You are on page 1of 20

BAB I PENDAHULUAN A.

Latar Belakang Masalah Penempatan tulisan dan foto yang tertata secara menarik di halaman surat kabar, dapat menimbulkan daya tarik bagi pembaca. Untuk itulah, penempatan

tulisan dan foto harus direncanakan secara tepat, sesuai dengan karakteristik isi media dan sasaran pembaca yang dituju. Tujuan tata letak surat kabar adalah untuk menarik perhatian pembaca. Makin menarik penampilannya, makin besar peluang untuk memenangkan persaingan antarmedia massa. Tata letak surat kabar juga menunjukkan pada pembaca variasi bidang masalah yang disajikan. Bila kita membicarakan tata letak surat kabar, kita tak mungkin mengabaikan tentang penyajian foto atau gambar. Kedudukan foto atau gambar dalam surat kabar memegang peranan yang amat penting, selain fungsinya untuk memperindah halaman surat kabar tersebut.. Pembaca tentunya menginginkan surat kabar yang tertata dengan baik

karena hal itu dapat menarik perhatiannya untuk membaca keseluruhan isi surat kabar tersebut. Mahasiswa, khususnya mahasiswa IISIP Jakarta tentu menginginkan juga membaca surat kabar yang tertata dengan baik. Tanpa memperhatikan bentuk tata letak yang tepat dan cara penyajian foto yang baik, maka surat kabar tersebut tidak

akan efektif untuk menarik perhatian mahasiswa IISIP Jakarta. Selain itu, mereka akan sulit memahami isinya.

B. Perumusan Masalah Saat mengatur penempatan isi surat kabar di setiap halaman, haruslah diperhatikan macam tata letak yang digunakan. Secara umum dikenal tata letak horizontal dan vertikal. Pada tata letak horizontal, semua materi disusun sedemikian rupa sehingga setiap berita, artikel, feature, kolom, foto, dan unsur tata letak lainnya berbentuk mendatar atau horizontal. Semua isi surat kabar tidak disusun sampai ke bawah halaman, tetapi pada ukuran tertentu dipindahkan ke kolom berikutnya.

Sebaliknya, pada tata letak vertikal, semua isi surat kabar disusun mengikuti kolomkolom sehingga mempunyai kesan tegak lurus atau vertikal. Ada beberapa unsur yang harus diperhatikan saat menata surat kabar, antara lain: foto, gambar, lukisan, karikatur, ukuran kertas, jenis kertas, jumlah halaman, jumlah dan ukuran iklan yang akan dimuat, jumlah dan ukuran panjangnya berita/pendapat, jenis dan ukuran huruf yang digunakan, serta warna. Unsur-unsur tersebut harus dikombinasikan satu sama lain dalam satu halaman. Dengan demikian, halaman tersebut mencerminkan satu kesatuan ciptaan yang indah sehingga mampu menarik perhatian orang yang selintas melihatnya dan terdorong untuk membacanya. Yang menarik untuk diteliti adalah bagaimana pengaruh macam tata letak dan cara penyajian foto di surat kabar terhadap daya tarik surat kabar tersebut bagi

mahasiswa IISIP Jakarta dan pemahaman mereka akan isinya. Untuk itu, ada beberapa pertanyaan yang muncul sebagai masalah pokok, yaitu : 1. Apakah ada pengaruh macam tata letak surat kabar terhadap daya tarik surat kabar tersebut bagi mahasiswa IISIP Jakarta dan terhadap pemahaman mereka akan isinya? 2. Apakah ada pengaruh cara penyajian foto di surat kabar terhadap daya tarik surat kabar tersebut bagi mahasiswa IISIP Jakarta dan terhadap pemahaman mereka akan isinya? 3. Kombinasi macam tata letak dan cara penyajian foto yang bagaimana di surat kabar yang lebih efektif untuk menimbulkan daya tarik surat kabar tersebut bagi mahasiswa IISIP Jakarta dan yang lebih memudahkan mereka memahami isinya? C. Tujuan Penelitian Sesuai dengan rumusan masalah, secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengetahui macam tata letak dan cara penyajian foto di surat kabar terhadap daya tarik surat kabar tersebut bagi mahasiswa IISIP Jakarta dan memudahkan mereka memahami isinya. Tujuan penelitian ini secara khusus adalah untuk: 1. Mengetahui pengaruh macam tata letak surat kabar terhadap daya tarik surat kabar tersebut bagi mahasiswa IISIP Jakarta dan terhadap pemahaman mereka akan isinya.

