke

belakang berlebihan

33 Pelaksanaan Peralatan : Penggaris yang diberi tanda pada 6 dan 12 inci dan matras. Posisi awal : Siswa menelungkup, kedua tangan di belakang paha dan ujung kaki lurus. Unjuk kerja : Siswa mengangkat kepala dan badannya, kemudian ditahan sebentar untuk diukur (jangan memberi saran untuk mengangkat badan melebihi 12 inci). Tester mengukur jarak dari lantai ke dagu.siswa kemudian kcmbali menurunkan badannya. Dua kali kesempatan dengan nilai paling tinggi yang dicatat. Penilaian : Nilai adalah ketinggian badan / dagu yang bisa diangkat dari lantai, diukur dari dagu ke lantai, dicatat sampai inci paling dekat. Apabila diangkat melebihi 12 inci dicatat hanya sampai 12 inci saja. 2. Tes kemampuan menyundul bola dengan meloncat Kemampuan menyundul bola dengan cara berdiri adalah kemampuan untuk menanduk bola dari satu tempat ke tempat lain sejauh mungkin dengan perkenaan pada bagian dahi, Pengukuran kemampuan menyundul bola dengan cara berdiri menggunakan tes menyundul sejauh mungkin.

H. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam pengumpulan data penelitian, adalah: 1) tes baring duduk 30 detik untuk mengukur kekuatan otot perut; 2) Angkat badan atas (trunklift / Extention) untuk mengukur kelentukan togok; dan 3) Menyundul bola dengan cara berdiri untuk mengukur kemampuan menyundul bola.

34

I. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penelitian


Subyek atau sampel penelitan adalah para pemain yang belum menguasai teknik gerakan-gerakan menyundul bola dengan meloncat seperti pada atlet dengan baik dan benar. Menyundul bola dengan cara berdiri merupakan salah satu materi latihan dari keseluruhan program yang diberikan dalam skala persentasi kecil, sedangkan penguasaan gerakan menyundul dengan cara berdiri

membutuhkan waktu yang relatif lama dan frekuensi latihan yang memadai, sehingga keberhasilannya dapat mempengaruhi hasil pengukuran yang dilakukan.

J. Analisis Data
Pelaksanaan analisis data penelitian, setelah data diperoleh dari hasil pengukuran selanjutnya dianalisis dengan teknik regresi. Namun sebelum melakukan uji analisis terlebih dahulu dilakukan sejumlah uji persyaratan untuk mengetahui kelayakan data. Adapun uji persyaratan tersebut meliputi : 1. Uji Normalitas Data Uji normalitas data dilakukan untuk mengetahui normal tidaknya data yang akan dianalisis. Adapun uji normalitas menggunakan uji Liliefors. Untuk menguji data yang diperoleh berdistribusi normal atau tidak digunakan statistik Liliefors. Adapun langkah-langkah dalam pengujian ini sebagai berikut : a. Data yang diperoleh diubah terlebih dahulu menjadi skor baku dengan rumus :
Zi = xi - x S

35
Keterangan : Zi = xi = S = Skor baku Rata-rata Standar deviasi

b. Dihitung peluang untuk setiap bilangan baku yaitu F (Zi) = P (z Zi) c. Dihitung proposisi Z1, Z2, Z3, Zn (z Zi)

S(Zi ) =

Banyaknya Z1 , Z2 , Z3 , ..., Zn Zi n

d. Dihitung harga mutlak F (Zi) S (Zi) e. Diambil Lo yaitu nilai terbesar dari |F (Zi) S(Zi)| f. Apabila Lo < Ltabel, maka data berdistribusi normal (Sudjana, 1996:466-476). Perhitungan selanjutnya menggunakan program SPSS release 10.00 apabila diperoleh nilai signifikansi > 0.05, dapat disimpulkan data berdistribusi normal.

2. Uji Homogenitas Varians Uji homogenitas varians digunakan untuk mengetahui seragam tidaknya variasi sampel-sampel yang diambil dari populasi yang sama dalam penelitian. Uji homogenitas varians dihitung dengan menggunakan Levene test menggunakan program SPSS. Apabila diperoleh nilai signifikasi lebih besar dari taraf kesalahan 0.05, dapat disimpulkan bahwa data yang diperoleh homogen.

