You are on page 1of 7

J Kedokter Trisakti

Januari-April 2003, Vol 22 No.1

Aplikasi ergonomi bagi individu pekerja di tempat kerja


Ridwan Harrianto
Bagian Anatomi Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti

ABSTRACT
Ergonomics is an applied science that relates to the mutual interaction between the worker and the work system, which includes the organization, the environment and the workplace, the job and the task, the equipment and the tools used. Thus, ergonomics requires knowledge of various disciplines so that we are able to favorably influence individual work interface, which is concerned with both medical scientific disciplines such as anatomy, biomechanics, physiology, psychology and knowledge of other areas such as environmental aspects, engineering design and work organization. It is easy to overlook the fact that the physically stressed in the workplace may be imposed both internally or externally. The application of the ergonomic in the work place attempt to optimize the fit between an individual and the task that the individual is undertaking, in order to minimize undue stress, stress, preserve the health of the workforce, and improve task performance. The role of ergonomics in designing system is not limited to primary prevention with respect to occupational health problems, it is also involved in many rehabilitation programmes in industry to deal with the multiple factors which promote general and musculoskeletal fitness. Key words : Ergonomic, worker, work system

ABSTRAK
Ergonomi adalah ilmu terapan yang berhubungan dengan berinteraksinya pekerja dan sistim kerja seperti organisasi, lingkungan, tempat kerja, beban tugas dan peralatan kerja. Dengan demikian, ergonomi membutuhkan dasar pengetahuan berbagai disiplin ilmu yang dapat menciptakan kenyamanan kerja individu, baik yang berasal dari disiplin ilmu kedokteran yang murni seperti anatomi, biomekanik, fisiologi, psikologi, maupun disiplin ilmu lain yang berhubungan dengan aspek-aspek lingkungan teknik desain dan manajemen organisasi kerja. Tidak dapat disangsikan lagi bahwa stres fisik di tempat kerja ditentukan baik oleh faktor-faktor internal maupun eksternal. Penerapan ergonomi di tempat kerja bertujuan untuk mengoptimalkan kesesuaian diantara individu pekerja dan beban tugasnya guna meminimalkan timbulnya stres yang tak diinginkan, memelihara kesehatan dan meningkatkan kapasitas individu pekerja. Peranan ergonomi pada perencanaan desain sistim kerja tidak hanya terbatas pada pencegahan primer kesehatan kerja, tetapi berperan juga pada banyak program rehabilitasi yang menyangkut berbagai faktor guna meningkatkan kesehatan umum dan kemampuan muskuloskeletal individu yang cacat akibat kerja. Kata kunci : Ergonomi, pekerja, tempat kerja

PENDAHULUAN Ditinjau dari asal katanya Ergonomi berarti bidang studi yang mempelajari tentang hukumhukum pekerjaan (dalam bahasa Yunani: ergos = pekerjaan, nomos = hukum), bila didefinisikan secara bebas. Ergonomi adalah bidang studi multidisipliner yang mempelajari cara-cara mendesain peralatan, mesin-mesin, proses-proses dan tempat kerja yang sesuai dengan kapabilitas, kemampuan dan keterbatasan manusia yang menggunakannya.(1-3) Bidang ilmu yang banyak berperanan dalam Ergonomi diantaranya anatomi alat gerak, 17

