You are on page 1of 6

Hari / Tanggal : Senin / 28 Maret 2011 Waktu : 14.30-17.

30

LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOLOGI VETERINER II Diuretikum

Kelompok 14 Disusun oleh : Friska Vida A. H. Titus Ardhi Prasetya M. Miftahurrohman Desrayni Hanadhita B04080137 B04080138 B04080139 B04080142

BAGIAN FARMAKOLOGI DAN TOKSIKOLOGI DEPARTEMEN ANATOMI, FISIOLOGI DAN FARMAKOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011

Pendahuluan Diuretik ialah obat yang dapat menambah kecepatan pembentukan urin. Istilah diuresis mempunyai dua pengertian, pertama menunjukkan adanya penambahan volume urin yang diproduksi dan yang kedua menunjukkan jumlah pengeluaran (kehilangan) zat-zat terlarut dan air. Fungsi utama diuresis adalah untuk memobilisasi cairan udem, yang berarti mengubah keseimbangan cairan sedemikian rupa sehingga volume cairan ekstrasel kembali menjadi normal. (Ganiswarna, 1995) Secara umum diuretik dapat dibagi menjadi dua golongan besar yaitu: (1) diuretik osmotik; (2) penghambat mekanisme transport elektrolit di dalam tubuli ginjal. Obat yang dapat menghambat transport elektrolit di tubuli ginjal ialah: (1) penghambat karbonik anhidrase; (2) benzotiadiazid; (3) diuretik hemat kalium; dan (4) diuretik kuat. (Ganiswarna, 1995) Sedangkan, contoh golongan obat diuretik osmotik adalah manitol, urea, gliserin, isosorbid. Adanya zat tersebut dalam cairan tubuli, meningkatkan tekanan osmotik, sehingga jumlah air dan elektrolit yang diekskresi bertambah besar. Tetapi untuk menimbulkan diuresis yang cukup besar, diperlukan dosis diuretik osmotik yang tinggi. (Ganiswarna, 1995)

Tujuan Mahasiswa dapat mengetahui pengaruh beberapa sediaan obat diuretikum.

Alat dan Bahan Alat yang digunakan adalah spoit 1 ml, sonde lambung dan kandang metabolisme. Bahan yang digunakan yaitu tikus putih, NaCl fisiologis, pituitrin 0,1 %, thiazide, lasyx, kafein 1 %, dan salyrgan.

Metodologi Tikus putih dipuasakan selama 12-16 jam. Sebelum percobaan, tikus dicekok aquades 5 ml ke dalam lambungnya dengan menggunakan sonde lambung. Tikus disuntik lasyx sub cutan 0,5 ml. Waktu penyuntikan dicatat dan tikus diletakkan dalam kandang metabolisme. Urin yang keluar pada 20 menit pertama dibuang. Pada menit ke 60 dan 120 urin ditampung dan diukur volumenya. Percobaan diatas diulangi dengan menggunakan tikus lain. Sediaan lain yang digunakan adalah NaCl fisiologis subcutan 0,5 ml, pituitrin 0,1 % subcutan 0,25 ml, thiazide per oral 1 ml, kafein 1 % subcutan 0,5 ml dan salyrgan subcutan 0,13 gr/ml.