36
3. Uji linieritas dan uji keberartian model garis regresi. Uji linieritas dimaksudkan untuk menguji apakah data yang diperoleh linier ataukah tidak. Jika data linier, dapat dilanjutkan dengan uji parametric dengan teknik regresi linier namun jika data tidak linier digunakan uji regresi non linier. Uji keberartian model garis regresi dimaksud untuk menguji apakah data predictor dapat digunakan sebagai peramalan kriterium ataukah tidak. Jika predictor berarti maka dapat digunakan sebagai peramalan, sedang jika prediktor tidak berarti sebagai konsekuensinya tidak dapat dipakai sebagai peramalan kriterium. Adapun uji linieritas dan keberartian model garis regresi menggunakan teknik analisis varians dengan langkah-langkah sebagai berikut : Tabel 3 Persiapan Analisis Regresi dk JK RK n 1 1 n-2 k-2 n-k JK(T) JK(a) JK(a|b) JK(S) JK (TC) JK(E) RK(a) = JK(a): 1 RK(a|b) = JK(a|b) : 1 RK(S) = JK (S) : (n-2) RK(TC) = JK(TC): (k-2) RK(E) = JK(E) : (n-k)

Sumber Variasi Total Regresi (a) Regresi (a|b) Residu Tuna cocok Galat (E) Keterangan: JK (T) JK(a) = Y =
2

F hitung
RK(a | b) RK(S)
RK(TC) RK(E)

( Y )
N

JK(a|b) JK(S)

= b XY -

( X )( Y )
n

= JK(T) JK(a) JK(a|b)

37

JK(E) JK(TC)

( Yi )2 2 = Yi ni
= JK(S) JK(E)
hitung

Untuk uji keberartian model regresi, apabila F

> F

tabel

dengan dk

(1:n-2) maka dapat disimpulkan bahwa model yang diperoleh signifikan. Untuk uji kelinieran, apabila Fhitung < F
tabel

dengan dk (k-2 : n-k), maka dapat

disimpulkan bahwa model regresi tersebut berbentuk linier. 4. Uji regresi dengan persamaan Y = a + bX 5. Uji Korelasi

rxy =

N XY - ( X )( Y )

{N X

( X ) N Y 2 ( Y )

}{

( Sudjana.1992 : 369) Setelah dilakukan uji regresi dan korelasi, selanjutnya dilakukan uji sumbangan relatifitas dan uji, sumbangan efektifitas variabel prediktor terhadap kriterium. Adapun langkah-langkah mencari sumbangan relatifitas dilakukan dengan cara : 1) untuk variabel prediktor 1 (Xi) mencari harga Xi dibagi dengan JK reg dikalikan 100% (harga X : JK reg ) x 100 %, 2) untuk variabel prediktor 2 (Xs) mencari harga X2 dibagi dengan JK reg dikalikan 100 % (harga Xi : JK reg ) x 100 %. Sedangkan untuk mencari sumbangan efektivitas garis regresi dapat dilakukan dengan cara : 1) untuk keseluruhan prediktor yaitu membagi JK reg dengan JK tunai dikalikan 100 ( JK reg : JK total ) x 100; 2) sedangkan untuk masing-masing prediktor dilakukan dengan mengalikan sumbangan relatif (SR) dalam persen dengan harga koefisien R determinan (SR % x R2).

38

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian


1. Deskripsi Data Setelah diperoleh data dari hasil tes dan pengukuran untuk variabel kekuatan otot perut, variabel kelentukan togok, dan hasil jarak menyundul bola karena masing-masing variabel penelitian memiliki ukuran berbeda. Maka sebelum dilakukan analisis data penelititan terlebih dahulu data ditransformasikan ke dalam skor-T. Adapun rangkuman hasil masing-masing variabel seperti tertera pada tabel 2 berikut ini. Deskripsi data kekuatan otot perut, kelentukan otot perut, dan hasil jarak menyundul bola : Tabel 4 Deskripsi Data Variabel Penelitian NO VARIABEL N RATARATA 1 2 3 Kekuatan otot perut Kelentukan togok Hasil jarak menyundul bola 34 34 34 22.12 51.06 10.76 3.6078 6.6740 1.0564 13.016 44.542 1.115 SD VARIANS

Tabel 2 atas menyajikan diskripsi data hasil tes dan pengukuran kekuatan otot perut n = 34. Rata-rata 22.12 SD sebesar 3.6078 dan varian sebesar 44.542

39
sedangkan untuk hasil jarak menyundul bola rata-rata 10.76. SD. Sebesar 1.0564 dan varian hasil jarak menyundul bola 1.115. 2. Analisis data Guna memenuhi persyaratan analisis dalam pengujian hipotesis penelitian akan dilakukan beberapa langkah uji persyaratan yang meliputi : uji Normalitas distribusi data homogenitas varians data uji linearitas dan uji kapasitas modal garis regresi. Adapun hasil rangkuman tersaji pada tabel di bawah ini. a. Uji persyaratan uji normalitas distribusi data Uji normalitas distribusi data meliputi variabel kekuatan otot perut, kelentukan togok dan hasil jarak menyundul bola dari sampel sejumlah 34 orang hasil dari tes dan pengukuran hasil tersaji pada tabel 3 di bawah ini dengan menggunakan analisis kolmogorof Smirnov z. Tabel 5 Rangkuman Uji Normatif Distrubusi Data Dengan Kolmogorof-Smirnov Z