Harrianto

Aplikasi ergonomi bagi pekerja

anthropometri, biomekanika, faal kerja, arsitektur dan psikologi. Tujuan dari studi ini adalah untuk meningkatkan efektifitas dan efisiensi pekerjaan, baik dalam hal mempernyaman penggunaan, mengurangi kesalahan-kesalahan dan meningkatkan produktifitas peralatan, mesin-mesin, proses-proses dan tempat kerja, dengan demikian akan menambah nilai-nilai kemanusiaan yang diinginkan, seperti meningkatkan keselamatan kerja, mengurangi kelelahan/stres akibat pekerjaan, meningkatkan kepuasan kerja dan memperbaiki kwalitas hidup. Ergonomi adalah istilah yang biasa digunakan di Indonesia dan di kebanyakan negara-negara Eropa, tapi di Amerika Serikat lebih dikenal dengan istilah human factor engineering/human engineering/engineering psychology. Tetapi umumnya kalangan medis lebih menyukai istilah Ergonomi, sebab istilah human factor engineering lebih berorientasi pada ilmu pengetahuan teknik dan psikologi. Kedua istilah ini seringkali dianggap sinonim, karena keduanya menggambarkan interaksi antara individu pekerja dan tuntutan-tuntutan pekerjaan, yang bertujuan untuk mengurangi stres-stres yang tidak menguntungkan di tempat kerja, akan tetapi sesungguhnya terdapat perbedaan dalam penekanannya. Cushman dkk.(4) menyatakan bahwa istilah Ergonomi menitik beratkan pada bagaimana pekerjaan mempengaruhi individu pekerja. Individu pekerja akan mengalami perubahanperubahan fisiologis terhadap faktor-faktor fisik di tempat kerja seperti: panas, illuminasi, bising, dan lain-lain. Ergonomi bertujuan untuk mengurangi kelelahan (fatique) atau ke tidak nyamanan (discomfort) dengan jalan mendesain tugas-tugas/ alat bantu kerja sesuai dengan kapasitas kerja individu pekerja. Sebaliknya istilah human factor lebih menitik beratkan pada konteks hubungan manusia dengan mesin/peralatannya, yang berarti bagaimana perilaku individu pekerja berinteraksi dengan peralatan, tempat dan lingkungan kerjanya. Human factor bertujuan untuk mengurangi kesalahan yang dilakukan individu pekerja (human error) dengan jalan memperhatikan ukuran-ukuran individu

pekerja dan kemampuan relatif fisiknya (keterbatasan-keterbatasannya) terhadap desain tempat kerja dan peralatannya. Dasar ilmu ini dimulai dari ilmu yang mempelajari bentuk-bentuk detail tubuh manusia baik dalam keadaan istirahat maupum bergerak. Jadi terdiri dari ilmu yang mempelajari bagian-bagian dari tubuh manusia dan interaksinya dalam berbagai sikap tubuh (anatomi alat gerak) serta ilmu tentang ukuran-ukuran tinggi, jangkauan dan dimensidimensi tubuh dalam berbagai sikap tubuh (antropometri). Disamping itu Ergonomi juga berhubungan dengan ilmu tentang ukuran-ukuran penampilan tubuh pada saat bekerja untuk menelaah gaya-gaya pengungkit maupun arah gaya dan beban dari suatu pergerakan (biomekanik), ilmu yang mempelajari tentang tenaga yang dilepaskan, konsumsi oksigen dan variabel proses-proses tubuh lainnya (faal kerja/work physiology), serta ilmu yang mempelajari tentang aspek psikologi kerja (work psychology). Meskipun rentang area spesialis dari ilmu ini sangat luas, sesungguhnya prinsip umum dari studi ergonomi adalah dalam lingkup lingkungan tempat kerja yang kompleks. Dengan demikian effektifitas perbaikan sistim desain lingkungan tempat kerja, selain memberikan kenyamanan pada pekerja yang sehat, juga mempunyai kontribusi yang besar dalam proses rehabilitasi pasien akibat kecelakaan kerja.(2) Bersama-sama dengan disiplin ilmu yang lain, ergonomi turut berperan dalam program rehabilitasi fisik pekerja untuk membangun kesegaran jasmani muskuloskeletal dalam hal mempercepat tercapainya daya tahan yang optimal, mobilitas sendi-sendi, sikap tubuh dan koordinasi. APLIKASI ERGONOMI DI TEMPAT KERJA Tujuan akhir dari aplikasi Ergonomi di tempat kerja adalah untuk mengaplikasikan data antropometri dan teori anatomi pada komponenkomponen sistim kerja di tempat kerja. Dengan mempertimbangkan keterbatasan-keterbatasan yang ada pada individu pekerja, perencanaan berbagai sistim kerja yang mengaplikasikan prinsip ergonomi akan dapat mengurangi stres fisik yang berlebihan, mengurangi kemungkinan terjadinya gangguan

