You are on page 1of 9

POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL BUDIDAYA RUMPUT LAUT DI KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA THE FINANCING PATTERN FOR

MICRO BUSINESSES OF SEAWEED FARMING IN PENAJAM PASER UTARA REGENCY Muhamad Syafril, Elly Purnamasari, Gusti Haqiqiansyah dan Juliani
Jurusan Sosial Ekonomi Perikanan, FPIK Universitas Mulawarman

ABSTRACT The purpose of this research was to identify the pattern of financing for micro business of seaweed farming by coastal society in Penajam Paser Utara Regency. Research activities conducted during the months of June to November 2009 in sub-district of Sungai Parit and NipahNipah of Penajam Paser Utara (PPU) regency. The results showed that: (1) PPU regency has the potency of land resources (coastal and marine waters) covering 4,185 ha and human resources for the development of seaweed farming. (2) The actual condition of seaweed farming is subsistence as real wide 0.25 ha per farmer (18 points, transects of 50 m), total production of dried seaweed per cycle (45 days) 576 kg and income for Rp.1.197.000 per cycle. (3) Based on the calculation of profit / loss, the economic scale seaweed farming is at a minimum land area of 0.5 ha per farmer, so the annual profit after tax for 5 years is Rp.19.583.228 per year per farmer. Micro business of seaweed farming has two actual financing pattern a) financing from middlemen to farmers, b) financing of branches of Bankaltim Penajam to farmers. The development of seaweed farming can be done of forms of partnership: (a) group of farmers + the cooperative - banks, and Credit Insurance Corporation, (b) group of farmers-cooperative-investors-banks, with credit guaranteed from the investors and the long-term purchase contract in writing from the investor. Key words : financing pattern, micro busines, seawed farming PENDAHULUAN Usaha budidaya rumput laut di wilayah pesisir Kabupaten PPU cukup berkembang. Beberapa faktor yang memotivasi animo masyarakat pesisir untuk menggiatkan usaha ini adalah sebagai berikut : 1. Modal investasi dan modal operasionalpemeliharaan yang dibutuhkan relatif kecil,. 2. Masa proses produksi rumput laut hingga pemasaran relatif singkat (sekitar 45 hari),. 3. Potensi bibit cukup tersedia karena dapat diproduksi sendiri. 4. Jumlah produksi yang diperoleh cenderung meningkat atau minimal konstan pada level di atas titik impas usaha. 5. Pemasaran relatif mudah dengan saluran cukup pendek 6. Adanya dukungan pemerintah daerah, pusat, swasta serta lembaga perbankan untuk mengembangkan usaha dalam bentuk penguatan modal maupun akses adopsi-inovasi teknologi. . Adapun multiplier effect ekonomi dari usaha budidaya rumput laut antara lain : 1. Meningkatkan dan mempertahankan kelestarian sumberdaya hayati laut. 2. Menciptakan lapangan kerja baru bersifat padat karya dengan teknologi sederhana. 3. Merupakan upaya peningkatan pendapatan pembudidaya dan mencukupkan kebutuhan masyarakat akan gizi dari protein nabati. 4. Meningkatkan devisa bagi negara melalui perdagangan internasional. Usaha budidaya rumput laut skala kecil yang umumnya dikelola masyarakat pesisir perlu terus dikembangkan ke arah usaha komersil dan bernilai ekonomis tinggi, sehingga mampu meningkatkan perekonomian masyarakat dan regional (daerah). Upaya pengembangan usaha budidaya rumput laut secara massal dapat dilakukan melalui

kemitraan dengan dukungan pembiayaan dari berbagai lembaga perbankan dan non perbankan, dengan model yang telah ditetapkan berdasarkan suatu kajian ilmiah. Penelitian ini bertujuan melakukan identifikasi tentang pola pembiayaan terhadap usaha kecil budidaya rumput laut yang dilakukan oleh masyarakat di wilayah pesisir Kabupaten PPU. METODE PENELITIAN Kegiatan penelitian dilakukan selama 8 bulan (April-November 2009) bertempat di kelurahan Sungai Parit dan Kelurahan Nipahnipah Kabupaten Penajam Paser Utara Provinsi Kalimantan Timur. Subyek penelitian terdiri dari : pelaku usaha mikro atau usaha kecil yaitu nelayan/pembudidaya rumput laut yang masih eksis, serta pelaku usaha menengah/besar yaitu pedagang perantara yang melakukan aktivitas pembelian produksi rumput laut yang dihasilkan oleh pembudidaya. Objek penelitian lainnya sebagai pendukung kegiatan usaha budidaya rumput laut dan alternatif pemberi fasilitas permodalan adalah lembaga perbankan,

lembaga non pemerintah.

