Professional Documents
Culture Documents
Oleh :
Fasilitator :
halaman
Sistem pernafasan merupakan sistem yang sangat penting bagi tubuh kita.
Sistem pernafasan ini daklam melaksanakan fungsinya bekerja sama dengan sistem
kardovaskular. Oleh karena itu, jika terdapat kelainan atau abnormalitas dari kedua
ataupun salah satu dari sistem tersebut, akan melibatkan satu sama lain.Sistem
penafasan umumnya terdiri dari dua bagian, yaitu bagian konduksi dan bagian
respiratory.
“Tak ada gading yang tak retak”. Masih banyaknya kekurangan dan
kekhilafan yang dilakukan penulis dalam menulis makalah ini baik secara sengaja
ataupun tidak sengaja. Oleh karena itu, diharapkan kepada seluruh pihak agar dapat
mengirimkan kritik dan saran yang membangun guna demi kesempurnaan makalah
ini.
Penulis
Nama atau tema blok
Kematian asfiksia
Fasilitator/Tutor
Dr Keriahen bangun, DAFK
Data pelaksanaan
1. Tanggal tutorial : 12 Mei 2008 & 15 Mei 2008
2. Pemicu ke-1
3. Pukul 10.00 – 12.30 WIB
4. Ruangan : Ruang Diskusi Tutorial XIII
Pemicu
Pak Gary seorang rentenir, usia 45 tahun, tadi pagi ditemukan meninggal
tergantung dibelakang rumahnya dengan kaki tidak mencecah lantai.Istrinya yang
mencurigai kematian pak Gary datang ke Tim Forensik untuk meminta dilakukannya
visum et repertum.
2
Bagaimana aspek mediko legal pada kasus ini?
Identifikasi masalah
- Pak Gary 45 tahun
- Meninggal tergantung dibelakang rumahnya,dengan kaki tidak mencecah
lantai.
- Istrinya meminta Tim Forensik untukl dilakukannya visum et repertum
terhadap pak Gary.
Hipotesa
1. Mati bunuh diri
2. Mati dibunuh
Analisa Masalah
Visum et repertum adalah laporan tertulis yang dibuat dokter berdasarkan apa
yang dilihat dan ditemukan pada korban atas permintaan penyidik untuk kepentingan
peradilan.
Susunan visum et repertum antara lain :
1. Pro Justitia
- Bagian atas sudut kiri
- Untuk pengadilan
- Tidak perlu diatas kertas bermaterai
2. Pendahuluan
- Identitas Pemohon VeR
- Identitas Dokter Pemeriksa
- Tempat dilakukannya pemeriksaan
- Tanggal & jam pemeriksaan
- identitas korban.
- Keterangan dll, spt kapan dan dimana korban
dirawat, meninggal, cara dan sebab kematian.
3. Pemberitaan
Hasil pemeriksaan medis secara objektif
4. Kesimpulan
- Bersifat subjektif
- Memuat pendapat pribadi dokter yang memeriksa
- Penyebab kematian
- Jenis Kekerasan
- Cara kematian
- Kualifikasi luka
5. Penutup
3
ditutup dengan mencantumkan sumpah dokter yang tercantum dalam
Staadblad / Lembaran Negara Tahun 1937 No. 350.
Maka dari itu istri pak Gary tidak berhak meminta dokter untk melakukan visum
terhadap korban.
