You are on page 1of 7

A.

PENYEBAB KECELAKAAN :
Menurut Henrich adalah orang pertama yang mengamati dan mempelajari proses terjadinya kecelakaan, berkesimpulan bahwa kecelakaan terjadi dikarenakaan oleh suatu penyebab yang terjadinya secara berurutan dan dikenal dengan teori domino Henrich. Mengatakan bahwa bila seseorang mengalami celaka maka penyebab terjadinya adalah karena : 1. Kondisi yang tidak aman / berbahaya ( Un Safe Condition ) seperti a. Lingkungan kerja ( suara yang bising, penerangan yang kurang, iklim kerja yang tidak nyaman, getaran yang berlebih / berbahaya, tekanan udara yang terlalu tinggi / rendah, suhu lingkungan kerja yang tinggi / rendah. b. Peralatan / bahan kerja yang tidak seharusnya / sesuai dengan kegiatan / proses kerja misalnya : alat pelindung diri yang tidak sesuai serta digunakan dan tidak sesuai, ) 2. Tindakan / prilaku yang tidak aman ( Un Safe Act ). a. Melakukan pekerjaan yang bukan pekerjaannya / wewenangnya, b. Lupa mengamankan / memberi tanda / peringatan pada diri atau peralatan yang digunakan c. Bekerja dengan kecepatan berbahaya atau terburu - buru d. Membuat alat pengaman tidak berfungsi / merusak. e. Memakai peralatan tidak sesuai petunjuk atau bekerja tidak menggunakan peralatan kerja. f. Memuat, membongkar, menempatkan, mencampur, menggabungkan bahan tidak sesuai petunjuk / aturan g. Bekerja dengan posisi / sikap kerja / tubuh yang ergonomis. Dari kedua faktor penyebab terjadinya kecelakaan seperti tersebut diatas maka faktor penyebab terbesar terjadinya kecelakaan disebabkan karena tindakan / prilaku yang tidak aman dari pekerja, untuk jelasnya dapat dilihat seperti pada bagan dibawah : peralatan kerja yang

KERJA FISIK

LINGK TINDAKAN / PERALATAN TIDAK AMAN BAGAN TERJADINYA / KERJA FAKTOR PENYEBAB PRILAKU KERJAKECELAKAAN & PAK TERJADINYA PRILAKU KECELAKAAN CELAKA KONDISI / LINGKUNGAN WATAK TIDAK ATURAN KERJA AMAN BEKERJA KERJA

CELAKA & PAK

Banyak faktor yang bisa menjadi penyebab terjadinya kecelakaan kerja misalnya : kerentanan pekerja pada kecelakaan ( accident proneness ) atau pada ekstrim yang lain, yang kesemuanya merupakan peluang untuk terjadinya celaka, beberapa faktor penting yang perlu diperhatikan hubungannya dengan terjadinya celaka antara lain : 1. Usia 2. Pengalaman 3. Waktu dalam hari

4. Tingkat pacu kerja 5. Jenis pekerjaan 6. Kesehatan pekerja 7. Hubungan industrial Dan untuk upaya pencegahan sebaiknya didasarkan pada pengetahuan mengenai faktor tersebut diatas yang diawali dengan melakukan perencanaan yang baik mengenai keselamatan kerja berupa penciptaan keseimbangan antara tindakan pengendalian dan penyediaan tenaga terlatih untuk merancang dan memimpin pelaksanaan kegiatan pencegahan. Berdasarkan sifat kejadiaannya penyebab terjadinya celaka dapat dibagi atas : 1. Penyebab langsung ( immediate causes ) tediri dari : a. Kondisi berbahaya (unsafe conditions/kondisi-kondisi yang 2003 ): -. Alat pelindung diri yang tidak disesuaikan dengan jenis pekerjaan yang dilakukan -. Pemakaian alat / peralatan yang tidak siap pakai -. Tempat kerja yang luasnya tidak sesuai dengan gerakan pekerja ( sempit ) -. Sistem tanda peringatan terjadinya kecelakaan yang tidak jelas / tidak ada -. Tidak adanya tanda bahaya terjadinya ledakan dan kebakaran. -. Pengaturan / tata letak ( house keeping ) yang sembrawut -. Lingkungan kerja yang terpapar bahan berbahaya seperti gas, debu, asap dan uap -. Lingkungan kerja yang bising-. Lingkungan kerja yang terpapar radiasi -. Sistem ventilasi dan penerangan yang kurang baik b. Tindakan berbahaya (unsafe act/tindakan-tindakan yang tidak standard) adalah tingkah laku, tindak-tanduk atau perbuatan yang akan menyebabkan kecelakaan, misalnya (Budiono, Sugeng, 2003) : -. Bekerja tidak didasarkan atas kemampuan / ketrampilan / kewenangannya -. Tidak mampu dalam mengingatkan pekerja. -. Tidak memiliki kemampuan dalam mengamankan pekerja. -. Melakukan pekerjaan dengan terburu buru. tidak standard) yaitu tindakan yang akan menyebabkan kecelakaan, misalnya (Budiono, Sugeng,

