You are on page 1of 13

BAB I PENDAHULUAN A.

Latar Belakang Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui sesuatu yang pada tingkat tertentu dipercaya sebagai sesuatu yang benar. Ia bertitik tolak dari dari pernyataan yang disusun dalam bentuk masalah penelitian. Untuk menjawab pertanyaan itu disusun suatu jawaban sementara yang kemudian dibuktikan melalui penelitian empiris. Jawaban-jawaban seperti itu banyak kita lakukan dalam kehidupsn seharihari. Misalnya, bila sepeda motor kita tidak mau hidup, misalnya kita menduga mungkin businya kotor, atau bahan bakarnya habis, atau ada yang tidak beres platinanya. Disini kita sudah membuat hipotesis bahwa mesin sepeda motor tidak mau hidup karena busi atau platinanya kotor. Tetapi pernyataan ini masih bersipat dugaan . Atas dasar dugaan itu kita mulai memeriksa businya, bensinnya, dan platinanya. Pada tahap ini kita mengumpulkan data untuk menguji hipotesis kita.

BAB II PEMBAHASAN A. HIPOTESIS 1. Pengertian Hipotesis Hipotesis (hypo= sebelum ; thesis pernyataan, pendapat) adalah suatu pernyataan yang pada waktu diungkapakan belum diketahui kebenaranya, tetapi memungkinkan untuk diuji dalam kenyataan empiris. Hipotesis memungkinkan kita menghubungkan teori dengan pengamatan, atau pengamatan dengan teori . Hipotesis mengemukakan pernyataan tentang harapan peneliti mengenai hubungan-hubungan antara variabel-variabel di dalam persoalan. Hipotesis penelitian adalah jawaban sementara terhadap masalah penelitian, yang kebenarannya masih harus diuji secara empiris. Hipotesis merupakan jawaban terhadap masalah penelitian yang secara teoritis dianggap paling mungkin dan paling tinggi tingkat kebenarannya. Secara teknis, hipotesis dapat didefinisikan sebagai pernyataan mengenai populasi yang akan diuji kebenarannya berdasarkan data yang diperoleh dari sampel penelitian. Secara statistik hipotesis merupakan pernyataan mengenai keadaan yang akan diuji melalui statistik sampel. Sebagai contoh dapat dimulai dengan sebuah pertanyaan : apakah tamatan smu yang memiliki nilai EBTA tinggi akan mampu menyelesaikan studi didalam waktu yang relative lebih cepat ? pertanyaan ini dapat kita ubah menjadi pernyataan sebagai berikut : ada hubungan positif antara nilai EBTA di SMU dan prestasi belajar mahasiswa di perguruan tinggi. Kalimat yang terahir ini adalah bentuk suatu hipotesis yang menghubungkan dua variabel, yaitu nilai EBTA dan prestasi belajar. Dengan demikian hipotesis ini memberi pengertian yang harus dilakukan oleh peneliti. Fungsi hipotesis yang seperti ini menurut Ary Donald adalah: a. Memberi penjelasan tentang gejala-gejala serta me-mudahkan perluasan pengetahuan dalam suatu bidang. b. Mengemukakan pernyataan tentang hubungan dua konsep yang secara langsung dapat diuji dalam penelitian. c. Memberi arah pada penelitian.

d. Memberi kerangka pada penyusunan kesimpulan penelitian. Supaya fungsi-fungsi tersebut dapat berjalan secara efektif, maka ada factor-faktor yang perlu diperhatikan pada penyusunan hipotesis, yaitu : a. Hipotesis disusun dalam kalimat deklaratif. Kalimat itu bersifat positif dan tidak normatif. Istilah-istilah seperti seharusnya atau sebaiknya tidak terdapat dalam kalimat hipotesis. Contoh: Anak-anak harus hormat terhadap orang tua. Kalimat ini bukan hipotesis. Lain halnya jika dikatakan demikian : kepatuhan anak-anak terhadap orang tua mereka makin menurun. b. Variabel (variabel-variabel) yang dinyatakan dalam hipotesis adalah variabel yang operasional, dalam arti dapat diamati dan diukur. c. Hiotesis menunjukkan hubungan tertentu diantara variabel-variabel. Hipotesis dapat disusun dengan dua pendekatan, yang per-tama secara deduktif, dan yang kedua secara induktif. Penyusunan hipotesis secara deduktif ditarik dari teori. Suatu teori terdiri atas proposisi-proposisi, sedangkan proposisi menunjukkan hubungan antara dua konsep, Proposisi ini merupakan postulatpostulat yang dari padanya disusun hipotesis secara induktif bertolak dari pengamatan empiris. 2. Kegunaan Hipotesis Mengapa hipotesis itu harus dibuat oleh peneliti. Menurut Ary et all. (1979), ada dua alas an mengapa hipotesis harus dibuat. Dua alas an tersebut adalah : 1) Hipotesis yang mempunyai dasar kuat menujukkan bahwa peneliti telah mempunyai pengetahuan yang memadai tentang bidang yang sedang diteliti. 2) Hipotesis memberikan dan peneliti petunjuk data. atau arahan hipotesis dalam dapat

pengumpulan

penafsira

Artinya,

memberikan arahan kepada peneliti mengenai prosedur yang dilalui dan jenis data yang dikumpulkan Nazir (1988) juga mengidentifikasi kegunaan hipotesis sebagai berikut :