2. Mengetahui pengaruh cara penyajian foto di surat kabar terhadap daya tarik surat kabar tersebut bagi mahasiswa IISIP Jakarta dan terhadap pemahaman mereka akan isinya. 3. Mengetahui pengaruh kombinasi macam tata letak dan cara penyajian foto di surat kabar terhadap daya tarik surat kabar tersebut bagi mahasiswa IISIP Jakarta dan terhadap pemahaman mereka akan isinya.

A. Manfaat Penelitian Penelitian ini berusaha untuk menentukan macam tata letak dan cara penyajian foto di surat kabar yang dapat menimbulkan daya tarik bagi mahasiswa IISIP Jakarta dan memudahkan mereka memahaminya isinya. Melalui serangkaian penelitian yang bersifat eksperimen lapangan, surat kabar yang dibuat dalam penelitian ini diharapkan dapat menjadi contoh tentang bagaimana menata surat kabar dan menyajikan foto-foto guna menarik perhatian pembaca dan memudahkan mereka memahami isinya. Karena itu, manfaat penelitian ini: 1. Secara teoritis, dapat mengembangkan penelitian di bidang ilmu komunikasi umumnya dan ilmu jurnalistik khususnya, tentang bagaimana menentukan macam tata letak dan cara penyajian foto di surat kabar sehingga efektif untuk menimbulkan daya tarik bagi pembaca dan memudahkan mereka memahami isinya.

2. Secara praktis, dapat menjadi bahan pertimbangan bagi penata letak surat kabar dalam menentukan tata letak surat kabar dan cara penyajian foto yang efektif untuk menimbulkan daya tarik bagi pembaca dan memudahkan mereka memahami isinya. 3. Menjadi informasi bagi peneliti lain yang akan meneliti aspek-aspek tata letak surat kabar atau media massa cetak lainnya.

BAB II LANDASAN TEORI Surat kabar yang ditata dengan baik dapat menimbulkan daya tarik bagi pembacanya. Menurut Heider dalam Golberg (1985:49), Daya tarik adalah semua keadaan kognitif yang berhubungan dengan perasaan suka dan tidak suka terhadap individu-individu dan obyek-obyek lain. Tata letak yang baik merupakan kaca etalase toko yang bagus bagi surat kabar. Betapa pun penting dan tingginya mutu suatu tulisan di surat kabar, bila unsur-unsur tersebut tidak ditata dengan baik, maka orang tidak tertarik untuk membacanya. Ini didukung oleh pendapat Lubis (1963:148), Pembaca lebih suka kalau mereka dengan mudah selayang pandang dapat melihat mana berita yang penting, mana berita penting lainnya, dan sebagainya. Pendapat Allen (1947:5), Untuk menimbulkan kesan pertama yang baik, surat kabar secara fisik harus menarik, karena busana surat kabar (perwajahan fisiknya) nampak. Disukai atau tidak disukai terlebih dahulu, sebelum isinya dapat dinilai. Bronson (1981:70) menjelaskan bahwa surat kabar didisain untuk menarik perhatian pembaca. Rahmat (1986:65) mengatakan, Perhatian ditentukan faktor situasional dan personal. Seseorang akan tertarik bila memperhatikannya. Menurut Effendy (1981:90), Apabila perhatian komunikasi telah bangkit hendaklah disusul dengan upaya menimbulkan minat. Ini merupakan derajat paling tinggi dari perhatian. Jadi,

