You are on page 1of 24

PROSEDUR PEMBUATAN PREPARAT HISTOLOGI JANTUNG

PADA IKAN NILA (Oreochromis niloticus)




LAPORAN LENGKAP HISTOLOGI


OIeh :
NAMA : EDWIN JEFRI
NIM : L111 06 012
KELOMPOK : II (DUA)














KONSENTRASI KONSERVASI SUMBER DAYA HAYATI LAUT
LABORATORIUM FISIOLOGI HEWAN AIR
JURUSAN ILMU KELAUTAN
FAKULTAS ILMU KELAUTAN DAN PERIKANAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2009

I. PENDAHULUAN
A. Latar BeIakang
Histologi berasal dari bahasa Yunani yaitu histos yang berarti jaringan dan
logos yang berarti ilmu. Jadi histologi berarti suatu ilmu yang menguraikan
struktur dari hewan secara terperinci dan hubungan antara struktur
pengorganisasian sel dan jaringan serta fungsi-fungsi yang mereka lakukan.
Jaringan merupakan sekumpulan sel yang tersimpan dalam suatu kerangka
struktur atau matriks yang mempunyai suatu kesatuan organisasi yang mampu
mempertahankan keutuhan dan penyesuaian terhadap lingkungan diluar batas
dirinya (Bavelander, 1998).
Menurut Wikipedia (2009), histologi adalah bidang biologi yang
mempelajari tentang struktur jaringan secara detail menggunakan mikroskop
pada sediaan jaringan yang dipotong tipis. Histologi dapat juga disebut sebagai
ilmu anatomi mikroskopis.
kan nila (Oreochromis niloticus) merupakan sumber protein hewani murah
bagi konsumsi manusia. Karena budidayanya mudah, harga jualnya juga rendah.
Budidaya dilakukan di kolam-kolam atau tangki pembesaran. Pada budidaya
intensif, nila tidak dianjurkan dicampur dengan ikan lain karena memiliki perilaku
agresif (Wikipedia , 2009).
Karena ikan nila merupakan ikan budidaya maka diperlukan suatu
penelitian terhadap struktur jaringan tubuhnya dengan memperhatikan kelainan
yang mungkin terjadi agar dapat diketahui jaringan normal dan abnormalnya
serta penyebab timbulnya kelainan tersebut, sehingga dapat dikembangbiakkan
lebih baik. Hal inilah yang melatarbelakangi diadakannya praktikum ini.

B. Tujuan dan Kegunaan


dapun tujuan dari praktikum ini, yaitu:
1. Mengetahui prosedur/metode dalam pembuatan preparat histologi;
2. Mengetahui kelebihan dan kekurangan prosedur pembuatan preparat
histologi;
3. Mengetahui dan membandingkan jaringan jantung normal dan
abnormal dari sudut histologi.
Sedangkan kegunaan dari praktikum ini yaitu untuk mengetahui apakah
jaringan usus, hati, jantung, ginjal dan insang dalam keadaan normal atau
abnormal. Sehingga nantinya dapat dijadikan informasi yang dapat dijadikan
pembanding antara teori dan praktek.















II. TINJAUAN PUSTAKA




A. MorfoIogi dan Sistematika Ikan NiIa (Oreochromis niloticus)
kan nila adalah sejenis ikan konsumsi air tawar. kan ini diintroduksi dari
frika pada tahun 1969, dan kini menjadi ikan peliharaan yang populer di kolam-
kolam air tawar dan di beberapa waduk di ndonesia (Wikipedia , 2009).
Nama ilmiah ikan nila adalah Oreochromis niloticus, dan dalam bahasa
nggris dikenal sebagai Nile Tilapia. kan peliharaan yang berukuran sedang,
panjang total (moncong hingga ujung ekor) mencapai sekitar 30 cm. Sirip
punggung (dorsal) dengan 16-17 duri (tajam) dan 11-15 jari-jari (duri lunak); dan
sirip dubur (anal) dengan 3 duri dan 8-11 jari-jari (Wikipedia , 2009).
Tubuh berwarna kehitaman atau keabuan, dengan beberapa pita gelap
melintang (belang) yang makin mengabur pada ikan dewasa. Ekor bergaris-garis
tegak, 7-12 buah. Tenggorokan, sirip dada, sirip perut, sirip ekor dan ujung sirip
punggung dengan warna merah atau kemerahan (atau kekuningan) ketika musim
berbiak (Wikipedia , 2009).
Menurut Wikipedia (2009), klasifikasi kan Nila, yaitu:
Kingdom : nimalia
Phylum : Chordata
Class : ctinopterygii
Ordo : Perciformes
Famili : Cichlidae
Genus : Oreochromis
Spesies : Oreochromis niloticus