1) Memberikan batasan serta memperkecil jangkauan penelitian dan kerja penelitian 2) Mensiagakan peneliti kepada kondisi fakta dan hubungan antarfakta yang kadangkalan hilang begitu saja dari perhatian peneliti. 3) Sebagai ala yang sederhana dalam memfokuskan fakta yang berceraiberai tanpa kordinasi ke dalam suatu kesatuan penting dan menyeluruh. 4) Sebagai penduan dalam pengujian serta penyesuaian dengan fakta dan antarfakta Sejauhmana tingkat kegunaan hipotesis menurut Nazir (1988) sangat tergantung pada : a) Pengamatan yang tajam dari peneliti b) Imajinasi dan pemikiran kreatif dari peneliti c) Kerangka analisis yang digunakan oleh peneliti dan, d) Metode dan desain penelitian yang dipilih oleh peneliti 3. Macam Hipotesis Pada umumnya hipotesis dirumuskan untuk menggambarkan hubungan anatara dua veriabel yaitu veriabel penyebab dan veriabel akibat (Arkunto, 1993). Dalam terminology penelitian, Variabel penyebab disebut dengan veriabel bebas (independent variable) yang disebut dengan variable terikat (dependent variable) yang diberi Simbol (variable Y). Dilihat dari perumusannya, hipotesis dibedakan menjadi dua. Pertama disebut hipotesis kerja atau hipotesis alternative disimbolkan dengan H1 dan hipotesis nol yang disimbolkan dengan H0. H1 adala suatu hiotesis yang rumusnya dinyatakan dengan kalimat positif. Misalnya ada hubungan anatara IQ dengan kemapuan bahasa arab siswa MI sementara itu H0 adalah suatu hipotesisi yang rumusannya dinyatakan dengan kalimat negative Misalnya tidak ada hubungan antara jenis kelamin dengan kecepatan perolehan bahasa Arab siswa. Selain menggunakan penggunaan kata hubungan dapat pula digunakan kata pengaruh (rumusan dalam bentuk perbedaan). Misalnya ada pengaruh persepsi mahasiswa antarangkatan

terhadap tingkat keterpahaman bahan ajar bahasa arab yang diajarkan melalui televise dalam rumusan yang lebih definitive dan direksional tingkat pemahaman mahasiswa yang tahun masuknya di jurussan Bahasa Arab lebih awal (lebih senior) terhadap bahan ajar di televise lebih tinggi dari pada mahasiswa yang tahun masuknya kemudian (lebih senior). Atau tidak ada pengaruh persepsi mahasiswa antarangkatan terhadap tingkat ketepahaman bahan ajar bahasa arab yang diajarkan melalui televisi. 4. Ciri Hipotesis Yang baik Sebuah hipotesis atau dugaan sementara yang baik hendaknya mengandung beberapa hal. Hal hal tersebut diantaranya : 1) Hipotesis harus mempunyai daya penjelas 2) Hipotesis harus menyatakan hubungan yang diharapkan ada di antara variabel-variabel-variabel. 3) Hipotesis harus dapat diuji 4) Hipotesis hendaknya konsistesis dengan pengetahuan yang sudah ada. 5) Hipotesis hendaknya dinyatakan sesederhana dan seringkas mungkin. Berikut ini beberapa penjelasan mengenai Hipotesis yang baik : Hipotesis harus mempunyai daya Perjelas. Artinya, hipotesis harus menjelaskan apa yang seharusnya diterangkan. Dalam hal ini Ary, et all (1979) memberikan contoh : ketika kita meyetir mobil, ternyata mesinnya tidak mau hidup. Dalam pikiran kita terbesit suatu pemikiran (hipotesis), bahwa mesin mobil ini tidak mau huidup karena kita membiarkan air dikamar mandi mengalir ke selokan. Hipotsis ini tidak memiliki daya penjelas. Hipotesis yang memiliki daya penjelas dan dapat diuji dalam kasus ini misalnya, mesin mobil ini tidak mau hidup karena akinya mati. Hipotesis harus menduga Hubungan diantara beberapa variabel Hipotesis harus dapat menduga hubungan antara dua variabel atau lebih, disini harus dianalisis variabel-variabel yang dianggap turut mempengaruhi gejalagejala tertentu dan kemudian diselidiki sampai dimana perubahan dalam variabel

