Professional Documents
Culture Documents
I. PENDAHULUAN
A. Latar BeIakang
Histologi berasal dari bahasa Yunani yaitu histos yang berarti jaringan dan
logos yang berarti ilmu. Jadi histologi berarti suatu ilmu yang menguraikan
struktur dari hewan secara terperinci dan hubungan antara struktur
pengorganisasian sel dan jaringan serta fungsi-fungsi yang mereka lakukan.
Jaringan merupakan sekumpulan sel yang tersimpan dalam suatu kerangka
struktur atau matriks yang mempunyai suatu kesatuan organisasi yang mampu
mempertahankan keutuhan dan penyesuaian terhadap lingkungan diluar batas
dirinya (Bavelander, 1998).
Menurut Wikipedia (2009), histologi adalah bidang biologi yang
mempelajari tentang struktur jaringan secara detail menggunakan mikroskop
pada sediaan jaringan yang dipotong tipis. Histologi dapat juga disebut sebagai
ilmu anatomi mikroskopis.
kan nila (Oreochromis niloticus) merupakan sumber protein hewani murah
bagi konsumsi manusia. Karena budidayanya mudah, harga jualnya juga rendah.
Budidaya dilakukan di kolam-kolam atau tangki pembesaran. Pada budidaya
intensif, nila tidak dianjurkan dicampur dengan ikan lain karena memiliki perilaku
agresif (Wikipedia , 2009).
Karena ikan nila merupakan ikan budidaya maka diperlukan suatu
penelitian terhadap struktur jaringan tubuhnya dengan memperhatikan kelainan
yang mungkin terjadi agar dapat diketahui jaringan normal dan abnormalnya
serta penyebab timbulnya kelainan tersebut, sehingga dapat dikembangbiakkan
lebih baik. Hal inilah yang melatarbelakangi diadakannya praktikum ini.
Gambar 1. Morfologi ikan nila (Oreochromis niloticus)
B. Anatomi ikan niIa (Oreochromis niloticus)
natomi (berasal dari bahasa Yunani vdoid anatomia, dari
anatemnein, yang berarti memotong) adalah cabang dari biologi yang
berhubungan dengan struktur dan organisasi dari makhluk hidup. Terdapat juga
anatomi hewan atau zootomi dan anatomi tumbuhan atau fitotomi. Beberapa
cabang ilmu anatomi adalah anatomi perbandingan, histologi, dan anatomi
manusia (Wikipedia , 2009).
Jaringan di dalam tubuh hewan mempunyai sifat yang khusus dalam
melakukan fungsinya, seperti peka dan pengendali (jaringan saraf), gerakan
(jaringan otot), penunjang dan pengisi tubuh (jaringan ikat), absorbsi dan sekresi
(jaringan epitel), bersifat cair (darah) dan lainnya. Masing-masing jaringan dasar
dibedakan lagi menjadi beberapa tipe khusus sesuai dengan fungsinya
(Wikipedia , 2009).
Lambung
ambung adalah organ tubuh setelah kerongkongan yang berfungsi untuk
menghancurkan atau mencerna makanan yang ditelan dan menyerap sari atau
nutrisi makanan yang penting bagi tubuh. Pada hewan memamah biak, makanan
di lambung dicampur dengan enzim-enzim pencernaan, kemudian dikeluarkan
kembali ke mulut untuk dikunyah sekali lagi (Wikipedia , 2009).
stilah medis yang bersangkutan dengan hati biasanya dimulai dalam hepat- atau
hepatik dari kata Yunani untuk hati, hepar (Wikipedia , 2009).
Hati merupakan organ penting yang mensekresikan bahan untuk proses
pencernaan. Organ ini umumnya merupakan suatu kelenjar yang kompak,
berwarna merah kecoklatan. Secara umum posisi hati terletak pada rongga
bawah tubuh, di belakang jantung dan di sekitar usus depan. Di sekitar hati
terdapat organ berbentuk kantung bulat kecil, oval atau memanjang dan
berwarna hijau kebiru-biruan (Kusrini dkk, 2007).
