You are on page 1of 19

BAB 1 PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Melihat keadaan lingkungan kita yang setiap hari dipermasalahkan oleh sampah yang semakin menggunung seolah sampah ini menjadi masalah atau momok utama yang dihadapi oleh pemerintah dan masyarakat. Sehingga masyarakat di beberapa Negara bahkan diseluruh dunia berlomba-lomba menyelesaikan hal tersebut. Jika kita berbicara tentang permasalahan sampah ini, sebenarnya sampah ini banyak sekali manfaatnya antara lain dapat membuat pupuk organik. Walaupun ada yang merugikan antara lain menyebabkan kerugian yang berdampak berbahaya sekali bagi kehidupan makhluk hidup di dunia. Sebenarnya banyak sekali cara untuk menangani masalah sampah ini contohnya dnegan cara daur ulang yang bisa menghasilkan KOMPOS alami yang bias dimanfaatkan oleh para petani dan masyarakat, dengan cara itu pula para petani bisa meminimaliskan penggunaan pupuk anorganik. Karena dengan pupuk anorganik itu bisa membuat kerusakan lingkungan antara lain pencemaran di dalam air dan tanah.

B. TUJUAN 1. Tujuan Umum Mahasiswa dapat mengetahui cara membuat kompos yang benar dari sampah organik secara aerobic. 2. Tujuan Khusus a. Menghitung lama pemprosesan kompos dengan bahan daun jati, daun pisang, sawi, gobis, wortel dan tanah TPA sebagai starternya. b. Mengukur suhu rata-rata kompos c. Mengukur kelembapan rata-rata kompos d. Mengukur ph rata-rata pembuatan kompos e. Mengukur penurunan berat dari berat awal sampai berat kompos jadi.

C. MANFAAT Kompos memiliki banyak manfaat yang ditinjau dari beberapa aspek: Aspek Ekonomi : 1. Menghemat biaya untuk transportasi dan penimbunan limbah 2. Mengurangi volume/ukuran limbah 3. Memiliki nilai jual yang lebih tinggi dari pada bahan asalnya Aspek Lingkungan : 1. Mengurangi polusi udara karena pembakaran limbah 2. Mengurangi kebutuhan lahan untuk penimbunan Aspek bagi tanah/tanaman: 1. Meningkatkan kesuburan tanah 2. Memperbaiki struktur dan karakteristik tanah 3. Meningkatkan kapasitas jerap air tanah 4. Meningkatkan aktivitas mikroba tanah 5. Meningkatkan kualitas hasil panen (rasa, nilai gizi, dan jumlah panen) 6. Menyediakan hormon dan vitamin bagi tanaman 7. Menekan pertumbuhan/serangan penyakit tanaman 8. Meningkatkan retensi/ketersediaan hara di dalam tanah

BAB II LANDASAN TEORI

A. Pengertian Sampah Sampah adalah bahan yang tidak mempunyai nilai atau tidak berharga untuk maksud biasa atau utama dalam pembikinan atau pemakaian barang rusak atau bercacat dalam pembikinan manufaktur atau materi berkelebihan atau ditolak atau buangan". (Kamus Istilah Lingkungan, 1994). "Sampah adalah suatu bahan yang terbuang atau dibuang dari sumber hasil aktivitas manusia maupun proses alam yang belum memiliki nilai ekonomis." (Istilah Lingkungan untuk Manajeman, Ecolink, 1996). Sampah adalah sesuatu yang tidak berguna lagi, dibuang oleh pemilikya atau pemakai semula B. Jenis-jenis Sampah 1. Sampah Anorganik/kering Sampah Anorganik berasal dari sumber daya alam tak terbarui seperti mineral dan minyak bumi, atau dari proses industri. Beberapa dari bahan ini tidak terdapat di alam seperti plastik dan aluminium. Sebagian zat anorganik secara keseluruhan tidak dapat diuraikan oleh alam, sedang sebagian lainnya hanya dapat diuraikan melalui proses yang cukup lama. Sampah jenis ini pada tingkat rumah tangga, misalnya berupa botol kaca, botol plastik, tas plastik, dan kaleng. Kertas, koran, dan karton merupakan pengecualian. Berdasarkan asalnya, kertas koran, dan karton termasuk sampah organik. Tetapi karena kertas, koran, dan karton dapat didaur ulang seperti sampah anorganik lain (misalnya gelas, kaleng, dan plastik), maka dimasukkan ke dalam kelompok sampah anorganik.