bangkitkan perhatian pembaca dengan tata letak yang baik. Seperti pernyataan Pratikno (1987:28), Kalau perhatian telah ada, maka akan disusul oleh minat seseorang pada sesuatu. Dari semua penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa surat kabar yang tata letaknya baik dapat menarik perhatian calon pembaca. Bila dikaitkan dengan minat baca yang ditimbulkan oleh daya tarik tata letak surat kabar, maka minat baca akan muncul kalau disajikan tata letak yang menarik perhatian. Tentang penyajian foto, dapat dikatakan bahwa setiap terbit halaman surat kabar selalu dilengkapi dengan foto. Arpan (1980:173) menjelaskan bahwa

mengingat keadaan yang kurang seimbang dalam hal pemuatan foto/gambar pada setiap halaman surat kabar, maka juri pada suatu perlombaan tata letak surat kabar internasional menetapkan bahwa tata letak yang terbaik adalah yang menggunakan foto/gambar di setiap halaman surat kabarnya. Cirino (1974:39) mengatakan, banyak orang melihat foto lebih dahulu dari pada hal lainnya di surat kabar atau majalah. Mengenai foto pada berita, Mudaris (1976:14) menyebutkan, Sebagaimana halnya dengan fungsi headline, yaitu: untuk menarik perhatian pembaca, menceritakan isinya, memberi mutu pada berita, dan membuat surat kabar lebih menarik, maka fungsi foto pun demikian pula; bahkan karena foto adalah bentuk komunikasi visual, maka secara langsung ia menyentuh perasaan, sehingga mempercepat terbentuknya pendapat umum. Sebagai salah satu bentuk komunikasi, seharusnya melalui foto dapat diketahui isi pernyataan apa yang terdapat dalam foto tersebut. Karena isi pernyataan

tersebut dalam bentuk visual, pembaca dapat dengan mudah mengetahui apa yang diberitakan. Jadi, dengan sebuah foto tunggal pun sebetulnya dapat disampaikan sebuah berita. Dari penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa penyajian foto di surat kabar dapat mempengaruhi daya tarik surat kabar tersebut bagi pembaca karena foto dapat memberi variasi lain pada halaman surat kabar dan tidak hanya penuh dengan tulisan. Tentang pemahaman pembaca pada isi surat kabar, menurut Arifin (1984:44), Mengerti pada dasarnya ialah manusia dapat menerangkan keapaan (quidditas) secara teratur, yaitu dengan memberi jawaban atas pertanyaan: apa, mengapa, sebab apa, bagaimana, buat apa. Schramm dan Kincaid (1977:95)

mengemukakan bahwa proses memahami merupakan suatu proses dalam diri seseorang. Dari urain tersebut dapat disimpulkan, pembaca dapat dikatakan paham terhadap isi surat kabar bila ia dapat mengerti dan menerangkan tentang isi surat kabar tersebut. Tata letak surat kabar antara lain berfungsi untuk menarik perhatian pembaca, mudah dipahami, dan memudahkan pembaca mencari bidang masalah yang diinginkannya. Bronson (1981:55) menjelaskan, In all discussion of newspaper design, simplicity is the key. It is best to have one or two strong, simple, easy-to-understand

patterns on a page. And it is these pattern that have helped develop the lattest newspaper design technique, packaging the news. Menilik adanya kemampuan ataupun kelebihan foto dalam hal