-. Menjadikan peralatan keselamatan kerja rusak -. Menempatkan peralatan keselamatan kerja tidak pada tempatnya -. Bekerja menggunakan peralatan yang rusak -. Penggunaan peralatan yang tidak sesuai bidang kerja -. Tidak menggunakan APD dengan baik dan benar 2. Penyebab mendasar ( basic causes ) yang tediri dari faktor : a. Manusia / pekerja misalnya : -. Pekerja berada dalam kondisi fisik, menthal dan psikologis yang kurang mampu -. Pekerja tidak memiliki pengetahuan dan ketrampilan yang sesuai -. Pekerja tidak memiliki etos kerja -. Pekerja mengalami stress kerja b. Lingkungan kerja misalnya : -. Kurangnya pengawasan terhadap pekerja -. Ukuran dan bentuk sarana yang tidak sesuai dengan tempat kerja -. Jumlah alat yang terbatas -. Tidak dilakukan pemeliharaan terhadap lingkungan kerja -. Tidak ada prosedur kerja yang tetap -. Kondisi lingkungan kerja yang tidak sesuai G.PEMANTAUAN LINGKUNGAN KERJA :

ingkungan kerja yang sesuai dan bersih akan menjadi pendorong bagi gairah dan efisiensi kerja, sedangkan lingkungan kerja yang melebihi batas toleransi dari kemampuan manusia tidak hanya merugikan produktivitas kerjanya tetapi juga menjadi sebab terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja. Hanya lingkungan kerja yang aman, sehat yang menjadi syarat penting untuk bisa mewujudkan kondisi kesehatan yang prima bagi pekerja untuk bekerja. Untuk bisa mewujudkan kondisi lingkungan kerja yang memenuhi syarat dipandang perlu melakukan pemantauan lingkungan kerja terhadap semua unit / bagian ditempat kerja dengan tujuan : 1. Memastikan apakah lingkungan kerja / tempat kerja telah memenuhi syarat K3 2. Sebagai pedoman untuk bahan perencanaan dan pengendalian terhadap bahaya yang mungkin timbul oleh karena adanya faktor penyebab ditempat kerja 3. Sebagai data pembantu pada saat melakukan mengkoreksi dari hubungan sebab akibat kemungkinan terjadinya suatu kecelakaan maupun penyakit akibat kerja

4. Sebagai bahan dokumen untuk mengembangkan program K3 selanjutnya di tempat kerja Pemantauan lingkungan kerja sebaiknya dilakukan dengan cara pengukuran baik secara kualitatif maupun secara kuantitatif dengan menggunakan peralatan ukur lapangan atau analisis laboratorium sehingga diperoleh data yang obyektif. Pemantauan lingkungan kerja sebaiknya dilakukan sesering mungkin / dengan waktu tertentu sehingga diperoleh data yang dapat dijadikan bahan untuk perencanaan kearah perbaikan. Namun dalam melakukan pemantauan terhadap lingkungan kerja beberapa hal yang harus diperhatikan adalah : 1. Tenaga pemantau sebaiknya memiliki pengetahuan dan ketrampilan dalam bidang K3 2. Tenaga pemantau memiliki pengalaman dalam melakukan pengumpulan dan analisis data 3. Menggunakan peralatan ukur dan periksa periksa lapangan yang akurat dan yang sudah dikalibrasi 4. Menggunakan metode pemantauan lingkungan kerja yang telah disepekati secara Nasional atau Internasional 5. Menggunakan format / isian pemantau lingkngan kerja yang disesuaikan dengan bidang kerja yang akan dipantau. 6. Hasil dari pemantauan lapangan yang diperoleh dibandingkan dengan standard / ketentuan / aturan yang berlaku 7. Dapat menemukan awal penyebab terjadinya masalah 8. Dapat memberi saran operasional / lapangan dan penyelesaian lebih lanjut Untuk itu maka unit Keselamatan dan Kesehatan Kerja dalam hal ini Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja ( P2K3 ) yang bertanggung jawab dalam pelaksanaan K3 harus bisa menyusun perencanaan dan pelaksanaan kegiatan pemantauan lingkungan kerja dengan memperhatikan langkah langkah sebagai berikut. A. ALASAN TIDAK MEMAKAI APD : Tenaga kerja yang berada atau bekerja ditempat kerja / bagian yang berbahaya, tidak memahami / mengetahui resiko terjadinya celaka atau penyakit akibat kerja karena : 1. Dari pihak tenaga kerja : a. Tenaga kerja tidak mengerti manfaat penggunaan APD b. Pengguna tidak merasa nyaman saat menggunakan APD

