You are on page 1of 5

Elaborasi, Eksplorasi, dan Konfirmasi

Elaborasi
Kognitivisme memiliki beberapa cabang ilmu, di antaranya teori asimilasi, atribusi, pertunjukkan
komponen, elaborasi, mental model, dan pengembangan kognitiI. Teori elaborasi adalah teori
mengenai desain pembelafaran dengan dasar argumen bahwa pelafaran harus diorganisasikan
dari materi yang sederhana menufu pada harapan yang kompleks dengan mengembangkan
pemahaman pada konteks yang lebih bermakna sehingga berkembang menfadi ide-ide yang
terintegrasi. Pengertian ini dirumuskan Charles Reigeluth dari Indiana University dan koleganya
pada tahun 1970-an. Konsep ini memiliki tiga kata kunci yang Iokus pada urutan 0laborasi
kons0p, 0laborasi t0ori, dan p0ny0d0rhanaan kondisi.
Pembelajaran dimulai dari konsep sederhana dan pekerjaan yang mudah. Bagaimana
mengajarkan secara menyeluruh dan mendalam, serta menerapkan prinsip agar menjadi lebih
detil. Prinsipnya harus menggunakan topik dengan pendekatan spiral. Sejumlah konsep dan
tahapan belajar harus dibagi dalam 'episode belajar. Selanjutnya siswa memilih konsep, prinsip,
atau versi pekerjaan yang dielaborasi atau dipelajari.
Pendekatan elaborasi berkembang sejalan dengan tumbuhnya perubahan paradigma
pembelajaran yang berpusat pada guru menjadi berpusat pada siswa sebagai kebutuhan baru
dalam menerapkan langkah-langkah pembelajaran. Dari pikiran Reigeluth lahirlah desain yang
bertujuan membantu penyeleksian dan pengurutan materi yang dapat meningkatkan pecapaian
tujuan. Para pendukung teori ini juga menekankan pentingnya Iungsi-Iungsi motivator, analogi,
ringkasan, dan sintesis yang membantu meningkatkan eIektivitas belajar. Teori ini pun
memberikan perhatian pada aspek kognitiI yang kompleks dan pembelajaran psikomotor. Ide
dasarnya adalah siswa perlu mengembangkan makna kontekstual dalam urutan pengetahuan dan
keterampilan yang berasimilasi.
Menurut Reigeluth (1999), teori elaborasi mengandung beberapa nilai lebih, seperti di bawah ini.
O Terdapat urutan instruksi yang mencakup keseluruhan sehingga memungkinkan untuk
meningkatkan motivasi dan kebermaknaan.
O Memberi kemungkinan kepada pelajar untuk mengarungi berbagai hal dan memutuskan
urutan proses belajar sesuai dengan keinginannya.
O MemIasilitasi pelajar dalam mengembangkan proses pembelajaran dengan cepat.
O Mengintegrasikan berbagai variabel pendekatan sesuai dengan desain teori.
Teori elaborasi mengajukan tujuh komponen strategi yang utama, (1) urutan elaborasi (2) urutan
prasyarat belajar (3) ringkasan (4) sintesis (5) analogi (6) strategi kognitiI, dan (7) kontrol
terhadap siswa. Komponen terpenting yang melandasi semua itu adalah perhatian.
Semua stratregi itu harus berlandaskan pada materi dalam bentuk konsep, prosedur, dan prinsip.
Hal itu terkait erat dengan proses elaborasi yang berkelanjutan, melibatkan siswa dalam
pengembangan ide atau keterampilan dalam aplikasi praktis. Strategi ini memungkinkan siswa
untuk menambahkan sendiri ide dalam menguatkan pengetahuannya. Contoh yang tepat untuk
ini adalah peserta didik yang memiliki daItar contoh konsep atau siIat yang dapat bermanIaat.
