You are on page 1of 31

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG Penyakit hipertensi merupakan peningkatan tekanan darah yang memberi gejala yang berlanjut untuk suatu target organ, seperti strok untuk otak, penyakit jantung koroner untuk pembuluh darah jantung dan untuk otot jantung. Penyakit ini telah menjadi masalah utama dalam kesehatan mesyarakat yang ada di Indonesia maupun di beberapa negara yang ada di dunia. Diperkirakan sekitar 80 % kenaikan kasus hipertensi terutama di negara berkembang tahun 2025 dari sejumlah 639 juta kasus di tahun 2000, di perkirakan menjadi 1,15 milyar kasus di tahun 2025. Prediksi ini didasarkan pada angka penderita hipertensi saat ini dan pertambahan penduduk saat ini. Angka-angka prevalensi hipertensi di Indonesia telah banyak dikumpulkan dan menunjukkan, di daerah pedesaan masih banyak penderita yang belum terjangkau oleh pelayanan kesehatan. Baik dari segi case-finding maupun penatalaksanaan pengobatannya jangkauan masih sangat terbatas dan sebagian besar penderita hipertensi tidak mempunyai keluhan. Prevalensi terbanyak berkisar antara 6 sampai dengan 15% tetapi angka-angka ekstrim rendah seperti di Ungaran, Jawa Tengah 1,8%; Lembah Balim Pegunungan Jaya Wijaya, Irian Jaya 0,6%; dan Talang Sumatera Barat 17,8%. Nyata di sini, dua angka yang dilaporkan oleh kelompok yang sama pada 2 daerah pedesaan di Sumatera Barat menunjukkan angka yang tinggi. Oleh sebab itu perlu diteliti lebih lanjut, demikian juga angka yang relatif sangat rendah.Survai penyakit jantung pada usia lanjut yang dilaksanakan Boedhi Darmojo, menemukan prevalensi hipertensi tanpa atau dengan tanda penyakit jantung hipertensi sebesar 33,3% (81 orang dari 243 orang tua 50 tahun ke atas).Wanita mempunyai prevalensi lebih tinggi dari pada pria (p0,05). Dari kasus-kasus tadi,

ternyata 68,4% termasuk hipertensi ringan (diastolik 95104 mmHg), 28,1% hipertensi sedang (diastolik 105129 mmHG) dan hanya 3,5% dengan hipertensi berat (diastolik sama atau lebih besar dengan 130 mmHg). Hipertensi pada penderita penyakit jantung iskemik ialah 16,1%, suatu persentase yang rendah bila dibandingkan dengan prevalensi seluruh populasi (33,3%), jadi merupakan faktor risiko yang kurang penting. Juga kenaikan prevalensi dengan naiknya umur tidak dijumpai.Oleh karena itu, negara Indonesia yang sedang membangun di segala bidang perlu memperhatikan tindakan mendidik untuk mencegah timbulnya penyakit seperti hipertensi, kardiovaskuler, penyakit degeneratif dan lain-lain, sehingga potensi bangsa dapat lebih dimanfaatkan untuk proses pembangunan. Golongan umur 45 tahun ke atas memerlukan tindakan atau program pencegahan yang terarah. Tujuan program penanggulangan penyakit kardiovaskuler adalah mencegah peningkatan jumlah penderita risiko penyakit kardiovaskuler dalam masyarakat dengan menghindari faktor penyebab seperti hipertensi, diabetes, hiperlipidemia, merokok, stres dan lain-lain. B. TUJUAN 1. Tujuan Umum Mahasiswa mampu mempelajari asuhan keperawatan pada pasien hipertensi secara teori. 2. Tujuan Khusus Mahasiswa mampu menjelaskan tentang pengertian, etiologi, manifestasi, patofisiologi, pada pasien hipertensi. C. RUANG LINGKUP PEMBELAJARAN Pembahasan makalah ini dibatasi pada tinjauan teori tentang Asuhan Keperawatan Pada Pasien Hipertensi

D. METODE PENULISAN Penulisan makalah diperoleh melalui studi kepustakaan dengan mempelajari literatur-literatur yang berkaitan dengan masalah hipertensi. E. SISTEMATIKA PENULISAN Makalah ini terdiri dari dua Bab, yaitu : Bab I terdiri dari latar belakang,tujuan pembahasan, ruang lingkup pembelajaran, metode penulisan, sistematika penulisan. Bab II terdiri dari pengertian hipertensi, anatomi fisiologi, etiologi, klasifikasi hipertensi, patofisiologi, manifestasi klinis, penatalaksaan medis, komplikasi, asuhan keperawatan pada pasien hipertensi (pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan dan implementasi, evaluasi).

BAB II TINJAUAN TEORI


A. DEFINISI Hipertensi adalah tekanan darah tinggi yang bersifat abnormal dan diukur paling tidak pada tiga kesempatan yang berbeda. Secara umum seseorang dianggap mengalami hipertensi apabila tekanan darahnya lebih tinggi daripada 140/90 mmHg (Patofisiologi, Elizabeth J. Corwin, hal.356)

Hipertensi adalah suatu keadaan dimana tekanan darah sistolik lebih dari 120 mmHg dan tekanan diastole lebih dari 80 mmHg. ( Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Kardiovaskular dan Hematologi, hal. 262 ) B. ANATOMI FISIOLOGI

Jantung adalah sebuah organ berotot dengan empat ruang yang terletak di rongga dada, di bawah perlindungan tulang iga, sedikit ke sebelah kiri sternum. Jantung terdapat di dalam sebuah kantung longgar berisi cairan yang disebut perikardium. Keempat ruang jantung tersebut adalah atrium kiri dan kanan serta ventrikel kiri dan kanan. Sisi kiri jantung memompa darah ke seluruh sel tubuh kecuali sel sel yang berperan dalam pertukaran gas di paru. Ini disebut sirkulasi sistemik. Sisi kanan jantung memompa darah ke paru untuk mendapat oksigen. ini disebut sirkulasi paru ( pulmoner ). Sirkulasi sistemik Darah masuk ke atrium kiri dari vena pulmonaris. Darah di atrium kiri mengalir ke dalam ventrikel kiri melalui katup atrio ventikel ( AV ), yang terletak di sambungan atrium dan ventrikel . katup ini disebut katup mitralis.