NO
1 2 3

VARIABEL
Kekuatan otot perut Kelentukan togok Hasil jarak menyundul bola

KOL.SMIRT Z
1.2238 1.0086 0.5749

Signifikan
.1000 .2609 .8956

Keterangan
Normal Normal Normal

40
Berdasarkan hasil analisis yang tercantum dalam tabel 3 terlihat bahwa data masing-masing variabel yaitu variabel kekuatan otot perut, kelentukan otot togok dan hasil jarak menyundul bola.subyek penelitian penyebaran distribusi datanya dalam keadaan normal sehingga dapat dilanjutkan uji parametik

B. Uji Homogenitas Varians Data


Persyaratan berikutnya adalah uji homogenitas varians data untuk pengujian hipotesis. Maksud uji homogenitas varians data adalah untuk menguji kesamaan beberapa buah varians populasi. Uji homogenitas ini menggunakan Levene Statistik dengan kriteria data homogen apabila diperoleh nilai signifikansi lebih besar dari taraf kesalahan 5%. Adapun hasil homogenitas varians data menggunakan Levene Statistic dan hasilnya sebagai berikut tercantum pada tabel 6. Tabel 6 Rangkuman Uji Homogenitar Varians Data Dengan Levene Stastistic

No.
1. 2. 3.

Variabel Levene Statistic


Kekuatan Otot Perut Kelentukan Togok Hasil Jarak Menyundul Bola 1.7043 .3545 .3254

Signifikasi
.1760 .8387 .8586

Keterangan
Homogen Homogen Homogen

Berdasar pada hasil analisis data menggunakan Levene Statistic seperti

41
yang tercantum pada tabel 4 terlihat bahwa varians data variabel penelitian dalam keadaan homogen, sehingga dapat dilanjutkan dengan uji parametik.

C. Uji Linieritas
Uji Kelinieritas adalah uji untuk mengetahui apakah antara prediktor X1 (Kekuatan otot perut), X2 (kelentukan togok) memiliki hubungan yang linier atau tidak terhadap kreterium (Y). Uji dilakukan dengan teknik analisis varians. Kreteria uji dinyatakan Linier, jika hasil F hitung X1 dan X2 F tabel pada taraf signifikasi 5 %. Sebaliknya jika F hitung X1 dan X2 F tabel dinyatakan tidak linier. Hasil perhitungan dapat dilihat pada tabel 5. Tabel 7 Rangkuman Uji Linier Variabel Data Penelitian Menggunakan Anava

No.
1. 2. 3.

Variabel
X1 Y X2 Y X1,2 Y

F hitung
10.9382 12.1511 9.7872

F tabel
0.0023 0.0014 0.0005

Keterangan
Linier Linier Linier

Hasil uji regresi antara X1 (kekuatan otot perut) dengan hasil jarak menyundul (Y) diperoleh F hitung 10.93482 dengan signfikansi 0.0023 < 0.05, sehingga model regresi pada kelompok ini adalah linier. Pengujian model regresi antara X2 (kelentukan togok) dengan hasil jarak menyundul bola (Y) diperoleh m F hitung 12.15111 dengan signfikansi 0.0014 < 0.05, sehingga model regresi pada kelompok ini adalah linier. Sedangkan pengujian hasil jarak menyundul bola

42
dengan kekuatan otot perut (X1) dan kelentukan togok F hitung 9.7872 dengan signfikansi 0.0005, sehingga model regresi pada kelompok ini adalah linier.

D.Uji Keberartian Model


Uji keberartian model regresi dilakukan untuk mengetahui apakah persamaan, garis regresi yang diperoleh berarti (bermakna) atau tidak untuk digunakan sebagai prediksi harga Kreterium. Uji dilakukan dengan Uji t. Kriteria uji dinyatakan berarti bila hasil t hitung X1, X2 t tabel pada taraf signifikasi 5 %. Sebaliknya jika hasi t hitung X1, X2 t tabel tidak linier. Hasil analisis regresi untuk berartian model tersaji pada tabel 8 Sebagai berikut : Tabel 8 Rangkuman Uji Keberartian Model Variabel Data Penelitian Menggunakan Uji t

No.
1.

Variabel
Kekuatan otot perut (X1 Y)

t hitung
3.307

Sig. T
0.0023

Keterangan
Bermakna

2.

