Professional Documents
Culture Documents
MK Bunuh Parpol
MK Bunuh Parpol
home
<index.php?option=com_frontpage&itemid=1>
berita
aceh
<index.php?option=com_content&task=blogcategory&id=13&itemid=26>
medan
<index.php?option=com_content&task=blogcategory&id=14&itemid=27>
sumut
<index.php?option=com_content&task=blogcategory&id=15&itemid=28>
luar negeri
<index.php?option=com_content&task=blogcategory&id=16&itemid=29>
nusantara
<index.php?option=com_content&task=blogcategory&id=17&itemid=30>
ekonomi
berita
<index.php?option=com_content&task=blogcategory&id=18&itemid=31>
tinjauan ekonomi
<index.php?option=com_content&task=blogcategory&id=24&itemid=37>
olahraga
lokal
<index.php?option=com_content&task=blogcategory&id=21&itemid=40>
nasional
<index.php?option=com_content&task=blogcategory&id=22&itemid=41>
luar negeri
<index.php?option=com_content&task=blogcategory&id=23&itemid=42>
opini
artikel
<index.php?option=com_content&task=blogcategory&id=25&itemid=44>
kolom rosihan anwar
<index.php?option=com_content&task=blogcategory&id=29&itemid=45>
surat pembaca
<index.php?option=com_content&task=blogcategory&id=26&itemid=46>
tajuk rencana
<index.php?option=com_content&task=blogcategory&id=27&itemid=47>
serba serbi
teknologi
<index.php?option=com_content&task=blogcategory&id=20&itemid=32>
hiburan
<index.php?option=com_content&task=blogcategory&id=19&itemid=33>
kesehatan
<index.php?option=com_content&task=blogcategory&id=28&itemid=48>
pendidikan
<index.php?option=com_content&task=blogcategory&id=30&itemid=49>
wanita
<index.php?option=com_content&task=blogcategory&id=31&itemid=50>
kreasi
<index.php?option=com_content&task=blogcategory&id=38&itemid=62>
mimbar jumat
artikel
<index.php?option=com_content&task=blogcategory&id=33&itemid=52>
manajemen qolbu
<index.php?option=com_content&task=blogcategory&id=34&itemid=53>
seni & budaya
budaya
<index.php?option=com_content&task=blogcategory&id=32&itemid=55>
serba waspada
stikp
<index.php?option=com_content&task=blogcategory&id=36&itemid=57>
laz peduli umat
<index.php?option=com_content&task=blogcategory&id=35&itemid=58>
berita sore
<javascript:popupwindow('http://www.beritasore.com/',0,0,'yes','yes','yes','yes',
'yes')>
*waspada online.*
kalau kita mengambil contoh pilkada dki jakarta yang saat ini memasuki
tahapan kampanye, atau melihat ke belakang kasus pilkada walikota medan
yang hanya menampilkan dua pasangan calon saja, maka sangat jelas
tahapan penjaringan calon sarat dengan kkn (kepentingan parpol). hal ini
bisa terjadi karena peranan parpol sangat dominan. tak terhitung dana
yang harus dikeluarkan kedua pasangan calon. dan yang terbesar tentu
saja untuk biaya sewa perahu (parpol). sebab, hanya lewat parpol saja
seseorang itu bisa maju sebagai calon kepala daerah sebagaimana
ketentuan uu no 23/2004, apakah untuk presiden, gubernur, walikota dan
bupati. dampaknya, tak terhingga banyaknya rasa kecewa di masyarakat.
sebab, rakyat dipaksa untuk memilih kedua pasangan calon saja. padahal,
masih banyak calon yang lebih baik versi pilihan masyarakat. wajar saja
kalau setiap pilkada partisipasi atau kesadaran pemilih sangat kecil
jumlahnya. jumlah 'golput' meningkat di banyak daerah. di masa
mendatang diharapkan hal itu tidak terulang lagi setelah calon
independen dibenarkan maju.
hemat kira walaupun calon independen dibolehkan, namun tetap saja tidak
mudah bagi mereka yang berambisi maju dalam pilkada, mengapa?
dipastikan, pp atau perpu yang akan dikeluarkan presiden nanti akan
mengatur persyaratan ketat, seperti halnya di aceh (nanggroe aceh
darussalam). di sinilah diharapkan kpu dan pihak yang terkait harus
tegas dalam menerapkan peraturan yang berlaku. tujuannya agar mereka
yang maju sebagai calon independen benar-benar punya dukungan dan
berakar di masyarakat.
kalau mengacu aceh yang juga melegalkan calon independen, setiap calon
independen yang maju dalam pilkada gubernur aceh di antara syaratnya
wajib mengumpulkan dukungan tertulis sebesar 3 persen dari 4 juta
penduduk aceh, berarti 120.000 tanda tangan lengkap dengan fotocopy
ktp. kalau di sumut dengan 12 juta penduduk maka tanda tangan yang harus
dikumpulkan calon independen nanti bisa mencapai 360.000 orang. jumlah
tersebut cukup sulit dan dipastikan memerlukan biaya operasional yang
tidak kecil. jika satu ktp dihargai rp10.000 berarti setiap kantong
calon independen 'koyak' rp 3,6 miliar. memang kalau dibandingkan lewat
parpol jumlah itu sudah sangat jauh berkurang. misalnya saja pasangan
fauzi bowo � prijanto disebut-sebut sudah 'koyak' rp200 m untuk bisa
merangkul dukungan dari parpol dan uang jasa calo politik. bahkan, baru
diiming-imingi jadi wagub dki saja ada calon yang sudah 'koyak' rp2-4
miliar. luar biasa money politics dan cost politics yang harus
ditanggung para calon kepala daerah di masa lalu.
(wns)
< sebelumnya
<index.php?option=com_content&task=view&id=942&itemid=47> berikutnya
> <index.php?option=com_content&task=view&id=828&itemid=47>
[ kembali ] <javascript:history.go(-1)>