18

J Kedokter Trisakti

Vol.22 No.1

muskuloskeletal dan gangguan kesehatan lain dari para pekerja. Sehingga tercapai penampilan yang optimal demi terciptanya peningkatan produktifitas kerja. Budnick(3) menyatakan bahwa komponenkomponen sistim kerja seperti organisasi, lingkungan, tempat kerja, tugas-tugas yang di bebankan, desain mesin-mesin dan alat bantu kerja, akan saling berinteraksi dengan individu pekerja. Interaksi antara organisasi tempat kerja dan individu pekerja Organisasi tempat kerja adalah perencanaan koordinasi beberapa orang pekerja berdasarkan kelompok-kelompok kerja dan struktur hirarki tugas kerja untuk mencapai tujuan bersama. Budaya organisasi tempat kerja yang baik harus menerima konsep keselamatan kerja dan prosedur pelaksanaan kerja yang sehat sebagai prioritas utama dari salah satu policy kerjanya. Seorang manager harus menyokong budaya kerja yang tidak menghalalkan tuntutan produktivitas melebihi pertimbangan-pertimbangan keselamatan kerja, misalnya dalam hal mengatur penjadwalan siklus istirahat, kerja lembur, rotasi tugas kerja, dan lain-lain. Seorang manager harus mempertimbangkan kebutuhan fisiologis dan psikologis individu pekerja. Pemeliharaan berkala mesin-mesin dan alat bantu kerja, pemeriksaan kesehatan sebelum masuk kerja, pemeriksaan kesehatan berkala, prosedur penempatan individu pekerja pada tempat kerja yang sesuai dengan kapasitas dan kemampuannya, pelatihan keselamatan kerja harus senantiasa menjadi prosedur rutin dalam program kerja setiap kelompok kerja. Interaksi antara lingkungan tempat kerja dan individu pekerja Faktor-faktor lingkungan di tempat kerja seperti cuaca, iluminasi, bising, bau-bauan, ventilasi, vibrasi dan lain-lain dapat mempengaruhi penampilan dan produktivitas kerja individu pekerja, yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan kerja. Misalnya perubahan ventilasi dapat mengakibatkan timbulnya sick building syndrome yang menyerupai penyakit influensa, atau penyakit

asma dapat dicetuskan atau ditimbulkan oleh faktorfaktor lingkungan di tempat kerja dan lain-lain. Memelihara kondisi tempat kerja tanpa melampaui nilai-nilai ambang batas masing-masing komponen lingkungan kerja merupakan pengendalian terbaik untuk mencegah gangguan kesehatan akibat faktor lingkungan tempat kerja. Interaksi antara tempat kerja dan individu pekerja Lokasi ruang kerja (work place) adalah area fisik dimana seorang pekerja melakukan aktivitas kerja. Tempat kerja kerja (work station) adalah lokasi ruang kerja serta seluruh mesin dan peralatan kerja, dimana seorang pekerja melakukan aktifitas kerjanya.(5) Salah satu dari penyebab terjadi stres fisik akibat kerja adalah terjadinya ketidaksesuaian ukuran-ukuran komponen tempat kerja dengan pekerjanya, misalnya mengharuskan pekerja bekerja dengan posisi sulit seperti membungkuk, mengangkat lengan dan bahu terlalu tinggi, hanya bisa bekerja dengan satu tangan dan lain-lain. Gangguan muskuloskeletal seringkali terjadi karena umumnya meja kerja, peralatan dan mesinmesin di desain dengan ukuran untuk pekerja yang rata-rata besar, dengan maksud dapat dipakai juga pada pekerja yang lebih kecil. Prinsip ergonomi yang benar mengharuskan meja kerja yang sesuai atau disesuaikan dengan ukuran individu yang menggunakannya. Dalam hal ini data-data antropometri digunakan untuk memastikan terjaminnya syarat-syarat kesehatan dan keselamatan kerja dan untuk mengembangkan terciptanya kenyamanan bekerja. Selain itu tugas-tugas individu yang melakukan aktivitas kerja perlu dipikirkan dalam mendesain meja kerja yang ergonomis. Tergantung dari tugas-tugas yang dilaksanakan, dikenal 3 jenis utama meja kerja, yaitu meja kerja duduk, berdiri dan kombinasi. Meja kerja duduk cocok untuk kondisi-kondisi berikut ini: Seluruh komponen pekerjaan dilaksanakan dalam siklus jangka pendek, dapat disuplai dengan mudah dan dapat dilaksanakan sambil duduk. 19