perbankan

dan

instansi

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Wilayah Penelitian Kabupaten PPU merupakan daerah pemekaran dari Kabupaten Paser, sesuai dengan UU No. 7 tahun 2002 tentang pembentukan Kabupaten Panajam Paser Utara. Secara georafis terletak antara 00o4829 - 01o3637 Lintang Selatan dan 115o1930 - 116o5635 Bujur Timur. Secara adminitratif memiliki batas-batas wilayah sebagai berikut : Sebelah Utara dengan Kabupaten Kutai Kartanegara. Sebelah Selatan dengan Kabupaten Paser dan Selat Makasar. Sebelah Barat dengan Kabupaten Paser dan Kutai Barat Sebelah Timur dengan Kota Balikpapan dan Selat Makassar

Gambar 2. Peta Wilayah Administrasi Kabupaten Penajam Paser Utara Wilayah perairan pesisir dan laut Kabupaten PPU merupakan satu di antara sasaran pembentukan sentra produksi rumput laut di Provinsi Kalimantan Timur. Hal ini didukung oleh lahan budidaya yang tersedia di wilayah ini relatif luas, yang terbentang dari Perairan Pesisir Teluk Balikapan hingga Babulu Laut, dengan panjang garis pantai 83,7 km, sehingga diperkirakan luas lahan potensial untuk marikultur rumput laut mencapai 4.185 ha. Beberapa persyaratan kondisi lingkungan fisik, kimia dan biologi untuk budidaya rumput laut sebagai berikut : 1. Lokasi budidaya harus terlindung dari hempasan langsung ombak yang kuat,

2. Lokasi budidaya harus mempunyai gerakan air yang cukup. 3. Kecepatan arus yang cukup 20 40 cm/detik. 4. Dasar perairan budidaya adalah dasar perairan karang berpasir. 5. Pada surut terendah lahan budidaya masih terendam air minimal 30 cm. 6. Kejernihan air tidak kurang dari 5 m dengan jarak pandang secara horisontal. 7. Suhu air berkisar 27 30o C dengan fluktuasi harian maksimal 4 derajat celcius 8. Salinitas berkisar antara 30 35 (optimum sekitar 33 ). 9. pH air antara 7 9 dengan kisaran optimum 7,3 8,2 10. Lokasi dan lahan jauh dari pengaruh sungai dan bebas dari pencemaran. 11. Sebaiknya dipilih perairan yang secara alami ditumbuhi berbagai jenis makro algae lain seperti Ulva, Caulerpa, Padina, Hypnea dan lain-lain sebagai bioindikator. Wilayah Kabupaten PPU yang merupakan kawasan potensial untuk usaha budidaya rumput laut di antaranya (Dinas Pertanian, Perikanan dan Kelautan Kabupaten PPU, 2009): Perairan pantai Desa Nenang seluas 20 30 ha. Metode yang cocok digunakan adalah Metode Jalur. Musim penanaman tidak sepanjang tahun.. Perairan pantai Nipah-nipah 25 40 ha. Musim penanaman tidak sepanjang tahun.. Perairan pantai Desa Sungai Parit seluas 20 - 35 ha, Metode yang cocok adalah metode jalur. Terdapat areal pembibitan rumput laut. Perairan sekitar hulu Teluk Balikpapan mulai dari Pantai Lango hingga Desa Mentawir. Tingkat keterlindungannya cukup tinggi dari pengaruh gelombang besar Profil Ekonomi Usaha Budidaya Rumput Laut Usaha budidaya rumput laut yang telah dikelola oleh masyarakat lokal umumnya masih ditunjang dengan pembukuan yang cukup sederhana, namun terdapat juga pembudidaya yang belum memiliki pembukuan usaha. Para pembudidaya ini hanya mengandalkan nota pembelian bahan dan kuitansi pembayaran hasil penjualan produksi dari pedagang pengumpul sebagai alat kontrol