Kelentukan togok (X2 Y)

3.486

0.0014

Bermakna

Hasil uji regresi antara X1 dengan Y atau kekuatan otot perut dengan hasil jarak menyundul bola diperoleh t hitung sebesar 3.307 dan X2 dengan Y atau kelentukan togok dengan hasil jarak menyundul bola diperoleh t hitung sebesar 3.456. Berdasarkan hasil perhitungan maka variabel kekuatan otot perut dan kelentukan otot togok, dinyatakan berarti dan dapat digunakan untuk memprediksi

43
keberhasilan pelaksanaan menyundul bola.

E. Uji Hipotesis
Uji hipotesis penelitian yang mengkaji hubungan antara kekuatan otot perut, kelentukan togok dengan hasil jarak menyundul bola dilakukan analisis data dengan menggunakan Korelasi Sederhana dan regresi ganda. Perhitungan statistik dengan menggunakan SPSS For Windows Release 10.0.1 Adapun hasilnya adalah sebagai berikut : Tabel 9 Rangkuman Analisis Hubungan Kekuatan Otot Perut (X1), Kelentukan Otot Togok (X2) dengan hasil Jarak Menyundul Bola (Y)

No.

Variabel

R / r hitung

R / r tabel 5 %

Keterangan

1. 2. 3.

R X1 Y r X2 Y Rx1.2 Y

34 34 34

0,5047 0,5246 0,6221

0,344 0,344 0,322

Signifikan Signifikan Signifikan

a. Pengujian hipotesis ke 1 Ha : Ada hubungan antara kekuatan otot perut dengan hasil jarak menyundul bola. Ho : Tidak ada hubungan kekuatan otot perut dengan hasil jarak menyundul bola.

44
Uji hubungan kekuatan otot perut dengan hasil jarak menyundul bola, diperoleh r hitung r tabel atau 0,5047 0,344, sehingga hipotesis nol (Ho) ditolak. Hipotesis alternatif (Ha) yang menyatakan : Ada hubungan kekuatan togok dengan hasil jarak menyundul bola diterima, berarti mempunyai / ada hubungan yang signifikan. b. Pengujian Hipotesis ke 2 Ha : Ada hubungan kelentukan togok dengan hasil menyundul bola. Ho : Tidak ada hubungan kelentukan togok dengan hasil menyundul bola. Uji hubungan kelentukan otot perut dengan hasil menyundul bola, diperoleh r hitung r tabel atau 0,5246 0,344, sehingga hipotesis nol (Ho) ditolak dan hipotesis alternatif (Ha) yang menyatakan : Ada hubungan kelentukan togok dengan hasil jarak menyundul bola. diterima, berarti mempunyai / ada hubungan yang signifikan. c. Pengujian Hipotesis ke 3 Ha : Ada hubungan kekuatan otot perut, kelentukan togok dengan hasil jarak menyundul bola Ho : Tidak ada hubungan kekuatan otot perut, kelentukan togok dengan hasil jarak menyundul bola. Uji hubungan kekuatan otot perut, kelentukan otot perut dengan hasil jarak menyundul bola diperoleh R hitung R tabel atau 0,6221 0,33, sehingga hipotesis nol (Ho) ditolak dan hipotesis alternatif (Ha) yang

45
mengatakan : Ada hubungan kekuatan otot perut dan kelentukan togok dengan hasil menyundul bola, diterima, berarti ada hubungan signifikan. yang

F. Pembahasan
Merujuk pada hasil perhitungan dan analisis data penelitian.terlihat behwa variabel-variabel yang menjadi kajian dalam penelitian yaitu : 1) Kekuatan otot perut dengan kemampuan menyundul bola dengan cara berdiri. 2) Kelentukan togok dengan kemampuan menyundul bola dengan cara berdiri dan 3) Kekuatan otot perut, kelentukan togok dan kemampuan menyundul bola posisi berdiri pada mahasiswa putra semester IV PKLO FIK UNNES Semarang tahun 2004 menunjukkan ada hubungan yang positif dan berarti. Berkaitan dengan hal tersebut, selanjutnya akan dibahas hal-hal sebagai berikut :

a. Kekuatan otot perut


Kekuatan adalah merupakan hasil kontraksi otot dan kekuatan itu telah ada semenjak dilahirkan. Semakin bertambah usia maka kekuatan otot tersebut akan lebih mampu untuk menerima atau menahan beban dalam waktu yang relatif singkat. Unjuk kerja menyundul bola dengan menggunakan cara berdiri akan menggunakan otot-otot besar perut yang terdapat pada bagian depan perut seperti

M. Rectus abdominis, abliquus abdominis externis, obliquus abduminis internus dan transversus abdominis, jika berkontraksi akan menghasilkan kekuatan yang
akan memfleksikan badan (gerakan mengayun ke depan) pada daerah torakal dan lumbal.