Gambar 1. Morfologi ikan nila (Oreochromis niloticus)
B. Anatomi ikan niIa (Oreochromis niloticus)
natomi (berasal dari bahasa Yunani vdoid anatomia, dari
anatemnein, yang berarti memotong) adalah cabang dari biologi yang
berhubungan dengan struktur dan organisasi dari makhluk hidup. Terdapat juga
anatomi hewan atau zootomi dan anatomi tumbuhan atau fitotomi. Beberapa
cabang ilmu anatomi adalah anatomi perbandingan, histologi, dan anatomi
manusia (Wikipedia , 2009).
Jaringan di dalam tubuh hewan mempunyai sifat yang khusus dalam
melakukan fungsinya, seperti peka dan pengendali (jaringan saraf), gerakan
(jaringan otot), penunjang dan pengisi tubuh (jaringan ikat), absorbsi dan sekresi
(jaringan epitel), bersifat cair (darah) dan lainnya. Masing-masing jaringan dasar
dibedakan lagi menjadi beberapa tipe khusus sesuai dengan fungsinya
(Wikipedia , 2009).
Lambung
ambung adalah organ tubuh setelah kerongkongan yang berfungsi untuk
menghancurkan atau mencerna makanan yang ditelan dan menyerap sari atau
nutrisi makanan yang penting bagi tubuh. Pada hewan memamah biak, makanan
di lambung dicampur dengan enzim-enzim pencernaan, kemudian dikeluarkan
kembali ke mulut untuk dikunyah sekali lagi (Wikipedia , 2009).

ambung merupakan segmen dari pencernaan yang diameternya relatif


lebih besar bila dibandingkan dengan segmen lainnya. Besarnya ukuran lambung
ini berkaitan dengan fungsinya sebagai penampung makanan. Kemampuan ikan
untuk dapat menampung makanan (kapasitas lambung) sangat bervariasi antara
jenis ikan yang satu dengan yang lainnya. Secara umum fungsi lambung itu
sama yaitu unutk menampung dan mencerna makanan, namun secara anatomis
terdapat variasi dalam bentuk (Kusrini dkk, 2007).
Menurut Kursini (2007) Berdasarkan anatominya terdapat beberapa tipe
lambung, yaitu:
a) ambung berbentuk memanjang biasanya ditemukan pada beberapa jenis
ikan karnivora bertulang sejati.
b) ambung berbentuk sifon, terdapat pada ikan golongan Chondrichthyes dan
kebanyakan ikan teleostei.
c) ambung kaeka, terdapat pada ikan !olypterus, Amia, Anguilla.
Usus
Walaupun panjangnya bergantung pada jenis makanannya, usus ikan
berupa tabung sederhana yang berukuran sama dari lambung sampai dubur.
Jadi tidak mempunyai usus besar. Bentuknya dapat lurus seperti pada betutu
dan lele atau melingkar-lingkar seperti ikan nila, mas dan gurame bergantung
pada bentuk rongga perut. Mempunyai lapisan epitel kolumnar sederhana, sel
lendir melapisi lapisan submukosa yang berisi sel eosinofilik bergranula,
berbatasan dengan mukosa muskularis lapisan usus (Kusrini dkk, 2007).
Hati
Hati adalah sebuah organ dalam vertebrata, termasuk manusia. Organ ini
memainkan peran penting dalam metabolisme dan memiliki beberapa fungsi
dalam tubuh termasuk penyimpanan glikogen, sintesis protein plasma, dan
penetralan obat. Dia juga memproduksi bile, yang penting dalam pencernaan.

stilah medis yang bersangkutan dengan hati biasanya dimulai dalam hepat- atau
hepatik dari kata Yunani untuk hati, hepar (Wikipedia , 2009).
Hati merupakan organ penting yang mensekresikan bahan untuk proses
pencernaan. Organ ini umumnya merupakan suatu kelenjar yang kompak,
berwarna merah kecoklatan. Secara umum posisi hati terletak pada rongga
bawah tubuh, di belakang jantung dan di sekitar usus depan. Di sekitar hati
terdapat organ berbentuk kantung bulat kecil, oval atau memanjang dan
berwarna hijau kebiru-biruan (Kusrini dkk, 2007).
GinjaI
Ginjal adalah organ ekskresi dalam vertebrata yang berbentuk mirip
kacang. Sebagai bagian dari sistem urin, ginjal berfungsi menyaring kotoran
(terutama urea) dari darah dan membuangnya bersama dengan air dalam bentuk
urin. Cabang dari kedokteran yang mempelajari ginjal dan penyakitnya disebut
nefrologi (Wikipedia , 2009).
Ginjal terletak di bagian atas peritonium (retroponium), sejajar dan di
bawah tulang belakang. Berwarna coklat muda. Ginjal ikan nila ini berkembang
dengan baik, sehubungan dengan kondisi lingkungan air tawar yang hipotonik
terhadap cairan tubuh. Fungsi dari ginjal tersebut adalah suatu organ yang
berperan dalam penyaringan beberapa bahan buangan sisa metabolisme.
Bahan-bahan yang dibuang lewat ginjal, antara lain ureum, air, dan garam
mineral. Sel-sel yang bertanggung jawab pada penyaringan ini adalah
glomerulus, yamg disebut kapsul bowman. Sedangkan yang berfungsi sebagai
reapsorsi ion adalah tubuli ginjal (Kusrini dkk, 2007).

