You are on page 1of 10

A.

Bagaimana konsep "nilai keadilan" menurut pendapat filsuf Eropa Kontinental dan Anglo Saxon.

Sebelumnya saya akan menjabarkan mengenai eropa kontinental yaitu : Sistem hukum Eropa Kontinental adalah suatu sistem hukum dengan ciriciri adanya berbagai ketentuan-ketentuan hukum dikodifikasi (dihimpun) secara sistematis yang akan ditafsirkan lebih lanjut oleh hakim dalam penerapannya. Hampir 60% dari populasi dunia tinggal di negara yang menganut sistem hukum ini. Sesuai dengan buku yang saya baca, nilai keadilan menurut eropa kontinental berpatokan pada apa yang sudah tertulis, yaitu hukum positif, dimana hukum positif di Indonesia salah satunya adalah KUHP, bisa dinilai adil apabila sudah sesuai dengan yang sudah diatur dalam aturan yang tertulis, akan tetapi tidak melupakan aturan adat yang hidup dan berkembang dalam masyarakat Menurut Sue Titus Reid maka nilai keadilan sebagai jastifikasi modern untuk pemidanaan. Model ini disebut pendekatan keadilan atau model Just desert (ganjalan setimpal) yang didasarkan atas dua teori (tujuan) pemidanaan, yaitu pencegahan (prevention) dan retribusi (retribution). Dasar retribusi menganggap bahwa pelanggar akan dinilai dengan sanksi yang patut diterima oleh mereka mengingat kejahatan-kejahatan yang telah dilakukannya. Juga dianggap bahwa sanksi yang tepat akan mencegah pra kriminal itu melakukan tindakan-tindakan kejahatan lagi dan juga mencegah orang-orang lain melakukan kejahatan.

Sistem Anglo-Saxon adalah suatu sistem hukum yang didasarkan pada yurisprudensi, yaitu keputusan-keputusan hakim terdahulu yang kemudian menjadi dasar putusan hakim-hakim selanjutnya Nilai keadilan dalam anglo saxon tidak selalu berpatokan pada aturan tertulis, nilai keadilan disini lebih ditekankan pada hukum kebiasaan sehingga melahirkan putusan yang dianggap sesuai dengan apa yang diharapkan oleh masyarakat, putusan yang diterima dan dianggap adil

dijadikan yurisprudensi dan kemudian putusan-putusan hakim terdahulu itulah yang menjadi dasar hukum selanjutnya. B. Berikan analisis anda tentang kasus GAYUS dilihat dari perspeltif filsafat hukum. Sesuai dengan apa yang saya ikuti dan saya pahami dalam kasus gayus : kasus terdakwa mafia pajak Gayus Tambunan lebih baik diserahkan kepada Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) karena kredibilitas kepolisian dipertanyakan publik, Dengan terungkapnya Gayus plesiran ke Bali menyebabkan kredibilitas Polri tercoreng di mata publik, dan malahan barubaru ini terdkwa gayus diduga jalan-jalan ke beberapa negara yang isunya adalah untuk mengamankan harta kekayaannya dan hal tersebut jelas mencoreng citra Kapolri yang belum lama menjabat. Gayus ditahan di Rutan Mako Brimob. Namun meski ditahan, Gayus ternyata bisa keluar masuk bahkan bepergian ke berbagai tempat dengan menyuap petugas jaga Jadi pada intinya menurut saya kapolri telah bisa dikatakan telah gagal sebagaimana fungsi dan tugasnya, dan harus segera dilimpahkan ke KPK siapa tau dengan begitu mungkin kasus ini bisa berjalan seperti diharapkan publik. C. Lakukan analisis anda tentang kinerja para penegak hukum saat ini dilihat dari perspektif filsafat hukum. Dikaji dari perspektif Sistem Peradilan Pidana (Criminal Justice System). Terminologi institusi tersebut dikenal sebagai Panca Wangsa penegak hukum, yaitu Lembaga Kepolisian, Kejaksaan, Pengadilan, Lembaga Pemasyarakatan dan Advokat. Sistem Peradilan Pidana tersebut yang berpuncak adanya putusan atau vonnis hakim hakekatnya dikaji dari perspektif teoritik dan praktik peradilan acapkali menimbulkan disparitas dalam hal pemidanaan (sentencing of disparity) dan juga berkorelasi dengan kebijakan pidana dimana kebijakan formulatif merupakan kebijakan strategis dan menentukan bagi kebijakan aplikatif.