More Info
Dari autopsi ditemukan :
Periksa luar :
1. ada tanda-tanda sianosis yang jelas pada bibir
2. ada buih-buih halus yang keluar dari hidung dan mulut
3. pada leher ditemukan jejas jeratan dua lilitan tali sempurna, tidak ditemukan
tanda-tanda inflamasi
4. livor mortis pada punggung, dan ujung-ujung extrimitas
5. tidak ditemukan oedem pada vena-vena kaki
Periksa dalam :
1. os hyoid fraktur, tidak ada hematom, tidak ada tanda-tanda inflamasi
2. pada trakea, ditemukan banyak cairan mukus, dan buih-buih halus
3. paru emfisematous, dan organ-organ dalam kongestif
Tujuan pembelajaran
1. Memahami perbedaan penggantungan antemortem dan penggantungan
postmortem
2. Memahami pengertian asfiksia
3. Mengetahui dan memahami bagaimana cara mengidentifikasi lamanya
kematian sejak terjadi pembunuhan
4. Memahami hal-hal apa saja yang mungkin menjadi penyebab kematian pada
kasus pembunuhan ini
5. Memahami tanda-tanda strangulasi dan hanging
6. Memahami cara autopsi pada kasus
4
Pertanyaan yang mucul dalam curah pendapat
1. Apakah perbedaan antara penggantungan antemortem dan penggantungan
post mortem?
2. Apakah yang dimaksud dengan asfiksia?
3. Bagaimana cara mengidentifikasi lamanya kematian?
4. Apakah ada hal lain yang menjadi penyebab kematian pada kasus ini?
5. Apakah tanda-tanda strangulasi dan hanging?
6. Bagaimana cara autopsi pada kasus ini?
5
7 Wajah membengkak dan mata mengalami Tanda-tanda pada wajah dan mata tidak
kongesti dan agak menonjol, disertai dengan terdapat, kecuali jika penyebab kematian
gambaran pembuluh dara vena yang jelas adalah pencekikan (strangulasi) atau
pada bagian kening dan dahi sufokasi
8 Lidah bisa terjulur atau tidak sama sekali Lidah tidak terjulur kecuali pada kasus
kematian akibat pencekikan
9 Penis. Ereksi penis disertai dengan keluarnya Penis. Ereksi penis dan cairan sperma tidak
cairan sperma sering terjadi pada korban pria. ada. Pengeluaran feses juga tidak ada
Demikian juga sering ditemukan keluarnya
feses
10 Air liur. Ditemukan menetes dari sudut mulut, Air liur tidak ditemukan yang menetes pad
dengan arah yang vertikal menuju dada. Hal kasus selain kasus penggantungan.
ini merupakan pertanda pasti penggantungan
ante-mortem
Pada kasus ditemukan buih-buih halus yang keluar dari mulut korban, tetapi
tidak diketahui apakah buih tersebut jatuh lurus atau menyamping. Hal ini mengarah
kepada penggantungan ini dilakukan setelah korban meninggal (penggantungan
postmortem).Tanda-tanda sianosis yang terdapat pada pak Gary membawa kepada
cara kematian pak Gary, yaitu asfiksia.Pak Gary mati karena tidak mendapat supply
oksigen yang cukup, yang kemudian berujung kepada kematian.
Pada leher pak Gary ditemukan jejas jeratan dua lilitan tali semprna dan tidak
ditemukan tanda-tanda inflamasi. Hal ini mengarah kepada pembunuhan yang
dilakukan bukan dengan penggantungan, melainkan dibunuh terlebih dahulu baru
dilakukan penggantungan. Jika pembunuhan dilakukan dengan penggantungan, maka
akan terlihat tanda-tanda inflamasi pada leher dan jeratan tali yang terjadi juga tidak
sempurna.
Livor mortis atau yang biasa disebut dengan lebam mayat tarjadi akibat
penumpukan darah yang dipengaruhi oleh gravitasi bumi. Darah akan menumpuk
pada bagian bawah tubuh. Pada kasus terdapat lebam mayat pada bagian punggung
korban, hal ini mengarah kepada kematian korban yang semula diletakkan dengan
posisi terlentang (selama beberapa jam), baru kemudian korban digantung dengan
tujuan mungkin untuk menghilangkan jejak. Pada kematian yang disebabkan oleh
penggantungan, akan terlihat oedem pada vena-vena kaki, tetapi pada kasus ini tidak
ditemukan.