yang satu membawa perubahan pada variabel yang lain. Contohnya : ada hubungan antara bakat bahasa dengan IP matakuliah keterampilan berbahasa arab mahasiswa program studi pendidikan bahasa arab. Hipotesis ini menyatakan hubungan antara bakat bahasa sebagai variable X dengan IP sebagai Veriabel Y. Hipotesis harus Dapat Diuji Hipotesis harus dapat di uji untuk dapat menerima atau menolaknya, hal ini dapat dilakukan dengan mengumpulkan data-data empiris. Contohnya : rendahnya prestasi kemampuan bahasa arab sis smu/mi adalah hukuman dosa-dosa mereka persoalannya dalam hipotesis ini apakah hukuman dosa-dosa seorang didunia dapat diuji. Contoh hipotesis yang apat diuji misalnya rendahnya prestasi kemampuan bahasa arab ada hubungannya dengan rendahnya minat siswa terhadap mata pelajaran bahasa arab Hipotesis harus konsisten dengan keberadaan ilmu pengetahuan Hipotesis tidak bertentangan dengan pengetahuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Dalam beberapa masalah, dan terkhusus pada permulaan penelitian, ini harus berhati-hati untuk mengusulkan hipotesis yang sependapat dengan ilmu pengetahuan yang sudah siap ditetapkan sebagai dasar. Serta poin ini harus sesuai dengan yang dibutuhkan untuk memeriksa literatur dengan tepat oleh karena itu suatu hipotesis harus dirumuskan bedasar dari laporan penelitian sebelumnya. Hipotesis Dinyatakan Secara Sederhana Suatu hipotesis akan dipresentasikan kedalam rumusan yang berbentuk kalimat deklaratif, hipotesis dinyatakan secara singkat dan sempurna dalam menyelesaikan apa yang dibutuhkan peneliti untuk membuktikan hipotesis tersebut. 5. Menguji Hipotesis Suatu hipotesis harus dapat diuji berdasarkan data empiris, yakni berdasarkan apa yang dapat diamati dan dapat diukur. Untuk itu peneliti harus mencari situasi empiris yang memberi data yang diperlukan. Setelah kita mengumpulkan data, selanjutnya kita harus menyimpulkan hipotesis , apakah harus menerima atau menolak hipotesis. Ada bahayanya seorang peneliti cenderung untuk menerima atau

membenarkan hipotesisnya, karena ia dipengaruhi bias atau perasangka. Dengan menggunakan data kuantitatif yang diolah menurut ketentuan statistik dapat ditiadakan bias itu sedapat mungkin, jadi seorang peneliti harus jujur, jangan memanipulasi data, dan harus menjunjung tinggi penelitian sebagai usaha untuk mencari kebenaran B. ASUMSI 1. Pengertian Asumsi Asumsi (musallamat) adalah salah satu langkah yang perlu ditempuh oleh peneliti dalam melaksanakan penelitian. Asumsi ini dirumuskan seteleh peneliti mengidentifikasi masalah yang akan diteliti. Asumsi adalah anggapan dasar tentang suatu hal yang dijadikan pijakan berfikir dan bertindak dalam melaksanakan penelitian (Universitas Negeri Malang, 2003). Menurut Ubaidat, et all (1987) dan Huda (1988), asumsi adalah hal-hal yang dianggap benar yang tidak perlu

dibuktikan dan yang melandasi penelitian. Misalnya, kita bermaksud meneliti tentang sikap siswa SMA terhadap pembelajaran bahasa arab, maka asumsi yang perlu dibangun dalam penelitian ini adalah bahwa sikap siswa terhadap pembelajaran bahasa arab dapat diukur dengan skala sikap. Atau penelitian tentang motivasi siswa SMU terhadap pembelajaran bahasa arab, maka asumsi yang dapat dibangun dalam penelitian ini adalah bahwa motivasi siswa terhadap pembelajaran bahasa arab dapat diukur. Rumusan asumsi seperti ini memberikan suatu dasar pikiran yang dapat memperkuat bahwa peneltiian tentang suatu sikap atau motivasi itu dapat dilaksanakan, sehingga tidak timbul suatu keraguan atau tanda Tanya apakah sikap atau motivasi seseorang itu dapat diteliti. Meskipun demikian, asumsi dalam suatu penelitian tidak harus selalu ada (universitas negeri malang, 2003). Menurut Arikunto (1993), asumsi atau yang dapat juga disebut dengan anggapan dasar memiliki fungsi dasar. Fungsi yang maksud adalah : a) Sebagai dasar berpijak yang kokoh bagi masalah yang sedang diteliti b) Untuk mempertegas variable yang menjadi pusat perhatian c) Untuk menentukan dan merumuskan hipotesis.