Tinjuan Pustaka Diuretik adalah obat yang dapat menambah kecepatan pembentukan urin. Istilah diuresis mempunyai dua pengertian, pertama menunjukkan adanya penambahan volume urin yang diproduksi dan yang kedua menunjukkan jumlah pengeluaran zat-zat terlarut dalam air. Fungsi utama diuretik adalah untuk memobilisasi cairan udem, yang berarti mengubah keseimbangan cairan sedemikian rupa sehingga volume cairan ekstra sel kembali menjadi normal (Anonim). Obat diuretik dibagi menjadi 5 golongan, diantaranya adalah golongan Thiazid dan Furosemid. Diuretik golongan tiazid ini bekerja pada hulu tubuli distal dengan cara menghambat reabsorpsi natrium klorida. Obat-obat diuretik yang termsuk golongan ini adalah ; klorotiazid, hidroklorotiazid, hidroflumetiazid, bendroflumetiazid, politiazid, benztiazid, siklotiazid, metiklotiazid, klortalidon, kuinetazon, dan indapamid. Diuretik kuat ini bekerja pada Ansa Henle bagian asenden pada bagian dengan epitel tebal dengan cara menghambat transport elektrolit natrium, kalium, dan klorida.Yang termasuk diuretik kuat adalah ; asam etakrinat, furosemid dan bumetamid. Diuretik golongan Thiazid dapat digunakan untuk mengobati penyakit Hipertensi (diuretik thiazid adalah pilihan utama untuk mengatasi Hipertensi), Gangguan jantung kronis kongestif, sindrom nefrotik, Batu ginjal. Diuretik kuat diindikasikan untuk edema, hiperkalsemia akut, hiperkalemia, GGA, dan hipertensi. Diuretik kuat terabsorpsi cepat, tereliminasi melalui ginjal dengan filtrasi glomerular dan sekresi tubular. Diuretik kuat selektif menghambat reabsorpsi NaCl di thick ascending limb (TAL) dan menginduksi sintesis prostaglandin renal sehingga terjadi vasodilatasi pada arteriola aferen (pembuluh darah yang masuk ke glomerulus). Penggunaan obat golongan AINS dapat mengurangi mekanisme diuretik ini karena obat golongan AINS menghambat sintesis prostaglandin. Furosemid (diuretik kuat) menurunkan reabsorpsi sodium dan klorida di ascending loop Henle dan tubulus distal ginjal. Meningkatkan ekskresi sodium, air, klorida, kalsium, dan magnesium. Diuretik furosemid (lasyx) mempunyai peran sebagai penurun preload paling banyak digunakan untuk mengobati pasien dengan jumlah jantung relative normal ditambah dengan gejala kongesti diuretik blok reabsorbsi diuretic sehingga mempengaruhi reabsorbsi natrium dan air (Arif Muttaqin, 2009) Obat diuretik juga mempunyai efek negative yaitu Hipokalemia, Hiperurisemia, kontradiksi dengan pasien diabetes tidak tergantung insulin, hiponatremia, hipotensi, hipovolemia. Pemberian furosemid dalam dosis tinggi secara intravena dapat mengakibatkan ketulian yang tidak dapat pulih kembali. (Micheal J. Neal, 2006)

Hasil dan Pembahasan Jenis Diuretikum Lasix NaCl fisiologis Pituitrin 0,1% Thiazide Caffein Volume Urin (ml) Menit 20 3,5 0 0 0 0 Menit 45 9 3 0 0 0 Menit 90 0 3 2 7,5 2 Volume Total Urin (ml) 9 6 2 7,5 2

Diuretikum merupakan obat-obatan yang meningkatkan eliminasi cairan dari dalam tubuh melalui ekskresi ginjal (urine). Lasix, thiazide, dan caffein merupakan agen diuretikum. Percoban menunjukkan Lasix (furosemide) sebagai agen diuretikum yang paling efektif dalam ekskresi sejumlah besar urin. Pada tikus yang diberi preparat Lasix (furosemide) didapatkan ekskresi urin dengan volume paling besar. Lasix termasuk diuretikum kuat karena bekerja langsung pada lengkung Henle yang merupakan pusat reabsorbsi ion-ion natrium, klorida, dan kalium. Lasix bekerja pada lengkung Henle dengan cara menghambat reabsorbsi garam Natrium dan klorida. Mekanisme ini menyebabkan konsentrasi Natrium dan klorida di dalam ginjal meningkat sehingga air banyak terdistribusi ke ginjal dan tidak diresorbsi kembali oleh tubuh. Lasix juga berperan dalam vasodilatasi pembuluh darah sehingga efektif dalam menurunkan tekanan darah. Obat-obatan jenis loop diuretic (Lasix) lebih poten dibandingkan tiazid dan harus digunakan dengan hatihati untuk menghindari dehidrasi. (Olson, J. 2003) Volume urin yang didapatkan dari tikus putih yang diberikan preparat thiazide lebih sedikit dari yang diberikan lasix. Thiazide adalah agen diuretikum yang lebih lemah karena menghambat reabsorbsi ion natrium dan kalium pada hulu tubuli distal. Tubuli distal merupakan bagian ginjal yang fungsi utamanya bukan dalam reabsorbsi, sehingga penghambatan reabsorbsi di tubuli ginjal kurang memberikan efek yang maksimal dalam diuresis. (Ives, H.E. 2001) Cafein memiliki sifat diuretikum bukan sebagai efek utama melainkan efek sekunder. Didapatkan volume urin yang lebih kecil dibandingkan agen-agen diuretikum yang lainnya karena cafein tidak bekerja secara langsung pada penyerapan ginjal. Cafein merupakan zat yang memiliki titik kerja utama pada