Semua katup jantung membuka ketika tekanan dalam ruang jantung atau pembuluh yang berada diatasnya melebihi tekanan didalam ruang atau pembuluh yang ada di bawah. Aliran keluar darah dari ventrikel kiri adalah menuju sebuah arteri besar berotot, yang disebut aorta. Darah mengalir dari ventrikel kiri ke aorta melalui katup aorta. Darah diaorta di salurkan ke sesluruh sirkulasi sistemik,melalaui arteri,arteriol dan kapiler,yang kemudian menyatu kembali untuk membentuk vena vena. Vena vena dari bagian bawah tubuh mengembalikan ke vena terbesar, vena kava inferor. Vena dari bagian atas tubuh mengembalikan darh ke vena kava superior.ke dua vena kava bermuara di atrium kanan. Sirkulasi paru Darah diatrium kanan mengalir ke ventikel kanan melalui katup AV lainya, yang disebut katup semilunaris ( atau trikuspidalis ). Darah keluar dari ventrikel kanan dan mengalir melewati katup ke 4, katup pulmonaris, ke dalam arteri pulmonaris. Arteri pulmonaris bercabang cabang menjadi arteri pulmonaris kanan dan kiri masing masing mengalir melalui kanan dan kiri . di paru arteri arteri pulmonaris bercabang cabang berkali kali menjadi arteriol dan kemudian kapiler. Sertiap kapiler memberi perfusi kepada satuan penafasan, melalui sebuah alveolus.semua kapiler menyatu kembali untuk menjadi venula dan venula menjadi vena. Vena vena menyatu untuk membentuk vena pulmonaris yang besar. Darah mengalir dalam vena pulmonaris kembali keatrium kiri untuk menyelesaikan siklus aliran darah jantung. C. ETIOLOGI 1. Hipertensi Primer (esensial) : 90 % tidak diketahui penyebabnya Beberapa faktor diduga berkaitan dengan berkembangnya hipertensi esensial sebagai berikut :

a.

Genetik : individu yang mempunyai riwayat keluarga dengan hipertensi, beresiko tinggi untuk mendapatkan penyakit ini.

b. Jenis kelamin & usia : laki-laki berusia 35-50 tahun dan wanita pasca menopause beresiko tinggi untuk mengalami hipertensi. c. Diet : Konsumsi diet tinggi garam atau lemak secara langsung berhubungan dengan berkembangnya hipertensi. d. Berat badan : obesitas (> 25% di atas BB ideal) dikaitkan dengan berkembangnya hipertensi. e. Gaya hidup : merokok dan konsumsi alkohol dapat meningkatkan tekanan darah, bila gaya hidup menetap. 2. Hipertensi Sekunder : 5 10 % Coarctation aorta. merupakan penyempitan aorta congenital yang mungkin terjadi beberapa tingkat pada aorta torasik atau aorta abdominal. Penyempitan menghambat aliran darah melalui lengkung aorta dan menngakibatkan peningkatan tekanan darah di atas area konstriksi. Penyakit parenkim dan vaskular ginjal. Merupakan penyebab utama hipertensi sekunder. Hipertensi renovaskular berhubungan dengan penyempitan satu atau lebih arteri besar yang secara langsung membawa darah ke ginjal. Sekitar 90% lesi arteri renal pada klien dengan hipertensi disebabkan oleh aterosklerosis atau fibrous dysplasia (pertumbuhan abnormal jaringan fibrous). Penyakit parenkim ginjal terkait dengan infeksi, inflamasi, dan perubahan struktur, serta fungsi ginjal. Penggunaan kontrasepsi hormonal (estrogen). Oral kontrasepsi yang berisi esterogen dapat menyebabkan hipertensi melalui mekanisme Renin-aldosteron-mediate volume expansion. Dengan penghentian oral kontrasepsi, tekanan darah normal kembali setelah beberapa bulan. Gangguan endokrin.

Disfungsi medula adrenal atau korteks adrenal dapat menyebabkan hipertensi sekunder. Adrenal-mediate hypertension disebabkan kelebihan primer aldosteron, kortisol dan katekolamin. Pada aldosteron primer, kelebihan aldosteron menyebabkan hipertensi dan hipokalemia. Aldosteonisme primer biasanya timbul dari benign adenoma korteks adrenal. Pheochromocytomas pada medulla adrenal yang paling umum dan meningkatkan sekresi katekolamin yang berlebihan. Pada sindrom Cushing, kelebihan gluukokortikoid yang diekskresi dari korteks adrenal. Sindrom Cushings mungkin disebabkan oleh hiperplasi adrenokortikal atau adenoma adrenokortikal. Kegemukan (obesitas), gaya hidup yang tidak aktif (malas berolah raga) Stress Stress cenderung menyebabkan kenaikan tekanan darah untuk sementara waktu, jika stress telah berlalu, maka tekanan darah biasanya akan kembali normal. Kehamilan Luka bakar Peningkatan volume intravascular Merokok. Nikotin dalam rokok merangsang pelepasan katekolamin. Peningkatan katekolamin mengakibatkan iritabilitas miokardial, peningkatan denyut jantung, menyebakan vasokontriksi, yang mana pada akhirnya meningkatkan tekanan darah. D. KLASIFIKASI HIPERTENSI Klasifikasi Hipertensi pada klien berusia > 18 tahun oleh The Joint National Committee on Detection, Evalution, and Treatment of High Blood Pressure (1998). Kategori TDD (mmHg) TDS (mmHg)

Normal Normal Tinggi

< 85 85 89 Hipertensi :

< 130 130 - 139

Tinggi 1 (ringan) Tinggi2 (sedang) Tinggi 3 (berat) Tinggi 4 (sangat berat)

90 99 100 109 110 119 120

140 - 159 160 - 179 180 - 120 210 TDS : tekanan darah sistolik.

TDD : tekanan darah diastolik.

