You are on page 1of 38

PELAYANAN PUBLIK MENDORONG PENINGKATAN INVESTASI DAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN

ULAWENG LAMURU BENGO LAPPARIAJA PONRE LIBURENG KAHU BONTOCANI

AJANGALE DUA BOCCOE CENRANA TELLU SIATINGE

AMALI AWANG PONE

TANETE RIATTAN

TANETE RIATTANG BARAT PALAKKA TANETE RIATTANG BAREBBO

CINA

SIBULUE

MARE

TONRA PATIMPENG SALOMEKKO SALOMEKKO

KAJUARA

H.A.MUH.IDRIS GALIGO,SH
BUPATI BONE

AJANGALE DUA BOCCOE CENRANA TELLU SIATINGE AMALI AWANG PONE ULAWENG TANETE RIATTANG TIMUR

LUAS WILAYAH : 4.559 Km2 KECAMATAN : 27 BUAH DESA/KELURAHAN : 372 PENDUDUK : 694.311 JIWA KEPADATAN PENDUDUK :152 JIWA/Km2 PERTUMBUHAN EKONOMI TAHUN 2007 : 5,25 %

TANETE RIATTANG BARAT PALAKKA TANETE RIATTANG LAMURU BENGO BAREBBO

LAPPARIAJA

PONRE

CINA

SIBULUE

MARE

LIBURENG

TONRA PATIMPENG SALOMEKKO SALOMEKKO

KAHU BONTOCANI

KAJUARA

STAIN STIA MGT STIH STIE STIP STKIP MUH. PGSD STIA ALGAZALI AKPER BATARITOJA

Angka Partisipasi Murni SD =99,70% SLTP = 77,02% SLTA = 40,10%

Income Percapita Rp. 5.328.014 (2006) Rp. 5.942.116 (2007)


AJANGALE DUA BOCCOE CENRANA TELLU SIATINGE AMALI AWANG PONE ULAWENG TANETE RIATTANG TIMUR

TANETE RIATTANG BARAT PALAKKA TANETE RIATTANG

Telepon 9.778 SST

Angka melek Huruf 80,10%

LAMURU BENGO

BAREBBO

LAPPARIAJA

PONRE

CINA

SIBULUE

MARE

LIBURENG

Cakupan air Bersih Perkotaan = 59,00% Perdesaan= 33,90%

TONRA

Angka Harapan Hidup Laki-Laki = 65 Tahun Perempuan = 62Tahun

KAHU BONTOCANI

SALOMEKKO SALOMEKKO

KAJUARA

Indeks Jamban Keluarga = 59,08%


Status Gizi Buruk = 0,88% Sedang = 9,57% Baik = 86,16% Lebih1,49%

Angka kematian bayi= 1% Angka kematian ibu = 1,1% Angka kematian balita = 1,0%

IRIGASI Teknis =25.911 ha Semi Teknis = 4.878 ha Sederhana = 16.140 ha


AJANGALE DUA BOCCOE CENRANA TELLU SIATINGE

JALAN KABUPATEN 2.483,20 Km Aspal = 39,31% Kerikil = 33,22% Tanah = 27,47%

LISTRIK 111.610 RT
LAMURU

AMALI AWANG PONE ULAWENG TANETE RIATTANG TIMUR

TANETE RIATTANG BARAT PALAKKA TANETE RIATTANG BENGO BAREBBO

LAPPARIAJA

PONRE

CINA

SIBULUE

MARE

PASAR 91 Buah

LIBURENG

TONRA

KAHU BONTOCANI

SALOMEKKO SALOMEKKO

PELABUHAN LAUT Bajoe (regional) Pattiro Bajo Tuju-Tuju Cenrana Kading Uloe

KAJUARA

KESEHATAN Rumah Sakit 3 Unit Puskesmas 36 Unit Pustu 70 Unit Puskesmas Rwt inap 10 Unit Posyandu 884 Buah Puskel 24 buah

