You are on page 1of 6

BAB I PENDAHULUAN

1. 1 Latar Belakang Salah satu model promosi kesehatan menggunakan teori Green. Green pada tahun 1980 telah mengembangkan suatu model pendekatan yang dapat digunakan untuk membuat perencanaan dan evaluasi kesehatan yang dikenal sebagai kerangka PRECEDE. PRECEDE (Predisposing, Reinforcing and Enabling Causes in Educational Diagnosis and Evaluation) memberikan serial langkah yang menolong perencana untuk mengenal masalah mulai dari kebutuhan pendidikan sampai pengembangan program untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Namun demikian pada tahun 1991 Green menyempurnakan kerangka tersebut menjadi PRECEDE-PROCEED (Policy, Regulatory, Organizational Construct in Educational and Environmental Development). PRECEDE-PROCEED harus dilakukan secara bersama-sama dalam proses perencanaan, implementasi dan evaluasi. PRECEDE digunakan pada fase diagnosis masalah, penetapan prioritas masalah dan tujuan program, sedangkan PROCEED digunakan untuk menetapkan sasaran dan kriteria kebijakan, serta implementasi dan evaluasi.

1.2 Rumusan masalah 1. Apa yang dimaksud dengan Diagnosis Perilaku dan lingkungan? 2. Apa tujuan Diagnosis Perilaku dan lingkungan? 3. Bagaimana tahapan Diagnosis Perilaku dan lingkungan?

1.3. Tujuan 1. Mengetahui pengertian dari Diagnosis Perilaku dan lingkungan. 2. Mengetahui tujuan Diagnosis Perilaku dan lingkungan. 3. Mengetahui tahapan dari Diagnosis Perilaku dan lingkungan.

BAB II PEMBAHASAN
Pada fase ini selain diidentifikasi masalah perilaku yang mempengaruhi masalah kesehatan juga sekaligus diidentifikasi masalah lingkungan (fisik dan sosial) yang mempengaruhi perilaku dan status kesehatan ataupun kualitas hidup seseorang atau masyarakat. Di sini seorang perencana harus dapat membedakan antara masalah perilaku yang dapat dikontrol secara individual maupun yang harus dikontrol melalui institusi. Misalnya pada kasus malnutrisi yang disebabkan karena ketidakmampuan untuk membeli bahan makanan maka intervensi pendidikan tidak akan bermanfaat, jadi health promotor perlu melakukan pendekatan perubahan sosial (behavioral change) untuk mengatasi masalah-masalah lingkungan. Untuk mengidentifikasi masalah perilaku yang

mempengaruhi status kesehatan seseorang, digunakan indikator perilaku seperti : pemanfaatan pelayanan kesehatan (utilization), upaya pencegahan (preventive action), pola konsumsi makanan (consumption pattern), kepatuhan (compliance), upaya pemeliharaan kesehatan sendiri (self care). Dimensi perilaku yang digunakan adalah : earliness, quality, persistence, frequency dan range. Indikator lingkungan yang digunakan meliputi : keadaan sosial, ekonomi, fisik dan pelayanan kesehatan, dengan dimensinya yang terdiri dari : keterjangkauan,kemampuan dan pemerataan. Langkah-langkah : 1. Pemisahan prilaku dan non prilaku yang menyebabkan masalah kesehatan. Contoh kasus DBD Faktor Perilaku : kebiasan menguras bak mandi, menyimpan barangbarang bekas yang kotor, tidak menutup tempat penampungan aor, mengatur baju setelah dipakai. Faktor non-perilaku : Faktor-faktor personal dan lingkungan yang berkontribusi terhadap permasalahan kesehatan tetapi tidak dikendalikan oleh perilaku populasi sasaran. Seperti tingkat imunitas, genetik, demografi, umur, dan faktor lingkungan lain.

2. Pengembangan perangkat perilaku a) Perilaku yang berhubungan dengan promosi, pencegahan dan :

pengentrolan Contoh kasus DBD Membiasakan menguras bak mandi seminggu sekali

Menimbun barang-barang bekas Menutup tempat penampungan air Kebiasaam menggantung baju setelah dipakai

b) Indentifikasi dan mendaftar secara sistematis prosedur tindakan atau pengobatan untuk mengatasi masalah dan mencapai tujuan kesehatan. Misalnya : Mengajukan PSN DBD c) Mengidentifikasi faktor non-prilaku yang tidak dapat diubah. Seperti faktor genetik dan demografi.

