You are on page 1of 5

PENGARUH KONSELING TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP ORANG TUA PASIEN TUBERKULOSIS PARU POLI ANAK RUMAH

SAKIT ISLAM SULTAN AGUNG SEMARANG PERIODE DESEMBER 2010 APRIL 2011 THE INFLUENCE OF COUNSELING ON KNOWLEDGE AND ATTITUDE OF PARENTS ' PULMONARY TUBERCULOSIS PATIENTS IN PEDIATRIC POLY OF SULTAN AGUNG ISLAMIC HOSPITAL SEMARANG PERIOD DESEMBER 2010 APRIL 2011 Nies Titis Happyana, Caecilia Mutiarawati, Ida Ayu Ariessanti Program Studi S1 Farmasi STIFAR Yayasan Pharmasi Semarang ABSTRAK Banyak terjadi kasus kambuh serta gagal terapi penyakit tuberkulosis pada anak. Hal tersebut disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya kurangnya pengetahuan orang tua pasien tentang tuberkulosis, yang pada akhirnya berdampak pada kurangnya kepatuhan pasien. Konseling tuberkulosis pada penelitian ini merupakan proses pemberian nasehat dan edukasi kepada orang tua pasien (responden) mengenai penyakit tuberkulosis, mengidentifikasi, dan mencoba menyelesaikan masalah responden pada saat penelitian untuk mengubah pengetahuan dan sikap responden ke arah yang lebih baik. Penelitian mengenai pengaruh konseling terhadap orang tua pasien tuberkulosis anak bertujuan untuk mengetahui peran konseling dalam meningkatkan pengetahuan dan sikap orang tua pasien terhadap penyakit tuberkulosis. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental, pengumpulan data dilakukan secara konkuren dengan teknik sampling yaitu purposive sampling. Peran konseling dalam meningkatkan pengetahuan dan sikap responden diukur dengan membandingkan nilai pre-test dan post-test. Test tersebut menggunakan instrumen kuesioner yang telah diuji validitas dan reliabilitasnya. Pada alat ukur pengetahuan rata-rata nilai pre-test 6,60 sedangkan post-test 11,48 dengan total nilai benar yaitu 12. Sedangkan pada alat ukur sikap responden rata rata nilai pre-test 34,08 dan post-test sebesar 39,96 dengan total nilai benar yaitu 44. Konseling memberikan peningkatan pengetahuan dan sikap responden secara signifikan berdasarkan uji wilcoxon. Konseling yang dibutuhkan responden antara lain mengenai pengobatan tuberkulosis, interaksi obat yang mungkin terjadi, efek samping obat, penyimpanan obat yang benar, bahaya kekurangan gizi, serta mengenai dukungan keluarga maupun lingkungan untuk kesembuhan pasien. Kata Kunci : Konseling, tuberkulosis, orang tua pasien, kuesioner ABSTRACT There are many cases of relapse and treatment failure of tuberculosis on children. They are caused by several factors, including the lack of parental

knowledge about tuberculosis patients which ultimately result the patients lack of disobedience. Tuberculosis counseling in this study was the process of providing advice and education to the parents of patients (responders) concerning about tuberculosis disease, identifying, and trying to solve the problem of the respondents during the study in order to lead the respondents knowledge and attitude to a better direction. The research on the influence of counseling to the parents of tuberculosis patients aims to determine the role of counseling in improving knowledge and attitude of the parents of tuberculosis patients. This research was experimental research. The data collection was carried out concurrently with the sampling technique called purposive sampling. The role of counseling in improving knowledge and attitude of the respondents was measured by comparing the pretest and post-test. The tests used questionnaire instruments that had been established on validity and reliability. On the average of knowledge-measuring instrument, pre-test mean value was 6.60 while the post-test was 11.48 with a total value of 12. While on the average of respondents attitude-measuring instrument, the average value of pretest was 34.08 and the value of post-test was 39.96 with a total true value of 44. Counseling provided an increase in knowledge and attitude of respondents significantly based on the Wilcoxon test. Counseling required by the responders is of the treatment of tuberculosis, the drug interactions that may occur, the medication side effects, the proper storage of medications, the dangers of malnutrition, and family support as well as the suitable environment for patients healing process. Keywords: Counseling, tuberculosis, parents patient, the questionnaire PENDAHULUAN Di Indonesia, tuberkulosis masih menempati urutan kedua (7,5 persen) pola penyebab kematian semua umur setelah stroke (Yunus, 2011). Banyak terjadi kasus kegagalan terapi penyakit tuberkulosis pada anak. Pasien yang berpengetahuan tentang obatnya, menunjukkan peningkatan ketaatan pada regimen obat yang tertulis dan mengakibatkan hasil terapi yang meningkat. Oleh karena itu, apoteker mempunyai tanggung jawab untuk memberi informasi yang tepat tentang terapi obat kepada pasien (Siregar, 2005 : 342). Tuberkulosis, singkatannya TBC / TB, adalah suatu penyakit menular yang disebabkan oleh kuman Mycobacterium tuberculosis. Sebagian besar kuman tuberkulosis menyerang paru, tetapi dapat juga menyerang organ lain. Sumber penularannya adalah dahak yang mengandung kuman tuberkulosis (Departemen Kesehatan RI, 2008 : 1). Anak kecil yang terinfeksi umumnya karena tertular oleh

