You are on page 1of 4

LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI HEWAN (AHYT 253)

ALIRAN DARAH DALAM SISTEM PEREDARAN DARAH TERTUTUP

Oleh: ROBBY PRIMADANI AIC204002 KELOMPOK VII

Dosen Pembimbing: Drs. Kaspul, M.Si PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN IPA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT BANJARMASIN 2006

PRAKTIKUM VIII
Topik Tujuan Hari/ tanggal Tempat : Aliran darah dalam sistem peredaran darah tertutup : Untuk mengetahui perbedaan vena dan arteri dan alat peredaran darah dalam sistem peredaran darah tertutup. : Selasa, 19 Desember 2006 : Laboratorium Biologi FKIP UNLAM Banjarmasin

III. TEORI DASAR


Sistem transpor pada hewan bersel banyak adalah berupa organ khusus sehingga dikenal dengan sistem peredaran darah. Sistem peredaran darah pada manusia dan hewan vertebrata merupakan sistem peredaran darah tertutup. Alat-alat peredaran darah umumnya sama mulai dari ikan, amphibia, reptil, burung dan mamalia yaitu pada jantung, pembuluh arteri, kapiler dan pembuluh vena. Perbedaan antara lain terletak pada jantung. Dalam sistem peredaran darah tertutup ini darah beredar disepanjang rangakaian pembuluh darah dari arteri ke vena melalui kapiler. Jadi darah tidak berhubungan secara langsung dengan sel jaringan tetapi di sepanjang pembuluh darah kapiler. Darah dapat menembus dinding kapiler yang hanya terdiri dari satu lapis menuju kecairan jaringan. Cairan jaringan inilah yang berhubungan dengan sel jaringan. Adapun ciri-ciri dari sistem peredaran darah tertutup, yaitu: 1. Adanya pemisahan fungsi dari masing-masing alat tubuh yang termasuk sistem peredaran darah, sehingga darah dipompa ke sistem arteri dan tingkat tekanan darah cukup tinggi tetap dipertahankan di pembuluh arteri. 2. Sistem pembuluh darah arteri merupakan reservoir tekanan yang dapat mendorong darah menuju kapiler. 3. Dinding kapiler darah sangat tipis sehingga memungkinkan adanya pemindahan zat antara darah yang terdapat di kapiler dengan cairan jaringan yang menempati ruang-ruang antar sel. Setiap jaringan darah pada tubuh dilengkapi dengan banyak sekali pembuluh darah kapiler, sehingga setiap sel berdekatan sekali dengan pembuluh darah kapilernya. 4. Tekanan darah kapiler tertentu (glomerulus) cukup tinggi sehingga memungkinkan terjadinya proses ultrafisasi di ginjal. 5. Terdapat sistem limpha yang bermanfaat untuk mengembalikan cairan yang tertimbun diruang antar sel, masuk kembali ke pembuluh darah.

I. ALAT DAN BAHAN: a. Alat: - Mikroskop - Gunting - Sungkup - Alat sectio - Jarum pentol - Karton dan kapas - Gelas kimia b. Bahan: - Eter - Katak (Rana sp) - Garam fisiologis - Aquadest II. CARA KERJA 1. Membius katak dengan eter. 2. Melubangai karton dengan diameter 1 cm sesuai dengan telapak kaki katak. 3. Meletakkan telapak kaki katak sehingga kulit antar jari terletak diantaranya. 4. Menyiram dengan garam fisiologis pada kulit atau antar jari kaki dan mengamati di bawah mikroskop. 5. Memperhatikan dan membedakan antara arteri, vena, kapiler serta mengamati kecepatan aliran darahnya pada arteri dan vena.

IV. HASIL PENGAMATAN 1. Gambar hasil pengamatan memakai NaCl dengan


mikroskop (perbesaran 10 x 10). Keterangan: 1. Pembuluh arteri

3. Gambar hasil pengamatan tanpa garam fisiologis dengan mikroskop (perbesaran 10 x 10). Keterangan: 2. Pembuluh vena 3. Pembuluh arteri

2. Gambar hasil pengamatan memakai Ringer dengan mikroskop (perbesaran 10 x 10). Keterangan: 1. Pembuluh vena

V. ANALISIS DATA
Peredaran darah pada katak yang diamati mempunyai sistem peredaran darah tertutup dimana sistem pembuluh darah arteri merupakan reservoir tekanan yang dapat mendorong darah ke kapiler. Berdasarkan hasil pengamatan tampak adanya pembuluh darah arteri, vena, eritrosit dan pembuluh darah kapiler pada telapak kai katak. Pembuluh darah kapiler bentuknya sangat tipis sehingga memungkinkan adanya antara arteri dan vena. Pembuluh darah arteri mempunyai ciri antara lain berdinding otot tebal, elastis dan tidak mempunyai katup, berukuran kecil sehingga pergerakannya cepat. Pembuluh arteri berfungsi mengangkut darah dari jantung menuju ke seluruh tubuh. Sedangkan pembuluh darah vena mempunyai ciri-ciri antara lain dinding tipis, kaku dan banyak memiliki katup. Pembuluh darah vena mempunyai fungsi sebagai pengangkut darah dari seluruh tubuh ke jantung. Katak memiliki sistem peredaran darah tertutup yaitu jika darah beredar dalam pembuluh darah. Selain itu juga memiliki sistem peredaran darah ganda, dimana dalam satu kali beredar darah akan melewati jantung

sebanyak dua kali. Aliran darah pada katak dimulai dari pembuluh darah kemudian meninggalkan jantung, kembali ke jantung lalu ke aorta sebelum bercabang menuju arteri. Arteri bertindak sebagai reservoir tekanan darah untuk mempertahankan aliran dari sitosol bilik jantung. Sedangakn vena yang melalui aorta sebelum bercabang-cabang menuju kapiler. Kapiler ini merupakan penghubung antara arteri dan vena dimana terjadia tukar menukar zat antara darah dengan jaringan berupa air, zat makanan dan sisa metabolisme. Setelah itu darah dibawa ke venula kemudian ke vena melalui sinus venosus sehingga terjadi pertukaran zat dengan lingkungannya dan sel-sel yang kembali kejantung melalui vena cava. Pada saat perlakuan dengan pemberian garam fisiologis, pada kulit antara jari katak, maka terjadi perubahan aliran darah dimana pada pembuluh vena aliran darah semula lambat setelah ditetesi aliran menjadi cepat sebaliknya pada arteri justru menjadi lambat, hal ini terjadi karena adanya stimulus yang relatif cepat dan kadar garam yang terlalu banyak sehingga kerja dan O2 dalam darah terhenti. Karena larutan garam penas mempunyai kemampuan untuk menghidrolisis gram pada pembuluh darah.

VI. KESIMPULAN 1. Sistem peredaran darah pada katak adalah sistem peredaran darah
tertutup artinya sistem peredaran darah yang melalui pembuluh darah. 2. Pada saat diberi garam fisiologis dimana pembuluh vena mengalami kecepatan aliran darah sedangkan pembuluh arteri mengalami aliran darah yang lambat karena kerja O2 terhenti disebabkan dengan dihidrolisisnya kadar garam di dalam tanah. VII. DAFTAR PUSTAKA Warsono. 2005. Petunjuk Praktikum Fisiologi Hewan. FKIP Unlam. Banjarmasin. Wulangi, K.S. 1993. Prinsip-prinsip Fisiologi Hewan. DepDikBud. Jakarta.

You might also like