6
peningkatan tekanan di dalam paru dan lama kelamaan akan keluar bersama buih dan
mukus dalam saluran pernafasan. Terperangkapnya udara dan cairan dalam paru
mengakibatkan paru-paru menjadi emfisematous (menggembung).
2. Asfiksia
Asfiksia adalah suatu keadaan yang dityandai dengan terjadinya gangguan
pertukaran udara pernafasan, mengakibatkan oksigen darah berkurang (hipoksia)
disertai dengan peningkatan krbondioksida (hiperkapnea). Dengan demikian organ
tubuh mengalami kekurangan oksigen dan terjadi kematian.
Asfiksia Mekanik
Asfiksia mekanik adalah mati lemas yang terjadi bila udara pernafasan
terhalang memasuki saluran pernafasan oleh berbagai kekerasan, misalnya :
Karena kematian pada kasus tenggelam bukan murni disebabkan oleh asfiksia,
maka ada sementara ahli yang tidak lagi memasukkan tenggelam kedalam kelompok
asfiksia mekanik, tetapi dibicarakan sendiri.
3. Identifikasi kematian
7
Untuk mengidentifikasi kematian, terlebih dahulu harus mengetahui faktor
yang digunakan untuk menentukan saat kematian.
Faktor-faktor yang digunakan untuk menentukan saat terjadinya kematian adalah:
1. (lebam jenazah)
2. (kaku jenazah)
3. Body temperature (suhu badan)
4. Degree of decomposition (derajat pembusukan)
5. Stomach Content(isi lambung)
6. Insect activity (aktivitas serangga)
7. Scene markers (tanda-tanda yang ditemukan pada sekitar tempat kejadian)
Livor mortis atau lebam mayat terjadi akibat pengendapan eritrosit sesudah
kematian akibat berentinya sirkulasi dan adanya gravitasi bumi . Eritrosit akan
menempati bagian terbawah badan dan terjadi pada bagian yang bebas dari tekanan.
Muncul pada menit ke-30 sampai dengan 2 jam. Intensitas lebam jenazah meningkat
dan menetap 8-12 jam.Lebam jenazah normal berwarna merah keunguan. Tetapi pada
keracunan sianaida (CN) dan karbon monoksida (CO) akan berwarna merah cerah
(cherry red).
Rigor mortis atau kaku jenazah terjadi akibat hilangnya ATP. ATP digunakan
untuk memisahkan ikatan aktin dan myosin sehingga terjadi relaksasi otot. Namun
karena pada saat kematian terjadi penurunan cadangan ATP maka ikatan antara aktin
dan myosin akan menetap (menggumpal) dan terjadilah kekakuan jenazah. Rigor
mortis akan mulai muncul 2 jam postmortem semakin bertambah hingga mencapai
maksimal pada 12 jam postmortem. Kemudian setelah itu akan berangsur-angsur
menghilang sesuai dengan kemunculannya. Pada 12 jam setelah kekakuan maksimal
(24 jam postmortem) kaku jenazah sudah tidak ada lagi. Faktor-faktor yang
mempengaruhi terjadinya kaku jenazah adalah suhu tubuh, volume otot dan suhu
lingkungan. Makin tinggi suhu tubuh makin cepat terjadi kaku jenazah. Rigor mortis
diperiksa dengan cara menggerakkan sendi fleksi dan antefleksi pada seluruh
persendian tubuh.
Hal-hal yang perlu dibedakan dengan rigor mortis atau kaku jenazah adalah:
1. Cadaveric Spasmus, yaitu kekakuan otot yang terjadi pada saat kematian dan
menetap sesudah kematian akibat hilangnya ATP lokal saat mati karena
kelelahan atau emosi yang hebat sesaat sebelum mati.
2. Heat stiffening, yaitu kekakuan otot akibat koagulasi protein karena panas
sehingga serabut otot memendek dan terjadi flexi sendi. Misalnya pada mayat
yang tersimpan dalam ruangan dengan pemanas ruangan dalam waktu yang
lama.