46
Dalam teknik menyundul bola gerakan menyundul bola dibutuhkan kekuatan otot perut yang maksimal,yaitu pada seakan ayunan badan dari belakang ke arah depan dalam waktu yang singkat. Di samping faktor kondisi fisik lainnya. Jadi upaya untuk mendapat hasil yang optimal dari menyundul bola, seorang pemain tidak hanya membutuhkan penguasaan pada aspek teknik dan taktik saja, melainkan juga aspek kondisi fisik pemain perlu penjagaan dan peningkatan secara kontinyu melalui latihan dalam menghadapi pertandingan. Keberadaan kondisi pemain diharapkan selalu dalam keadaan baik, sehingga dalam menghadapi pertandingan tidak mengalami atau mengurangi kemampuan individu. Apabila pemain mengalami penurunan kondisi fisik akan berpengaruh buruk pada penampilan sehingga unjuk kerja tidak dapat berlangsung secara optimal.

b. Kelentukan togok
Kelentukan togok merupakan jantung dari pelaksanaan menyundul bola dengan meloncat. Ini ditandai dengan tinggi atau rendahnya derajat kemampuan kelentukan togok dalam unjuk kerja optimal. Berorientasi pada arti penting kelentukan togok pada pelaksanaan menyundul bola dengan cara berdiri, hal terpenting yang harus disadari adalah pondasi untuk mencapai keberhasilan dalam menyundul bola posisi berdiri. Meskipun tinggi rendahnya derajat kemampuan kelentukan togok dalam unjuk kerja optimal sangat relatif, namun dampak positifnya dalam menunjang keberhasilan pada hasil menyundul bola dengan berlari memberikan kontribusi yang sangat besar.

47 c. Perpaduan Gerak Kekuatan Otot Perut dan Kelentukan Togok


Unjuk kerja menyundul bola dengan menggunakan cara berdiri akan menggunakan otot-otot besar perut yang terdapat pada bagian depan perut seperti

M. Rectus abdominis, abliquus abdominis externis, obliquus abduminis internus dan transversus abdominis, jika berkontraksi akan menghasilkan kekuatan yang
akan memfleksikan badan (gerakan mengayun ke depan) pada daerah torakal dan lumbal. Walaupun hasil kontraksi otot perut yaitu kekuatan telah ada masih diperlukan lagi kelentukan togok yang akan memberi sumbangan dalam bentuk besarnya sudut, diperoleh dari kegerakan ke belakang oleh otot-otot yang terdapat pada bagian punggung seperti m. illiocostalis, m. longissimus, m. semispinalis, m.

multifidus. Otot-otot tersebut akan menarik batang badan ke belakang semaksimal


mungkin. Semakin besar derajat yang dibuat oleh kelentukan togok, maka akan semakin besar pula kekuatan yang ditimbulkan otot bagian depan perut. Hal ini terlihat jelas pada sumbangan effektivitas kelentukan togok (20,54 %). Perpaduan kontraksi otot perut yang menghasilkan kekuatan dan otot punggung menghasilkan kelentukan togok dapat dijelaskan oleh besarnya sumbangan effektivitas yaitu kekuatan otot perut 18,16 % dan kelentukan togok 20,54 % mempunyai jumlah kontribusi sebesar 38,70 % belum cukup untuk menunjang berhasil jauhnya jarak sundulan bola, mungkin karena pengaruh kondisi fisik lainnya yang tidak ikut berperan aktif. Namun perpaduan antara kekuatan otot perut dan kelentukan togok dirasakan cukup signifikan.

48

G. Keterbatasan Penelitian
Meskipun berbagai upaya telah dilakukan agar mendapat data yang akurat, namun demikian karena adanya berbagai keketerbatasan yang bersifat teknis maupun non teknis, maka perlu dikemukakan beberapa hal berkaitan dengan keterbatasan yang muncul dalam penelitian ini, diantaranya adalah sebagai berikut: a. Subyek atau sampel penelitian adalah para mahasiswa yang relatif masih sangat membutuhkan latihan, belum menguasai teknik gerakan-gerakan menyundul bola dengan cara berdiri seperti pada pemain yang terlatih dengan baik dan benar. Karena menyundul bola dengan cara berdiri merupakan salah satu materi latihan dalam keseluruhan program. Maka untuk penguasaan gerakan yang baik dan benar dibutuhkan waktu yang relatif lama dan frekuensi latihan yang memadai, sehingga keberhasilannya dapat mempengaruhi hasil pengukuran yang dilakukan. b. Menyundul bola dengan cara berdiri merupakan perpaduan gerak yang utuh dan terpadu mulai dari permulaan sikap berdiri.kekuatan otot perut dan kelentukan togok ke belakang pada saat gerakan menyundul bola sangat memerlukan koordinasi gerak yang tinggi. Adapun pelaksanaan tes untuk mengungkap masing-masing variabel dilakukan secara terpisah atau pembagian. Dengan demikian dimungkinkan terjadi kesenjangan pola gerak, hal ini tentunya akan mempengaruhi hasil yang dicapai