E. PATOFISIOLOGI Tekanan arteri sistemik adalah hasil dari perkalian cardiac output (curah jantung) dengan total tahanan perifer. Cardiac output (curah jantung) diperoleh dari perkalian antara stroke volume dengan heart rate (denyut jantung). Penggaturan tahanan perifer dipertahankan oleh system saraf otonom dan sirkulasi hormone. Empat sistem control yang berperan dalam mempertahankan tekanan darah antara lain sistem baroreseptor arteri, pengaturan volume cairan tubuh, sistem rennin angiotensin dan autoregulasi vaskuler. Baroreseptor arteri terutama ditemukan di sinus carotid, tapi juga dalam aorta dan dinding ventrikel kiri. Baroreseptor ini memonitor derajat tekanan arteri. Sistem baroreseptor meniadakan peningkatan tekanan arteri melalui mekanisme perlambatan jantung oleh respons vagal (stimulasi parasimpatis) dan vasodilatsi dengan penurunan tonus simpatis. Oleh karena itu, refleks control sirkulasi meningkatkan tekanan arteri sistemik bila tekanan baroreseptor turun dan menurunkan tekanan artei sistemik bila tekanan baroreseptor meningkat. Alasan pasti mengapa control ini gagal pada hipertensi belum diketahui. Hal ini ditunjukkan untuk menaikkan re-setting sensitivitas baroreseptor sehingga

tekanan meningkat secara tidak adekuat, sekalipun penurunan tekanan tidak ada. Perubahan volume cairan mempengaruhi tekanan arteri sistemik. Bila tubuh mengalami kelebihan garam dan air, tekanan darah meningkat melalui mekanisme fisiologi komplek yang mengubah aliran balik vena ke jantung dan mengakibatkan peningkatan curah jantung. Bila ginjal berfungsi secara adekuat, peningkatan tekanan arteri mengakibatkan dieresis dan penurunan tekanan darah. Kondisi patologis yang mengubah ambang tekanan pada ginjal dalam mengekskresikan garam dan air akan meningkatkan tekanan arteri sistemik. Renin dan angiotensin memegang peranan dalam mengatur tekanan darah. Ginjal memproduksi renin yaitu suatu enzim yang bertindak pada substrat protein plasma untuk memisahkan angiotensin I, yang keudian diubah oleh converting enzyme dalam paru menjadi bentuk angiotensin II kemudian menjadi angiotensin III. Angiotensin II dan III mempunyai aksi vasokonstriktor yang kuat pada pembuluh darah dan merupakan mekanisme kontrol terhadap pelepasan aldosteron. Aldosteon sangat bermakna dalam hipertensi terutama pada aldosteron primer. Melalui peningkatan aktivitas sistem saraf simpatis, angiotensin II dan III juga mempunyai efek inhibiting penghambat pada ekskresi garam (natrium) dengan akibat peningkatan tekanan darah. Sekresi renin yang tidak tepat diduga sebagai penyebab meningkatnya tahanan perifer vascular pada hipertensi esensial. Pada tekanan darah tinggi, kadar renin harus diturunkan karena peningkatan tekanan arteriolar renal mungkin menghambat sekresi renin. Namun demikian, sebagian besar orang dengan hipertensi esensial mempunyai kadar renin normal. Peningkatan tekanan darah terus menerus pada klien hipertensi esensial akan mengakibatkan kerusakan pembuluh darah pada organ-organ vital. Hipertensis esensial mengakibatkan hyperplasia medial (penebalan) arteriolearteriole. Karena pembuluh darah menebal, maka perfusi jaringan menurun dan

mengakibatkan kerusakan organ tubuh. Hal ini menyebabkan infark miokard, stroke, gagal jantung, dan gagal ginjal. Autoregulasi vascular merupakan mekanisme lain yang terlibat dalam hipertensi. Autoregulasi vascular adalah suatu proses yang mempertahankan perfusi jaringan dalam tubuh yang relative konstan. Jika aliran berubah, prosesproses autoregulasi akan menurunkan tahanan vascular dan mengakibatkan pengurangan aliran, sebaliknya akan meningkatkan tahanan vascular sebagai akibat dari peningkatan aliran. Autoregulasi vascular Nampak menjadi mekanisme penting dalam menimbulkan hipertensi berkaitan dengan overload garam dan air. F. MANIFESTASI KLINIS Sebagian manifestasi klinis timbul setelah mengalami hipertensi bertahun tahun dan berupa : Nyeri kepala saat berjaga terkadang disertai mual dan muntah akibat peningkatan tekanan darah interaknium Penglihatan kabur akibat kerusakan retina karena hipertensi Ayunan langkah yang tidak mantap karena kerusakan susunan saraf pusat Nokturia karena peningkatan aliran darah ginjal dan filtrasi glomerulus Edema dependen dan pembengkakan akibat peningkatan tekanan kapiler. Pada kasus hipertensi berat, gejala yang dialami klien antara lain : sakit kepala (rasa berat di tengkuk), palpitasi, kelelahan, nausea, vomiting, ansietas, keringat berlebihan, tremor otot, nyeri dada, epistaksis, pandangan kabur atau ganda, tinnitus (telinga berdenging), serta kesulitan tidur. G. PENATALAKSANAAN Farmakologi Terapi obat pada hipertesi dimulai dengan salah satu obat berikut ini :

Hidroklorotiazid (HCT) 12,5 25 mg perhari dosis tunggal pada pagi hari (Pada hipertensi dalam kehamilan, hanya digunakan bila disertai hemokonsentrasi / udem paru). Reserpin 0,1-0,25 mg sehari sebagai dosis tunggal. Propanolol mulai dari 10 mg 2 x sehari dapat dinaikkan 20 mg 2 x sehari. (Kontraindikasi untuk penderita asma). Kaptopril 12,5-25 mg 2-3 x sehari. (Kontraindikasi pada kehamilan selama janin hidup dan penderita asma). Nifedipin mulai dari 5 mg 2 x sehari, bisa dinaikkan 10 mg 2 x sehari. Nonfarmakologi Langkah awal biasanya adalah pola hidup penderita : Menurunkan berat badan sampai batas ideal. Mengubah pola makan pada penderita diabetes, kegemukan atau kadar kolestrol darah tinggi. Mengurangi pemakaian garam sampai kurang dari 2,3 gram natrium atau 6 gram natrium klorida setiap harinya ( disertai dengan asupan kalsium, magnesium dan klaium yang cukup) dan mengurangi alkohol. Olah raga aerobic yang tidak terlalu berat. Penderita hipertensi esensial tidak perlu membatasi aktivitasnya selama tekanan darahnya terkendali. Berhenti merokok. H. KOMPLIKASI Stroke dapat timbul akibat perdarahan tekanan tinggi di otak, atau akibat embolus yang terlepas dari pembuluh non otak yang terpajang tekanan tinggi. Stroke dapat terjadi pada hipertensi kronik apabila arteri arteri yang memperdarahi otak mengalami hipertrofi dan menebal, sehingga aliran darah ke daerah daerah diperdarahnya berkurang. Arteri arteri otak yang mengalami arterosklerosis dapat melemah sehingga meningkatkan kemungkinan terbentuknya aneurisma.