Eksplorasi
ksplorasi adalah upaya awal membangun pengetahuan melalui peningkatan pemahaman atas
suatu fenomena (American Dictionary). Strategi yang digunakan memperluas dan memperdalam
pengetahuan dengan menerapkan strategi belafar aktif.
Pendekatan pembelajaran yang berkembang saat ini secara empirik telah melahirkan disiplin
baru pada proses belajar. Tidak hanya berIokus pada apa yang dapat siswa temukan, namun
sampai pada bagaimana cara mengeksplorasi ilmu pengetahuan. Istilah yang populer untuk
menggambarkan kegiatan ini ialah 'explorative learning. Konsep ini mengingatkan kita pada
pernyataan Lao Tsu, seorang IilosoI China yang menyatakan 'I hear and I Iorget. I see and I
remember. I do and I understand.
Jaringan komputer pada saat ini telah dikembangkan menjadi media yang eIektiI sebagai
penunjang eIektiIitas pelaksanaan pembelajaran eksploratiI. Salah satu model yang
dikembangkan oleh Heimo adalah Architecture oI Integrated InIormation System sebagai model
terintegrasi yang menggambarkan kompleksnya proses pembelajaran yang eIektiI dan interaktiI.
Pendekatan belajar yang eksploratiI tidak hanya berIokus pada bagaimana mentransIer ilmu
pengetahuan, pemahaman, dan interpretasi, namun harus diimbangi dengan peningkatan mutu
materi ajar. InIormasi tidak hanya disusun oleh guru. Perlu ada keterlibatan siswa untuk
memperluas, memperdalam, atau menyusun inIormasi atas inisiatiInya. Dalam hal ini siswa
menyusun dan memvalidasi inIormasi sebagai input bagi kegiatan belajar (Heimo H.
Adelsberger, 2000).
Peta Konsep yang dikembangkan oleh Laurillard (2002) dalam tulisan Heimo menunjukan
kompleksitas kegiatan eksplorasi dalam proses pembelajaran yang mengharuskan adanya proses
dialog yang (1) interaktiI (2) adaptiI, interaktiI dan reIlektiI (3) menggambarkan tingkat-tingkat
penguasaan pokok bahasan (4) menggambarkan level kegiatan yang berkaitan dengan
meningkatkan keterampilan menyelesaikan tugas sehingga memeperoleh pengalaman yang
bermakna. Ada pun konsep tersebut dapat disajikan seperti diagram di bawah ini :
Pendekatan eksploratiI berkembang
sebagai pendekatan pembelajaran dalam bidang lingkungan atau sains. Sylvia Luretta dari
Fakultas Pendidikan Queensland misalnya, mengintegrasikan pendekatan ini dengan lima Iaktor
yang menyebabkan kegiatan pembelajaran menjadi lebih bermakna, yaitu belajar aktiI, belajar
konstruktiI, belajar intens, belajar otentik, dan kolaboratiI yang menegaskan pernyataan bahwa
pembelajaran eksploratiI lebih menekankan pada pengalaman belajar daripada pada materi
pelajaran.
Dari pengalaman menggunakan model kooperatiI dan kolaboratiI dalam praktek pembelajaran
pengelolaan kelas ternyata mampu meningkatkan kinerja belajar siswa dalam melakukan
langkah-langkah eksploratiI.
Model pembelajaran ini dapat dikembangkan melalui bentuk pertanyaan. Seperti yang dikatakan
oleh Socrates bahwa pertanyaan yang baik dapat meningkatkan motivasi siswa untuk
mengeksplorasi ilmu pengetahuan lebih mendalam.
Eksplorasi merupakan proses kerja dalam memIasilitasi proses belajar siswa dari tidak tahu
menjadi tahu. Siswa menghubungkan pikiran yang terdahulu dengan pengalaman belajarnya.
Mereka menggambarkan pemahaman yang mendalam untuk memberikan respon yang mendalam
juga. Bagaimana membedakan peran masing-masing dalam kegiatan belajar bersama. Mereka
melakukan pembagian tugas seperti dalam tugas merekam, mencari inIormasi melalui internet
serta memberikan respon kreatiI dalam berdialog.