Insang
Pada insang, sel-sel yang berperan dalam osmoregulasi adalah sel-sel
chloride yang terletak pada dasar lembaranlembaran insang. Studi mengenai

fungsi dan biokimiawi insang teleostei mengindikasikan bahwa insang teleostei


merupakan pompa ion untuk chloride (Cl-), sodium (Na+) dan potasium (K+). on
Na+ dibutuhkan dalam proses pemompaan NH4+ dan H+ dari dalam tubuh ikan
ke lingkungannya (Kusrini dkk, 2007).
Jantung
Peranan jantung sangat penting dalam hubungannya dengan pemompaan
darah ke seluruh tubuh melalui sistem sirkulasi darah. Sirkulasi darah adalah
sistem yang berfungsi dalam pengangkutan dan penyebaran enzim, zat nutrisi,
oksigen, karbondioksida, garam-garam, antibodi, senyawa N, dari tempat asal ke
seluruh bagian tubuh sehingga diperlukan tekanan yang cukup untuk menjamin
aliran darah sampai ke bagian-bagian jaringan-jaringan tubuh (Kusrini dkk,
2007).

C. EkoIogi Ikan NiIa (Oreochromis niloticus)
kan nila bisa hidup di perairan air tawar hampir di seluruh ndonesia.
Jenis ikan ini sebenarnya bukan satwa asli ndonesia. Habitat aslinya adalah
Sungai Nil di Mesir. kan ini kemudian didatangkan oleh Pemerintah ndonesia
sejak tahun 1969 dari Taiwan. Jenis ikan ini tergolong hewan omnivora
(pemakan segala), jadi bisa diberi pakan apa saja asalkan sesuai dengan besar
mulutnya, misalnya udang, kerang kecil, atau pelet. Selain itu, karena ikan ini
juga memiliki toleransi lingkungan yang cukup besar, sehingga
pembudidayaannya sangat mudah (Caroko dkk, 2009).
Karena mudahnya dipelihara dan dibiakkan, ikan ini segera diternakkan di
banyak negara sebagai ikan konsumsi, termasuk di pelbagai daerah di
ndonesia. kan tetapi mengingat rasa dagingnya yang tidak istimewa, ikan nila
juga tidak pernah mencapai harga yang tinggi. Di samping dijual dalam keadaan
segar, daging ikan nila sering pula dijadikan 1illet (Wikipedia , 2009).

kan nila cenderung senang hidup di air hangat bersuhu sekitar 28 derajat
celsius. kan ini juga menyenangi kondisi air yang sedikit mengandung basa
dengan kisaran pH antara 7,0 dan 8,0. Seyogianya, air tidak boleh tercemar
bahan kimia beracun, kandungan oksigen di dalam air minimal 4 mg/liter, serta
kandungan karbon dioksida maksimal 5 mg/liter. kan ini biasanya dipelihara di
kolam air tenang (Caroko dkk, 2009).

D. KeIainan Ikan NiIa (Oreochromis niloticus)

kan merupakan salah satu hewan air yang senantiasa bersentuhan
dengan lingkungan perairan sehingga sangat memungkinkan untuk terinfeksi
pathogen melalui air. Terjadinya serangan penyakit pada ikan dapat disebabkan
oleh terjadinya ketidakseimbangan lingkungan, pathogen dan ikan. Pada kondisi
normal pun, organisme pathogen akan ada dalam media hidup ikan. Organisme
ini akan menyerang ikan tatkala kondisi ikan melemah. Kondisi ikan melemah
dapat disebabkan oleh lingkungan. Dengan kata lain, serangan penyakit dapat
dicegah dengan cara memberikan kondisi lingkungan yang ideal bagi ikan.
(Sucipto, 2008).
Sakit didefinisikan sebagai perubahan yang terjadi suatu organisme pada
kondisi fisik, morfologi, fisiologis dan atau fungsinya. Penyebab terjadinya
keadaan sakit disebut penyakit. Berdasarkan jenisnya, kita mengenal istilah
penyakit infektif dan non infektif. Sesuai dengan sifatnya penyakit maka dapat
digolongkan menjadi dua yaitu penyakit infektif dan penyakit non-infektif.
Penyakit infektif adalah suatu penyakit yang disebabkan ikan terinfeksi oleh
organisme pathogen yang berasal dari virus, bakteri, jamur ataupun parasit.
Sedangkan penyakit nono infektif adalah penyakit yang disebabkan oleh
gangguan non pathogen seperti nutrisi (makanan), kualitas air, bahan toxic, dan
genetic (Sucipto, 2008).