8
3. Cold stiffening, yaitu kekakuan tubuh akibat lingkungan yang dingin
sehingga terjadi pembekuan cairan tubuh dan pemadatan jaringan lemak
subkutan sampai otot.
Body Temperature
Pada saat sesudah mati, terjadi karena adanya proses pemindahan panas dari
badan ke benda-benda di sekitar yang lebih dingin secara radiasi, konduksi, evaporasi
dan konveksi. Penurunan suhu badan dipengaruhi oleh suhu lingkungan, konstitusi
tubuh dan pakaian. Bila suhu lingkugan rendah, badannya kurus dan pakaiannya tipis
maka suhu badan akan menurun lebih cepat. Lama kelamaan suhu tubuh akan sama
dengan suhu lingkungan.
Decomposition
Pembusukan jenazah terjadi akibat proses degradasi jaringan karena autolisis
dan kerja bakteri. Mulai muncul 24 jam postmortem, berupa warna kehijauan dimulai
dari daerah sekum menyebar ke seluruh dinding perut dan berbau busuk karena
terbentuk gas seperti HCN, H2S dan lainlain. Gas yang terjadi menyebabkan
pembengkakan. Akibat proses pembusukan rambut mudah dicabut, wajah
membengkak, bola mata melotot, kelopak mata membengkak dan lidah terjulur.
Pembusukan lebih mudah terjadi pada udara terbuka suhu lingkungan yang
hangat/panas dan kelembaban tinggi. Bila penyebab kematiannya adalah penyakit
infeksi maka pembusukan berlangsung lebih cepat.
Mummifikasi terjadi pada suhu panas dan kering sehingga tubuh akan
terdehidrasi dengan cepat. Mummifikasi terjadi pada 12-14 minggu. Jaringan akan
berubah menjadi keras, kering, warna coklat gelap, berkeriput dan tidak membusuk.
Adipocere
Adipocere adalah proses terbentuknya bahan yang berwarna keputihan, lunak
dan berminyak yang terjadi di dalam jaringan lunak tubuh postmortem. Lemak akan
terhidrolisis menjadi asam lemak bebas karena kerja lipase endogen dan enzim
bakteri.
9
Faktor yang mempermudah terbentuknya adipocere adalah kelembaban dan
suhu panas. Pembentukan adipocere membutuhkan waktu beberapa minggu sampai
beberap bulan. Adipocere relatif resisten terhadap pembusukan.
Gastric Emptying
Pengosongan lambung dapat dijadikan salah satu petunjuk mengenai saat
kematian. Karena makanan tertentu akan membutuhkan waktu spesifik untuk dicerna
dan dikosongkan dari lambung. Misalnya sandwich akan dicerna dalam waktu 1 jam
sedangkan makan besar membtuhkan waktu 3 sampai 5 jam untuk dicerna.
Penggantungan adalah keadaan dimana leher dijerat dengan ikatan, daya jerat
ikatan tersebut memanfaatkan berat badan tubuh atau kepala.
Jenis penggantungan:
1) Penggantungan lengkap
2) Penggantungan parsial
3) Penggantungan atipikal, dimana saat penggantungan korban terjatuh dari anak
tangga yang sedang dinaikinya.
10
Istilah ini digunakan jika beban berat badan tubuh tidak sepenuhnya menjadi
kekuatan daya jerat tali, misalnya pada korban yang tergantung dengan posisi
berlutut. Pada kasus tersebut berat badan tubuh tidak seluruhnya menjadi gaya berat
sehingga disebut penggantungan parsial. Bahan yang digunakan biasanya tali, ikat
pinggang, kain, dll.