2. Sampah Organik/basah Sampah Organik terdiri dari bahan-bahan penyusun tumbuhan dan hewan yang berasal dari alam atau dihasilkan dari kegiatan pertanian, perikanan, rumah tangga atau yang lain. Sampah ini dengan mudah diuraikan dalam proses alami. Sampah rumah tangga sebagian besar merupakan bahan organik. Termasuk sampah organik, misalnya sampah dari dapur, sisa tepung, sayuran, kulit buah, dan daun. C. Kompos 1. Pengertian Kompos (composting) a. Kompos adalah pupuk alami yang terbuat dari bahan-bahan hijauan dan bahan organik lain yang sengaja ditambahkan untuk mempercepat proses pembusukan, misalnya kotoran ternak. Bahkan kadang, jika dipandang perlu bisa pula ditambahkan pupuk buatan pabrik seperti urea. (Ir. Wied Harry Apriadji, 1992) b. Kompos adalah bahan organik yang telah menjadi lapuk seperti daun-daunan, jerami, alang-alang, rumput-rumputan, dedak padi, batang jagung, sulur, carang-carang serta kotoran hewan. (L. Murbandono HS, 1997) c. Kompos adalah pengelolaan sampah garbage (organik) secara biologis dan berlangsung dalam suasana aerobik dan anaerobik. (APK-TS, 1987) d. Kompos adalah proses dekomposisi dan stabilisasi bahanbahan organik pada kondisi thremophilic atau mesophilic sebagai suatu hail proses mikrobiologi diperoleh panas dengan hasil akhir berupa bahan yang stabil yang dapat digunakan untuk pemupukan tanah tanpa dampak terhadap lingkungan. (Pedoman Pembuatan Kompos Bagi Mahasiswa, Handoyo, SST, 2005)

2.

Tujuan Utama Kompos (Composting) Tujuan composting adalah stabilisasi limbah, mematikan bakteri pathogen mendapatkan nutrient untuk pemupukan, pengeringan lumpur hasil pengolahan air limbah.

3.

Proses Pengomposan a. Pengomposan secara Aerobik Dekomposisi secara aerobik adalah modifikasi yang terjadi karena secara biologis pada struktur kimia atau biologi bahan organik dengan kehadiran oksigen. Dalam proses ini banyak kalori bakteri yang berperan dan ditandai dengan adanya perubahan temperatur. Hasil dari dekomposisi bahan organik secara aerobik adalah CO2, H2O, humus dan energi. Proses dekomposisi bahan organik secara aerobik dapat disajikan dengan reaksi sebagai berikut : Bahan Organik Energi Hasil dari proses pengomposan secara aerobik berupa bahan kering dengan kelembaban 30-40 % berwarna coklat gelap dan merah serta menghasilkan bahan beracun tetapi dalam jumlah sedikit. b. Pengomposan secara Anaerobik Merupakan modifikasi biologis pada struktur kimia dan biologi bahan organik tanpa kehadiran oksigen (hampa udara). Proses ini merupakan proses yang dingin dan tidak terjadi fluktuasi temperatur dan perlu tambahan panas dari luar sebesar 300C. proses pengomposan ini menghasilkan metana (alkohol), CO2 dan senyawa lain seperti asam organik. Hail pengomposan an aerobik berupa lumpur yang mengandung air sebanyak 60% dengan warna coklat gelap sampai hitam. Proses ini diakhiri
mikroaerobik

CO2 + H2O + humus + Hara +

perlakuan anaerobik untuk mengurangi kandungan bahanbahan beracun. c. Proses Kimiawi Timbunan kompos berhubungan erat dengan faktor kimia yang cukup kompleks. Banyak perubahan terjadi selama proses pengomposan. Mikroorganisme berkerja dalam sel tanaman/ merombak protein menjadi asam amino kemudian menangkap semua bahan terlarut seperti gula, asam amino dan nitrogen organik. Setelah itu, mulai merombak pati, lemak, protein, selulosa di dalam gula serta menyatukan unsur kecil menjadi struktur baru. Mirkrooganisme di dalam timbunan kompos akan mengubah lignin dan komponen lain menjadi molekul besar menjadi humus. d. Proses mikrobiologis MikrobiologisProses pengomposan mikroorganisme

mengeluarkan ratusan jenis enzim yang dapat merombak bahan yang ada menjadi bahan makanan bagi mikroorganisme tersebut. Mikroorganisme mengeluarkan enzim selulosa yang dapat mengubah selulosa menjadi glukosa. Glukosa ini akan dimanfaatkan karbondioksida. oleh mikroorganisme dan menghasilkan

4.