dalam pengelolaan usaha. Adapun deskripsi ekonomi dari kondisi aktual usaha budidaya rumput laut adalah sebagai berikut : Biaya Investasi Luas tanam rumput laut sekitar 0,09 Ha dengan metode long line (setiap unit konstruksi terdiri dari 18 jalur dengan panjang 50 m, jarak setiap jalur 2,5 meter dan jarak antara bibit dalam setiap jalur 25 cm), membutuhkan peralatan investasi yang meliputi konstruksi budidaya (tali nilon ukuran diameter 10 mm dan 6 mm, tonggak ulin 10 batang, pelampung dari botol minuman plastik), perahu, mesin ces, dan terpal. Jumlah kebutuhan biaya investasi sebesar Rp. 4.775.000,- per pembudidaya atau Rp. 238.750.000,- per kelompok (50 orang pembudidaya). Biaya Operasional Biaya operasional usaha budidaya rumput laut di wilayah ini meliputi : bensin, konsumsi, tali rapia, karung, bibit, dan tenaga kerja untuk pemasangan bibit pada jalur yang dilakukan oleh kaum perempuan. Jumlah biaya operasional per siklus produksi Rp. 3.441.000 per pembudidaya. Dalam satu tahun terdapat 6 kali siklus produksi, sehingga jumlah biaya operasional pertahun dalam satu kelompok pembudidaya Rp. 1.023.300.000 atau ratarata per pembudidaya Rp. 20.466.000. Produksi, Penerimaan dan Keuntungan Usaha Jumlah produksi rumput laut pada kondisi aktual per pembudidaya setiap siklus produksi sebesar 576 kg berat kering. Dalam 1 tahun terdapat 6 siklus produksi, sehingga jumlah produksi per tahun yang mampu dicapai sebesar 6.336 kg pada tahun ke 1 dan 6.912 kg masing-masing pada tahun ke 2 sampai ke 5. Hasil usaha dirasakan belum cukup membantu masyarakat dalam meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan keluarganya. Relatif kecilnya kapasitas produksi riil (18 jalur) sangat berpengaruh terhadap pendapatan dan keuntungan yang diperoleh per siklus maupun per tahun.

Peluang Pasar Bagi Produksi Rumput Laut Lahan budidaya yang tersedia di wilayah ini relatif luas, terbentang dari Perairan Pesisir Teluk Balikapan (Desa Mentawir) hingga Babulu Laut, dengan panjang garis pantai 83,7 km, sehingga diperkirakan luas lahan potensial untuk marikultur rumput laut mencapai 4.185 ha (dengan asumsi bahwa terdapat 50% dari panjang garis pantai yang sangat potensial sebagai media budidaya, dengan jarak vertikal dari tepi garis pantai kearah laut lepas sepanjang 1 km). Berdasarkan analisis data aktual, diperkirakan jumlah produksi rumput laut kering jenis Euchema cottoni per ha luas lahan budidaya mencapai 12,672 ton per tahun, dengan potensi lahan yang tersedia, maka produksi rumput laut kering yang mampu dihasilkan oleh kabupaten ini mencapai 53.032 ton per tahun. Angka ini diyakini mampu mengisi peluang pasar nasional per tahun sebesar 48%, apalagi didukung oleh adanya program pemerintah pusat dan daerah dalam mengembangkan budidaya rumput laut melalui kemitraan usaha antara usaha kecil dengan usaha menengah dan besar. Aspek Sosial Usaha Budidaya Rumput Laut Berdasarkan aspek sosial, usaha budidaya rumput laut memiliki dampak positif yang dapat dirasakan oleh berbagai pihak di antaranya : a. Bagi masyarakat lokal (para pembudidaya), usaha ini mampu memberikan dampak berupa 1) peningkatan ekonomi keluarga, 2) peningkatan peluang untuk melakukan diversifikasi usaha perikanan 3) peningkatan kepemilikan aset ekonomi bagi keluarga pembudidaya terutama dalam hal perbaikan tempat tinggal dan sarana pemukiman. b. Bagi anggota masyarakat yang belum mengusahakan komoditi ini, usaha Kredit (natura) 2

c.