Gejala:
Pada kebanyakan kasus korbannya meninggal. Gejalanya yang penting sehubungan
dengan penggantungan adalah:
1) Kehilangan tenaga dan perasaan subyektif
2) Perasaan melihat kilatan cahaya
3) Kehilangan kesadaran, bisa disertai dengan kejang-kejang
4) Keadaan tersebut disertai dengan berhentinya fungsi jantung dan pernafasan
1) Korbannya diturunkan
2) Ikatan pada leher dipotong dan jeratan dilonggarkan
3) Berikan bantuan pernafasan untuk waktu yang cukup lama
4) Lidah ditarik keluar, lubang hidung dibersihkan jika banyak mengandung
sekresi cairan
5) Berikan oksigen, lebih baik lagi kalau disertai CO2 5%
6) Jika korban mengalami kegagalan jantung kongestif, pertolongan melalui
venaseksi mungkin akan membantu untuk mengatasi kegagalan jantung
tersebut
11
7) Berikan obat-obat yang perlu (misalnya Coramine)
8) Gejala sisa: hemiplegia, amnesia, demensia, bronkhitis, selulitis, parotitis.
Hanging (penggantungan)
Kasus gantung hampir sama dengan penjeratan. Perbedaannya terdapat pada
asal tenaga yang dibutuhkan untuk memperkecil lingkaran jerat.
Pada pemeriksaan jenazah, kelainan pada autopsy tergantung pada apakah
arteri pada leher tertutup atau tidak. Bila jerat kecil dan keras maka terjadi
hambatan total arteri sehingga muka akan tampak pucat dan tidak terdapat
petekie pada kulit maupun konjunctiva.
Chocking
Pada keadaan ini, terjadi sumbatan jalan nafas oleh benda asing, yang
mengakibatkan hambatan udara untuk masuk ke paru-paru. Pada pemeriksaan
jenazah dapat ditemukan tanda-tanda asfiksia baik pada pemeriksaan luar
maupun pembedahan jenazah. Dalam rongga mulut ditemukan sumbatan
berupa sapu tangan, kertas koran, gigi palsu, bahkan pernah ditemukan arang,
batu dan sebagainya. Bila benda asing tidak ditemukan, cari kemungkinan
adanya tanda kekerasan yang diakibatkan oleh benda asing.
Smothering
Smothering atau pembekapan adalah penutupan lubang hidung dan mulut
yang menghambat pemasukan udara ke paru-paru. Pembekapan menimbulkan
kematian akibat asfiksia. Pada pemeriksaan jenazah ditemukan tanda-tanda
asfiksia baik pada pemeriksaan luar maupun pembedahan mayat. Perlu pula
dilakukan pemeriksaan kerokan bawah kuku korban, adakah darah atau epitel
kulit si pelaku.
Manual strangulasi
Manual strangulasi atau pencekikan adalah penekanan leher dengan tangan,
yang menyebabkan dinding saluran nafas bagian atas tertekan dan terjadi
penyempitan saluran nafas sehingga udara pernafasan tidak dapat lewat. Pada
12
pemeriksaan jenazah, bila mekanisme kematian adalah asfiksia, maka akan
ditemukan tanda-tanda asfiksia. Tetapi bila mekanisme kematian adalah
refleks vagal, yang menyebabkan jantung tiba-tiba berhenti berdenyut,
sehingga tidak ada tekanan intravaskular untuk dapat menimbulkan
pembendungan, tidak ada perdarahan petekie, tidak ada edema pulmoner dan
pada otot-otot leher bagian dalam hampir tidak ditemukan perdarahan.
Pemeriksaan dalam
1. Jaringan yang berada di bawah jeratan berwarna putih, berkilat dan perabaan
seperti perkamen karena kekurangan darah, terutama jika mayat tergantung
cukup lama. Pada jaringan di bawahnya mungkin tidak terdapat cedera
lainnya
13
2. Platisma atau otot lain di sekitarnya mungkin memar atau ruptur pada
beberapa keadaan. Kerusakan otot ini lebih banyak terjadi pada kasus
penggantungan yang disertai dengan tindakan kekerasan
3. Lapisan dalam dan bagian tengah pembuluh darah mengalami laserasi ataupun
ruptur. Resapan darah hanya terjadi di dalam dinding pembuluh darah
4. Fraktur tulang hyoid jarang terjadi. Fraktur ini biasanya terdapat pada
penggantungan yang korbannya dijatuhkan dengan tali penggantung yang
panjang dimana tulang hyoid mengalami benturan dengan tulang vertebra.