E. Proses HistoIogi
Cara pembuatan sediaan histologis disebut mikroteknik. Pembuatan
sediaan dari suatu jaringan dimulai dengan operasi, biopsi, atau autopsi.
Jaringan yang iambil kemudian diproses dengan fiksatif yang akan menjaga agar
sediaan tidak akan rusak (bergeser posisinya, membusuk, atau rusak). Fiksatif
yang paling umum digunakan adalah formalin (10% formaldehida yang dilarutkan
dalam air). arutan Bouin juga dapat digunakan sebagai fiksatif alternatif
meskipun hasilnya tidak akan sebaik formalin karena akan meninggalkan bekas
warna kuning dan artefak. rtefak adalah benda yang tidak terdapat pada
jaringan asli, namun tampak pada hasil akhir sediaan. rtefak ini terbentuk
karena kurang sempurnanya pembuatan sediaan (Wikipedia , 2009).
ffuwa (2007), menyatakan bahwa membuat histologi jaringan hewan
mula-mula dengan menyiapkan jaringan segar dalam pengamatan mikroskopis
yaitu dengan cara fiksasi. Tujuan dilakukannya fiksasi adalah mencegah terjadi
kerusakan pada jaringan, menghentikan proses metabolisme secara cepat,
mengawetkan komponen sitologis dan histologis, mengawetkan keadaan
sebenarnya, mengeraskan materi yang lembek, dan jaringan-jaringan dapat
diwarnai sehingga bisa diketahui bagian-bagian jaringan.
Faktor-faktor yang berperan dalam fiksatif adalah buffer (pH), suhu yang
rendah mencegah autolisis,untuk mendapatkan daya penetrasi yang tinggi
digunakan irisan setipis mungkin, perubahan volume, osmolaliitas pada larutan
fiksatif, penambahan deterjen sehingga fiksatif cepat masuk, konsentrasi, dan
waktu fiksatif. Dehidrasi memiliki fungsi menghilangkan air dalam jaringan. Bahan
yang digunakan untuk dehidrasi harus mampu menggantikan fungsi air.
Dehidrasi yang baik dilakukan secara bertahap yaitu mulai dari konsentrasi 70%
sesuai dengan pelarut Bouin formol kemudian berturut-turut ke dalam alkohol

80%, 90%, 96% dan alkohol absolut. Pada setiap konsentrasi dilakukan
pengulangan 3 kali (Botanika, 2008).
Selanjutnya tahap dehidrasi, dehidrasi dilakukan setelah fiksasi dengan
tujuan untuk mengeluarkan air dari jaringan, ini merupakan prinsip dari teknik
parafin yaitu air dikeluarkan dan diganti dengan parafin sehingga blok jaringan
mudah dipotong, ini dilakukan 2 tahap yakni dehidrasi dan penjernihan. Proses
dehidrasi dilakukan dengan memasukkan jaringan yang sudah difiksasi kedalam
larutan alkohol berturut-turut dari kadar 70% sampai 100% (Robby , 2000)
Selanjutnya dengan proses clearing, untuk memungkinkan paraffin dapat
masuk ke dalam sel, haruslah alkohol di dalam organ diganti dengan zat yang
mudah mengusir alkohol tetapi kemudian harus bisa diusir oleh paraffin. Clearing
atau dealkoholisasi ini dapat menggunakan aceton, benzol,toluol, dan xilol.
Proses clearing dapat dilakukan selama 24 jam (Jvetunud, 2008).
Embedding dilakukan dengan membuat kotak kertas. Beberapa
keuntungan menggunakan kotak kertas yaitu bisa membuat arah sayatan dan
menandai jaringan. Sebelum jaringan atau sampel ditanam maka terlebih dahulu
paraffin dalam kotak harus membeku pada bagian dasarnya sehingga
memungkinkan objek tidak langsung menempel pada dasar kertas. Blok paraffin
yang akan disayat dulu maka dibentuk dulu (trimming). Bentuk blok disesuaikan
dengan bentuk pitanya yang diinginkan. Hal in dikarenakan penampang blok
paraffin menggambarkan blok pita yang akan diiris. etak mata pisau pada
mikrotom sangat menentukan hasil yang diperoleh. Pisau dibersihan dengan
xylol dari sisa-sisa paraffin yang menempel. Hasil sayatan diambill dengan
menggunakan kuas secara hati-hati. Hasil sayatan diletakkan dalam bak
khhusuus dann diperhatikan urutannya. Pita hasil sayatan ditempel pada kaca
objek dengan menggunakan meyer albumin. Kaca objek selanjutnya diletakkan
di atas meja penangas (heating plate) (Botanika, 2008).