Tahap-tahap Composting Tahap-tahap dalam pengomposan diantaranya adalah sebagai berikut: a. Tahap Laten Bakteri mengalami aklimatisasi dan membentuk koloni b. Tahap Pertumbuhan Bakteri mengalami pertumbuhan dengan ditandai dengan temperatur meshopilic (250-450 C). c. Tahap Thermophilik

Temperatur naik ke thermophilik (500-600C) dimana limbah akan mengalami stabilisasi dan mematikan bakteri patogen. d. Tahap Pematangan Ditandai dengan turunnya temperatur, fermentasi kedua, dan proses menjadi humus juga terjadi proses nitrifikasi. 5. Faktor-faktor yang mempengaruhi pembuatan kompos Pada dasarnya ,pembuatan kompos tidaklah sukar penumpuk bahan bahan organik maka bahan bahan tersebut akan menjadi kompos dengan sendirinya .namun, prosestrsebut akan berlangsung lama .dengan mengetahui perubahan perubahan yang terjadi saat pengomposan . maka maka pembentukan kompos dapat lebih di percepatdengan menilikperubahan yang terjadi,kecepatan dan

keberhasilan dalam pembuatan kompos di pengaruhi oleh beberapa faktor antara lain : a. Besarnya partikel sampah garbage Sampah garbage dipotong-potong sebesar 1-3 inchi, lebih baik dengan ukuran (1-2 cm). b. Penyemaian Waktu pengomposan dapat diperpendek dengan penambahan bahan yang sudah terdekomposisi sejumlah 15% (contoh slude merupakan nutrient). c. Udara Mengandung sekurang-kurangnya 50% oxygen harus mencapai seluruh bagian bahan kompos untuk mendapatkan hasil yang optimum. Tumpukan kompos untuk mempercepat proses minimal 3 minggu tumpukan diaduk dengan demikian perubahan di dalam tumpukan dapat merata dan diulang 3-4 kali.

d.

Kelembaban Bila tumpukan kompos kurang mengandung air, tumpukan ini akan bercendawan. Hal ini merugikan karena penguraian akan menjadi lambat dan tidak sempurna. Sebaliknya bila terlalu banyak mengandung air, keadaan berubah menjadi an aerob yang juga tidak menguntungkan bagi kehidupan jasad-jasad renik yang menguraikan bahan-bahan tersebut.

e.

Suhu Optimum Untuk beberapa hari pertama suhu bisa mencapai 550-700C, sedang untuk stabilisasi dan untuk menjaga proses secara biologik suhu dipertahankan antara 450-550C.

f.

C/N Ratio Perbandingan karbon terhadap nitrogen.

g.

pH pH harus dipertahankan 8,5 untuk memperkeil hilangnya nitrogen dalam pembentukan gas aminiak apabila terlalu rendah perlu dibubuhi kapur/abu dapur.

h.

Bakteri dan Pengawasan baktri patogen Mikroorganisme sangat dibutuhkan dalam proses pembusukan sebagian besar dalam peristiwa pembusukan, bahan-bahan organik adalah jenis bacteria fungi dan actinomycetes. Bila pengomposan berjalan dengan semestinya hal ini

memungkinkan untuk mematikan patogen, rumput liar, bijibijian. Untuk keperluan ini suhu diatur antara 60-70 untuk waktu 24 jam. 8. Karakteristik dan Kualitas Kompos Karakteristik dan kualitas kompos sangat ditentukan oleh tingkat kematangan kompos. Disamping kandungan logam beratnya, bahan organik yang tidak efek terdekomposisi yang merugikan secara sempurna akan

menimbulkan

pertumbuhan

tanaman.

Penambahan kompos yang belum matang ke dalam tanah akan

menyebabkan persaingan bahan nutrient antara tanaman dan mikroorganisme tanah. Keadaan ini dapat mengganggu tanaman.

Secara umum kompos yang sudah matang dapat diartikan dengan sifat sebagai berikut : a. b. Berwarna coklat tua dan hingga hitam dan merah. Tidak larut dalam air, meskipun sebagian kompos bisa membentuk suspensi. c. Sangat larut dalam pelarut alkali, natrium pirifestat atau larutan amonium oksalat dengan menghasilkan ekstrak berwarna gelap dan dapat difraksinasi lebih lanjut menjadi zat humic, folic dan humin. d. Rasio C/N sebesar 20-40, tergantung dari bahan baku dan derajat humifikasi. e. Memiliki kapasitas pemindahan kalich dan absorbsi terhadap air yang tinggi. f. Jika digunakan pada tanah, kompos akan memberikan efek menguntungkan bagi tanah dan pertumbuhan tanaman. g. Memiliki temperatur yang hampir sama dengan temperatur udara. h. i. Tidak mengandung asam lemak yang menguap. Tidak berbau

(Cara cepat membuat kompos. Ir. Nan Djanuarnani, MSc dkk, 2004)

9.