menyampaikan berita, maka foto sangat cocok digunakan dalam kegiatan jurnalistik. Mudaris ( 1976:63) membagi kedudukan foto dalam bidang jurnalistik menjadi tiga bagian, yaitu: 1. Foto sebagai pelengkap berita/teks. Di sini kedudukan foto adalah sekunder, sedangkan tulisan beritanya adalah primer. Kedudukan foto hanyalah sebagai pelengkap atau ilustrasi saja. 2. Foto itu bicara dengan sendirinya. Di sini kedudukan foto adalah primer, sehingga tanpa teks pun foto itu sudah dimengerti. Umpamanya foto-foto human interest. 3. Foto dilengkapi dengan teks/tulisan. Di sini kedudukan keduanya saling melengkapi satu sama lain. Tanpa tulisan apa pun, foto itu tidak berarti apa-apa dan sebaliknya tanpa foto, berita atau tulisan itu terasa kurang berarti dan tidak lengkap. Wujud tata letak surat kabar berbeda, namun tujuannya sama, antara lain untuk menarik perhatian calon pembaca. Tentang fungsi tata letak surat kabar, Bronson (1981:55) mengatakan, The design of a newspaper has four basic function: to make the newspaper attractive and interesting, to make the newspaper as easy to read and understand as possible, to grade the news for the reader, and to maintain a style of continuity throughout the newspaper.

Tata letak surat kabar ada 8 macam, yaitu: 1. Simetris

2. Asimetris

3. Segiempat 4. Brace 5. Sirkus 6. Horizontal 7. Vertikal 8. Fungsional (Sinar Harapan, 1986; Gilmore, 1983; Arpan, 1980). Penelitian ini menggunakan tata letak horizantal dan vertikal. Pada tata letak horizontal semua isi surat kabar seperti berita, artikel, kolom, feature dan unsur tata letak lainnya disusun mendatar. Isi surat kabar tidak sampai ke bawah halaman, tetapi pada ukuran tertentu dipindahkan ke kolom berikutnya. Sebaliknya, pada tata letak vertikal semua isi surat kabar disusun mengikuti kolom-kolom sehingga mempunyai kesan tegak lurus atau memanjang ke bawah. Menurut Arpan (1980:150), Tata letak horizontal merupakan kegemaran para pembaca surat kabar di Indonesia terutama surat kabar daerah. Tata letak surat kabar ini cenderung menggunakan judul berita sebaris. Dengan tata letak demikian, kolomkolom yang memanjang vertikal terpotong sehingga tidak membosankan ketika membacanya. Lagi pula, tata letak horizontal tidak mengenal sambungan ke halaman lain. Keuntungan tata letak horizontal dari yang lainnya, beritanya pendek sehingga ruang halaman surat kabar bisa dimanfaatkan untuk berita lainnya. Para ahli di Amerika Serikat ( Arpan, 1980:150-151) menjelaskan, tata letak horizontal banyak digunakan surat kabar di Amerika Serikat. Hasil penelitian menunjukkan, pembaca kurang menyukai bacaan yang nampak panjang. Bila tulisan yang dibaca terkesan panjang, maka ia segera meninggalkannya dan mencari yang nampak lebih pendek. Untuk berita yang dibuat dengan judul 2 kolom, 3 kolom, atau lebih, akan nampak

lebih pendek daripada berita yang sesungguhnya lebih pendek namun dibuat dengan judul 1 kolom. Hasil penilitian itu memberi gambaran, tata letak horizontal lebih menyenangkan pembaca. Judulnya yang multikolom lebih mudah dibaca dripada yang lain. Selain itu, penata letak lebih mudah membuat judul 3 atau 4 kolom daripada yang 1 atau 2 kolom. Utt dan Patternack (1985:7) menemukan, surat kabar di Amerika banyak menggunakan tata letak horizontal dan para editor menyajikan disain grafis yang menyenangkan. Surat kabar yang menggunakan tata letak horizontal kebanyakan penampilannya memuaskan. Pendapat ini didukung Stone (1987:69) yang menunjukkan, pembaca menyukai tata letak horizontal.

BAB III MASALAH DAN HIPOTESIS A. Masalah Penelitian Penelitian ini didisain untuk mengetahui pengaruh macam tata letak dan cara penyajian foto di surat kabar terhadap daya tarik surat kabar bagi mahasiswa IISIP Jakarta dan pemahaman mereka akan isinya.