Selanjutnya tahap dehidrasi, tahap rehidrasi atau dehidrasi sangatlah


penting dilakukan sebelum dilakukan pewarnaan. Hal itu baru dilakukan bila
paraffin dalam sayatan sudah larut dan biasanya dilarutkan dalam xylol
(Botanika, 2008).
Proses sectioning diawali dengan pengirisan blok parafin dengan scalpel,
sehingga permukaan blok parafin yang akan diiris dengan mikrotom berbentuk
segi empat. rislah sedemikian rupa, sehingga preparat akan terletak tepat
berada di tengah blok. Proses pewarnaan dilakukan setelah preparat
dideparafinasindengan merendam preparat pada xylol. Salah satu pewarna
metode parafin pada jaringan hewan adalah hematoxylin dan Eosin. Zat warna
hematoxilin ini bersifat aquaosa (Botanika, 2008).















III. METODE PRAKTEK


A. Waktu dan Tempat
Praktikum histologi dilaksanakan sebanyak 4 kali pada hari Kamis,
Jum'at, Sabtu dan Kamis, yaitu tanggal 5, 6, 7 dan 12 Maret 2009. Bertempat di
aboratorium Fisiologi Hewan ir, Fakultas lmu kelautan dan Perikanan,
Universitas Hasanuddin, Makassar.

B. Prosedur Kerja
1. Pengenceran
Menyiapkan alat dan bahan yang dibutuhkan dalam pengenceran
yaitu gelas ukur 500ml berfungsi sebagai wadah sekaligus alat untuk
mengukur banyaknya alkohol yang akan diencerkan. Mengambil alkohol
96% sebanyak 416.66 ml, menempatkan alkohol pada gelas ukur sesuai
ukuran pengenceran. Menambahkan aquades ke dalam gelas ukur
sebanyak 83.33ml untuk mengencerkan alkohol 96% sehingga menjadi
alkohol 80%. Volume alkohol maupun aquades didapatkan dari rumus
M
1
.V1 = M
2
.V
2

Dimana : M1 = Konsentrasi awal alkohol
V
2
= Volume awal
M
2
= Konsentrasi akhir alkohol
V
2
= Volume akhir
2. Proses histologi
a. Pembedahan ikan
Mematikan ikan, kemudian membedah ikan dengan menggunakan
scalpel. Kemudian mengambil organ jantung dari ikan.

b. Fiksasi
Membersihkan botol kaca kecil untuk wadah sampel dengan
menggunakan pembersih botol dan aquades. Meletakkan preparat
(jantung) yang telah dipotong tipis/ kecil, kedalam botol kaca kecil.
Masukkan larutan Bouins dengan menggunakan pipet tetes untuk
mengfiksasi jaringan kedalam botol kaca yang sudah berisi preparat.
Merendam preparat selama 24 jam.
c. Washing
Mengeluarkan larutan Bouins dengan pipet tetes yang dipakai
pada proses fiksasi. Merendam preparat selama 2 x 15 menit dengan
menggunakan alkohol 70%, untuk hasil maksimal botol sampel
digoyangkan.
d. Dehidrasi
Mengeluarkan alkohol 70% dengan pipet tetes yang berbeda
untuk tiap larutan pada proses washing. Masukkan larutan alkohol
70% ke dalam botol kaca menggunakan pipet tetes hingga sampel
terendam. Setelah 15 menit pertama keluarkan alkohol 70% dan
mengganti dengan alkohol 70% yang kedua, kemudian sampel
kembali direndam selama 15 menit. Mengganti alkohol 70% dengan
memasukkan larutan alkohol 80% selama 2 x 15 menit dengan
menggunakan pipet tetes yang baru. Mengganti alkohol 80% dengan
memasukkan larutan alkohol 96%, selama 2 x 15 menit dengan
mengunakan pipet yang baru.
e. Clearing
Mengeluarkan alkohol 96% dari botol sampel, yang dipakai pada
proses dehidrasi dengan pipet tetes. Memasukkan larutan Xylene