TERMINAL REGIONAL PETTA PONGGAWAE

AJANGALE DUA BOCCOE CENRANA TELLU SIATINGE AMALI AWANG PONE ULAWENG TANETE RIATTANG TIMUR

TANETE RIATTANG BARAT PALAKKA TANETE RIATTANG LAMURU BENGO BAREBBO

LAPPARIAJA

PONRE

CINA

SIBULUE

MARE

LIBURENG

TONRA

Pertumbuhan : 5,25 %

KAHU

SALOMEKKO SALOMEKKO

PDRB Konstan 2007 = Rp. 2.541.423.324.107


KAJUARA

BONTOCANI

Kontribusi : Pertanian Pertambangan/penggalian Industri Pengolahan Listrik,Gas & Air Bersih Bangunan Perdagangan, Hotel & Restoran Angkutan dan Komunikasi Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan Jasa-jasa lainnya

= 54,58% = 0,43% = 9,44% = 0,77% = 4,54% = 8,62% = 4,84% = 4,77% = 11,71%

Era Demokratisasi ---- Desentralisasi ------ Otoda


Teoritik : - Kemandirian -- pemberdayaan - Noirmatif : -- pelayanan - kesejahteraan ------alam demokratis, pemenuhan hak dasar, certainty dalam pelayanan, all men are equal before the law, - Tjosvold- --pelayanan masy dasar awal pembentukan masy manusiawi. - Kab Bone : dibentuk kantor pelayanan satu atap ( Perda 19/2005). One roof servise, dgn 22 jenis pelayanan

- Pemberdayaan : - Powerless, physicaL weakness, vulnarability, lack of bargaining position .(Chambers, 1983) - Diperkenalkan program pemberdayaan P2MPP ( Program Pemberdayaan Mas yarakat Pedesaan Perkotaan) dng stimulan dana 50 juta per desa (372 desa/kel). - Patsipasi sekitar 40 50 persen dari stimulans.

A. PENDAHULUAN
Penyelenggaraan pemerintahan pada hakikatnya adalah pemberian pelayanan kepada masyarakat. Pemerintahan tidaklah diadakan untuk melayani dirinya sendiri, akan tetapi dimaksudkan untuk melayani kepentingan masyarakat dan menciptakan suatu kondisi yang memungkinkan masyarakat dapat mengembangkan kemampuan dan kreativitasnya demi mencapai kesejahteraan. Asumsi dasar otonomi daerah adalah kalau pemerintahan berada dalam jangkauan masyarakat, tentu saja pelayanan akan menjadi lebih cepat, hemat,murah, responsip, akomodatif dan produktif. Dengan kata lain, bagaimana mendekatkan pelayanan kepada masyarakat sehingga hasil yang diharapkan dari pelaksanaan otonomi daerah adalah pemberian pelayanan publik yang lebih baik dan memuaskan sesuai dengan standardisasi pelayanan yang telah ditetapkan.

Apalagi bila dikaitkan dengan persoalan globalisasi ekonomi yang sementara berlangsung tentu aspek pelayanan menjadi salah satu kunci utama dalam persaingan produk barang dan jasa. Perusahaan akan memperbaiki produk dan pelayanannya sebaik mungkin untuk mendapatkan hasil yang maksimal. Begitupula di bidang penyelenggaraan pemerintahan masalah pelayanan kepada masyarakat khususnya masyarakat bisnis harus mendapat prioritas utama guna menyelenggarakan pemerintahan secara efisien dan efektip. Fungsi pelayanan yang dilakukan oleh pemerintah begitu penting oleh karena menyangkut kepentingan umum. Prinsip pelayanan prima oleh aparatur pemerintah, benar-benar prime performance dari good governance, sebagaimana telah berlangsung di negara-negara maju karena memang imperatif. Tidak saja secara ideal membuka jalan meningkatnya daya saing bangsa dan memenangkan kompetisi antar negara yang bermuara naiknya kesejahteraan rakyat, tetapi juga merupakan bagian dari reformasi birokrasi nasional. Hal ini sangat penting secara hakiki karena merupakan amanah rakyat dalam negara demokratis desentralistik Republik Indonesia yang sedang berpacu dengan waktu, dalam proses pemulihan perekonomiannya serta membangun di segala bidang.