B. Variabel Penelitian Ada 2 variabel bebas yang digunakan dalam membuat surat kabar, yaitu: 1. Macam tata letak, dengan 2 faktor: a. Tata letak horizontal b. Tata letak vertikal. 2. Cara penyajian foto, dengan 2 faktor: a. Foto pendamping tulisan b. Foto tunggal dilengkapi caption Variabel tidak bebas pada penelitian ini juga ada 2, yaitu: 1. 2. Daya tarik surat kabar bagi pembaca Pemahaman pembaca

C. Definisi Operasional Definisi berikut ini merupakan definisi operasional tentang beberapa variabel dalam penelitian ini, yaitu:

1.

Macam tata letak surat kabar,

ialah pola penyusunan dan

penempatan unsur-unsur tata letak pada halaman surat kabar, seperti: berita, tajuk rencana, kolom, surat pembaca, artikel, feature, pojok, karikatur, iklan, foto, gambar, lukisan, serta jenis dan ukuran huruf. 2. Tata letak horizontal, yaitu pola penyusunan dan penempatan unsur-unsur tata letak di halaman-halaman surat kabar secara mendatar, tidak memanjang mengikuiti kolom, dan tidak bersambung ke halaman lain. 3. Tata letak vertikal, yaitu pola penyusunan dan penempatan unsurunsur tata letak di halaman-halaman surat kabar secara tegak lurus, mengikuti kolom, dan bersambung ke halaman lain. 4. Foto yang disajikan sebagai pendamping tulisan, yaitu foto yang merupakan bagian dari suatu tulisan. Artinya, foto dan tulisan sama-sama membentuk suatu berita. 5. Foto yang disajikan secara tunggal, yaitu foto yang tidak ada hubungannya dengan suatu tulisan, hanya dilengkapi caption. 6. Daya tarik surat kabar dinyatakan sebagai skor daya tarik surat kabar bagi responden untuk membaca surat kabar yang disajikan dengan tata letak dan cara penyajian foto tertentu. 7. Pemahaman dinyatakan sebagai skor peningkatan pemahaman responden pada pada isi surat kabar setelah ia membaca surat kabar yang disajikan dengan tata letak dan cara penyajian foto tertentu.

D. Hipotesis Penelitian Berdasarkan landasan teori, diturunkan hipotesis berikut: Hipotesis Pertama (H1): Skor daya tarik surat kabar yang tata letaknya horizontal lebih tinggi daripada yang vertikal bagi mahasiswa IISIP Jakarta. Hipotesis Kedua (H2): Skor daya tarik surat kabar yang fotonya disajikan secara tunggal dilengkapi caption lebih tinggi daripada yang disajikan sebagai pendamping

tulisan.bagi mahasiswa IISIP Jakarta. Hipotesis Ketiga (H3): Skor daya tarik surat kabar dengan kombinasi tata letak horizontal dan foto yang disajikan secara tunggal dilengkapi caption paling tinggi dibandingkan dengan kombinasi yang lain bagi mahasiswa IISIP Jakarta. Hipotesis Keempat (H4): Skor pemahaman mahasiswa IISIP Jakarta pada isi surat kabar yang tata letaknya horizontal lebih tinggi daripada yang vertikal. Hipotesis Kelima (H5): Skor pemahaman mahasiswa IISIP Jakarta pada isi surat kabar yang fotonya disajikan secara tunggal dilengkapi caption lebih tinggi daripada yang disajikan sebagai pendamping tulisan.

Hipotesis Keenam (H6): Skor pemahaman mahasiswa IISIP Jakarta pada isi surat kabar dengan

kombinasi tata letak horizontal dan foto yang disajikan secara tunggal dilengkapi caption paling tinggi dibandingkan dengan kombinasi lainnya.