Dapat terjadi infark miokardium apabila arteri koroner yang aterosklerotik tidak dapat menyuplai cukup oksigen ke miokardium atau apabila terbentuk thrombus yang dapat menghambat aliran darah melalui pembuluh tersebut. Karena hipertensi kronik dan hipertrofi ventrikel,maka kebutuhan oksigen miokardium tidak dapat dipenuhi dan dapat terjadi iskemia jantung yang menyebabkan infark. Demikian juga, hipertrofi ventrikel dapat menimbulakn perubahan perubahan waktu hantaran listrik melintasi ventrikel sehingga terjadi disritmia,hipoksia jantung, dan peningkatan reksiko pembentukan bekuan. Dapat terjadi gagal ginjal karena kerusakan progresif akibat tekanan tinggi pada kapiler kapiler, glomerulus. Dengan rusaknya glomerulus, darah akan mengalir ke unit unit fungsional ginjal,nefron akan terganggu dan dapat berlanjut menjadi hipoksik dan kematian. Dengan rusaknya membrane glomerulus,protein akan keluar melalui urin sehingga tekanan osmotic koloid plasma berkurang, menyebabkan edema yang sering dijumpai pada hipertensi kronik. Ensefalopati ( kerusakan otak ) dapat terjadi , terutama pada hipertensi pada maligna ( hipertensi yang meningkat cepat ). Tekanan yang sangat tinggi pada kelainan ini menyebabkan peningkatan tekanan kapiler dan mendorong cairan ke dalam ruang intertisium di seluruh susunan saraf pusat. Neuron neuron di sekitarnya kolaps dan terjadi koma serta kematian. Wanita dengan PIH dapat mengalami kejang. Bayi yang lahir mungkin memiliki berat lahir rendah akibat perfusi plasenta yang tidak adekuat, dan dapat mengalami hipoksia dan asidosis apabila ibu mengalami kejang selama atau sebelum proses persalinan.

I. ASUHAN KEPERAWATAN

a. Pengkajian Anamnesis Pada anamnesis biasanya didapat adanya riwayat peningkatan tekanan darah, adanya riwayat keluarga dengan penyakit yang sama, dan riwayat meminum obat antihipertensi. Dasar-Dasar Pengkajian 1. Aktifitas/ istirahat Gejala Tanda Gejala : Kelemahan, letih, napas pendek, gaya hidup monoton. : Frekuensi jantung meningkat, perubahan irama jantung, takipnea.

2. Sirkulasi : Riwayat hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung koroner/ katup dan penyakit serebrovaskuler. Episode palpitasi, Perspirasi. Tanda : Kenaikan TD (pengukuran serial dari kenaikan tekanan darah diperlukan untuk menegakkan diagnosis. Hipotensi postural (mungkin berhubungan dengan regimen obat). Nadi : Denyutan jelas dari karotis, jugularis, radialis, perbedaan denyut spt denyut femoral melambat sebagai kompensasi denyutan radialis/ brakhialis; denyut popliteal, tibialis posterior, pedalis tidak teraba atau lemah. Denyut apical : PMI kemungkinan bergeser atau sangat kuat. Frekuensi/ irama : Takikardi, berbagai disritmia. Bunyi jantung : terdengar S2 pada dasar; S3 (CHF dini); S4 (pengerasan ventrikel kiri/ hipertropi ventrikel kiri). Murmur stenosis valvular. Desiran vascular terdengar di atas karotis, vemorlis, atau epigastrium (stenosis arteri). DVJ (Distensi Vena Jugularis) (kongesti vena).

Ekstremitas : perubahan warna kulit, suhu dingin (vasokontriksi periver); pengisian kapiler mungkin lambat/ tertunda (vasokontriksi). Kulit pucat, Sianosis, dan diaphoresis (kongesti, hipoksemia); kemerahan (Feokromositoma). 3. Integritas Ego Gejala : Riwayat kepribadian, ansietas, depresi, euporia, atau marakronik (dapat mengindikasikan kerusakan serebral). Faktor-faktor multiple (hubungan, keuangan, yang berkaitan dengan pekerjaan). Tanda : Letupan suasana hati, gelisah, penyempitan kontinu perhatian, tangisan yang meledak. Gerak tangan empati, otot muka tegang (khususnya sekitar mata), gerakan fisik cepat, pernapasan menghela, peningkatan pola bicara. 4. Eliminasi Gejala : Gangguan ginjal saat ini atau yang lalu (spt. Infeksi/ obstruksi atau riwayat penyakit ginjal masa yang lalu). 5. Makanan/ Cairan Gejala : Makanan yang disukai, yang dapat mencakup makanan tinggi garam, tinggi lemak, tinggi kolesterol (spt. Makanan yang digoreng, keju, telur); Gula-gula yang berwarna hitam, kandungan tinggi kalori. Mual, muntah. Perubahan berat badan akhir-akhir ini (meningkat/ turun). Riwayat penggunaan diuretic. Tanda : Berat badan normal/ obesitas. Adanya udema (mungkin umum atau tertentu); kongesti vena, DVJ; glikosuria (hamper 10% pasien hipertensi adalah diabetik). 6. Neurosensori Gejala : Keluhan pening/ pusing Berdenyut, sakit kepala suboksipital (terjadi saat bangun dan menghilang secara spontan setelah beberapa jam).