49

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan
Berdasarkan pada hasil analisis data untuk uji hipotesis, maka dapat disimpulkan dalampenelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Ada hubungan antara kekuatan otot perut dengan kemampuan menyundul bola posisi berdiri pada mahasiswa semester IV PKLO UNNES tahun 2004. 2. Ada hubungan antara kelentukan togok dengan kemampuan menyundul bola posisi berdiri pada mahasiswa semester IV PKLO UNNES tahun 2004. 3. Ada hubungan antara kekuatan otot perut dan kelentukan togok dengan kemampuan menyundul bola posisi berdiri pada mahasiswa semester IV PKLO UNNES tahun 2004. Besarnya sumbangan relativitas kekuatan otot perut terhadap kemampuan menyundul bola posisi berdiri sebesar 46.92%, sedang kelentukan otot togok 53.08%. Adapun besarnya sumbangan effektifitas kekuatan otot perut terhadap kemampuan menyundul bola posisi berdiri sebesar 18.16% sedang kelentukan otot togok 20.5%.

49

50

B. Saran
Beroreintasi pada hasil dan simpulan hasil penelitian yang telah dilakukan.maka penulis perlu ajukan beberapa saran kepada pelatih sepak bola dan para guru pendidikan jasmani kesehatan dan rekreasi dalam melatih atau mengajar cabang olahraga sepakbola khususnya menyundul bola dengan cara berdiri disarankan beberapa hal sebagai berikut: 1. Keberhasilan menyundul bola posisi berdiri berkaitan erat dengan unsur kondisi fisik yaitu kekuatan otot perut sangat diperlukan dalam menunjang keberhasilan seorang pemain, sehingga perlu dijadikan sebagai bahan pelatihan bagi para pemain sepakbola demi pencapaian prestasi menyundul bola posisi berdiri 2. Keberhasilan melakukan menyundul bola posisi berdiri berkaitan erat dengan unsur kondisi fisik kelentukan, yaitu kelentukan togok. Kelentukan togok sangat diperlukan dalam. menunjang keberhasilan seorang pemain, sehingga perlu dijadikan sebagai bahan pelatihan bagi para pemain sepakbola demi pencapaian prestasi menyundul bola dengan cara berdiri 3. Penggunaan sampel dalam penelitian ini adalah para Mahasiswa putra semester IV PKLO FIK UNNES Semarang yang menerima pelatihan berbagai macam teknik dasar bermain sepakbola. Teknik menyundul bola sedikit sekali diberikan dalam program pelatihan, sehingga penguasaan materi khususnya menyundul bola posisi berdiri memiliki persentasi yang relatif kecil. Untuk itu agar mendapatkan gambaran yang lebih jelas dan spesifik dapat dilakukan penelitian lanjutan dengan menambah jumlah

sampel atau menambah aspek prediktor dalam penelitian.

51

DAFTAR PUSTAKA
Aang. Witarsa. 1993. Dasar-dasar Tekhnik Sepak bola. Kumpulan materi kursus Instruktur sepak bola Yogyakarta : Komda PSSI DIY Chusaeri.1976. Bimbingan Tekhnik dan Taktik sepakbola.Jakarta : PT mutiara Sumber Widya Depdikbud.1997. Kondisi Fisik Anakanak Sekolah Dasar. Jakarta Dikdas Menum.Menpora Dirjen Olahraga dan Pemuda. 1972. Pedoman Mengajar Olahraga. Jakarta : Depdikbud Djawad Dkk. 1981. Dasar Bermain Sepakbola. Edisi kedua.Yogyakarta : Intan Fox.EL. 1988. Sport Physiology. Third Edition. Philadelpia : LUB.Saunders Harsono. 1988. Codching dan Aspek-aspek Psikologis dalam Choahing. Jakarta : Depdikbud ---------. 1982. Ilmu Coaching. Jakarta ; Pusat Ilmu Olahraga; Koni Pusat Lamb. 1984. Physiology Of Exercise Respons and Adaptation. New York : Mc.Millan Publising Comapany. Lixbacker. Yosep A. 1997. Sepak bola Taktik dan Tekhnik Bermain. Jakarta : PT. Raja Gratindo Mc.Ardle. Katch et all. 1981. Exercise Pkysiology; Energi. Nutrittion and Human. 1st Edittion. Pkyladelphia : Lea Febiger Melwin H. William. 1990. Life Tine Fitness and Wellness. Second Edition. Dubuque. WM. C Brown Publishers