Upaya peningkatan pelayanan publik adalah pertaruhan pada janji nilai-nilai pelayanan yang baik, bersama-sama membangun identitas atau stigma positif yang timbul karena implementasinya sesuai dengan tekad bersama, sebagai patok bandingnya (benchmark). Dengan demikian tentunya secara sinergi keseluruhan penyelenggara manajemen pelayanan publik dapat terus mengupayakan hasil lebih baik dari yang sebelumnya sebelumnya. Oleh sebab itu, pelayanan publik dewasa ini menjadi isu yang semakin strategis karena tingkat kualitas kinerja birokrasi pelayanan publik memiliki implikasi yang luas dalam berbagai aspek kehidupan. Perbaikan kinerja pelayanan birokrasi di bidang ekonomi misalnya, akan dapat mendorong terciptanya iklim yang kondusif pada kegiatan usaha dan investasi. Harus diakui bahwa di bidang ini masih banyak kelemahannya, sehingga tidak heran kalau pertumbuhan ekonomi, investasi, dan peluang lapangan kerja tidak berkembang seperti yang diharapkan. Secara politis, perbaikan kinerja pelayanan birokrasi akan berdampak tumbuhnya kepercayaan dan partisipasi masyarakat terhadap pemerintah. Sebaliknya kinerja birokrasi yang buruk akan menjadi salah satu faktor pendorong munculnya krisis kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah. Perbaikan kinerja birokrasi pelayanan publik akan menimgkatkan citra pemerintahan dimata masyarakat, karena dengan kualitas pelayanan publik yang semakin baik, kepuasan dan kepercayaan masyarakat bisa dibangun , sehingga legitimasi pemerintah akan semakin lebih kuat.

B. KEUTAMAAN PELAYANAN PUBLIK DALAM MEMACU INVESTASI DI KABUPATEN BONE

Daerah dan masyarakat yang selama ini powerless mengalami hal-hal yang oleh Chambers (1983) dikatakan sebagai penyebab kemiskinan yang kompleks dan saling berhubungan sebab akibat dari; ketidakberdayaan (powerlessness) , kerapuhan (vulnerability) , kelemahan fisik (physical weakness) , kemiskinan (poverty) , dan keterasingan (isolation) . Dari kondisi tersebut Daerah kehilangan posisi tawar-menawar (bargaining position) terhadap Pusat maupun pihak ketiga. Berdasarkan hal tersebut ,Pemerintah Kabupaten Bone menyadari pentingnya pemberdayaan daerah yang harus dilakukan terhadap semua komponen yaitu; pemerintah, masyarakat dan swasta. Tanpa melibatkan semua komponen yang ada di daerah maka mustahil upaya pemberdayaan ini akan dapat meningkatkan kapasitas dan barganing position Daerah. Jika hanya melibatkan sebagian atau salah satu komponen saja maka akan terdapat ketimpangan yang dikhawatirkan mungkin akan memperbesar ketidak berdayaan Daerah.