d.

e. f.

budidaya rumput laut dapat menjadi mata pencaharian alternatif. Selama ini alternatif pekerjaan yang dilakukan oleh nelayan jika sedang tidak melaut adalah berkebun atau bertani. Bagi investor/eksportir/industri pengolah, pengembangan usaha ini dapat menjamin kelancaran pasokan bahan baku rumput laut kering yang dibutuhkan untuk pengembangan industri pengolah. Bagi pemerintah, dapat menjadi instrumen penanggulangan pengangguran di wilayah pesisir. Usaha marikultur rumput laut yang dikelola oleh setiap kelompok (50 orang pembudidaya) diperkirakan membutuhkan tenaga kerja sejumlah 100 orang. Tenaga kerja ini bersumber dari masyarakat lokal atau luar daerah. Bagi perguruan tinggi, sebagai wahana edukasi dalam pengenalan dan penerapan IPTEK bekerjasama dengan investor. Perkembangan usaha budidaya rumput laut di daerah ini mampu mencegah dan mengubah pola pemanfaatan sumberdaya perikanan laut berupa kegitan penangkapan yang destruktif (illegal fishing).

Pola Pembiayaan Usaha Budidaya Rumput Laut Bank Indonesia (2006) menyatakan bahwa kegiatan produksi pada berbagai sektor ekonomi membutuhkan 3 aspek utama yaitu modal investasi, modal kerja yang besar serta usaha yang relatif stabil. Pencapaian ketiga aspek tersebut membentuk pola pembiayaan usaha yang terpadu sampai di tingkat pemasaran. Berikut ini akan disampaikan pola pembiayaan aktual (Gambar 1 dan 2), serta usulan pola pembiayaan melalui kemitraan usaha (Gambar 3 dan 4) .

1 Order Bayar (produk)

Pembudi daya

Pedagang Pengumpul

Pengiriman Barang

4 6 Pembayaran

5 Pembayaran

Pedagang Besar di Balikpapan

Gambar 1. Pola Pembiayaan dari Pedagang Pengumpul

Kredit (Investasi & Modal Kerja

BANKALTIM

Pembayaran Angsuran Kredit

PEMBUDIDAYA

Gambar 2. Pola Pembiayaan Budidaya Rumput Laut dari BPR

8 Pemkab. PPU dan Distan 4 a 5c KBI Balikpapan (Fasilitator)

MoU dan Perjanjian Kerjasama Kemitraan

BANK 1 2
MoU/ PK Penja minan

2 Penjamin
Kredit

Lembaga

1
Kop. RumLa

MoU/ PK Program Kemitraan

1 7

2
Usaha Besar (Investor)

5b

5a

4 b

Kelompok Kelompok Pembudidaya

Pendampi ng Usaha Mikro/ Kecil

Gambar 3. Pola Pembiayaan Perbankan melalui Koperasi/Pedagang Pengumpul

Pemkab PPU dan Dinas Pertanian MoU Kemitraa n

1
3
4

KBI Balikpapan (Fasilitator)

10

INVESTOR (Usaha Besar)