52
Moeloek,Dangsiana,1984. Indonesia Kesehatan dan Olahraga. Jakarta :Universitas

Nurhassan. 2001. Tes dan Pengukuran Dalam Pendidikan Jasmani. Prinsipprinsip dan Penerapannya. Jakarta. Diknas. Diknasnem. Ditjen olahraga

Sarjono. 1982. Pengajaran Sepakbola. Surakarta. Tiga Serangkai

Sayoto.M. 1982. Kekuataan dan Kondisi Fisik. Semarang. Effhara Daharsa Prize Sucipto. dkk. 1999/2000. Olahraga Pilihan : Sepakbola. Jakarta. Dirjen Diknasmen. Suharno HP. 1985. Ilmu Kepelatihan Olahraga. Yogyakarta : IKIP Yogyakarta Suharsimi Arikunto. 1996. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta. Rineka Cipta

Sujana. 1992. Desain dan Analisis Experiment. Bandung. Tarsito

Sukatamsi. 1981. Tekhnik Dasar Bermain Sepakbola. Solo. Tiga Serangkai Sutrisno Hadi.1981.Metodologi Research.Jilid 1 Yogyakarta. Fakultas Psikologi UGM. ---------------. 1988. Statistik Regresi. Yogyakarta. Yayasan Psikologi UGM Soebroto.M. 1975. Masalah-Masalah dalam Kedokteran Olahraga.Latihan Olahraga.Dan Coaching. (Terjemahan Oleh : M.Soebroto). Jakarta. Dirjen PLSO. Depdikbud. Widdows Richard. 1981. Sepakbola, Ketrampilan, Taktik dan Fakta. Jakarta : Mercu Buana.

53

NAMA-NAMA PESERTA PENELITIAN MAHASISWA PUTRA SEMESTER IV PKLO FIK UNNES SEMARANG

No.
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. Denny Saiful

Nama

No.
18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30. 31. 32. 33. 34. Ari Y.

Nama
Budi P. Imam S. Arifin Tirtana Arifin K. Imam HR. Agus W. Erik Catur Sigit B. Panji R. Rokhmad Ach. Chairila Esav A. Ananda Abuzar Hendro M.

Endro W. Dwi AR. M. Irfan Agus Maria Puthut K. Nanang K. Farid H. Eko H. Nugroho I. Nengah Catoyo Zanuar Imron M. Agus PN. Sugiarto

54

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................... i SARI .......................................................................................................... ii HALAMAN PERSETUJUAN ................................................................... iii HALAMAN PENGESAHAN .................................................................... iv HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN .......................................... v KATA PENGANTAR ............................................................................... vi DAFTAR ISI ........................................................................................... viii DAFTAR TABEL ..................................................................................... xi DAFTAR GAMBAR ................................................................................ xii DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................ xiii BAB I PENDAHULUAN ........................................................................... 1 A. Alasan Pemilihan Judul .......................................................... 1 B. Permasalahan ......................................................................... 5 C. TujuanPenelitian .................................................................... 5 D. Penegasan Istilah .................................................................... 6 E. Manfaat Penelitian.................................................................. 8 BAB II LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS ........................................ 9

55
A. PermainanSepakbola ............................................................... 9 1. 2. 3. 4. 5. Teknik Dasar Menyundul Bola ...................................... 11 Pengertian kekuatan....................................................... 18 Jenis Serabut Otot yang Digunakan Dalam kontraksi ..... 20 Sistem Energi Untuk Gerak ........................................... 22 Pengertian Kelentukan Togok ........................................ 25

B. Hipotesis................................................................................ 26 BAB III METODE PENELITIAN ............................................................ 27 A. Populasi Penelitian ............................................................. 27 B. Sampel Penelitian............................................................... 28 C. Variabel Penelitian ............................................................. 28 D. Rancangan Penelitian ......................................................... 29 E. Metode Pengumpulan Data ................................................ 30 F. Prosedur Penelitian ........................................................... 30 G. Tes Fleksibilitas ................................................................. 32 H. Instrumen Penelitian .......................................................... 33 I. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Penelitian ................... 34 J. Analisis Data...................................................................... 34 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ........................... 38