Salah satu aspek yang diberdayakan di Kabupaten Bone adalah investasi daerah. Investasi yang dimaksud adalah investasi yang dilakukan oleh komponen pemerintah, masyarakat dan swasta. Investasi oleh pemerintah dapat dilihat dari segi (1) investasi fisik dan (2) investasi non fisik. Investasi fisik yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah antara lain berupa pembangunan infrastruktur yang bertujuan menyediakan sarana dan prasarana bagi peningkatan pertumbuhan perekonomian serta peningkatan pelayanan kepada masyarakat. Sedangkan investasi non fisik yaitu pengembangan kapasitas Sumber Daya Manusia berupa penyediaan layanan kesehatan dan peningkatan gizi masyarakat, penyediaan kesempatan pendidikan bagi anak usia sekolah, serta jaminan sosial lainnya yang dikenal juga dengan human investment . Disamping kedua bentuk investasi tersebut, selain itu, telah dilakukan investasi melalui pembentukan BUMD dengan tujuan memperoleh keuntungan untuk meningkatkan PAD yang akan digunakan dalam penyelenggaraan pemerintahan, pembangunan dan pelayanan masyarakat.

Investasi dunia usaha di Kabupaten Bone diharapkan dapat memacu pertumbuhan perekonomian daerah sekaligus pemerataan pendapatan masyarakat. Dengan banyaknya investasi dunia usaha maka diharapkan pula semakin bertambahnya lapangan kerja yang dapat menampung angkatan kerja. Hal ini juga akan membawa dampak terhadap penurunan angka kemiskinan.
Peningkatan investasi daerah akan dapat terwujud jika di daerah terdapat potensi yang dapat dijual kepada para investor, baik itu berupa potensi sumber daya alam maupun potensi sumber daya manusia. Selanjutnya hal yang sangat penting lagi adalah kemampuan menjual potensi yang dimilikinya . Kemampuan untuk menjual tersebut harus didukung oleh terciptanya iklim yang kondusif dan mendukung investasi daerah seperti; adanya jaminan keamanan dan kepastian hukum bagi investasi,serta pemberian pelayanan publik yang prima.

Kemampuan dan akselerasi sistem pelayanan publik dalam melakukan respon terhadap dinamika yang terjadi dalam masyarakat, khususnya yang berkaitan dengan persoalan pelayanan investasi di daerah secara tepat dan efisien akan sangat ditentukan oleh standardisasi pelayanan publik yang diatur dalam peraturan perundang-undangan.
Dengan demikian dalam suatu negara hukum setiap kegiatan kenegaraan atau pemerintahan wajib tunduk pada aturan-aturan hukum yang menjamin dan melindungi hak-hak warganya, baik di bidang sipil dan politik maupun di bidang sosial, ekonomi dan budaya. Dengan perkataan lain, hukum ditempatkan sebagai aturan main dalam penyelenggaraan kenegaraan dan pemerintahan untuk menata masyarakat yang damai, adil, dan bermakna.

Oleh karena itu, setiap kegiatan kenegaraan atau pemerintahan harus dilihat sebagai bentuk penyelenggaraan kepentingan masyarakat (public service) yang terpancar dari hak-hak mereka yang mesti dilayani dan dilindungi. Itulah sebabnya konsep negara hukum yang dikembangkan dewasa ini selalu terkait dengan konsep negara kesejahteraan

Pelayanan umum itu sendiri bukanlah sasaran atau kegiatan, melainkan merupakan suatu proses untuk mencapai sasaran tertentu yang telah ditetapkan terlebih dahulu. Tjosvold sebagaimana dikutip dari bukunya Sadu Wasistiono (2003:42) mengemukakan, bahwa melayani masyarakat baik sebagai kewajiban maupun sebagai kehormatan merupakan dasar bagi terbentuknya masyarakat yang manusiawi. Pemberian pelayanan kepada masyarakat merupakan kewajiban utama bagi pemerintah. Peranan pemerintah dalam proses pemberian pelayanan adalah bertindak sebagai katalisator yang mempercepat proses sesuai dengan apa yang seharusnya.

Dengan diperankannya pelayanan sebagai katalisator tentu saja akan menjadi tumpuan organisasi pemerintah dalam memberikan pelayanan yang terbaik kepada masyarakat.