Saya akan mulai dari kepolisian, keberadaan intansi Polri yang mana sebagai jawatan negara yang bertanggung jawab sebagai penegak hukum, pelindung, pengayom dan pelayan masyarakat seharusnya berbuat seperti yang telah ditentukan oleh ketentuan hukum dan tata cara menangani pidana seperti yang telah dituangkan dalam KUHAP maupun aturan khusus lainnya (Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1997 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia). Dari data yang dirangkum oleh Divis Prosedur Pengamanan (Div Propam) Mabes Polri bahwa selama kurun waktu Juli 2005 hingga Juni 2006 angka kekerasan dan pelanggaran anggota Polri cukup tinggi. Seperti halnya kasus penembakan anggota polisi yang dilakukan diluar kewenangan dan tidak sesuai dengan prosedur sehingga mengakibatkan korban baik yang meninggal dunia maupun yang luka-luka sebanyak 30 kasus. Penangkapan dan penahanan sewenang-wenang sebanyak 14 kasus, penganiayaan sebanyak 26 kasus, 10 kasus penganiayaan, 3 kasus pembunuhan, 5 kasus penyerangan anggota polisi kepada masyarakat, bentrokan dengan warga kampong 5 kasus, bentrokan TNI-Polri 5 kasus dan lain-lain sebanyak 24 kasus. Akan tetapi apabila dikaitkan dengan pemeriksaan tersangka tindak pidana, sekarang polisi biasanya sudah mulai bisa bermain-main dengan uang, seperti halnya kasus pencurian di madura yang masih dilakukan oleh anak yang masih berusia 17 tahun, fakta yang terungkap, polisi tersbut meminta sejumlah uang, dan apbila tidak diberikan uang maka kasus akan segera dilimpahkan ke kejalsaan. Dari kasus yang terjadi demikian sudah jelas kalau polisi sekarang sudah ada kongkalikong, dimana halnya kejahatan polisi punya wewenang dalam hal pemeriksaan.

Kejaksaan, kalau kita bicara mengenai kejaksaan, maka kita bicara mengenai surat dakwaan dan surat tuntutan,dimana yang berisi mengenai kronologis dan tuntutan pasal yang akan dijerat pada terdakwa, saya telah meneliti beberapa kasus yang salah satunya adalah kasus korupsi, nakan tetapi saya tidak akan menybutkan kasusnya karena dianggap privasi. Ada

beberapa pelanggaran yang dilakukan jaksa, pada kronologis yang ada di surat dakwaan ada yang dianggap tidak sesuai dengan fakta sehingga dakwaannya obscurlable, akan tetapi disini penasehat hukum tidak eksepsi karena dianggap menguntungkan terdakwanya, dan ketika pada agenda pembuktian yaitu pemeriksaan saksi-saksi JPU pertanyaan JPU sebagian besar mengarah pada meringankan terdakwa, sehingga pada akhir putusan terdakwa dinyatakn bebas. Darisini kita bisa menarik kesimpulan kalau kejaksaan juga sangat mempengaruhi nilai keadilan

Pengadila juga menurut saya berpengaruh terutama dalam hal pembuktian surat-surat, biasanya surat-surat yang dianggap copy dari copy, tidak memiliki kekuatan hukum, saya juga sempat meneliti mengenai hal ini, ada salah satu kasus perdata ketika si tergugat tidak memiliki surat-surat yang asli penasehat hukumnyapun meminta legalisasi ke pengadilan agar memiliki kekuatan hukum, dan pengadilan menyetujuinya asal bayar, dari sini kita bisa menarik kesimpulan, apabila orang yang tidak punya uang akan berperkara di pengadilan tentunya tidak akan ada jaminan keadilan, karena keadilan disini sudah dipermainkan

Lembaga pemasyarakatan : seperti yang kita saksikan selama ini, dimana kasus ini masih hangat di media yaitu pada kasus gayus, dimana gayus bisa keluar masuk LP, dari sini kita bisa tarik kesimpulan kalau di LP sekarang bisa melakukan apa saja dengan uang

Advokat, apabila dikaitkan dengan tugas advokat dan karekteristik advokat dimana tugasnya adalah membela klien, jadi apapun dilakukan asal klien puas dengan pelyanannya. Seperti halnya di pengadilan, dapat kita lihat bahwa advokat yang sedang berperkara dengan mudah keluar masuk ruangan hakim, padahal sesuai prosedur hal tersebut tidak diperbolehkan.