56
A. Hasil Penelitian ................................................................... 38 B.Uji Homogenitas Variaus Data ............................................. 40 C. Uji Linieritas ........................................................................ 41 D. Uji Keberartian Model.......................................................... 42 E. Uji Hipotesis......................................................................... 43 F. Pembahasan .......................................................................... 45 G. Keterbatasan Penelitian ........................................................ 48 BABV SIMPULAN DAN SARAN........................................................... 49 A. Simpulan ................................................................................. 49 B. Saran ...................................................................................... 50 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN

57 DAFTAR TABEL
TABEL HALAMAN

1. Perbandingan Sifat Otot Lambat dan Otot Cepat ................................... 21 2. Keuntungan dan kerugian mengukur kelentukan togok ......................... 32 3. persiapan analisis regresi ....................................................................... 36 4. Diskripsi Data Variable Penelitian ........................................................ 38 5. Rangkuman Uji Normalitas ................................................................... 39 6. Rangkuman Uji Homogenitas Vrian Data ............................................. 40 7. Rangkuman Uji Linier Variabel Data Penelitian .................................... 41 8. Rangkuman Uji Keberartian Model Variabel Data Penelitian ................ 42 9. Rangkuman Analisis X1 dan X2 dengan Y ............................................. 43

58 DAFTAR GAMBAR
GAMBAR HALAMAN

1. Menyundul Bola Sambil Berdiri ........................................................16 2. Menyundul Bola Sambil Meloncat/Melompat ...................................17 3. Desain Penelitian ..............................................................................29 4. Pelaksanaan Pengukuran Kekuatan Otot Perut ..................................32

59 LAMPIRAN-LAMPIRAN
LAMPIRAN HALAMAN

1. Daftar Nama Sampel .........................................................................53 2. Data Hasil Pengukuran......................................................................54 3. Uji Normalitas Data ..........................................................................56 4. Uji Homogenitas Data .......................................................................58 5. Linierity Test ....................................................................................59 6. Multiple Regresi ...............................................................................63 7. Ringkasan Hasil Perhitungan Analisis Regresi ..................................67 8. Surat Penetapan Pembimbing ............................................................68 9. Surat Ijin Penelitian...........................................................................69

60

Halaman
1 4 Hams

Tercetak
Penmainan Dasamnya Pemainan Mahasiswi Harus Dasarnya

Seharusnya
Permainan

Permainan Mahasiswa Menyundul Oleh Harus Sukatamsi Atau Kelincahan Ini Penelitian Linearitas Varians Linearitas Gerakan Dalam penelitian

7 10 12 14 26 39 40 41 42 48 50

Menyunduk Oeh Haruss Sukamtasi Atas Kelincaban Im Penelititan Lineasitas Variaus Kelinearitas Kegerakan Dalampenelitian

61
Lampiran 1 Lampiran 2 Lampiran 3 Lampiran 4 Lampiran 5 Lampiran 21 Lampiran 22 Lampiran 23 Lampiran 24 Lampiran 25 Lampiran 6 Lampiran 7 Lampiran 8 Lampiran 9 Lampiran 10 Lampiran 11 Lampiran 12 Lampiran 13 Lampiran 14 Lampiran 15 Lampiran 16 Lampiran 17 Lampiran 18 Lampiran 19 Lampiran 20

62

63

KATA PENGANTAR
Rasa syukur Penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah melimpahkan rahmat, taufik dan hidayah-Nya hingga Penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Tersusunnya skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan bimbingan berbagai pihak. Oleh karena itu Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada yang terhormat : 1. Bapak dan Ibu tercinta, yang selalu memanjatkan doa dan dorongan material maupun spiritual, dan kasih sayang yang tulus. 2. Rektor UNNES yang memberi kesempatan penulis untuk menimba ilmu. 3. Dekan Fakultas Ilmu Keolahragaan UNNES, yang telah memberikan ijin penelitian untuk menyusun skripsi. 4. Drs. Wahadi, M.Pd, Ketua Jurusan Pendidikan Kepelatihan Olahraga yang telah memberikan ijin penelitian. 5. Drs. R. Soeyono M,Pd, Pembimbing I atas bimbingannya sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. 6. Drs Tohar M.Pd, Pembimbing II yang telah memberikan bimbingan,

motivasi, semangat, pengertian hingga terselesaikannya skripsi ini. 7. Kumbul Slamet B, S.Pd,M.Pd, Penguji atas masukan, saran dan kritik demi kesempurnaan skripsi ini. 8. Dosen jurusan PKLO yang memberikan pengetahuan selama perkualiahan.

vi

64
9. Almamater khususnya angkatan 2000 PKLO yang ikut membantu pelaksanaan penelitian. 10. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah memberikan bantuan dan dorongan baik material maupun spiritual sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi para pembaca semua.

Penulis

vii

You might also like