Bank
6b 6a
MoU dan Perjanjian Kerjasama

5 Kelompokkelompok pembudidaya 8
3

9
3

6b

Koperasi Rumla

6b

7 10

Pendamping Usaha Mikro/ Kecil

Gambar 4. Pola Pembiayaan Perbankan melalui Investor Persepsi terhadap Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) Sektor Perikanan Persepsi perbankan Terdapat beberapa pertimbangan dari perbankan untuk turut serta memberikan kredit kepada pengusaha UMKM perikanan termasuk pembudidaya rumput laut di Kabupaten Penajam Paser Utara Provinsi Kalimantan Timur : a. Faktor karakter. Perbankan meragukan itikad atau kemauan para nelayan/pembudidaya dalam membayar angsuran pinjaman kepada bank. Ada sebentuk kebiasaan dari para nelayan/pembudidaya yang beranggapan bahwa pemberian kredit dari lembaga pemerintah dan atau swasta merupakan bantuan murni/hibah yang tidak perlu untuk dikembalikan. b. Usaha belum memiliki produktivitas dalam menghasilkan produk yang berkualitas dalam skala ekonomi, sehingga sangat mempengaruhi omzet usaha. c. Produk perikanan umumnya invisible, menjadi kendala dalam penafsiran nilai produk yang dihasilkan dimasa panen, berdampak terjadinya kemacetan angsuran pinjaman bulanan d. Keterbatasan dalam memberikan angunan yang layak. Umumnya para nelayan/pembudidaya tidak memiliki agunan yang layak bagi bank berupa sertifikat tanah dan bangunan. Agunan yang berupa aset usaha (kapal dan perahu), cenderung tidak memenuhi persyaratan kelayakan ekonomi yang ditetapkan oleh bank e. Usaha memiliki resiko kegagalan yang tinggi dikarenakan adanya faktor alam (cuaca, musim, kondisi perairan, hama dan penyakit). f. Lokasi usaha relatif jauh dari kantor bank, dan kurangnya dukungan infrastruktur wilayah (jalan) yang memadai. g. Sistem penanganan pasca panen (pengolahan hasil perikanan) yang masih tradisional, berdampak pada rendahnya kualitas produk, mengingat rumput laut

merupakan produk yang mudah rusak (perishable food) h. Manajemen keuangan masih subsisten. Masyarakat nelayan/pembudidaya cenderung menggabungkan pengelolaan keuangan usaha dan rumah tangga untuk konsumsi. Keuntungan usaha cenderung untuk dikonsumsi tanpa digunakan untuk penguatan modal yang mengarah pada diversifikasi usaha non perikanan. Dinas Pertanian, Perikanan dan Peternakan Kabupaten PPU Pengembangan budidaya rumput laut melalui pola kemitraan memiliki kelebihan dan kekurangan. Kelebihannya adalah sebagai berikut : a. Kepastian pasar tinggi, suplai rumput laut dari petani selalu terserap oleh pasar b. Pembudidaya memiliki kepastian suplai sarana produksi (bibit) dan investasi dari investor yang berdampak positif pada ketepatan siklus produksi, dengan biaya yang relatif murah. Adapun kelemahan dari pola kemitraan adalah : a. Ada sebentuk ketergantungan pembudidaya lokal terhadap investor dalam hal pemasaran produk yang telah diikat oleh perjanjian dengan ketentuan hukm yang berlaku. Pembudidaya wajib menjual produksinya kepada investor berdasarkan kesepakatan harga yang tidak menutup kemungkinan kurang merujuk pada fluktuasi harga pasar nasional. b. Ikatan kontrak kerjasama dalam hal penjualan dan pembelian yang sepenuhnya kurang terealisasi berdampak pada kerugian kedua belah pihak jika tidak tercapai kesepakatan dalam proses transaksi, mengingat rumput laut merupakan produk yang relatif cepat mengalami penurunan kualitas, sehingga perlu penanganan khusus ditingkat pengolah (pabrik) yang merupakan tugas dan keahlian dari investor. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan 1. Kabupaten Penajam Paser Utara memiliki potensi sumberdaya lahan (perairan pesisir

