You are on page 1of 4

REVIEW BUKU PSIKOLOGI DZIKIR

Judul Buku Religius Penulis Penerbit Cetakan

: Psikologi Dzikir: Studi Fenomenologi Pengalaman Transformasi

: M.A. Subandi, PhD : Pustaka Pelajar : I, Agustus 2009

Tebal : xi + 310 halaman

Sinopsis
Sejak runtuhnya gedung WTC pada 11 September 2001, perhatian masyarakat dunia terhadap Islam meningkat tajam. Orang-orang mulai mencari tahu seperti apakaha Islam yang sebenarnya. Di Indonesia sendiri mulai terjadi peningkatan perhatian tentang Islam mulai tahun 1980. Dalam dunia psikologi sendiri kajian psikologi agama mulai bangkit kembali setelah sebelumnya didominasi oleh psikologi behavioral. Sebenarnya penelitian secara kuantitatif sudah banyak dikritik karena terfokus pada perilaku yang bisa diobservasi atau diukur saja. Padahal manusia merupakan fenomena yang sangat kompleks dan tidak bisa hanya dilihat dari hal-hal yang dapat diukur atau diobservasi saja. Metode alternatif lain mewujudkan diri dalam situasi yang konkret dan nyata. Metode penelitian fenomenologi disini digunakan untuk menyoroti fenomena pengalaman transformasi religius. Istilah transformasi religius dapat dipahami dari perspektif perkembangan, yaitu perubahan orientasi religius dari kehidupan religius orang kebanyakan menuju kehidupan religius yang bersifat msitis; dari kehidupan religius tidak matang menjadi lebih matang; dari keyakinan imitatif menuju intuitif; dari eksistensi berada yang muncul adalah metode fenomenologi yang memahami kondisi manusia sebagaimana ia

bersama Muslim lain menjadi berada bersana Allah. Penelitian ini berkaitan dengan amalan dzikir yang dilaksanakan dengan menggunakan teknik khusus mirip dengan meditasi. Dzikir dengan cara ini mempunyai kekuatan yang besar yang dapat mengarahkan terjadinya transformasi religius. Penulis melakukan penelitian kualitatif terhadap partisipan yang berasal dari Pengajian Ikhlas. Dari penelitian itu dapat dilihat jika pengalaman transformasi partisipan melewati beberapa episode. Episode pertama adalah episode pra-dzikir. Pada episode ini diperoleh informasi bahwa partisipan lebih bersifat egosentrisme. Motivasi partisipan dalam menjalankan agama pada umumnya untuk kepentingan pribadi, misalnya untuk mendapatkan kemampuan supranatural, agar memiliki hubungan yang baik dalam sosial organisasi, dan agar terhindar dari hukuman neraka. Episode yang kedua adalah episode kontak awal dengan Pengajian Ikhlas dimana mereka mengalami penderitaan yang disebabkan oleh musibah pribadi. Kompleksitas persoalan kehidupan yang tak selalu bisa dipecahkan menjadi pemicu utama bergabungnya para partisipan. Pada episode ini partisipan mengalami penurunan rasa kesombongan karena mulai menyadari bahwa kemampuan mereka ada batasnya. Episode ketiga yaitu episode pengalaman dzikir. Di tahap ini partisipan mulai terlibat dengan amalan zikir, tahap yang oleh penulis disebut sebagai pintu gerbang menuju pengalaman spiritual. Bentuk-bentuk kesadaran mistikal mulai muncul di tahap ini, misalnya pengalaman penyucian diri, pengalaman pencerahan, dan pengalaman diganggu oleh makhluk halus. Ini adalah tahap transisi. Kekuatan batin partisipan tengah diuji. Bagi partisipan yang berhasil melewati tahap ini, mereka akan mendaki ke tahap selanjutnya. Indikator-indikator keberhasilannya tak sepenuhnya bisa diidentifikasi secara jelas, selain secara kualitatif ada peningkatan ke arah kehidupan emosional yang lebih matang. Episode yang keempat adalah pembaharuan kehidupan religius. Dalam periode ini partisipan merasakan dirinya sendiri sebagai tidak ada ke-diri-an yang ditandai dengan hilangnya kesombongan dan egoisme. Hal ini sering disertai dengan perasaan tergantung pasrah, berserah diri secara total kepada kehendak Allah.

Tranformasi diri sebagai bagian dari proses perjalanan spiritual merupakan tema yang sering muncul di dalam literarture mistisisme dan psikologi transpersonal. Partisipan juga mengalami pengalaman yang tak biasa, diantaranya adalah mendengar suara yang tidak ada wujudnya. Dari perspektif psikologi klinis hal ini disebut halusinasi, tapi dari perspektif psikologi transpersonal pengalaman ini hanya ditemukan pada orang yang melakukan disiplin spiritual. Pengalaman tadi juga dapat dilihat dari perspektif perubahan kesadaran. Dalam literature psikologi telah banyak dibahas bahwa meditasi, termasuk dzikir di dalamnya, merupakan metode potensial untuk mengubah kesadaran yang disebut ASC. Ada perbedaan mendasar antara meditasi yang diamalkan masyarakat barat kontemporer denga dzikir. Jika amalan dzikir dilaksanakan dalam konteks agama, meditasi cenderung dipisahkan dari fondasi metafisik atau agama dimana tradisi itu berasal.

Tanggapan
Buku ini membahas sesuatu yang sedang hot di dunia psikologi saat ini yaitu masalah psikologi agama. Psikologi kontemporer kini mulai mendapat banyak kritik karena teori-teori yang tidak relevan dengan kehidupan sekarang dan psikologi Islam muncul sebagai alternatif. Begitu pula dengan metode penelitian kuantitatif yang juga mulai menuai kritikan karena hanya memperhatikan hal-hal yang dapat diukur atau diobservasi saja, sedangkan manusia adalah fenomena yang kompleks yang dan tidak bisa hanya dilihat dari hal-hal yang dapat diukur atau diobservasi saja. Metode alternatif lain yang juga dimunculkan dalam buku ini adalah metode fenomenologi yang memahami kondisi manusia sebagaimana ia mewujudkan diri dalam situasi yang konkret dan nyata. Secara bahasa buku ini menggunakan bahasa yang baku dan sangat formal, karena memang buku ini merupakan penulisan ulang sang penulis untuk memperoleh gelar masternya Quensland University of Technology, Australia. Namun sejauh saya membaca bahasa yang digunakan cukup friendly dan mudah untuk dipahami. Begitu pula dengan struktur buku ini yang sangat ramah bagi pembaca, yang jauh lebih mudah dicerna daripada

jika harus membaca sebuah tesis. Sampul dari buku ini pun simpel namun enak dilihat. Tata penulisan di buku ini pun cukup memanjakan mata pembaca, dengan tulisan yang tidak terlalu kecil dan space yang tidak terlalu sempit membuat mata pembaca tidak cepat lelah. Namun sayang buku ini tidak mencantumkan biografi lengkap sang penulis seperti yang tertera pada buku kebanyakan. Dilihat dari segi kebermanfaatan buku ini, tentu saja buku ini sangat bermanfaat. Selain menambah wawasan tentang agama dan psikologi kita buku ini juga dapat menambah wawasan kita akan metode meditasi alternatif yang mungkin lebih efektif daripada metode meditasi kontemporer yaitu dengan dzikir.

You might also like