Harrianto

Aplikasi ergonomi bagi pekerja

Tidak ada komponen pekerjaan yang membutuhkan keterampilan tangan yang terletak lebih dari 15 cm di atas permukaan meja kerja. Tidak membutuhkan tenaga yang besar, mengangkat beban tidak lebih dari 4,5 kg, misalnya pada tugas- tugas pekerjaan asembling dan mengetik/menulis. Meja kerja yang memenuhi persyaratan untuk tugas ini ialah ukuran meja kerja yang pekerjanya dapat menjangkau semua komponen pekerjaan diatas meja tanpa membungkuk, mengecilkan badan atau memutar badan terlalu jauh. Meja kerja berdiri cocok untuk kondisi-kondisi berikut ini: Ada komponen pekerjaan yang membutuhkan tenaga besar (> 4,5 kg). Seringkali memerlukan jangkauan yang tinggi, rendah atau jauh dari permukaan tubuh. Banyak memerlukan pindah-pindah tempat, banyak membungkukkan badan, misalnya pada tugas-tugas memilih biji-bijian dan pengemasan. Dalam situasi tertentu, dimana meja kerja tidak memungkinkan untuk mempunyai ruang membengkokkan lutut. Persyaratan untuk meja kerja berdiri tergantung dari tugas-tugas yang dilaksanakan:(6) Pekerjaan-perkerjaan yang memerlukan ketelitian seperti asembling komponen elektronik, menulis dan menggambar, siku memerlukan penyangga untuk mengurangi beban statis pada otot-otot punggung, maka tinggi meja kerja sebaiknya sedikit diatas ukuran tinggi siku pada saat berdiri (10-15 cm diatas tinggi siku). Pekerjaan-pekerjaan yang memerlukan ruangan yang luas untuk peralatan dan komponen-komponen kerja lainnya, membutuhkan tinggi meja kerja sedikit di bawah ukuran tinggi siku pada saat berdiri (1015 cm di bawah tinggi siku). Pekerjaan-pekerjaan yang memerlukan tenaga yang besar, yang banyak menggunakan gerakan bagian atas tubuh seperti meggunakan palu, gergaji dan lain-lain, membutuhkan tinggi 20

meja kerja jauh di bawah ukuran tinggi siku pada saat berdiri (15-40 cm di bawah tinggi siku). Meja kerja duduk/berdiri (kombinasi) cocok untuk kondisi-kondisi berikut ini: Perkerjaan yang menggerakkan tangan berulang-ulang dengan jangkauan kemuka lebih dari 41 cm, keatas lebih dari 15 cm dari permukaan meja kerja. Pekerjaan dengan tugas multipel, beberapa lebih baik dilaksanakan secara duduk dan yang lain secara berdiri. Interaksi antara beban tugas dan individu pekerja Deskripsi pekerjaan adalah uraian sejumlah tugas-tugas khusus yang merupakan peranan individu pekerja dalam organisasi tempat kerja. Pencanaan beban tugas (job design) adalah program kerja untuk menciptakan peranan individu pekerja dalam organisasi agar dapat berinteraksi secara sistimatis dengan individu pekerja yang lain, dengan produk serta tugas-tugas pelayanan, dengan maksud dapat tercapainya tuntutan-tuntutan pekerjaan yang sesuai dengan kemampuan fisik dan mentalnya. Beban tugas seorang individu pekerja direncanakan berdasarkan tuntutan pekerjaan yang dibebankan oleh organisasi kerja. Demi tercapainya perencanaan tugas yang sesuai dengan prinsipprinsip kesehatan dan keselamatan kerja, maka perencanaan beban tugas harus seimbang dengan keterampilan, pengetahuan dan kemampuan fisik individu pekerja, serta sumber-sumber sistim kerja seperti peralatan, mesin-mesin dan prosedur kerja. Dengan demikian analisis tugas yang menyeluruh misalnya analisis biomekanik diperlukan pada pekerjaan-pekerjaan angkat beban, audiogram pada pekerjaan ditempat bising dan lain-lain, serta pertimbangan tentang nilai ambang batas angkat beban, pekerjaan-pekerjaan dengan peralatan yang menimbulkan vibrasi, pekerjaan yang menggerakan tangan secara berulang perlu diperhatikan. Hasil penelitian Mital dkk.(7) menunjukkan bahwa pekerja-pekerja dengan frekwensi angkat beban yang tinggi (16 x/menit) dan frekuensi angkat beban yang sangat tinggi (lebih dari 16x/menit)