dan laut) seluas 4.185 ha dan sumberdaya manusia untuk pengembangan budidaya rumput laut. 2. Kondisi aktual menunjukkan usaha budidaya rumput laut masih bersifat subsisten dengan luas tanam riil per pembudidaya 0,25 Ha (18 jalur, panjang jalur 50 m), jumlah produksi rumput laut kering per siklus (45 hari) 576 kg dan pendapatanyang diperoleh sebesar Rp.1.197.000 per siklus. 3. Berdasarkan perhitungan rugi/laba, skala ekonomi usaha budidaya rumput laut berada pada luas lahan minimal 0,5 Ha per pembudidaya, sehingga mampu mendatangkan keuntungan tahunan setelah pajak selama 5 tahun sebesar Rp. 19.583.228/tahun/pembudidaya. 4. Usaha kecil budidaya rumput laut memiliki dua pola pembiayaan aktual yaitu : (a) pembiayaan dari pedagang pengumpul kepada pembudidaya sebagai anggota kelompok, dan (b) pembiayaan dari Bank Kaltim cabang Penajam kepada pembudidaya. Pengembangan usaha budidaya rumput laut tersebut dapat dilakukan secara massal melalui pengembangan 2 pola kemitraan yaitu : (a) kelompok pembudidaya-koperasi bank, melibatkan Lembaga Penjamin Kredit, dan (b) kelompok pembudidayakoperasi-investor-bank, dengan jaminan kredit dari investor dan kontrak pembelian jangka panjang secara tertulis dari investor. Saran 1. Upaya-upaya pengembangan budidaya rumput laut di Kabupaten Penajam Paser Utara melalui dukungan pembiayaan dari berbagai pihak terkait (pemerintah, lembaga bank dan non bank) perlu terus dilakukan di masa mendatang. 2. Pemerintah Daerah, Dinas Teknis Terkait, Bank Indonesia Balikpapan dan perguruan tinggi diharapkan dapat memfasilitasi pengembangan usaha budidaya rumput laut melalui pola kemitraan sebagaimana yang telah dimodelkan dalam laporan ini. Untuk itu perlu dilakukan kajian kelayakan lingkungan budidaya dan pola kemitraan dalam bentuk kerjasama yang

menguntungkan dan program pembinaan yang merupakan sinergi antar stakeholder (Pemda, Dinas Teknis, BI, Investor, Perguruan Tinggi dll). 3. Perlu peningkatan dukungan dan peran pemerintah Kabupaten Penajam Paser Utara dalam mengembangkan usaha budidaya rumput laut, khususnya yang berhubungan dengan penataan ruang pesisir dan laut yang multifungsi dan multistakeholder, yang berpotensi menimbulkan konflik vertikal ataupun horisontal. Disamping itu perlu revitalisasi penguatan kelompok dan pembinaan teknis kepada kelompok pembudidaya tentang teknis budidaya, pengolahan pasca panen dan manajemen usaha (administrasi dan keuangan), melalui berbagai kegiatan pemberdayaan masyarakat (pelatihan dan pendampingan). Dengan demikian usaha dapat berjalan pada skala ekonomi sebagaimana yang telah dimodelkan.

Bank

Indonesia, 2005. Kajian Pola Pembiayaan Dalam Hubungan Kemitraan Antara UMKM dan Usaha Besar, Jakarta

Bank Indonesia, 2006. Pola Pembiayaan Usaha Kecil Syariah Usaha Budidaya Ikan Kerapu Dengan Menggunakan Keramba Jaring Apung, Jakarta Bank Indonesia Samarinda dan Universitas Mulawarman. 2008. Kajian Pembiayaan Usaha Budidaya Rumput Laut di Kabupaten Kutai Timur Bank Indonesia Samarinda dan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Mulawarman. 2008. Pengembangan Klaster Rumput Laut di Kabupaten Kutai Timur. Laporan Kegiatan Kerjasama BI Samarinda dengan FPIK Unmul, Samarinda. Departemen Kelautan dan Perikanan. 2006. Petunjuk Pelaksanaan Penyaluran Dana Penguatan Modal Melalui Mekanisme Pinjaman bagi Pembudidaya Ikan Skala Kecil. Direktorat Usaha Budidaya, Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya, Jakarta Departemen Kelautan dan Perikanan. 2007. Program dan Kebijakan Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya Tahun 2008. Dokumen Suplemen Sasaran Produksi Perikanan Budidaya. Bahan disampaikan pada Rapat Teknis Perencanaan Terpadu Departemen Kelautan dan Perikanan Monke, E. A and Pearson, S.R. 1989. The Policy Analysis Matrix For Agricultural Development, Cornell University Press, London

DAFTAR PUSTAKA Anggadiredja, J.T., Purwoto, A.Z.H., Istini, S. 2006. Rumput Laut. Pembudidayaan, Pengolahan, dan Pemasaran Komoditas Perikanan Potensial. Penebar Swadaya Seri Agribisnis, Jakarta. Badan Promosi dan Investasi Daerah Provinsi Kalimantan Timur. 2006. Budidaya Rumput Laut ; Suatu Investasi yang Prosfektif, Samarinda Bank Indonesia, 2005. Pola Pembiayaan Usaha Kecil Industri Paving Blok, Jakarta

You might also like