GinjaI
Ginjal adalah organ ekskresi dalam vertebrata yang berbentuk mirip
kacang. Sebagai bagian dari sistem urin, ginjal berfungsi menyaring kotoran
(terutama urea) dari darah dan membuangnya bersama dengan air dalam bentuk
urin. Cabang dari kedokteran yang mempelajari ginjal dan penyakitnya disebut
nefrologi (Wikipedia , 2009).
Ginjal terletak di bagian atas peritonium (retroponium), sejajar dan di
bawah tulang belakang. Berwarna coklat muda. Ginjal ikan nila ini berkembang
dengan baik, sehubungan dengan kondisi lingkungan air tawar yang hipotonik
terhadap cairan tubuh. Fungsi dari ginjal tersebut adalah suatu organ yang
berperan dalam penyaringan beberapa bahan buangan sisa metabolisme.
Bahan-bahan yang dibuang lewat ginjal, antara lain ureum, air, dan garam
mineral. Sel-sel yang bertanggung jawab pada penyaringan ini adalah
glomerulus, yamg disebut kapsul bowman. Sedangkan yang berfungsi sebagai
reapsorsi ion adalah tubuli ginjal (Kusrini dkk, 2007).
Insang
Pada insang, sel-sel yang berperan dalam osmoregulasi adalah sel-sel
chloride yang terletak pada dasar lembaranlembaran insang. Studi mengenai
kan nila cenderung senang hidup di air hangat bersuhu sekitar 28 derajat
celsius. kan ini juga menyenangi kondisi air yang sedikit mengandung basa
dengan kisaran pH antara 7,0 dan 8,0. Seyogianya, air tidak boleh tercemar
bahan kimia beracun, kandungan oksigen di dalam air minimal 4 mg/liter, serta
kandungan karbon dioksida maksimal 5 mg/liter. kan ini biasanya dipelihara di
kolam air tenang (Caroko dkk, 2009).
D. KeIainan Ikan NiIa (Oreochromis niloticus)
kan merupakan salah satu hewan air yang senantiasa bersentuhan
dengan lingkungan perairan sehingga sangat memungkinkan untuk terinfeksi
pathogen melalui air. Terjadinya serangan penyakit pada ikan dapat disebabkan
oleh terjadinya ketidakseimbangan lingkungan, pathogen dan ikan. Pada kondisi
normal pun, organisme pathogen akan ada dalam media hidup ikan. Organisme
ini akan menyerang ikan tatkala kondisi ikan melemah. Kondisi ikan melemah
dapat disebabkan oleh lingkungan. Dengan kata lain, serangan penyakit dapat
dicegah dengan cara memberikan kondisi lingkungan yang ideal bagi ikan.
(Sucipto, 2008).
Sakit didefinisikan sebagai perubahan yang terjadi suatu organisme pada
kondisi fisik, morfologi, fisiologis dan atau fungsinya. Penyebab terjadinya
keadaan sakit disebut penyakit. Berdasarkan jenisnya, kita mengenal istilah
penyakit infektif dan non infektif. Sesuai dengan sifatnya penyakit maka dapat
digolongkan menjadi dua yaitu penyakit infektif dan penyakit non-infektif.
Penyakit infektif adalah suatu penyakit yang disebabkan ikan terinfeksi oleh
organisme pathogen yang berasal dari virus, bakteri, jamur ataupun parasit.
Sedangkan penyakit nono infektif adalah penyakit yang disebabkan oleh
gangguan non pathogen seperti nutrisi (makanan), kualitas air, bahan toxic, dan
genetic (Sucipto, 2008).
E. Proses HistoIogi
Cara pembuatan sediaan histologis disebut mikroteknik. Pembuatan
sediaan dari suatu jaringan dimulai dengan operasi, biopsi, atau autopsi.