Bagaimana cara merumuskan asumsi atau dengan kata lain dari manakah sumber manakah asumsi itu dapat diperoleh. Agar peneliti lebih mudah dalam merumuskan asumsi, maka dia dapat melakukan hal-hal berikut yang disarankan oleh Arikunto (1993) : 1) Banyak membaca buku, surat kabar ata terbitan lain 2) Banyak mendengar cerita, ceramah, pembicaraan dengan orang lain 3) Banyak berkunjung ke tempat 4) Mengadakan pendugaan atau memngabtraksi berdasarkan

perbendaharaan penegetahuannya. 2. Macam Asumsi Huda (1998) menegaskan bahwa asumsi itu bias bersifat filosofis dan substantif atau procedural : Asumsi Filosofis bahasa yang dipakai oleh orang yang belajar bahasa kedua berbbeda dengan bahasa ibu pembicara itu maupun bahasa target. Bahasa pembelajar mempunyai system tersendiri yang berbeda dengan bahasa ibu maupun bahasa target Asumsi Substantif Penelitian tentang urutan pemerolehan morfem bias memberikan informasi yang cukup tentang proses dan strategi yang dipakai dalam belajar bahasa kedua. Hasil penelitian ini bias digunakan untuk mengembangkan teori pemerolehan bahasa kedua Asumsi procedural metode silang (cross-sectional) bias menerangkan urutan pemerolehan bahasa kedua

C. Manfaat Penelitian Salah satu criteria yang menggambarkan kualitas suatu penelitian adalah sejauhmana penelitian itu meberikan sumbangan yang berarti terhadap

perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni. Untuk mengatahui hal ini, kita

dapat mencemati manfaat apa yang dihasilkan oleh peneliti tersebut. Manfaat atau kegunaan penelitian itu tereksplisitkan dalam suatu usulan dan laporan penelitian. Dalam merumuskan manfaat penelitian, ada dua hal penting yang perlu diperhatikan oleh peneliti. Pertama berkaitan dengan sasaran dan yang kedua berkaitan dengan ranah manfaat itu sendiri. Dari sisi sasaran, seorang peneliti harus secara jelas menguraikan bagi siapa atau pihak mana penelitian ini bermanfaat. Dalam hal ini bias dikaitkan dengan peneliti, lembaga tempat penelitian yang dilakukan, lembaga yang melakukan penelitian, organisasi profesi, dan bagi pihak lain yang terkait. Dari sisi ranah, manfaat penelitian dapat menjangkau manfaat teoritis dan manfaat praktis. Dalam manfaat teoritis, diuraikan mengenai kaitan antara masalah yang diteliti dengan teori yang ada atau teori baru. Manfaat praktis diuraikan secara spesisfik manfaat apa yang secara praktisaplikatif berguna bagi berbagai pihak yang terkait.

BAB III PENUTUP

a. Kesimpulan Bahwa metode penelitian yang telah diuraikan tadi merupakan sebagian metode yang harus dilaksanakan dalam melakukan sebuah penelitian, sehingga penelitian yang kita buat sesuai dengan yang diharapkan. b. Saran Saran dari penyusun adalah diharapkan dalam sebuah penelitian tersebut tidak ada kecurangan, sehingga sebenarnya penelitian yang kita lakukan tidak sesuai dengan fakta yang ada dilapangan. Sehingga bukan memberikan manfaat bagi masyarakat umumnya, melainkan kerugian yang didapat.

DAFTAR PUSTAKA

Ainin,, Moh. 2007. Metodelogi Penelitian Bahasa Arab. Malang: PPS Universitas Malang http://id.shvoong.com/writing-and-speaking/self-publishing/2124092-hipotesisyang-baik/ http://litstarss.blogspot.com/2010/04/ciri-ciri-hipotesis-yang-baik.html

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG BAB II PEMBAHASAN A. HIPOTESIS 1. Pengertian Hipotesis 2. Kegunaan Hipotesis 3. Macam Hipotesis 4. Ciri Hipotesis yang baik 5. Menguji Hipotesis B. ASUMSI 1. Pengertian Asumsi 2. Macam Asumsi C. MANFAAT PENELITIAN BAB III PENUTUP a. Kesimpulan 10 b. Saran 10 DAFTAR PUSTAKA 7 8 8 1 2 2 2 3 4 5 6

You might also like