Dengan demikian, pelayanan yang diberikan oleh pemerintah sebagai penyedia jasa pelayanan kepada masyarakat sangat ditentukan oleh kinerja pelayanan yang diberikan. Sejauhmana pelayanan yang diberikan kepada masyarakat dapat terjangkau, mudah, cepat dan efisien baik dari sisi waktu maupun pembiayaannya.

Seperti halnya dengan daerah lain, Kabupaten Bone juga menghadapi berbagai hambatan dalam memacu investasi daerah, antara lain : Belum ada standardisasi pelayanan publik menyebabkan pelayanan yang diberikan kepada masyarakat begitu beragam dan berbelit-belit sehingga seringkali menimbulkan in-efisiensi khususnya menimbulkan ekonomi biaya tinggi bagi masyarakat ( calon investor)

Meskipun telah dilakukan pengaturan melalui sebuah mekanisme dan atau tata cara penanaman modal namun tetap ditemukan pelayanan perizinan yang tidak memadai dan menghambat investasi khususnya yang berada pada ruang lingkup instansi teknis.
Oleh karena itu, pemerintah Kabupaten Bone menganggap perlu untuk melakukan upaya dan mengambil prakarsa yang sejalan dengan konsep pelayanan perizinan investasi yakni, penerapam sistem pelayanan satu atap (one roof service system) , dengan berdasar pada kemudahan pemberian pelayanan perizinan investasi dan mengarah pada pelayanan perizinan investasi yang standar . Saat ini Kantor Pelayanan Satu Atap Kabupaten Bone telah dapat memberikan pelayanan sebanyak jenis perizinan dengan mudah dan cepat.

Tujuan dari program ini tidak lain dimaksudkan untuk meminimalisasi birokrasi pelayanan yang selama ini seringkali dipermasalahkan oleh investor. Untuk mewujudkan hal tersebut memang diperlukan upaya yang cukup keras, dalam hal membangun koordinasi antara instansi teknis yang erat kaitannya dengan pemberian pelayanan perizinan investasi yang selama ini sangat susah dilakukan, guna memberikan kepastian hukum dalam pemberian pelayanan melalui kesamaan pandangan tentang dasar hukum yang digunakan dalam pemberian pelayanan, persyaratan yang dikenakan, waktu yang digunakan terdiri dari lamanya proses perizinan dan jangka waktu berlakunya, biaya yang diperlukan serta penanggungjawab dari pemberian pelayanan perizinan investasi tersebut. Namun setelah melalui proses yang panjang akhirnya telah dilakukan penetapan standar pelayanan minimal di Kabupaten Bone yang mengutamakan pemberian pelayanan prima, dan dengan demikian diharapkan kiranya investor baik lokal maupun nasional bahkan investor asing akan mendapat kepastian hukum khususnya kemudahan dalam layanan.

C. PENANGGULANGAN KEMISKINAN MELALUI PENINGKATAN PELAYANAN PUBLIK DAN INVESTASI


Sejalan dengan upaya mendorong peningkatan kesejahteraan penduduk miskin dalam rangka menikmati pertumbuhan ekonomi yang semakin berkualitas, maka penanggulangan kemiskinan menjadi prioritas utama pembangunan . Masalah utama yang dihadapi dalam penanggulangan kemiskinan di Kabupaten Bone adalah masih besarnya jumlah penduduk yang hidup di bawah garis kemiskinan. Meskipun indikasi proporsi penduduk miskin terhadap populasi cenderung menurun dari tahu ke tahun, namun jumlah penduduk miskin secara absolute masih tinggi, . Selain kemiskinan yang didasarkan pada ukuran pendapatan, kemiskinan dapat dilihat pula dari kemampuan masyarakat untuk memperoleh akses kepada pelayanan dasar, seperti: 1) Rendahnya kualitas pendidikan yang disebabkan oleh kurangnya tenaga pendidik dan sarana pendidikan di daerah miskin/terpencil, 2) Rendahnya akses pelayanan kesehatan termasuk pelayanan keluarga berencana (KB) dan kesehatan reproduksi, diantaranya meliputi pula masih belum memadainya tenaga medis, dana dan peralatan medis di daerah miskin. 3) Rendahnya akses masyarakat miskin kepada layanan air minum. 4) Keterbatasan terhadap akses sumber-sumber pendanaan dan masih rendahnya kapasitas serta produktivitas usaha.