c. Bentuknya tidak bagus dipandang. d. APD terasa berat saat digunakan e. Pengguna APD merasa terhambat gerakannya f. APD yang tersedia tidak sesuai dengan bidang kerja g. Tidak ada sanksi bagi yang tidak memakai APD h. Pemimpin dari tempat kerja juga tidak memakai. i. Tidak ada sosialisasi sebelumnya kepada pekerja j. Tidak ada pelatihan dan pendidikan bagi sipemakai k. Pekerja tidak terbiasa membersihkan alat sebelum dan sesudah dipakai l. Kualitas alat tidak terjamin m. Alat tidak pas / sesuai dengan pengguna n. Alat menggangu gerakan / pandangan dari pengguna 2. Dari pihak perusahaan : a. Tidak mengerti manfaat penggunaan APD b. Tidak tersedia dana khusus untuk pengadaan APD c. Kecelakaan terjadi karena keteledoran tenaga kerja itu sendiri d. Tidak ada sanksi di pihak pemerintah / pengawas e. APD yang ada tidak sesuai dengan bidang kerja / bahaya yang ada f. Kualitas dan kuantitas tidak sesuai g. Sekedar memenuhi perundang undangan Untuk membuat agar para pekerja mau menggunakan alat pelindung diri diperlukan upaya diskusi / sosialisasi kepada semua unsure terlibat / terkait agar saat berada di tempat kerja semuanya mau menggunakan alat pelindung diri yang disesuaikan dengan jenis pekerjaannya. Oleh karena itu pengendalian terhadap lingkungan kerja yang beresiko menimbulkan bahaya sebaiknya dilakukan upaya pencegahan / pengendalian, yang difokuskan pada kontrol teknologi yang baik, misalnya : 1. 2. Pemasangan local exhauster pada sumber bahaya untuk menurunkan suhu lingkungan kerja.. Pemasangan pagar pengaman / pembatas pada mesin mesin yang dapat mengakibatkan terjadinya celaka. 3. Melakukan pemeliharaan rutin terhadap sarana dan prasarana kerja 4. Menempatkan tenaga yang disesuaikan bidang kerja dan kemampuan / ketrampilan yang dimilikinya

Dengan pertimbangan seperti tersebut diatas, diharapkan pemilihan / penentuan alat pelindung diri sebaiknya memperhatikan : 1. Jenis APD harus sesuai dengan potensi bahaya yang akan timbul 2. Kualitas APD harus memperhatikan mutu, standard dan lulus uji. 3. Jumlah APD yang tersedia sesuai dengan jumlah pekerja Perlu diketahui bahwa pemakaian alat pelindung diri tidak memberi jaminan bagi sipemakai untuk terhindar dari risiko terjadinya kecelakaan atau penyakit akibat kerja karena alat pelindung diri adalah merupakan sarana yang berfungsi untuk mengurangi risiko kemungkinan terjadinya celaka atau penyakit akibat kerja yang dapat saja diterima oleh pekerja B. DASAR PENENTUAN APD : 1. Dari hasil pengamatan lapangan. 2. Berdasarkan proses kerja. 3. Jenis baham yang digunakan. 4. Berdasarkan kasus / data kecelakaan / penyakit akibat kerja yang terjadi. 5. Melihat / belajar dari pengalaman ditempat kerja lain yang sama. 6. Peraturan dan perundangan yang berlaku

You might also like