jantung. Cafein berfungsi meningkatkan kerja jantung dan meningkatkan tekanan darah, sehingga GFR meningkat. Selain itu cafein juga menghambat reabsorbsi natrium. Cafein bekerja pada jantung dengan meningkatkan kerjanya dan cardiac output, sehingga tekanan dalam pembuluh darah meningkat. Akibatnya GFR ikut meningkat dan jumlah urin meningkat. Berdasarkan mekanisme ini cafein dikategorikan diuretikum akibat efek sekundernya. NaCl fisiologis bukan merupakan agen diuretikum karena tidak menarik cairan dari ekstraseluler. Urin yang dihasilkan hanya berasal dari sisa metabolisme cairan di dalam saluran pencernaan. NaCl yang dapat digunakan sebagai diuretik adalah NaCl yang konsentrasinya lebih tinggi (hipertonis) dari cairan tubuh. Efek osmosis akan memacu perpindahan cairan dari ekstravaskuler menuju intravaskuler sehingga GFR meningkat. (Ives, H.E. 2001) Pituitrin merupakan ekstrak dari kelenjar pituitari hewan (sapi pada umumnya). Pituitrin merupakan antidiuresis karena mengandung vasopressin yang merupakan prekursor ADH. Pituitrin menghambat diuresis dengan cara meningkatkan permeabilitas membran sel tubuli distal dan duktus kolektivus di ginjal dan meningkatkan reabsorbsi air. Kesimpulan Lasix merupakan diuretikum kuat yang bekerja menghambat reabsorbsi ion natrium dan klorida pada lengkung Henle (pusat reabsorbsi ion pada ginjal). Thiazide merupakan diuretikum yang lebih lemah daripada Lasix, bekerja pada tubuli distal ginjal dengan mekanisme menghambat reabsorbsi ion natrium dan klorida. Cafein merupakan obat yang bekerja utama pada jatung, namun memiliki efek sekunder yang bersifat diuretikum, sehingga digolongkan sebagai diuretikum lemah. Pituitrin merupakan agen yang digunakan sebagai antidiuretik. Pituitrin merupakan ekstrak pituitari yang mengandung prekursor ADH (vassopressin) yang meningkatkan reabsorbsi air di tubuli distal dan ductus colectivus.

Daftar Pustaka Anonim. _. Obat Diuretik. [terhubung berkala]. http://medicastore.com/apotik_online/obat_jantung/obat_diuretik.htm [17 April 2011] Anonim._. Penggunaan Furosemid Diuretik pada Terapi Gagal Ginjal Akut. [terhubung berkala]. http://yosefw.wordpress.com/2007/12/27/penggunaan-furosemid-diuretikkuat-pada-terapi-gagal-ginjal-akut/. [17 April 2011]

Ganiswarna, Sulistia G. 1995. Farmakologi dan Terapi, edisi 4. Jakarta: Gaya Baru. Ives, H.E. 2001. Obat-obat Diuretikum . Dalam Farmakologi Dasar dan Klinik, editor Dripa Sjabana. Jakarta: Salemba Medika. Olson, J. 2003. Clinical Pharmacology : Made Ridiculously Simple. Canada : The McGraw-Hill Companies. Neal Michael J.2006.At a Glance Farmakologi Medis Edisi kelima.Jakarta: Erlangga Muttaqin Arif.2009.Pengantar Asuhan keperawatan dengan gangguan system kardiovaskular.Jakarta:Salemba Medika

You might also like