Parameter Desain : Ratio C/N Parbandingan karbon terhadap nitrogen merupakan parameter yang penting. Ratio C/N untuk composting tergantung jenis. Diketahui bahwa C/N tanah pertanian : 30 maka bahan organik yang akan digunakan sebagai pupuk sebaliknya mempunyai perbandingan C/N yang mendekati C/N tanah. C/N yang rendah akan menyebabkan hilangnya unsur N ke atmosfer sebagai gas NH3 pada temperatur tinggi. Jika angka C/N lebih tinggi dari angka optimum akan menyebabkan pertumbuhan mikroorganisme menjadi terhambat karena kekurangan unsur N, dengan demikian diperlukan waktu yang lebih lama untuk menghasilkan kompos.

Hubungan antara lama komposting dengan angka C/N sebagai berikut : C/N C/N C/N : : : 20 20-25 78 diperlukan waktu 12 hari diperlukan waktu 14 hari diperlukan waktu 21 hari

10

Perbandingan C/N dari berbagai bahan tumbuhan : No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Bahan Kayu (tegantung pada macam dan umurnya) Jerami padi Batang jagung Daun kering (tergantung pada macamnya) Kulit buah kapuk Bahan kapuk hijau yang tidak terlalu tua/besar Daun segar (tergantung macamnya) Kulit buah kopi Bahan-bahan pemangkas, C/N + 200 400 50-70 100 50-lebih 50 20 10-20 15-20 cabang-cabang 15-60

(tergantung pada macam dan umumnya) 10 11 12 13 14 15 Bahan-bahan pemangkasan dari teh Salvia Daun dadap yang muda Daun tephrosia yang muda Bungkil dari biji kapuk Bungkil dari biji kacang 15-17 17 11 11 10 7

Sumber : Membuat kompos. L Murbandono

11

Perbandingan C/N untuk beberapa jenis kotoran hewan : No 1 2 3 4 5 6 7 Jenis Kotoran Kerbau Kuda Sapi Ayam /angsa Babi Kambing/domba Manusia C/N 18 25 18 15 25 30 6-10

Sumber : Dikutip dari buku Teknologi Gas bio oleh Filino Harahap dkk. PTP-ITB:1980. 10. Perhitungan Kompos Formula :
W C C = T N N

Keterangan : W T C N : berat sampah : berat total sampah : Nilai Carbon : Nilai nitrogen

12

BAB III METODE PRAKTEK

A. Pembuatan Kompos 1. Alat dan Bahan a. Alat b. 2. karung Timbangan Termometer Soiltester Pisau Higrometer Tlenan

Bahan Daun pisang Gobis Daun jati Wortel Sawi Stater Tanah TPA

Cara Kerja a. Menghitung perbandingan bahan-bahan kompos dan starter (kotoran sapi) yang akan digunakan sehingga didapatkan angka C/N ratio totalnya mencapai 30/1 atau mendekati. Diketahui : 1) 2) 3) 4) 5) Gobis Sawi Daun jati Daun pisang Wortel : : : : : 3 1 kg kg C/N : C/N : C/N : C/N : C/N : 12/1 26/1 50/1 50/1 27/1

1,5 kg 2 kg

2,5 kg

13

6)

Stater Tanah TPA :

2,25 kg

C/N :

28/1

b. Perhitungan Starter [ [ [ ] ] ] [ [ [ ] ] ] [ [ ] ] [ [ ] ] [ [ ] ] [ ] [ ]

304,5 = 300 + 30 w - 28 w 304,5 - 300 = 2 w 4,5 = 2 w w= w = 2,25 Kg

c. Prosedur Kerja a. Menghitung berat bahan kompos dan starter yang akan digunakan untuk pembuatan kompos sehingga diperoleh

kompos dengan c/n totalnya mendekati c/n ratio tanah yaitu 30/1. b. Memotong/mengiris bahan yang akan dibuat kompos sampai lembut/kecil. c. Timbang sesuai dengan berat yang dihitung pada perhitungan c/n. d. Campur/aduk bahan-bahan yang akan dijadikan kompos beserta staternya. e. Masukkan dalam karung, letakkan di tempat yang teduh dan terhindar dari sinar matahari langsung atau hujan. f. Setiap melakukan pengukuran diaduk agar merata. g. Pengadukan dilakukan setiap minggu dan pengukuran dapat dilakukan setiap hari atau setiap minggu.