Jaringan yang iambil kemudian diproses dengan fiksatif yang akan menjaga agar
sediaan tidak akan rusak (bergeser posisinya, membusuk, atau rusak). Fiksatif
yang paling umum digunakan adalah formalin (10% formaldehida yang dilarutkan
dalam air). arutan Bouin juga dapat digunakan sebagai fiksatif alternatif
meskipun hasilnya tidak akan sebaik formalin karena akan meninggalkan bekas
warna kuning dan artefak. rtefak adalah benda yang tidak terdapat pada
jaringan asli, namun tampak pada hasil akhir sediaan. rtefak ini terbentuk
karena kurang sempurnanya pembuatan sediaan (Wikipedia , 2009).
ffuwa (2007), menyatakan bahwa membuat histologi jaringan hewan
mula-mula dengan menyiapkan jaringan segar dalam pengamatan mikroskopis
yaitu dengan cara fiksasi. Tujuan dilakukannya fiksasi adalah mencegah terjadi
kerusakan pada jaringan, menghentikan proses metabolisme secara cepat,
mengawetkan komponen sitologis dan histologis, mengawetkan keadaan
sebenarnya, mengeraskan materi yang lembek, dan jaringan-jaringan dapat
diwarnai sehingga bisa diketahui bagian-bagian jaringan.
Faktor-faktor yang berperan dalam fiksatif adalah buffer (pH), suhu yang
rendah mencegah autolisis,untuk mendapatkan daya penetrasi yang tinggi
digunakan irisan setipis mungkin, perubahan volume, osmolaliitas pada larutan
fiksatif, penambahan deterjen sehingga fiksatif cepat masuk, konsentrasi, dan
waktu fiksatif. Dehidrasi memiliki fungsi menghilangkan air dalam jaringan. Bahan
yang digunakan untuk dehidrasi harus mampu menggantikan fungsi air.
Dehidrasi yang baik dilakukan secara bertahap yaitu mulai dari konsentrasi 70%
sesuai dengan pelarut Bouin formol kemudian berturut-turut ke dalam alkohol
80%, 90%, 96% dan alkohol absolut. Pada setiap konsentrasi dilakukan
pengulangan 3 kali (Botanika, 2008).
Selanjutnya tahap dehidrasi, dehidrasi dilakukan setelah fiksasi dengan
tujuan untuk mengeluarkan air dari jaringan, ini merupakan prinsip dari teknik
parafin yaitu air dikeluarkan dan diganti dengan parafin sehingga blok jaringan
mudah dipotong, ini dilakukan 2 tahap yakni dehidrasi dan penjernihan. Proses
dehidrasi dilakukan dengan memasukkan jaringan yang sudah difiksasi kedalam
larutan alkohol berturut-turut dari kadar 70% sampai 100% (Robby , 2000)
Selanjutnya dengan proses clearing, untuk memungkinkan paraffin dapat
masuk ke dalam sel, haruslah alkohol di dalam organ diganti dengan zat yang
mudah mengusir alkohol tetapi kemudian harus bisa diusir oleh paraffin. Clearing
atau dealkoholisasi ini dapat menggunakan aceton, benzol,toluol, dan xilol.
Proses clearing dapat dilakukan selama 24 jam (Jvetunud, 2008).
Embedding dilakukan dengan membuat kotak kertas. Beberapa
keuntungan menggunakan kotak kertas yaitu bisa membuat arah sayatan dan
menandai jaringan. Sebelum jaringan atau sampel ditanam maka terlebih dahulu
paraffin dalam kotak harus membeku pada bagian dasarnya sehingga
memungkinkan objek tidak langsung menempel pada dasar kertas. Blok paraffin
yang akan disayat dulu maka dibentuk dulu (trimming). Bentuk blok disesuaikan
dengan bentuk pitanya yang diinginkan. Hal in dikarenakan penampang blok
paraffin menggambarkan blok pita yang akan diiris. etak mata pisau pada
mikrotom sangat menentukan hasil yang diperoleh. Pisau dibersihan dengan
xylol dari sisa-sisa paraffin yang menempel. Hasil sayatan diambill dengan
menggunakan kuas secara hati-hati. Hasil sayatan diletakkan dalam bak
khhusuus dann diperhatikan urutannya. Pita hasil sayatan ditempel pada kaca
objek dengan menggunakan meyer albumin. Kaca objek selanjutnya diletakkan
di atas meja penangas (heating plate) (Botanika, 2008).
b. Fiksasi
Membersihkan botol kaca kecil untuk wadah sampel dengan
menggunakan pembersih botol dan aquades. Meletakkan preparat
(jantung) yang telah dipotong tipis/ kecil, kedalam botol kaca kecil.
Masukkan larutan Bouins dengan menggunakan pipet tetes untuk
mengfiksasi jaringan kedalam botol kaca yang sudah berisi preparat.