3. Mengurutkan faktor perilaku dan lingkungan berdasarkan besarnya masalah kesehatan Membuat peringkat perilaku berdasarkan kepentingannya: Perilaku dikatakan penting jika : Data yang ada secara jelas berhubungan dengan masalah kesehatan Perilaku itu sering terjadi

Perilaku dikatakan kurang atau tidak penting jika: Tidak berhubungan langsung dengan masalah kesehatan Perilaku tersebut jarang muncul

a) Secara jelas berhubungan dengan masalah kesehatan yang diintervensi Seringkali masyarakat kurang peduli dengan kebersihan tempat penampungan air terutama tandon air dan bak mandi Masyarakat membiarkan barang-barang yang berserakan Tidak menuntup tempat penampungan air Kebiasaan menggantung baju setelah dipakai

b) Frekuensi pengumulannya sering, misalnya jarang menguras bak mandi

4. Membuat peringkat behaviour berdasarkan kemampuan berubahnya Perilaku mudah diubah, jika : Masih dalam tahap dini atau baru muncul Tidak terkait kuat dengan gaya hidup atau budaya Berhasil diubah oleh program lain

Perilaku sulit diubah, jika : Sudah lama terjadi Terkait kuat dengan gaya hidup atau budaya Tidak dapat diubah oleh program lain

Contohnya dalam kasus DBD : a) Menutup penampungan bak mandi b) Menguras bak mandi c) Membiarkan barang-barang yang berserakan d) Kebiasaan menggantung baju setelah di pakai

5. Pemilihan target-target perilaku

Contoh dalam kasus DBD: More Important More Changeble Less Important

Menuntup penampungan Kebiasaan menggantung air baju setelah dipakai Menimbun barang bekas barang-

Less Changable

Menguras bak mandi

6. Objek perilaku Tujuan perilaku yang baik menyatakan : Siapa orang yang diharapkan berubah Apa tindakan atau perubahan dalam perilaku atau tindakan kesehatan yang ingin dicapai Berapa besar tingkatan kondisi yang akan dicapai Kapan waktu di mana perubahan diharapkan terjadi

Contohnya dalam kasus DBD : Who = siapa yang melakukan (masyarakat dan provider) What = apa yang diharapkan untuk dicapai (perubahan perilaku) When = kapan dilakukan (saat kualitas hidup masyarakat sasaran rendah dan terdapat suatu maslah kesehatan yang harus segera diselesaikan

7. Indikator a) Utilisasi penggunaan pelayanan kesehatan. b) Upaya upaya pencegahan.

Enviromental Diagnosis LAngkah-langkah diagnosis lingkungan : 1. Memisahkan faktor perilaku dan non perilaku penyebab maslah kesehatan Faktor perilaku = kebisaan menguras bak mandi, menyimpan barangbarang bekas yang kotor, tidak menutuptempat penampungan air, menggantung baju yang setelah dipakai. Faktor non-perilaku : tingkat imunitas, genetik, demografi, umur, dan faktor lingkungan lain (seperti banjir, sanitasi pemukiman yang bruk, pelayanan kesehatan yang kurang baik, sanitasi tempat penampungan air yang buruk). 2. Mengeliminasi faktor lingkungan yang tidak dapat dirubah (genetik dan demografis). Eliminasi = gender, umur.

3. Mengurutkan faktor lingkungan berdasarkan besarnya pengaruh berdasarkan maslah kesehatan. a) Sanitasi tempat penampungan air yang buruk. b) Banjir akibat musim penghujan c) Sanitasi pemukiman yang buruk d) Pelayanan kesehatan yang kurang memadai

4. Mengurutkan faktor lingkungan berdasarkan kemungkinan untuk di ubah a) Sanitasi tempat penampungan air yang buruk. b) Banjir akibat musim penghujan c) Sanitasi pemukiman yang buruk d) Pelayanan kesehatan yang kurang memadai

5. Tetepkan lingkungan yang menjadi sasaran program Dari hasil analisis dapat diketahui bahwa faktor lingkungan yang mempunyai pengaruh besar dan dapat dirubah adalah sanitasi tempat penampungan air yang buruk.

6. Tetapkan tujuan perubahan lingkungan yang ingin dicapai. Dapat menciptakan tempat penampungan air yang saniter sehingga memeperkecil atau memberantas pengembang biakan vektor penyakit

7. Indikator Keadaan sosial : masyarakat sekitar mempunyai hubungan kekerabatan yang baik Ekonomi : sebagian besar masyarakat memiliki tingkat ekonomi yang rendah Fisik : keadaan fisik masyarakat sekitar terutama bayi dan balita cukup lemah Pelayanan kesehatan : adanya puskesmas yang programnya belum optimal.

You might also like