14

h. Bila terlalu kering dapat diberi dijemur.

em 4, bila terlalu lembab

i. Bila kompos sudah hancur menjadi tanah, jemur/keringkan lalu giling (bila perlu). B. REMOVEL 1. Kadar air sampel daun yang dikeringkan a. Alat 1) Wadah plastik 2) Timbangan b. Bahan 1) Kompos segar yang dikeringkan c. Cara kerja 1) Kompos yang baru dibuat, dipisahkan sebanyak 1 kg. 2) Masukkan kedalam wadah atau karung, kemudian dijemur hingga kering. 3) Kemudian timbang kembali berat daun yang sudah kering. 2. Fix karbon a. Alat 1) Timbangan 2) Plastik klip 3) Cawan porselen 4) Moffel b. Bahan 1) Kompos segar yang dikeringkan c. Cara kerja 1) Kompos yang sudah dikeringkan ditimbang sebanyak 1/100 kali berat kompos gram yaitu 250/ 100 = 0,25 gram.. 2) Ambil cawan porselen yang sebelumnya ditimbang terlebih dahulu, kemudian masukkan sampel kedalam cawan porselen.

15

3) Setelah itu dipanaskan kedalam moffle selam 15 menit pada suhu 115 oC 4) Jika suhu dan waktu sudah mencapai , maka cawan segera dikeluarkan dari oven lalu ditimbang. 5) Setelah itu, cawan + sampel tersebut dimovel lagi pada suhu 250 oC selama 20 menit. 6) Kemudian setelah suhu dan waktu telah tercapai, suhu dinaikkan hingga > 500 oC selama 20 menit. 7) Keesokan harinya, hasil dari pemanasan tersebut, dihitung berat sampel yang telah menjadi abu 8) Tentukan volatil solid, unsur carbon dan unsur

hidrogennya.

16

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil a) b) c) Waktu pembuatan kompos dimulai tanggal 04 maret 2011 Berat awal kompos 9,25 kg Semua warna bahan awal : gobis warna putih, daun pisang warna hijau, wortel warna orange, daun jati warna hijau, sawi warna hijau, tetapi lama kelamaan menjadi kering dan tidak berhasil menjadi kompos. B. Pembahasan 1. Berdasarkan kecepatan terdekomposisi, maka dari keempat bahan kompos yang digunkan dapat diurutkan sebagai berikut: a. Sawi Mudah membusuk karena memilki kadar air yang tinggi (empuk) b. Gobis Mudah membusuk karena memilki kadar air yang tinggi c. Daun pisang Karena memimilki daun yang cukup tebal d. Daun jati Daun mangga memiliki tekstur yang keras dan berserat, dau daunnya juga tebal 2. Selain perubahan secara fisik pada bahan-bahan kompos juga terjadi perubahan suhu, kelembaban dan PH selama proses pengomposan. Perubahan tersebut antara lain: a. Suhu Pada awal suhu kompos hampir sama dengan suhu lingkungan yaitu 300 C dikarenakan belum ada aktifitas mikroba pembusuk dan untuk pengukuran berikutnya diperoleh suhu rata-rata 260 C

17

b. Kelembaban Kelembaban pada awal pengomposan > 8, dan pada hari berikutnya kelembaban rata-rata masih > 8 c. PH Pada awal pengomposan Ph sebesar 6,2 pada pengukuran berikutnya Ph rata-rata masih 6,2

18

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan 1. Kompos a. Dalam pembuatan kompos, bahan yang digunakan terdiri dari : 1) 2) 3) 4) 5) 6) Gobis Sawi Daun jati Daun pisang Wortel : : : : : C/N : C/N : C/N : C/N : C/N : C/N : 12/1 26/1 50/1 50/1 27/1 28/1

Stater Tanah TPA :

Semua bahan tersebut diatas mempunyai C/N 29,1 yang hampir mendekati tanah yaitu C/N ratio 30. b. Dari hasil pengamatan pH kompos rata-rata 6,2 dan merupakan pH yang mendekati netral untuk kompos, kelembaban kompos rata-rata > 8 termasuk dalam kandungan air yang kurang baik karena bahan kompos kering sehingga tidak dapat terdegradasi. Sedangkan suhu kompos rata-rata 300 C berarti masih kurang karena untuk mencapai optimal suhunya harus diantara 45550C agar proses biologik terjadi secara bermakna. B. Saran 1. Dalam pembuatan kompos sebaiknya untuk pemotongan bahanbahannya lebih kecil lagi atau dengan menggunakan mesin pencacah sampah sehingga dalam proses degradasi dan dekomposisi menjadi kompos lebih cepat. 2.. Untuk mengurangi jumlah timbulan sampah organik sebaiknya dilakukan pengelolaan sampah dengan metode composting.

19

You might also like