Merendam preparat selama 24 jam.
c. Washing
Mengeluarkan larutan Bouins dengan pipet tetes yang dipakai
pada proses fiksasi. Merendam preparat selama 2 x 15 menit dengan
menggunakan alkohol 70%, untuk hasil maksimal botol sampel
digoyangkan.
d. Dehidrasi
Mengeluarkan alkohol 70% dengan pipet tetes yang berbeda
untuk tiap larutan pada proses washing. Masukkan larutan alkohol
70% ke dalam botol kaca menggunakan pipet tetes hingga sampel
terendam. Setelah 15 menit pertama keluarkan alkohol 70% dan
mengganti dengan alkohol 70% yang kedua, kemudian sampel
kembali direndam selama 15 menit. Mengganti alkohol 70% dengan
memasukkan larutan alkohol 80% selama 2 x 15 menit dengan
menggunakan pipet tetes yang baru. Mengganti alkohol 80% dengan
memasukkan larutan alkohol 96%, selama 2 x 15 menit dengan
mengunakan pipet yang baru.
e. Clearing
Mengeluarkan alkohol 96% dari botol sampel, yang dipakai pada
proses dehidrasi dengan pipet tetes. Memasukkan larutan Xylene
i. Staining
Memasukkan preparat ke dalam xylene selama 2 x 15 menit
Kemudian di rehidrasi dengan alkohol berkonsentrasi tinggi ke
konsentrasi rendah yaitu alkohol 96%, alkohol 80% dan alkohol 70%
masing-masing selama 10 menit. Kemudian jaringan direndam dalam
aquades selama 10 menit. Setelah itu memasukkan jaringan kedalam
pewarna Haematoksilin selama 20 menit. Kemudian memasukkan
jaringan kedalam eosin selama 1 menit . alu di dehidrasi dari alkohol
konsentrasi rendah ke tinggi 70%, 80%, dan 96% masing-masing
selama 10 menit. Proses terakhir yakni jaringan ini dicelupkan ke
dalam xylene dan ditiriskan.
j. Mounting
Proses mounting yaitu memberikan entelan diatas object glass
kemudian merekatkannya dengan deg glass. Entelan ini berfungsi
sebagai perekat.
k. Pengamatan
Objek glass diberi entelan dan ditutup dengan deglass. Kemudian
mengamati jaringan jantung ikan nila (Oreochromis niloticus)
dibawah mikroskop.
B. Prosedur HistoIogi
Pada gambar di atas dapat di lihat bahwa gambar 2 adalah jaringan
jantung yang normal, dimana pada jaringan jantung normal terlihat cardiac
muscle dan nerve cell yang masih utuh dan terlihat tersusun rapi . Sedangkan
gambar 3 adalah jaringan jantung abnormal, pada jaringan jantung abnormal
terlihat kondisi cardiac muscle dan nerve cellnya tidak utuh dan terlihat tidak rapi.
Hal ini terjadi pada jaringan jantung ikan yang kebanyakan terserang oleh
adanya bakteri maupun virus. Jaringan jantung yang abnormal berdampak pada
kinerja sistem peredaran darah pada ikan. Sehingga membuat ikan akan mati
secara perlahan-lahan.
Dalam pembuatan preparat histologis, dilakukan berbagai tahapan
prosedur diantaranya 1iksasi, washing, dehidrasi, clearing, impregnasi,
embedding, cutting, dan staining.
Proses 1iksasi adalah proses perendaman preparat organ ke dalam
larutan fiksatif dalam hal ini bouins yang dilakukan selama 24 jam. Tujuan
dilakukannya fiksasi adalah mencegah terjadi kerusakan pada jaringan,
menghentikan proses metabolisme secara cepat, mengawetkan komponen
sitologis dan histologis, mengawetkan keadaan sebenarnya, mengeraskan materi
yang lembek, dan jaringan-jaringan dapat di warnai sehingga bisa diketahui
bagian-bagian jaringan. Proses fiksasi dilakukan selama 24 jam agar larutan
bouins dapat terserap secara maksimal di dalam preparat histologis jaringan,
fiksasi yang terlalu lama juga dapat menyebabkan kerusakan pada preparat
jaringan.