7. Hipertensi Gejala : Episode kebas atau kelemahan pada satu sisi tubuh. Gangguan penglihatan (diplopia, penglihatan kabur). Episode epistaksis. Tanda : Status mental: Perubahan keterjagaan, orientasi, pola atau isi bicara, afek, proses pikir, atau memori. Respon motorik : Penurunan kekuatan genggaman tangan atau reflex tendon dalam. Perubahan-perubahan retinal optic : dari sklerosis/ penyempitan arteri ringan sampai berat dan perubahan sklerotik dengan edema atau papil edema, eksudat, dan hemoragik tergantung pada berat atau lamanya hipertensi. 8. Nyeri/ Ketidaknyamanan Gejala : Angina (penyakit arteri koroner/ keterlibatan jantung). Nyeri hilang timbul pada tungkai atau klaudikasi (indikasi arteriosklerosis pada arteri ekstremitas bawah). Sakit kepala oksipital berat seperti yang pernah terjadi sebelumnya. Nyeri abdomen / massa (feokromositoma). 9. Pernapasan (secara umum berhubungan dengan efek kardiopulmonal tahap lanjut dari hipertensi menetap/ berat). Gejala : Dispnea yang berkaitan dengan aktifitas atau kerja Takipnea, Ortopnea, dispnea nocturnal paroksismal. Batuk dengan atau tanpa pembentukan sputum. Riwayat merokok. Tanda : Distres respirasi/ penggunaan otot aksesori pernapasan Bunyi napas tambahan (krakles/ mengi). Sianosis. 10. Keamanan Gejala : Gangguan koordinasi/ cara berjalan. Episode parestesia unilateral transien

Hipotensi postural 11. Gejala Pembelajaran/ penyuluhan diabetes mellitus, penyakit serebrovaskular/ ginjal. Faktor-faktor resiko etnik, spt. Orang afrika-amerika, Asia tenggara. Penggunaan pil KB atau hormone lain; penggunaan obat/ alcohol. : Faktor-faktor resiko keluarga : Hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung,

Pemeriksaan Diagnostik 1. Hemoglobin/ hematokrit : bukan diagnostik tetapi mengkaji hubungan dari selsel terhadap volume cairan (viskositas) dan dapat mengindikasikan factorfactor resiko seperti hyperkoagubilitas, anemia. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. BUN/ kreainin : memberikan informasi tentang perfusi/ fungsi ginjal. Glukosa : hiperglikemia (diabetes mellitus adalah pencetus hipertensi) dapat diakibatkan oleh peningkatan kadar katekolamin ( meningkatkan hipertensi). Kalium serum : hipokalemia dapat mengindikasikan adanya aldosteron utama (penyebab) atau menjadi efek samping terapi diuretic. Kalsium serum : peningkatan kadar kalsium serum dapat meningkatkan hipertensi. Kolesterol dan Trigeliserida serum : peningkatan kadar dapat mengindikasikan pencetus untuk/adanya pembentukan plak ateromatosa (efek kardiovaskuler). Pemeriksaan tiroid : hipertiroidisme dapat menimbulkan vasokontriksi dan hipertensi. Kadar aldosteron uriin/serum: untuk mengkaji aldosteronisme primer(penyebab). Urinalisa;darah , protein,glukosa mengisiaratkan disfungsi ginjal dan /atau adanya diabetes .

10.

VMA urin(metabolit katekolamin); kenaikan dapat mengindikasikan adanya feokromositoma(penyebab);VMA urin 24jam dapat dilakukan untuk pengkajian feokromositoma bila hipertensi hilang timbul .

11. 12.

Asam urat:hiperurisemia telah menjadi implikasi sebagai factor resiko terjadinya hipertensi Steroid urin: kenaikan dapat mengindikasikan hiperadrenalisme, feokromositoma atau disfungsi piutitari , sindrom cushing s: kadar pada rennin dapat juga meningkat .

13. 14.

IVP : dapat mengindefikasi penyebab hipertensi , spt, penyakit parenkim ginjal, batu ginjal/ureter. Foto dada:dapat menunjukkan obstruksi kalsifikasi pada area katup:deposit pada dan/atau takik aorta ; pembesaran jantung .

15. CTskan : mengkaji tumo9r serebral ,CSV,ensefralopati,atau feokromositoma . 16. EKG : dapat menujukkan pembesaran jantung , pola regangan ,gangguan konduksi. Catatan;luas, peninggian gelombang P aalah salah satu tanda dini penyakit jantung hipertensi . b. Diagnosa Keperawatan 1. Resiko tinggi terhadap penurunan curah jantung B.D Peningkatan afterload, vasokontriksi, Iskemia miokardia, Hipertrofi/rigiditas (kekakuan) ventrikuler 2. Intoleransi aktivitas B.D Kelemahan umum, Ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen. 3. Sakit kepala, nyeri (Akut) B.D Peningkatan tekanan vaskuler serebral. 4. Perubahan nutrisi lebih dari kebutuhan tubuh B.D Masukan berlebihan sehubungan dengan kebutuhan metabolik, Pola hidup menoton, Keyakinan budaya. 5. Kurang pengetahuan tentang pengelolaan hipertensi.

c. Perencanaan
1. Resiko tinggi terhadap penurunan curah jantung B.D Peningkatan afterload, vasokontriksi, Iskemia miokardia, Hipertropi/rigiditas (kekakuan) ventrikuler . Data : (Tidak dapat diterapkan ;adanya tanda-tanda dan gejala-gajala yang menetapkan diagnosa aktual). : Afterload tidak meningkat, tidak terjadi vasokontriksi, tidak terjadi iskemia miokardia, tidak terjadi hipertropi/ rigiditas (kekakuan) ventrikuler. : - Berpartisipasi dalam aktivitas yang dapat menurunkan tekanan darah. - Mempertahankan tekanan darah dalam rentan individu yang dapat diterima. - Irama dan denyut jantung dalam batas normal.

an

eria hasil

TINDAKAN /INTERVENSI Mandiri Pantau TD. Ukur pada ke dua tangan/paha untuk evaluasi awal. dan teknik yang akurat

RASIONAL Perbandingan tekanan memberikan gambaran yang lebih lengkap tentang Hipertensi berat diklasifikasikan pada orang dewasa sebagai peningkatan tekanan diastolik sampai 130; hasil pengukuran diastolic diatas 130 dipertimbangkan sebagai peningkatan pertama, kemudian maligna. Hipertensi sistolik juga merupakan faktor resiko yang ditentukan untuk penyakit serebrovaskular dan penyakit iskemi jantung bila tekanan

Gunakan ukuran mansed yang tepat keterlibatan/bidang masalah vaskuler.