kedalam botol sampel sehingga sampel terendam selama 2 x 15


menit.
f. mpregnasi
Mengeluarkan sampel yang telah direndam didalam larutan
Xylene, dan memasukkan sampel kedalam cassette dan dekkel.
Sampel dipindahkan dalam moldtray secara bergiliran kedalam 3
wadah yang terdapat dalam moldtray. Memasukkan sampel kedalam
wadah yang mengandung xylene dan paraffin murni dengan
perbandingan 1 : 1 selama 30 menit, setelah 30 menit preparat di
pindahkan lagi kedalam wadah yang mengandung paraffin cair
selama 30 menit, dan selanjutnya dimasukkan lagi kedalam wadah
yang berisi paraffin cair.
g. Embedding
Sampel yang sudah diimpregnasi diletakkan secukupnya dalam
lempengan blok (dibagian worksurf dari Histoembedder) dengan
posisi yang sudah diatur sedemikian rupa. Kemudian lempengan blok
ini diisi dengan parafin cair dan ditutup dengan cassete & deckel dan
diberi tanda. Kemudian didinginkan di cold plate selama 5 -10 menit
atau sampai parafin mengeras.
h. Cutting
Proses pemotongan ini dilakukan dengan menggunakan mikrotom
berfungsi sebagai alat pemotong jaringan, sampel dipotong dengan
ketebalan 5-7 mikrometer. Kemudian potongan sampel ini diletakkan
di objek glass. Dan ditetesi aquades. alu diletakkan di penangas air
selama + 24 jam.

i. Staining
Memasukkan preparat ke dalam xylene selama 2 x 15 menit
Kemudian di rehidrasi dengan alkohol berkonsentrasi tinggi ke
konsentrasi rendah yaitu alkohol 96%, alkohol 80% dan alkohol 70%
masing-masing selama 10 menit. Kemudian jaringan direndam dalam
aquades selama 10 menit. Setelah itu memasukkan jaringan kedalam
pewarna Haematoksilin selama 20 menit. Kemudian memasukkan
jaringan kedalam eosin selama 1 menit . alu di dehidrasi dari alkohol
konsentrasi rendah ke tinggi 70%, 80%, dan 96% masing-masing
selama 10 menit. Proses terakhir yakni jaringan ini dicelupkan ke
dalam xylene dan ditiriskan.
j. Mounting
Proses mounting yaitu memberikan entelan diatas object glass
kemudian merekatkannya dengan deg glass. Entelan ini berfungsi
sebagai perekat.
k. Pengamatan
Objek glass diberi entelan dan ditutup dengan deglass. Kemudian
mengamati jaringan jantung ikan nila (Oreochromis niloticus)
dibawah mikroskop.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN


A. Gambar HistoIogi Jantung Ikan NiIa NormaI dan AbnormaI


1
2
3


Gambar 2. Histologi Jantung kan nila (Oreochromis niloticus) (sampel praktikum)



1
2
3




Gambar 3. Histologi Jantung Normal kan nila (Oreochromis niloticus)




1
2
3


Gambar 4. Histologi Jantung bnormal kan nila (Oreochromis niloticus)
Keterangan:
1. Melanophore
2. Nerve Cell
3. Cardiac Muscle

B. Prosedur HistoIogi
Pada gambar di atas dapat di lihat bahwa gambar 2 adalah jaringan
jantung yang normal, dimana pada jaringan jantung normal terlihat cardiac
muscle dan nerve cell yang masih utuh dan terlihat tersusun rapi . Sedangkan
gambar 3 adalah jaringan jantung abnormal, pada jaringan jantung abnormal
terlihat kondisi cardiac muscle dan nerve cellnya tidak utuh dan terlihat tidak rapi.
Hal ini terjadi pada jaringan jantung ikan yang kebanyakan terserang oleh
adanya bakteri maupun virus. Jaringan jantung yang abnormal berdampak pada
kinerja sistem peredaran darah pada ikan. Sehingga membuat ikan akan mati
secara perlahan-lahan.
Dalam pembuatan preparat histologis, dilakukan berbagai tahapan
prosedur diantaranya 1iksasi, washing, dehidrasi, clearing, impregnasi,
embedding, cutting, dan staining.
Proses 1iksasi adalah proses perendaman preparat organ ke dalam
larutan fiksatif dalam hal ini bouins yang dilakukan selama 24 jam. Tujuan
dilakukannya fiksasi adalah mencegah terjadi kerusakan pada jaringan,
menghentikan proses metabolisme secara cepat, mengawetkan komponen
sitologis dan histologis, mengawetkan keadaan sebenarnya, mengeraskan materi
yang lembek, dan jaringan-jaringan dapat di warnai sehingga bisa diketahui
bagian-bagian jaringan. Proses fiksasi dilakukan selama 24 jam agar larutan
bouins dapat terserap secara maksimal di dalam preparat histologis jaringan,
fiksasi yang terlalu lama juga dapat menyebabkan kerusakan pada preparat
jaringan.
Setelah melakukan proses fiksasi selama 24 jam, kemudian dilakukan
prosedur lanjutan untuk menghilangkan larutan bouins yang ada pada preparat.
Prosedur tersebut adalah washing dengan menggunakan alkohol 70%. lkohol
digunakan agar larutan bouins dapat keluar dari preparat jaringan.