D.

Pada dasarnya saya menyetujui social engineering dengan istilah rekayasa sosial. Penggunaan atau pemfungsian hukum sebagai alat rekayasa sosial hanya dimungkinkan dalam wujud sistem hukum modern yang lebih banyak

menggunakan aturan hukum tertulis alias peraturan, yang lebih banyak mengandalkan derajat kepastian pada sifat tertulisnya peraturan tersebut. Namun lebih dari itu, diharapkan posisi dan fungsi hukum memang sesuai dengan apa yang diharapkan oleh jargon tersebut. Memang banyak instrumentinstrument sosial yang bisa digunakan untuk mengontrol kehidupan bermasyarakat pada sebuah negara. Namun instrument-instrument tersebut tidak bisa secara efektif bekerja apabilan unsur mengatur dan bersanksi tidak ada pada bagian instrument control sosial tersebut. Karena pada hakekatnya, sebuah pengaturan itu melibatkan banyak kepentingan, banyak subjek dan yang lebih dari itu adalah banyak emosi yang terlibat dalam kehidupan bermasyarakat. Sehingga adanya sesuatu hal yang mengatur bersanksi itu menjadi element penting yang bisa mengakomodir banyak kepentingan tersebut. Kendali lebih akan berkerja dengan dua unsur penting itu. Dan hanya hukum yang mempunyai dua unsur penting tersebut. Sehingga apabila bekerjanya hukum efektif maka the control of social juga akan tercapai. E. Kesimpulan dari tugas makalah yang saya buat adalah Bahwa penegak hukum adalah sebuah alat yang di abdikan oleh pemerintah . Negara ini untuk menjalankan apa yang telah menjadi peraturan. Dedikasi, profesionalisme, dan disiplin, serta hati nurani yang tinggi, mendahulukan keadilan yang hakiki dalam setiap kinerjanya menjadi element-element penting yang tidak bisa dihilangkan salah satu, Semuanya harus ada pada setiap penegak hukum yang mendapatkan amanah itu.akan tetapi fakta menybutkan lain dengan alasan kepastian bukan keadilan
F.

Konsep Hukum sebagai ilmu Ilmu hukum adalah ilmu tentang hukum. Objeknya adalah hukum. Dengan demikian konsep ilmu melekat pada ilmu hukum. Jika ilmu dalam ilmu hukum dilihat sebagai konsep ilmu dalam ilmu ilmu alam, maka ilmu hukum sama seperti ilmu-ilmu lainnya.

G.

Penelitian hukum saat ini baik untuk keperluan praktik hukum maupun akademis tidak lain daripada metode penelitian penelitian sosio-legal, sedangkan penelitian sosio-legal bukanlah penelitian hukum. Dalam penelitian

hukum, metode yang digunakan berbeda dengan metode dalam penelitian sosial meskipun hukum sebagai objek penelitiaannya. Ilmu hukum memandang hukum dari dua aspek, yaitu sebagai sistem nilai dan sebagai aturan sosial. Sebagai titik anjak untuk mempelajari hukum adalah memahami kondisi intrinsik aturan hukum, inilah yang membedakan ilmu hukum dengan disiplin lain yang mempunyai kajian hukum, disiplin lain tersebut memandang hukum dari luar. Studi sosial tentang hukum menempatkan hukum sebagai gejala sosial, sebaliknya studi-studi yang bersifat evaluatif menghubungkan hukum dengan etika dan moralitas. Ilmu hukum mempunyai karakteristik sebagai ilmu yang bersifat preskiptif dan terapan. Sebagai ilmu yang bersifat preskiptif, ilmu hukum mempelajari tujuan hukum, nilai-nilai keadilan, validitas aturan hukum, konsep hukum dan norma hukum. Sebagai ilmu terapan, ilmu hukum menetapkan standar, prosedur, ketentuan, rambu-rambu dalam melaksanakan aturan hukum. Sifat preskiptif ini yang membedakan ilmu hukum dengan disiplin lain yaitu sisi instrinsik dari hukum. Sebagai ilmu terapan, merupakan konsekuensi dari sifat preskiptifnya. Penerapan yang salah akan berpengaruh terhadap sesuatu yang bersifat substansial atau penerapan itu tidak ada artinya. Sehingga dalam ilmu hukum menelaah kemungkinan-kemungkinan dalam menetapkan standar prosedur atau acara sebagai terapan, hasilnya berupa preskipsi tetapi untuk diterapkan. Isu hukum mempunyai posisi yang sentral di dalam penelitian hukum, karena isu hukum itulah yang harus dipecahkan dalam di dalam penelitian hukum. Dalam ilmu hukum terdapat tiga lapisan, yaitu dogmatik hukum, teori hukum, dan filsafat hukum. G. Jika anda seorang lebislator yang mendapat tugas untuk merancang peraturan, bagaimana usaha anda agar peraturan tersebut benar-benar mempunyai roh "keadilan"?

