You are on page 1of 2

Konferensi Khilafah Internasional yang Spektakuler Berawal dari keingintahuan, saat itu bulan Agustus 2007, sebagai anak

kelas tiga SMA yang baru mengenal kesempurnaan Islam dalam kehidupan, aku memutuskan untuk ikut suatu acara terbesar di dunia, dihadiri 100.000 muslim yang merindukan syariah dan khilafah. Acara berskala internasional yang dilaksanakan di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Jakarta Pusat, ini bukanalah Piala Dunia, melainkan Konferensi Khilafah Internasional (KKI) yang mengangkat tema Saatnya Khilafah Memimpin Dunia. Karena tidak ingin merasakan sendiri kedahsyatan acara tersebut, maka kuajaklah beberapa teman dan guru, tentunya dengan tiket yang dibayar masing-masing seharga Rp. 100.000,-. Akhirnya empat orang delegasi siswa SMA N 1 Majalengka dan seorang Bapak guru kewarganegaraan yang telah memebeli tiket VIP dari kerabatnya, akan berpartisipasi dalam konferensi berskala internasional tersebut. Malam pemberangkatan tiba. Disaat anak muda lain menikmati kemaksiatan di malam minggu, peserta KKI dari Majalengka berkumpul pukul 23.00 di alun-alun kota Majalengka. Yang paling membuatku senang, bukan hanya ketiga teman dekatku saja yang berpartisipasi dalam acara ini, Kakak kedua dan istrinya, juga ibuku ikut berpartisipasi juga. Tanggal 12 Agustus 2007 pukul 04.00, dua rombongan bis dari Majalengka akhirnya sampai di Jakarta, di masjid Istiqlal untuk melaksanakna shalat subuh berjamaah. Setelah sarapan pagi di bis, berangkatlah rombongan bis ke lokasi acara. Di perjalanan, ternyata tidak hanya dua bis Majalengka saja, tapi puluhan bis dari kota lain pun berdesakan di padatnya jalan raya ibukota Jakarta. Sesampainya di lapangan parkir Senayan, ratusan rombongan bis dari banyak kota di pulau Jawa bahkan dari luar pulau jawa terparkir disana. Semangatku terbakar saat memasuki arena acara Gelora Bung Karno, disambut dengan ratusan kibaran ar-roya dan al-liwa, bendera Rasulullah SAW, di langit Gelora Bung Karno, dan gema nasyid dari shoutul khilafah. Sungguh tak menyesal ku mengikuti acara ini, karena beberapa peserta dan orator tidak hanya dari Indonesia, tapi hadir dari belahan bumi lain. Para orator datang dari Inggris, Sudan, Australia, Jepang, dll. Sayang sekali beberapa orator luar dan dalam negeri tidak dapat berbicara langsung dihadapan 100.000 peserta dikarenakan banyak hambatan, diantaranya Dr Imran Waheed dari

Inggris(perwakilan Eropa) dan Syeikh Ismail al Wahwah dari Australia dideportasi di bandara Soekarno Hatta, dan pembicara yang tidak boleh keluar negara karena sedang terjadi konflik yaitu Palestina, dan beberapa pembicara dalam negeri, seperti Menpora Adhiyaksa Dault di desak pemerintah untuk tidak hadir. Dan beberapa ulama yang kuharapkan hadir seperti Amien Rais, Ustadz Abu Bakar Baasyir serta KH Zainudin MZ yang tertera dalam undangan berhalangan hadir. Namun begitu, tidak mengurangi semangatku untuk terus mengikuti acara ini, karena ulama-ulama yang ada membuatku makin semangat. Seperti prof. Dr. Hasan Ko Nakata, ulama dari Jepang berorasi dengan bahasa Inggris, meski tak jelas berbicara apa, tapi ku yakin beliau menyuarakan syariah dan khilafah sebagai solusi bagi segala permasalahan yang terjadi di dunia ini. Ustadz kondang Aa Gym pun memaksakan hadir diiringi ambulan kumandang shalawat dan takbir saat mengiringinya menaiki mobil jeep terbuka yang mengantarkannya ke mimbar meski beliau sedang sakit. Suasana saat itu sungguh membakar semangatku untuk meneriakan takbir sekeras-kerasnya, karena dari awal acara hingga akhir acara, bergema teriakan takbir yang dipimpin oleh mantan rocker di tahun 80-an, Harry Moekti, dibacakan ayat-ayat suci Al-Quran, dan dikumandangkan shalawat untuk Rasulullah SAW. Ini merupakan recharge qalbu yang mungkin hampir membatu. Hingga saat ini gema takbir itu masih terngiang di telingaku. Di akhir acara ditampilkan teatrikal dari ratusan siswa SMA yang membawa bendera2 yang ada di dunia, yang menggambarkan perpecahan umat islam yang terkotak-kotak dalam negara kecil, kemudian negara-negara tersebut mudah diatur oleh negara-negara penjajah seperti Inggris, Perancis, Italia dan AS, kemudian datang puluhan siswa yang membawa bendera Rasulullah, ar-roya dan al-liwa, mengelilingi bendera 50-an negara di dunia, dan bendera Rasulullah yang berukuran jumbo, menaungi bendera negara-negara yang terpecah belah tersebut. Hingga kafir penjajah bisa dikalahkan saat umat Islam ini bersatu dalam naungan negara Khilafah Islamiyyah. Sungguh acara yang sangat spektakuler yang pernah saya ikuti. Acara yang tak kan pernah terlupakan sepanjang masa. Acara yang menjadi titik tolak perjuangan menegakkan Syariah dan Khilafah, dan semoga Khilafah segera memimpin dunia, aamin. Denissa Femi Primula B2-0907004

You might also like