Catat keberadaan, kualitas denyutan sentral dan perifer.

diastolic 90-115. Denyutan karotis, jugularis, radialis dan femoralis mungkin teramati/ terpalpasi. Denyut pada tungkai mungkin menurun ,mencerminkan efek dari vasokontriksi (peningkatan

SVR) dan kongesti vena. Auskultasi tonus jantung dan bunyi S4 umum terdengar pada pasien nafas hipertensi berat karena adanya hipertrofi atrium (peningkatan volume/tekanan atrium). Perkembangn S3 menunjukkan hipertrofi ventrikel dan kerusakan fungsi. Adanya krakles, mengi dapat mengindikasikan kongesti paru sekunder terhadap terjadinya atau Amati warna kulit , kelembaban , suhu, dan masa pengisian kapiler gagal jantung kronik Adanya pucat, dingin, kulit lembab dan masa pengisian kapiler lambat mungkin berkaitan dengan vasokontriksi atau mencerminkan dekompensasi/penurunan curah Catat edema umum/tertentu jantung Dapat mengindikasikan gagal jantung,kerusakan ginjal atau Berikan lingkungan tenang, nyaman, kurangi aktivitas/keributan lingkungan.Batasi jumlah vaskuler Membantu untuk menurunkan rangsang simpatis meningkatkan relaksasi

pengunjung dan lamanya tinggal. Pertahankan pembatasan aktivitas,spt.istirahat di tempat tanpa gangguan;bantu pasien melakukan aktivitas perawatan diri sesuai kebutuhan. Lakukan tindakan-tindakan yang leher,meninggikan kepala tempat

Menurunkan stress dan ketegangan yang mempengaruhi tekanan darah

tidur/kursi;jadwal periode istirahat dan perjalanan penyakit hipertensi.

Mengurangi ketidak nyamanan dan

nyaman,spt.,pijatan punggung dan dapat menurunkan rangsang simpatis. tidur. Anjurkan teknik relaksasi,panduan Dapat menurunkan rangsangan yang imajinasi,aktivitas pengalihan. menimbulkan stress,membuat efek tenang,sehingga akan menurunkan TD. Pantau respon terhadap obat untuk Respon terhadap terapi obat mengontrol tekanan darah. stepped (yang terdiri atas diuretic, inhibitor, simpatis dan fasodilator) ttergantung pada individu dan efek sinergis obat. Karenaa efek samping tersebut, maka penting untuk menggunakan obat dalam jumlah paling sedikit dan dosis paling rendah. Kolaborasi Berikan obat-obat sesuai indikasi, contoh : Diureti tiazid, mis: Kloritiazid (diuril), hidroklorotiazid (esidrix/hidrodiuril). Untuk menurunkan tekanan darah pada pasien dengan fungsi ginjal yang relative normal. Diuretik ini memperkuat agen agen anti hipertensif lain dengan membatasi

Diuretik loop, mis: Furosemid (lasix); Asam etakrinic(edecrin); bumetanid (burmex)

retensi cairan. Obat ini menghasilkan diiuresis kuat dengan mennghambat resorpsi natrium dan klorida dan merupakan anti hipertensif efektif, khususnya pada pasien yang resisten terhadap tiazid atau mengalami kerusakan ginjal. Dapat diberikan dalam kombinasi dengann deuretik tiazid untuk meminimalkan kehilangan kalium . Kerja khusus obat ini bervariasa , tetapi secara umum menurun kan TD melalui efek kombinasi penurunan tahanan total perifer , menurunkan curah jantung, menghambat aktivitas simpatis , dan menekan pelepasan rennin. Mungkin diperlukan untuk mengobati diuretic dan inhibirator simpatis tidak berhasil mengontrol TD . Vasolidatasi vaskuler jantung sehat dan meningkatkan aliran darah koroner keuntungan sekunder dari nterapi vasodilator

Deuretik hemat kalium , mis : sprinolakton (Aldectone); triamterene ( Dyrenium ) ; amiloride (Midamor); Inhibitor simpatis,mis,propanolol ( Inderal ) ; metaprolol (Lopressor); atenolol(Tenormin); nadolol (Corgard); mitildopa (Aldomed); reserpine ( Serpasil); klonidin (Catapres); Vasodilator : mis, minoksidin bloker saluran kalsium : mis, nifedipin ( Procardia); verapamil (Calan).

(Loniten ); hidralazin (Apresoline); hipertensi berat bila kombinasi

2. Intoleransi aktivitas B.D Kelemahan umum, Ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen.

Ds Do

: laporan verbal tentang keletihan dan kelemahan : Frekuensi jantung atau respon TD terhadap aktifitas abnormal Rasa tidak nyaman saat bergerak atau dispnea Perubahan-perubahan EKG mencerminkan iskemia; disritmia

Tujuan

: Mampu beraktivitas tanpa keluhan yang berarti. fisiologi.

a hasil

: - Melaporkan peningkatan dalam toleransi aktivitas yang dapat diukur. - Menunujukkan penurunan dalam tanda-tanda intoleransi

TINDAKAN /INTERVENSI Mandiri Kaji respon pasien terhadap aktivitas,perhatikan frekuensi nadi lebih dari 20x/menit diatas yang nyata selama/sesudah 40mmHg atau tekanan diastolic meningkat 20mmHg); dipsnea atau nyeri dada; keletihan dan kelemahan yang berlebihan;

RASIONAL Menyebutkan parameter membantu dalam mengkaji respon fisiologi terhadap aktivitas dan bila ada kerja yang berkaitan dengan tingkat

frekuensi istirahat;peningkatan TD merupakan indicator dari kelebihan aktivitas(tekanan sistolik meningkat aktivitas.