Setelah melakukan proses fiksasi selama 24 jam, kemudian dilakukan
prosedur lanjutan untuk menghilangkan larutan bouins yang ada pada preparat.
Prosedur tersebut adalah washing dengan menggunakan alkohol 70%. lkohol
digunakan agar larutan bouins dapat keluar dari preparat jaringan.
tahapan pertama parafin yang digunakan tidak seluruhnya parafin murni tapi
sebagian adalah ylene (perbandingan parafin xylene (1:1) hal ini dilakukan
untuk mengadaptasikan preparat terlebih dahulu dengan parafin setelah
perendaman sebelumnya dengan xylene. Setelah 30 menit barulah dua tahapan
selanjutnya dilakukan dengan perendaman jaringan pada parafin murni (tanpa
campuran ylene sama sekali).
Selanjutnya yaitu menanam preparat jaringan atau dilakukan prosedural
embedding dengan meletakkan pada lempengan blok dan diisi lagi dengan
parafin cair yang ditutupi oleh cassette dan deckle. Setelah proses embedding
selesai, lempengan blok kemudian didinginkan diatas cold plate agar parafin
cepat mengeras.
Tahap selanjutnya yaitu pemotongan jaringan dengan menggunakan
pisau mikrotom. Proses ini disebut cutting menggunakan pisau mikrotom. Pisau
mikrotom merupakan pisau khusus yang digunakan untuk pemotongan preparat
histologis jaringan. Oleh karena itu pisau mukrotom harus benar-benar tajam.
Selain ketajaman pisau, suhu juga berpengaruh terhadap pemotongan jaringan.
Pengaruhnya yaitu bila suhu naik atau panas, maka proses cutting jaringan akan
rusak akibat mencairnya paraffin sedikit demi sedikit akibat panas.
Kemudian prosedur terakhir yang dilakukan pada jaringan jantung adalah
proses pewarnaan atau staining. Hal ini dilakukan agar memperjelas bagian-
bagian jaringan pada jantung ikan nila saat pengamatan, dalam proses
pewarnaan menggunakan haematoilin berwarna biru yang berfungsi
memberikan warna pada inti sel, ylene yang berfungsi untuk membersihkan
parafin, eosin yang berwarna merah bersifat asam tujuannya untuk melawan
sitoplasma, dan rehidrasi dengan alkohol 96% - 70% sebagai media penghantar
untuk proses pewarnaan dengan HE. pabila proses ini tidak dilakukan maka
akan mempersulit pada saat pengamatan di bawah mikroskop.
DAFTAR PUSTAKA
ffuwa. 2007.Jaringan pada Hewan.http://affuwa.wordpress.com. Diakses pada
tanggal 17 Maret 2009.
Bavelander G, dkk. 1998. asar-asar Histologi. Erlangga. Jakarta.
Botanika. 2008. Fixation mbedding sectioning.http//botanika.biologija.org.
Diakses tanggal 17 Maret 2009.
Caroko, Edhi. dkk. 2009. Berharap Menjaring evisa dari Si Nila
http://www.majalahtrust.com/bisnis/peluang/806.php. [diakses tanggal 24
maret 2009].
Jvetunud. 2008. Parafin Hewan.http://www.jvetunud.com. [Diakses tanggal 17
Maret 2009 WT].
Kusrini, Eni, dkk. 2007. Anatomi Organ !encernaan Oreochromis sp.
http://naksara.net/quaculture/Reproduction/pembenihan-ikan-nila.html
[diakses tanggal 24 maret 2009].
Robby N, dkk. 2000. Histologi. Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin.
Makassar.
Sucipto, di . 2008. !embenihan Ikan Nila.http://naksara.net/quaculture/Fish-
Health/pembenihan-ikan-nila.html. [diakses tanggal 24 maret 2009].
Wikipedia . 2009. Histologi. http://id.wikipedia.org/wiki/Histologi. [Diakses 15
Maret 2009].
------------ . 2009. Ikan Nila. http://id.wikipedia.org/wiki/kan nila. [Diakses 15
Maret 2009].
-------------. 2009. Anatomi. http://id.wikipedia.org/wiki/natomi. [Diakses 20
pril 2009].