anggota keluarganya atau tetangga dekat. Bila anak telah terinfeksi, tetapi tidak ditemukan sumber infeksi diantara keluarganya, kemungkinan tertular di sekolah, klinik, tempat ibadah, angkutan umum atau dimana saja anak tersebut berhadapan dengan orang dewasa, misalnya di dalam gedung atau ruangan sempit (Crofton, 2002 : 32). Fokus pada penderita tuberkulosis, bagi apoteker adalah memahami pengetahuan penderita tentang tuberkulosis, pengobatan dan obatnya, bagaimana memakai obat yang baik dan benar, dan kemungkinan interaksi, dan efek samping dari obat tuberkulosis yang akan diminum (Departemen Kesehatan RI, 2006 : 98). Penelitian sebelumnya dari Universitas Indonesia pada tahun 2007, memberikan hasil bahwa pemberian konseling meningkatkan kepatuhan minum obat pada pasien tuberkulosis dewasa di Kecamatan Pasar Rebo, Jakarta Timur (Ayuningtias : 2008). METODE PENELITIAN Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental yang menggunakan desain yaitu pre-experimental. Pengambilan data primer dilakukan melalui wawancara dengan orang tua pasien yang berobat di Rumah Sakit Islam Sultan Agung serta wawancara dengan dokter. Sedangkan data sekunder diambil dari rekam medis pasien yang berobat di Rumah Sakit Islam Sultan Agung Semarang. Subjek penelitian adalah orang tua pasien (responden) dan pasien Tuberkulosis Paru pada Poli Anak Rumah Sakit Islam Sultan Agung periode Desember 2010 hingga April 2011. Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah purposive sampling. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah pemberian konseling. Variabel terikat adalah hasil pre-test dan post-test alat ukur pengetahuan, serta hasil pre-test dan post-test alat ukur sikap. Variabel terkontrol meliputi pemberi konseling, alat bantu dalam konseling, serta materi konseling. Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner yang terdiri dari 2 macam yaitu kuesioner sebagai alat ukur pengetahuan dan kuesioner pada alat

ukur sikap, yang digunakan untuk pre-test dan post-test. Leaflet digunakan sebagai alat edukasi tambahan untuk responden. Bahan yang digunakan dalam penelitian antara lain : hasil pre-test dan posttest, catatan pengobatan yang ada dalam data rekam medik untuk pasien tuberkulosis yang sesuai dengan kriteria inklusi, serta materi konseling kepada orang tua pasien. Materi konseling diperoleh dari literatur yaitu Pharmaceutical Care untuk Terapi Tuberculosis serta flip chart (lembar balik) Bersama Kita Berantas TB yang diterbitkan Tuberculosis Control Assistance Program (TB CAP), Stockley's Drug Interactions 8th Edition. Pengetahuan responden tentang tuberkulosis serta sikap responden terhadap tuberkulosis diukur berdasarkan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang diajukan. Pertanyaan-pertanyaan tersebut dibuat dalam bentuk pernyataan dan merupakan hasil modifikasi dari penelitian skripsi Wikandari (2008). Pada kuesioner pengetahuan responden, disiapkan pertanyaan tertutup berbentuk pernyataan dengan dua pilihan jawaban, benar dan salah. Pernyataan yang dijawab dengan benar akan diberi nilai 1, sedang pernyataan yang dijawab salah akan diberi nilai 0. Selanjutnya jumlah skor digunakan sebagai ukuran pengetahuan responden. Kuesioner sikap ditujukan untuk melihat bagaimana sikap pendamping pasien terhadap penularan, pengobatan, dan pencegahan tuberkulosis. Alat penilaian tambahan digunakan catatan responden yang terdiri dari data tambahan dan hasil wawancara terhadap responden. Prosedur kerja pertama yang dilakukan yaitu uji validitas dan reliabilitas kuesioner. Setelah diperoleh kuesioner yang valid dan reliabel, dipilih responden untuk diberikan pre-test. Konseling dilakukan setelah pemberian pre-test. Satu bulan kemudian diberikan post-test menggunakan kuesioner yang sama saat pretest. Hasil penelitian yang didapatkan tersebut dicatat, kemudian dianalisis perbedaannya menggunakan metode statistika uji Wilcoxon dan disajikan dalam bentuk tabel dan grafik serta dipaparkan secara deskriptif. HASIL DAN PEMBAHASAN

You might also like