Saya akan benar-benar melakukan study banding ke negara-negara maju untuk meniru sebagian aturan yang memiliki keistimewaan dalam aturannya, seperti halnya aturan mengenai irigasi maka kita bisa menyontoh di belanda, bukan malah seperti halnya DPR kemaren yang melakukan study banding ke amerika serikat dalam halnya meniru aturan mengenai pedagang kaki lima, padahal disana sudah jelas sekali kalau tidak ada pedagang kaki lima, lantsa pertanyaan besarnya , nagapin mereka kesana?. Akan tetapi saya juga akan memperhaikan beberapa hukum adat dan hukum kebiasaan yang hidup dan berkembang di masyarakat, seperti halnya yang di katakan bismar siregar Bila saya diperhadapkan pada suatu pilihan, apakah kepastian hukum atau keadilan, maka saya akan memilih keadilan ditegaskan pula Keadilan ada di atas hukum Ketiga ungkapan yang dikemukakan oleh praktisi dan pakar hukum tersebut menunjukkan bahwa, melihat hukum hanya dengan meneropong aspek legalitasnya (undang-undang) adalah tragedi, karena demikian, upaya tersebut telah mencerabut hukum dari aspek dasarnya, yaitu kenyataankenyataan faktual di masyarakat

H.

Konsep hukum sebagai filsafat Filsafat hukum adalah filsafat tentang hukum. Hal ini berarti objek dari filsafat hukum ialah hukum sebagai filsafat, filsafat hukum tunduk pada sifat-sifat, cara-cara dan tujuan-tujuan dari filsafat pada umumnya. Dengan demikian hukum sebagai filsafat berarti mengkaji hukum secara khusus berdasarkan pemikiran filsuf yang ada.

I. J. K.

Tuliskan apa yang menjadi kesimpulan pada tugas makalah yang saudara buat? Apa sebenarnya yang menjadi HAHEKAT dari hukum. Tolong analisis anda dihubungkan dengan soal nilai dan norma. berdakan konsep "hukum sebagai ilmu" dan "hukum sebagai filsafat.

1.Judul Pengerang Penerbit Tahun Pengarang 3.Judul Penulis Penerbit Cetak 1999 : Buku :

Buku : : Penerbitan : : Gramedia

Filsafat Zainuddin Sinar 2006 Dominikus

Hukum AliPenerbit Grafika

2.Judul Buku : Filsafat Hukum Mencari, Menemukan, dan Memahami Hukum Rato Filsafat Utama (GPU) Hukum SH., Penerbit : Laksbang Pressindo, Tahun 2010 Halaman 320 Ukuran 16 x 23 cm Pokok-Pokok Dardji Pustaka Darmodihardjo,

Daftar pustaka - D.H.M. Meuwissen, Teori Hukum, dalam Pro Justitia, Tahun XII, Nomor: 2, April, 1994 - Lilik Mulyadi, Hukum Acara Pidana (Tinjauan Khusus Terhadap Surat Dakwaan, Eksepsi dan Putusan Peradilan), PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, Cetakan II, 2002
4. Mardjono Reksodipoetro, Hak Asasi Manusia Dalam Sistem Peradilan

Pidana: Kumpulan Karangan Buku Ketiga,Jakarta: Pusat Pelayanan Keadilan dan Pengabdian Hukum Universitas Indonesia, 1994
5. Pound, Roscoe, 1989, Pengantar Filsafat Hukum, Brahtara, Jakarta.

You might also like