Berbagai kebijakan telah dilaksanakan guna menanggulangi kemiskinan tersebut baik yang merupakan program nasional maupun program yang dilakukan secara khusus oleh pemerintah Kabupaten Bone. Langkah-langkah kebijakan penanggulangan kemiskinan difokuskan pada pemenuhan kebutuhan dasar masyarakat miskin; perlindungan sosial, dan peningkatan kesempatan berusaha

Salah satu program unggulan yang telah dilakukan dalam dua tahun terakhir ini adalah Program Pemberdayaan Masyarakat di Pedesaan dan Perkotaan ( P2MPP) Program tersebut merupakan replikasi dari berbagai program pemberdayaan nasional spt : PPK, P2KP, namun dengan sumber dana yang berasal dari APBD Kabupaten Bone

Secara khusus program ini diarahkan pada peningkatan pelayanan dasar masyarakat miskin baik di desa maupun dan mencakup 372 desa/ kelurahan di seluruh wilayah kabupaten Bone.
Setiap desa/ kelurahan mendapatkan dana sebesar 50 jt , sehingga total dana yang dialokasikan untuk program ini mencapai 18 M. Indikator capaian yaitu terpenuhinya sarana pelayanan dasar bagi masyarakat miskin , antara lain tersedianya : MCK, Air bersih , Jalan Desa, jembatan, dsb. Hasil yang dicapai sangat signifikan dan cukup memuaskan, karena dengan dana stimulan yang terlalu besar jumlahnya dapat mendorong partisipasi masyarakat dalam memenuhi kebutuhan lingkungannya. Program ini rencananya akan terus ditingkatkan pada masa-masa mendatang.

Upaya lainnya yang dilakukan untuk menanggulangi kemiskinan adalah memacu investasi daerah , karena melalui investasi akan menumbuhkan perekonomian daerah dan membuka peluang kerja yang lebih luas bagi masyarakat.
Perbaikan iklim investasi menjadi salah satu tantangan terpenting yang dihadapi oleh Pemerintahan daerah, tanpa investasi tidak akan tercapai kemajuan berarti dalam perekonomian daerah sehingga diperlukan komitmen terhadap kebijakan perekonomian yang sehat, melalui investasi di dalam negeri maupun luar negeri Hal itu akan mendorong pertumbuhan ekonomi kearah yang lebih tinggi sesuai yang diperlukan untuk mengurangi tingkat pengangguran dan memberikan pekerjaan yang layak kepada masyarakat.

Tantangan dan kebijakan peningkatan investasi di Kabupaten Bone antara lain:


1. Meningkatkan efisiensi dan keefektifan pelayanan publik yang berkaitan dengan investor, pada tingkat daerah melalui simplifikasi dan deregulasi. Masih terus diupayakan penyempurnaannya. 2. Menetapkan melalui peraturan daerah pelayanansatu-atap bagi para investor; 3. Meningkatkan pelayanan investor yang disediakan pemerintah, seperti informasi spesifik industri, Profil investasi daerah. Profil ekonomi daerah.

7. Mendukung munculnya UKM yang menyediakan dukungan penting untuk investasi yang lebih besar. UKM jenis ini menyerap teknologi baru, mengembangkan ketrampilan manajerial, dan dapat menjadi sumber utama lapangan kerja sektor formal yang lebih berkualitas.
Melalui beberapa kebijakan tersebut diharapkan investasi di Kabupaten Bone Akan meningkat dan pada akhirnya dapat menjadi salah satu solusi bagi masalah kemiskinan yang ada.

You might also like