You are on page 1of 2

KERANGKA ACUAN FOCUS GROUP DISCUSSION KONSEP HAK ASASI MANUSIA DALAM PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DAN IMPLEMENTASINYA Latar

Belakang Pengakuan terhadap hak asasi manusia (HAM) di Indonesia terdapat dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (UUD Tahun 1945). Amandemen Kedua UUD Tahun 1945 secara tegas menyebutkan hak asasi manusia dalam Bab XA Pasal 28A sampai dengan Pasal 28J. Ketentuan UUD tersebut kemudian diatur lebih lanjut dalam Undang-Undang (UU) No. 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia dan UU No. 26 Tahun 2000 tentang Pengadilan HAM, yang merupakan perangkat organik untuk menegakkan hukum dalam kerangka perlindungan HAM. Dalam UU No. 39 Tahun 1999 (UU HAM) hak asasi manusia adalah seperangkat hak yang melekat pada hakikat dan keberadaan manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Kuasa dan merupakan anugerahNya yang wajib dihormati, dijunjung tinggi dan dilindungi oleh negara, hukum, pemerintah dan setiap orang, demi kehormatan serta perlindungan harkat dan martabat manusia. Pemberlakuan UU HAM merupakan langkah progresif yang patut dihargai dalam merespons isu internasional di bidang hak asasi manusia. UU HAM menegaskan bahwa Negara RI mengakui dan menjunjung tinggi HAM dan kebebasan dasar manusia sebagai hak yang secara kodrati melekat pada dan tidak terpisahkan dari manusia, yang harus dilindungi, dihormati, dan ditegakkan demi peningkatan martabat kemanusiaan, kesejahteraan, kebahagiaan, dan kecerdasan serta keadilan. Untuk penanganan pelanggaran HAM, UU HAM membentuk lembaga mandiri, yaitu Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM), yang berfungsi melaksanakan pengkajian, penelitian, penyaluran, pemantauan, dan mediasi hak asasi manusia, serta untuk mengadili pelanggaran HAM yang berat dibentuk Pengadilan HAM di lingkungan peradilan umum. Namun, potret HAM di tanah air masih memprihatinkan. Sepanjang tahun 2010, masih diwarnai pembunuhan, pelanggaran hukum, tindakan kekerasan, atau penghilangan secara paksa, hingga penindasan atas nama hukum bagi kaum lemah. Selain kekerasan yang menimpa wartawan, seperti kematian yang menimpa wartawan SUN TV Ridwan Salamun saat meliput bentrokan warga di Tual, Maluku Tenggara, 21 Agustus 2010, pelanggaran HAM pun menimpa warga biasa yang berurusan dengan polisi karena terpaksa (kesulitan ekonomi) melakukan tindak pidana, sebagai contoh, Rasminah (60 tahun) diajukan ke pengadilan karena dituduh mencuri enam piring, setengah kilo daging sapi, dan pakaian bekas milik majikannya. Tidak hanya laki-laki dan perempuan dewasa yang menjadi korban pelanggaran HAM, anakanakpun tidak luput menjadi korban. Berkaitan dengan hak sipil dan hak politik, terdapat dua hal yang membatasi penggunaan hak tersebut, yaitu melalui ketentuan peraturan perundang-undangan, misalnya adanya larangan bagi yang dicabut hak pilihnya maupun melalui pelanggaran dalam praktek penyelenggaraan Pemilu, misalnya dengan kesengajaan mengakibatkan warga negara yang mempunyai hak pilih kehilangan hak pilihnya. 1

Berdasarkan catatan akhir tahun 2010 Komnas HAM, Polri tercatat sebagai institusi yang paling banyak melakukan pelanggaran HAM. Polri memiliki visi yaitu mampu menjadi pelindung, pengayom, dan pelayan masyarakat yang selalu dekat dan bersama-sama masyarakat, serta sebagai penegak hukum yang profesional dan proporsional yang selalu menjunjung tinggi supremasi hukum dan HAM, pemelihara keamanan dan ketertiban serta mewujudkan keamanan dalam negeri dalam suatu kehidupan nasional yang demokratis dan masyarakat yang sejahtera. Namun, hal tersebut menjadi ironis ketika mahasiswa dan masyarakat terkadang menjadi korban tindakan berlebihan oleh aparat Polri pada saat pengamanan aksi demonstrasi, dan ini sering dipandang oleh banyak kalangan sebagai pelanggaran HAM. Atas dasar itu, maka dalam focus group discussion ini diharapkan dapat menjawab beberapa persoalan, antara lain: 1. Bagaimana pengaturan Konvensi HAM dalam hukum nasional? 2. Bagaimana konsep HAM dalam pengamanan aksi demontrasi massa dan implementasinya? 3. Bagaimana konsep HAM perempuan dan anak serta implementasinya? 4. Bagaimana konsep HAM warga negara untuk memilih dan implementasinya? 5. Bagaimana efektivitas pengadilan HAM dalam menangani pelanggaran HAM Berat? Tujuan dan Kegunaan FGD ini bertujuan untuk mendapatkan masukan mengenai apakah pengaturan HAM dalam hukum nasional telah mengacu pada Konvensi HAM, bagaimana implementasi konsep HAM dalam pengamanan aksi demontrasi massa, bagaimana implementasi konsep HAM perempuan dan anak, bagaimana implementasi konsep HAM warga negara untuk memilih, dan bagaimana efektivitas pengadilan HAM dalam menangani pelanggaran HAM Berat. Adapun hasil dari FGD ini digunakan sebagai bahan masukan bagi para peneliti bidang hukum Pusat Pengkajian Pengolahan Data dan Informasi (P3DI) Setjen DPR RI yang sedang melakukan penelitian mengenai Konsep HAM dalam Peraturan Perundang-undangan dan Implementasinya. Waktu dan Tempat Kegiatan Hari/Tanggal : Senin, 28 Februari 2011 Waktu : 13.00 WIB - Selesai Tempat : Ruang Rapat Kapus P3DI, Gedung DPR Nusantara 1 Lt 2 1. 2. Pembicara/Narasumber Ifdhal Kasim, SH. (Ketua Komnas HAM) Indriaswati Dyah Saptaningrum, SH., LLM. (Direktur ELSAM) Moderator Puteri Hikmawati, SH., MH. Peserta Para Peneliti Hukum P3DI Setjen DPR RI

You might also like