Selanjutnya tahap dehidrasi, dehidrasi digunakan untuk menghilangkan


air dalam jaringan. Bahan yang digunakan untuk dehidrasi harus mampu
menggantikan fungsi air. Dehidrasi yang baik menurut Botanika (2008) dilakukan
secara bertahap yaitu mulai dari konsentrasi 70% sesuai dengan pelarut Bouin
formol kemudian berturut-turut ke dalam alkohol 80%, 90%, 96% dan alkohol
absolut. Pada setiap konsentrasi dilakukan pengulangan 3 kali. Tetapi yang
digunakan dalam praktek adalah alkohol 70%-96% agar jaringan benar-benar
bersih dari larutan bouins.
Setelah proses dehidrasi selesai, dilanjutkan dengan proses clearing,
clearing dilakukan pada jaringan agar alkohol yang terdapat pada jaringan dapat
keluar. Clearing atau dealkoholisasi ini dapat menggunakan aceton, benzol,
toluol, dan xilol. Proses clearing dapat dilakukan selama 24 jam (Jvetunud,
2008). Dalam praktikum ini digunakan xilol pada saat proses clearing, tujuan
digunakan xilol yaitu agar nantinya jaringan dapat mudah menyatu dengan
parafin. Dan waktu yang digunakan yaitu 2 x 15 menit. Waktu 2x15 menit
digunakan agar alkohol yang terdapat pada jaringan dapat keluar secara
maksimal. Dan proses clearing tidak dilakukan selama 24 jam karena akan
menyebabkan kerusakan pada jaringan akibat pengaruh xilol yang lama.
Penentuan jangka waktu clearing juga di pengaruhi oleh jenis jaringan itu sendiri.
Selanjutnya yaitu proses penyusupan parafin ke dalam preparat organ.
Proses ini tujuannya untuk mengeraskan dan mengakukan jaringan agar jaringan
terlihat jelas bagian-bagian dan lebih mudah dilakukan proses pemotongan atau
cutting. Tahapan impregnasi dilakukan dengan memasukkan jaringan dalam
cassette dan deckle kemudian merendamnya dengan parafin cair, parafin dipilih
sebagai media penanaman karena dapat mengakukan jaringan namun masih
tetap dapat dipotong pada saat cutting serta mudah meleleh ketika di panaskan
diatas penangas air. Perendamannya dalam parafin sebanyak 3 tahapan, dimana

tahapan pertama parafin yang digunakan tidak seluruhnya parafin murni tapi
sebagian adalah ylene (perbandingan parafin xylene (1:1) hal ini dilakukan
untuk mengadaptasikan preparat terlebih dahulu dengan parafin setelah
perendaman sebelumnya dengan xylene. Setelah 30 menit barulah dua tahapan
selanjutnya dilakukan dengan perendaman jaringan pada parafin murni (tanpa
campuran ylene sama sekali).
Selanjutnya yaitu menanam preparat jaringan atau dilakukan prosedural
embedding dengan meletakkan pada lempengan blok dan diisi lagi dengan
parafin cair yang ditutupi oleh cassette dan deckle. Setelah proses embedding
selesai, lempengan blok kemudian didinginkan diatas cold plate agar parafin
cepat mengeras.
Tahap selanjutnya yaitu pemotongan jaringan dengan menggunakan
pisau mikrotom. Proses ini disebut cutting menggunakan pisau mikrotom. Pisau
mikrotom merupakan pisau khusus yang digunakan untuk pemotongan preparat
histologis jaringan. Oleh karena itu pisau mukrotom harus benar-benar tajam.
Selain ketajaman pisau, suhu juga berpengaruh terhadap pemotongan jaringan.
Pengaruhnya yaitu bila suhu naik atau panas, maka proses cutting jaringan akan
rusak akibat mencairnya paraffin sedikit demi sedikit akibat panas.
Kemudian prosedur terakhir yang dilakukan pada jaringan jantung adalah
proses pewarnaan atau staining. Hal ini dilakukan agar memperjelas bagian-
bagian jaringan pada jantung ikan nila saat pengamatan, dalam proses
pewarnaan menggunakan haematoilin berwarna biru yang berfungsi
memberikan warna pada inti sel, ylene yang berfungsi untuk membersihkan
parafin, eosin yang berwarna merah bersifat asam tujuannya untuk melawan
sitoplasma, dan rehidrasi dengan alkohol 96% - 70% sebagai media penghantar
untuk proses pewarnaan dengan HE. pabila proses ini tidak dilakukan maka
akan mempersulit pada saat pengamatan di bawah mikroskop.