BAB IV METODE PENELITIAN A. Subyek Penelitian Penelitian ini melibatkan 120 mahasiswa IISIP Jakarta dari semua jurusan sebagai unit penelitian. Penentuan 120 responden tersebut dilakukan secara acak sederhana (simple random sampling) dengan berpedoman pada kerangka sampling. Hal ini dilakukan agar diperoleh mahasiswa yang dapat mewakili 7 jurusan di IISIP Jakarta. Prosedur pengacakan (randomisasi) juga diterapkan untuk menempatkan

unit-unit eksperimen ke dalam empat kelompok perlakuan. B. Disain Penelitian Penelitian ini dirancang sebagai eksperimen murni dengan disain faktorial 2 x 2. Variabel bebas yang diteliti ada dua. Variabel pertama ialah macam tata letak dengan dua faktor, yaitu 1. Tata letak horizontal 2. Tata letak vertikal. Variabel

kedua ialah cara penyajian foto dengan dua faktor, yaitu: 1. Foto pendamping tulisan 2. Foto tunggal dilengkapi caption. Dari dua varibel penelitian tersebut, menghasilkan empat macam kombinasi perlakuan surat kabar, yaitu: 1. 2. 3. 4. Surat kabar dengan tata letak horizontal dan foto sebagai pendamping tulisan. Surat kabar dengan tata letak vertikal dan foto sebagai pendamping tulisan Surat kabar dengan tata letak horizontal dan foto tunggal dilengkapi caption. Surat kabar dengan tata letak vertikal dan foto tunggal dilengkapi caption.

Disainnya dapat dilihat sebagai berikut: Macam tata letak _____________________________________ Tata letak Tata Letak Horizontal vertical (TLH) (TLV) Foto Pendamping TLH-FPT TLV-FPT Tulisan (n= 30) (n=30) ___________________________________________________ Foto TLH-FT TLV-FT Tunggal (n=30) (n=30)

Faktor Perlakuan

Cara Penyajian Foto

Varibel tidak bebas dalam penelitian ini adalah daya tarik surat kabar bagi pembaca dan pemahaman pembaca. Pengukuran daya tarik surat kabar dilakukan dengan cara menghitung skor yang dicapai responden setelah mendapat perlakuan (postest). Sedangkan pengukuran variabel pemahaman dilakukan dengan cara menghitung perbedaan skor yang diperoleh responden pada waktu pretest dan postest dari setiap perlakuan medium suratkabar. C. Instrumentasi Pengumpulan data untuk kedua variabel tersebut menggunakan kuesiner. Kuesioner untuk mengetahui daya tarik surat kabar bagi responden dirancang dalam bentuk pertanyaan pilihan ganda. Jawaban untuk instrumen berupa skor berdasarkan Skala Likert. Kuesioner untuk mengetahui pemahan responden pertanyaan pilihan ganda. dirancang dalam bentuk

D. Analisis Data 1. Data tentang daya tarik surat kabar bagi responden dianalisis dengan menggunakan nilai rata-rata, kemudian diuji dengan Analisis Ragam (Gibon dan Moris, 1978: 124-133). Kemudian dilanjutkan dengan Uji Wilyah Berganda Duncan (Steel and Torrie, 1980: 187-189) untuk melihat perbedaan antar perlakuan. 2. Data tentang pemahamn responden dianalisis dengan Uji-t, Analisis Ragam, dan Uji Wilayah Berganda Duncan. 3. Data tentang korelasi antara daya tarik surat kabar bagi pesponden dengan pemahamannya terhadap isi surat kabar dianalisis dengan Analisis Korelasi Pearson (Glasnapp, 1985: 180).

PENGARUH MACAM TATA LETAK DAN CARA PENYAJIAN FOTO DI SURAT KABAR TERHADAP DAYA TARIK SURAT KABAR DAN PEMAHAMAN MAHASISWA IISIP JAKARTA

oleh:

Mulharnetti Syas Omar Abidin Gilang Teguh Tjatur Pramono

INSTITUT ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK JAKARTA 2004

You might also like