diaphoresis; pusing atau pingsan. Kaji kesiapan untuk meningkatkan Stabilitas fisiologis pada istirahat aktivitas, contohnya penurunan kelemahan/ kelelahan, TD stabil/ frekuensi nadi, peningkatan perhatian pada aktivitas dan perawatan diri. Rencanakan perawatan dengan periode istirahat/ tidur tanpa Memberikan keseimbangan dalam kebutuhan dimana aktivitas tertumpu penting untuk memajukan tingkat aktivitas individual.

gangguan.

pada jantung; meningkatkan proses penyembuhan dan kemampuan koping emosional. Teknik menghemat energi mengurangi penggunaan energy, juga suplay dan kebutuhan oksigen

Instruksikan pasien tentang teknik penghematan energy, misalnya; menyisir rambut atau menyikat gigi,melakukan aktivitas dengan

menggunakan kursi saat mandi,saat membantu keseimbangan antara

perlahan . Berikan dorongan untuk melakukan Kemajuan aktivitas bertahap aktivitas atau perawatan diri bertahap jika dapat ditoleransi. mencegah peningkatan kerja jantung tiba-tiba. Memberikan bantuan hanya kemandirian dalam melakukan aktivitas. 3. Sakit kepala, nyeri (Akut) B.D Peningkatan tekanan vaskuler serebral. pada saat bangun, dan hilang secara spontan setelah beberapa waktu berdiri. Do : Segan untuk menggerakkan kepala, menggaruk kepala, menghindari sinar terang dan keributan, mengerutkan kening, menggenggam tangan. Melaporkan kekakuan leher, pusing, penglihatan kabur, mual, muntah. : Tekanan vaskular serebral tidak meningkat. otak. - Mengungkapkan metode yang memberikan pengurangan - Mengikuti regimen farmakologi yang diresepkan

Berikan bantuan sesuai kebutuhan. sebatas kebutuhan akan mendorong

Ds : Melaporkan tentang nyeri berdenyut yang terletak pada region suboksipital,terjadi

uan

teria hasil : - Mengurangi nyeri dan menurunkan tekanan pembuluh darah

TINDAKAN /INTERVENSI Mandiri Mempertahankan tirah baring selama fase akut. Berikan tindakan nonfarmakologi misalnya, kompres dingin pada dahi, pijat punggung dan leher, tenang redupkan lampu kamar, distraksi) dan aktivitas waktu senggang. Hilangkan/minialkan aktivitas vasokonstriksiyang dapat meningkatkan sakit kepala misalnya, mengejan saat BAB,

RASIONAL Meminimalkan stimulasi/ meningkatkan relaksasi Tindakan yang menurunkan tekanan memperlambat atau memblok respon simpatis efektif dalam menghilangkan sakit kepala dan

untuk menghilangkan sakit kepala, vascular selebral dan yang

teknik relaksasi (panduan imajinasi, komplikasinya.

Aktifitas yang meningkatkan vasokonstriksi menyebabkan sakit kepala pada adanya peningkatan vaskuler selebral

batuk panjang, membungkuk. Bantu pasien dalam ambulasi sesuai Pusing dan penglihatan kabur sering kebutuhan berhubungan dengan sakit kepala. Pasien juga dapat mengalami episode Berikan cairan, makanan lunak, perawatan mulut yang teratur bila terjadi perdarahan hidung atau kompres hidung telah dilakukan untuk menghentikan perdarahan Kolaboratif Berikan sesuai indikasi : Analgesic; hipotensi postural. Meningkatkan kenyamanan umum. Kompres hidung dapat mengganggu menelan atau membutuhkan napas dengan mulut, menimbulkan stagnasi skresi oral dan mengeringkan membrane mukosa. Menurunkan atau mengontrol nyeri dan menurunkan rangsang system saraf simpatis.

Dapat mengurangi tegangan dan Antiansietas, mis. Lorazepam (ativan), diazepam (Valium) ketidaknyamanan yang diperberat oleh stress.

4. Perubahan nutrisi lebih dari kebutuhan B.D Masukan berlebihan sehubungan dengan kebutuhan metabolik, Pola hidup monoton, keyakinan budaya. Ds Do : laporan verbal tentang pola makan pasien : Berat badan 10% - 20% lebih dari ideal untuk tinggi dan bentuk tubuh.

Lipatan kulit trisep lebih besar dari 15mm pada pria dan 25 mm pada wanita (maksimum untuk usia dan jenis kelamin). Dilaporkan atau terobservai disfungsi pola makan. : Masukan nutrisi tidak berlebihan, pola hidup tidak monoton. - Menunjukkan perubahan pola makan (misal: pilihan makanan, kuantitas dan sebagainya). - mempertahankan berat badan yang diinginkan dengan pemeliharaan kesehatan optimal. - Melakukan atau mempertahankan program olah raga yang tepat secara individual. TINDAKAN /INTERVENSI Mandiri Kaji pemahaman pasien tentang hubungan langsung antara hipertensi dan kegemukan RASIONAL Kegemukan adalah risiko tambahan pada tekanan darah tinggi karena disproporsi antara kapasitas aorta dan peningkatan curah jantung berkaitan dengan peningkatan massa tubuh. Bicarakan pentingnya menurunkan Kesalahan kebiasaan makanan

uan

teria hasil : - Mengidentifikasi hubungan antara hipertensi dan kegemukan.

masukan kalori dan batasi masukan menunjang terjadinya aterosklerosis lemak, garam, dan gula sesuai indikasi. dan kegemukan, yang merupakan predisposisi untuk hipertensi dan komplikasinya, mis. Stroke, penyakit ginjal, gagal jantung. Kelebihan masukan garam memperbanyak volume cairan intravaskuler dan dapat merusak ginjal, yang lebih Tetapkan keinginan pasien menurunkan berat badan memperburuk hipertensi. Motivasi untuk penurunan berat badan adalah internal. Individu harus berkeinginan untuk menurunkan berat badan, bila tidak maka program sama Kaji ulang masukan kalori harian dan pilihaan diet. sekali tidak berhasil. Mengidentifikasi kekuatan/ kelemahan dalam program diit terakhir. Membantu dalam menentukan kebutuhan individu untuk penyesuaian/ penyuluhan. Tetapkan rencana penurunan berat Penurunan masukan kalori sebanyak badan yang realistic dengan pasien, 500 kalori per hari secara teori dapat mis. Penurunan berat badan 0,5 kg menurunkan berat badan 0,5 kg/ per minggu. Instruksikan dan bantu memillih makanan yang tepat, hindari minggu. Menghindari makanan tinggi lemak jenuh dan kolesterol penting dalam

makanan dengan kejenuhan lemak mencegah perkembangan tinggi (mentega, keju telur,es krim aterogenesis. , daging) dan kolesterol (daging berlemak, kuning telur, produk kalengan jeroan.