Selanjutnya tahap terakhir yang dilakukan pada jaringan jantung adalah


proses mounting, dalam proses ini sampel jaringan yang telah melalui tahap
staining diberikan entelan yang berfungsi sebagai perekat antara deg glass dan
object glass. Setelah deg glass dan object glass terekat dengan baik kemudian
dillakukan pengamatan dibawah mikroskop dan mengambil gambar jaringan
yang didapat dengan menggunakan kamera digital.




















V. SIMPULAN DAN SARAN



A. SimpuIan
Dari hasil pengamatan yang telah dilakukan di laboratorium maka dapat
disimpulkan:
1. Teknik pembuatan preparat histologi dimulai dari proses 1iksasi, washing,
dehidrasi, clearing, impregnasi, embeding, cutting, staining (pewarnaan),
Mounting (proses penutupan), dan pengamatan.
2. Kelebihan prosedur pembuatan preparat histologi yaitu dapat melihat
langsung dan jelas preparat jaringan dengan menggunakan mikroskop.
Sedangkan kekurangannya yaitu alat dan bahan yang digunakan untuk
proses pembuatan preparat jaringan hitologi sangat mahal dan sulit
diperoleh.
3. Jaringan jantung kan Nila (Oreochromis niloticus) adalah jaringan normal
karena terlihat cardiac muscle dan nerve cell yang masih utuh dan
tersusun rapi, sedangkan pada jaringan jantung abnormal kan Nila
(Oreochromis niloticus) terdapat kerusakan pada cardiac muscle dan
nerve cell yang akan menyebabkan terhambatnya proses peredaran
darah ikan. Dan pada akhirnya menyebabkan kematian pada ikan nila
(Oreochromis niloticus)

B. Saran
Sebaiknya jurusan kelautan harus menyiapkan laboratorium tersendiri
dalam bidang fisiologi dan histologi, agar mahasiswa tidak mengalami kesulitan
mencari waktu untuk melakukan praktikum, dan sebaiknya Praktikum histologi
laut menggunakan sampel berasal dari laut, yang memang berkaitan dengan
jurusan ilmu kelautan.

DAFTAR PUSTAKA
ffuwa. 2007.Jaringan pada Hewan.http://affuwa.wordpress.com. Diakses pada
tanggal 17 Maret 2009.

Bavelander G, dkk. 1998. asar-asar Histologi. Erlangga. Jakarta.

Botanika. 2008. Fixation mbedding sectioning.http//botanika.biologija.org.
Diakses tanggal 17 Maret 2009.

Caroko, Edhi. dkk. 2009. Berharap Menjaring evisa dari Si Nila
http://www.majalahtrust.com/bisnis/peluang/806.php. [diakses tanggal 24
maret 2009].

Jvetunud. 2008. Parafin Hewan.http://www.jvetunud.com. [Diakses tanggal 17
Maret 2009 WT].

Kusrini, Eni, dkk. 2007. Anatomi Organ !encernaan Oreochromis sp.
http://naksara.net/quaculture/Reproduction/pembenihan-ikan-nila.html
[diakses tanggal 24 maret 2009].

Robby N, dkk. 2000. Histologi. Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin.
Makassar.

Sucipto, di . 2008. !embenihan Ikan Nila.http://naksara.net/quaculture/Fish-
Health/pembenihan-ikan-nila.html. [diakses tanggal 24 maret 2009].

Wikipedia . 2009. Histologi. http://id.wikipedia.org/wiki/Histologi. [Diakses 15
Maret 2009].

------------ . 2009. Ikan Nila. http://id.wikipedia.org/wiki/kan nila. [Diakses 15
Maret 2009].

-------------. 2009. Anatomi. http://id.wikipedia.org/wiki/natomi. [Diakses 20
pril 2009].

Lampiran I. Perhitungan Pengenceran AIkohoI


Untuk mengencerkan alkohol 96% menjadi 80% sebanyak 500ml maka
perhitungannya adalah sebagai berikut :
Dik : M1 = 96
M2 = 80
V2 = 500 ml
Dit : V1 = .....???
Peny = M1 . V1 = M2 . V2
96 x V1 = 80 . 500 ml
V1 = 40000
96
V1 = 416,67 ml (Volume alkohol)


Volume quades = Volume akhir Volume lkohol
= 500 ml 416,67 ml
= 83,33 ml

You might also like