Di samping itu siswa menindaklanjuti penelusuran inIormasi dengan membandingkan hasil
telaah. Secara kolektiI, mereka juga dapat mengembangkan hasil penelusuran inIormasi dalam
bentuk graIik, tabel, diagram serta mempresentasikan gagasan yang dimiliki.
Pelaksanaan kegiatan eksplorasi dapat dilakukan melalui kerja sama dalam kelompok kecil.
Bersama teman sekelompoknya siswa menelusuri inIormasi yang mereka butuhkan, merumuskan
masalah dalam kehidupan nyata, berpikir kritis untuk menerapkan ilmu yang dimiliki dalam
kehidupan yang nyata dan bermakna.
Melalui kegiatan eksplorasi siswa dapat mengembangkan pengalaman belajar, meningkatkan
penguasaan ilmu pengetahuan serta menerapkannya untuk menjawab Ienomena yang ada. Siswa
juga dapat mengeksploitasi inIormasi untuk memperoleh manIaat tertentu sebagai produk
belajar.
Konfirmasi
Kebenaran ilmu pengetahuan itu relatiI. Sesuatu yang saat ini dianggap benar bisa berubah jika
kemudian ditemukan Iakta baru yang bertentangan dengan konsep tersebut. Oleh karena itu,
sikap keilmuan selalu terbuka dalam memperbaiki pengetahuan sebelumnya berdasarkan
penemuan terbaru. Sikap berpikir kritis dan terbuka seperti itu telah membangun sikap berpikir
yang apriori, yaitu tidak meyakini sepenuhnya yang benar saat ini mutlak benar atau yang salah
mutlak salah. Semua dapat berubah.
Cara berpikir seperti itu tercermin dalam istilah mental model yang mendeskripsikan sikap
berpikir seseorang dan bagaimana pikirannya berproses dalam kehidupan nyata. Hal tersebut
merepresentasikan proses perubahan sebagai bagian dari persepsi intuitiI. Mental model itu
membantu seseorang dalam mendeIinisikan maupun menetapkan pendekatan untuk memecahkan
masalah (wikipedia). Dengan sikap berpikir seperti itu siswa dapat mengembangkan,
mengembangkan ulang, dan menggugurkan pengetahuannya jika telah menemukan kebenaran
yang lain.
Mental model itu juga dapat melahirkan keraguan terhadap inIormasi yang diperolehnya. Untuk
meningkatkan keyakinan akan kebenaran maka siswa dapat diIasilitasi dalam mengembangkan
model struktur sseperti pada eksplorasi, elaborasi, dan konIirmasi atau klariIikasi.
Model ini dapat dinyatakan dalam diagram seperti tertuang di bawah ini meliputi enggage,
explore, explain, extend, dan berpusat pada pengembangan kemampuan mengevaluasi
sebagaimana yang dikembangkan Anthony W. Lorsbach dari Universitas Illinois sebagai berikut

Dalam prakteknya guru meningkatkan kemampuan ini melalui pengembangan materi. Baik
mengenai hal apa yang ingin diketahui siswa lebih jauh, seperti apa tingkat pemahaman dan
penguasaan yang ingin dikembangkan dan keraguan apa yang melekat dalam pemahaman
tersebut.
Sikap keraguan itu perlu dijawab dengan mengkonIirmasikan terhadap unsur-unsur yang dapat
meningkatkan kejelasan atas kebenaran suatu inIormasi. Siswa melakukan uji kesahihan apakah
inIormasi yang dijadikan landasan kesimpulan itu benar-benar kuat.
Penguatan itu sendiri diperoleh melalui kegiatan eksplorasi melalui perluasan pengalaman,
elaborasi melalui sharing dan observation, proses dan genaralisasi dan akhirnya siswa
menerapkan pembelajaran yang berstandar dengan merujuk pada paradigma kognitiIisme.

You might also like