Adanya efusi darah di sekitar fraktur menunjukkan bahwa penggantungannya
ante-mortem.
5. Fraktur kartilago tiroid jarang terjadi
6. Fraktur 2 buah tulang vertebra servikalis bagian atas. Fraktur ini sering terjadi
pada korban hukuman gantung.
Aspek medikolegal
1. Apakah kematian disebabkan oleh penggantungan? Pertanyaan ini sering
diajukan kepada dokter pemeriksa dalam persidangan. Hal ini dapat
diperkirakan melalui pemeriksaan seperti di bawah ini:
2. Apakah penggantungan tersebut merupakan bunuh diri, pembunuhan atau
kecelakaan? Beberapa faktor di bawah ini dapat dijadikan bahan
pertimbangan.
(a). Penggantungan biasanya merupakan tindakan bunuh diri, kecuali
dibuktikan lain. Usia tidak menjadi masalah untuk melakukan bunuh diri
dengan cara ini. Pernah ada laporan kasus dimana seorang anak berusia
12 tahun melakukan bunuh diri dengan penggantungan. Kecelakaan yang
menyebabkan penggantungan jarang terjadi kecuali pada anak-anak di
bawah usia 12 tahun
(b). Cara terjadinya penggantungan
(c). Bukti-bukti tidak langsung di sekitar tempat kejadian
(d). Tanda berupa jejas penjeratan
(e). Tanda-tanda kekerasan atau perlawanan
Ulasan
1. Ditemukan perbedaan pendapat tentang penggantungan yang terjadi pada
korban. Setelah membaca buku dan mendapat penjelasan dari pakar,
disepakati bahwa korban mengalami penggantungan postmortem.
2. Terdapat perbedaan pendapat tentang bagaimana cara kematian korban.
Namun, setelah mendapat penjelasan dari pakar, disepakati bahwa kematian
korban belum dapat diketahui dengan pasti, dan diduga dengan cara
pembekapan.
3. Terdapat perbedaan pendapat tentang warna kebiruan pada punggung korban,
apakah merupakan lebam mayat atau memar akibat kekerasan. Namun setelah
membaca buku disepakati bahwa warna kebiruan tersebut adalah livor mortis.
Kesimpulan
14
1. Kematian asfiksia merupakan kematian yang disebabkan oleh terganggunya
aliran udara pernafasan sehingga supply oksigen dan pengeluaran
karbondioksida terganggu dan akhirnya berujung kepada kematian.
2. Kematian asfiksia dapat disebabkan oleh tiga hal secara etiologi, yaitu
penyebab alamiah, trauma mekanik, dan keracunan.
3. Terdapat perbedaan tanda-tanda penggantungan antemortem dan
penggantungan postmortem
4. Keluarnya buih-buih dan busa halus pada kematian akibat asfiksia dapat
ditinjau berdasarkan Hukum Henry.
5. Visum et Repertum dapat dilakukan atas permintaan penyidik, hakim dan
jaksa.
Soegandhi, R., 2001. Arti Dan Makna Bagian-Bagian Visum Et Repertum. Ed.-2
Bagian Ilmu Kedokteran Forensik FK UGM, Yogyakarta; 145-56.
Putz R, Pabst R. Atlas Anatomi Manusia Sobotta. Jakarta : EGC 2006 ; 76-131.
Hanafiah J, Amir A. Etika Kedokteran Dan Hukum Kesehatan. Jakarta : EGC 1999;
15 – 26.
Snell RS. Anatomi Klinik Untuk Mahasiswa Kedokteran. In Dharma Adji (eds).
Extrimitas Superior. Jakarta : EGC 1998; 113 – 271.
15
16