Kolaboratif Rujuk ke ahlii gizi sesuai indikasi

Memberikan konseling dan bantuan dengan memenuhi kebutuhan diet individual.

5. Kurang pengetahuan tentang pengelolaan hipertensi b.d. kurangnya informasi tentang proses penyakit dan perawatan diri. Ds Do : :

ujuan

: Klien terpenuhi dalam informasi tentang hipertensi efek samping obat, komplikasi, serta mampu mempertahankan tekanan darah dalam rentan normal.

riteria hasil : klien memahami proses penyakit dan penatalaksanaan, mampu mengidentifikasi

TINDAKAN /INTERVENSI Kaji kesehatan klien dan keluarga untuk belajar. Diskusikan definisi batasan tekanan darah normal. Jelaskan hipertensi dan efeknya terhadap jantung, pembuluh darah, ginjal, dan otak. Hindari mengatakan tekanan darah normal, tetapi gunakan terkontrol baik saat menggambarkan tekana darah klien dalam rentan yang diharapkan. Bantu klien dalam mengidentifikasi faktor resiko kardivaskuler yang dapat diubah (obesitas; pola diet tinggi lemak jenuh dan kolesterol: merokok: asupan

RASIONAL Pencegahan seranggan ulang dan komplikasi pasca hipertensi lebih bermakna melalui proses pengajaran klien dan keluarganya. Hipertensi adalah sindrom penyakit yang dapat dikelolah dengan mengubah gaya hidup melalui pengaturan diet (mengurangi asupan natrium), olah raga, mematuhi aturan terapi, dan latihan relaksasi (manajemen stress).

alkohol: dan gaya hidup penuh stress). Pecahkan masalah bersama klien untuk mengidentifikasi perubahan gaya hidup tepat yang dapat menurunkan faktorfaktor diatas. Diskusikan pentingnya pembatasan merokok dan bantu klien memformulassikan rencana pengurangan merokok. Berikan penguatan tentang pentingnya menaati pengobatan dan follow up secara teratur. Ajarkan klien cara self- monitoring tekana darah (mengukur tekanan darah,freekuensi nadi secara mandiri). Bantu merumuskan jadwal pengobatan atau follow up. Jelaskan alas an, dosis,efeksamping obat dan pentingngya mengikuti aturan terafi sebagai berikut a) Diuretik: diminum dengan dosis harian atau dosis yang lebih besar setiap pagi. b) Antihipertensi: harus diminum sesuai dosis dan jadwal, jangan menambah dosis obat mengurangi, atau menghentikannya tanpa konsultasi dengan dokter. c) Mencatat perubahan beerat badan tiap hari . d) Batasi penggunaan alkohol dan hindari

konsumsi kafein e) Meningkatkan asupan makanan yang tinggi kalium (pisang hijau,kentang,orange,air kelapa hijau ) jika menggunakan diuretic. f) Didentifikasi gejala dan tanda yang memerlukan konsultasi kedokter(bengkak di kaki pusing hebat episode pingsan atau terjatuh, keram otot,mual,muntah, denyut nadi tidak teratur, takikardia,atau berdebar-debar) g) Gerakan atau ganti posisi secara perlahan atau tidak mendadak, tidur dengan posisi kepala lebih tinggi . h) Hindari berdiri lama dan lakukan latihan menggerakkan kaki saat berbaring.

d. Implementasi Fokus tahap implementasi asuhan keperawatan adalah kegiatan implementasi dari perencanaan intervensi untuk memenuhi kebutuhan fisik dan emosional. Pendekatan asuhan keperawatan meliputi intervensi independen, dependen, dan interdependen. Independen Asuhan keperawatan independen adalah suatu kegiatan yang dilaksanakan oleh perawat tanpa petunjuk dari instruksi dari dokter atau profesi kesehatan lainnya. Tipe dari aktivitas yang dilaksanakan perawat secara independen didefinisikan berdasarkan diagnosis keperawatan.

Interdependen Asuhan keperawatan interdependen menjelaskan kegiatan yang memerlukan kerja sama dengan profesi kesehatan lainnya seperti tenaga social,ahli gizi,fisioterapi,dan dokter. Dependen Asuhan keperawatan dependen berhubungan dengan pelaksanaan rencana tindakan medis. Tindakan tersebut menandakan suatu cara dimana tindakan medis dilaksanakan. e. Evaluasi Tahap evaluasi pada proses keperawatan meliputi kegiatan mengukur pencapaian tujuan klien dan menentukan keputusan dengan cara membandingkan data yang terkumpul dengan tujuan dan pencapaian tujuan. Evaluasi Proses Fokus pada evaluasi proses atau formatif adalah aktivitas dari proses keperawatan dan hasil kualitas pelayanan asuhan keperawatan. Evaluasi proses harus dilaksanakan segera setelah perencanaan keperawatan diimplementasikan untuk membantu menilai efektifitas intervensi tersebut. Evaluasi hasil Fokus evalusi hasil ( sumatif ) adalah perubahan perilaku atau stasus kesahatan klien pada akhir asuhan keperawatan . Tipe evalusi ini di laksnakan pada akhir asuhan keperawatan secara paripurna.

DAFTAR PUSTAKA
E. Doenges, Marilynn, dkk. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi ke-3. EGC: Jakarta. http://www.dokter-medis.blogspot.com/29092010/14.00 J. Corwin, Elizabeth. 2001. Patofisiologi. EGC : Jakarta. Muttaqin, Arif. 2009. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Kardiovaskular dan Hematologi. Salemba Medika : Jakarta. Nursalam,2008. Proses dan Dokumentasi Keperawatan. Edisi ke-2. Salemba Medika : Jakarta

You might also like