J Kedokter Trisakti

Vol.22 No.1

menunjukkan meningkatnya indikator-indikator beban psikofisik yang bermagna seperti frekuensi denyut jantung, konsumsi oksigen, rating perceive exertion (RPE) bahu, punggung dan seluruh tubuh. Dengan demikian pemeriksaan medis sebelum kerja dan pemeriksaan medis untuk penempatan di tempat-tempat kerja terutama yang mengandung resiko tinggi harus dilaksanakan dengan seksama. Interaksi antara desain mesin-mesin, alat bantu/ peralatan kerja dan individu pekerja Aspek-aspek biomekanika dan anatomi alat gerak sangat berperanan dalam perbaikan peralatan, tempat dan lingkungan kerja, misalnya bentuk pegangan dan berat suatu peralatan kerja, posisi tubuh/lengan serta gerakan pada saat bekerja, penataan tempat kerja, perbaikan penerangan, pengendalian kebisingan, kebersihan tempat kerja dan aspek-aspek psikologis di tempat kerja. Dengan demikian pemeliharaan toleransi biomekanika kerja sangat berperanan untuk mencapai prinsip-prinsip desain ergonomi yang baik, guna mencegah terjadinya kegagalan komponen-komponen anatomi tubuh akibat terjadinya stres fisik yang kumulatif. Beberapa prasyarat yang dibutuhkan dalam desain peralatan dan tempat kerja untuk mencapai pemeliharaan toleransi biomekanika kerja yang optimal adalah: a. Pertahankan sendi bahu dalam posisi yang cukup rendah Abduksi lengan atas di sendi bahu tanpa penyokong dalam waktu yang cukup lama akan mengakibatkan rasa cepat lelah. Misalnya; bekerja di atas meja kerja yang terlalu tinggi mengakibatkan abduksi lengan atas di sendi bahu, sehingga pergerakan tangan dalam bidang horizontal di sendi pergelangan tangan akan membutuhkan usaha tambahan dalam bentuk ayunan di sendi bahu; bekerja dengan alat bantu genggam yang lurus pada meja kerja yang horisontal, misalnya bekerja dengan alat bantu genggam solder atau las yang lurus di atas meja kerja, dengan cara membengkokkan ujung solder/las kira-kira 90o maka sendi siku dapat di letakkan sejajar dengan meja kerja dan bahu dapat diturunkan.

b.

Alat bantu genggam harus terpegang cukup kuat Alat bantu genggam yang berat akan membuat cepat lelah dan dapat terlepas waktu digunakan. Dengan mendesain alur-alur pada pegangan alat bantu genggam, dan menyesuaikan diameter pegangan dengan ukuran tangan pekerja, atau menambah pegangan untuk tangan yang lain sebagai stabilisator, maka alat bantu genggam dapat dipegang kuat-kuat. Buat penangkal/kurungan pada alat bantu genggam yang bisa menjepit atau melukai kulit Gunting yang diberi bantalan pada kedua pegangannya dapat mencegah terjepitnya jarijari tangan. Gergaji listrik sebaiknya diberi tambahan kurungan pelindung untuk mencegah jari-jari tangan terpotong. Jangan membuat tombol/swit yang di operasikan dengan satu atau beberapa ujung jari Melakukan penekanan dengan satu atau beberapa ujung jari berulang-ulang untuk jangka yang lama akan mengakibatkan rasa lelah dan rasa kaku pada jari-jari tangan. Mendesain tombol/swit yang di genggam atau berbentuk tongkat lebih baik dari pada yang menggunakan cara penekanan dengan satu atau beberapa ujung jari. Optimalkan konfigurasi tulang belulang Keuntungan mekanis otot biceps brachii tergantung dari besarnya sudut fleksio di sendi siku. Otot ini selain sebagai otot fleksor, lebih berfungsi sebagai eksorator, karena berinsertio pada tuberositas radii. Seorang pekerja yang duduk terlalu jauh dari bangku kerjanya akan merasakan rasa nyeri di sekitar sendi siku pada waktu memutar obeng, karena pada saat meluruskan lengan bawah di sendi siku maka fungsi otot biceps sebagai exorotator dikurangi, sedang otot tsb yang meregang akan menarik kepala radius kuat-kuat ke humerus, yang mengakibatkan terjadinya gesekan pada permukaan sendi.

c.

d.

e.

21

Harrianto

Aplikasi ergonomi bagi pekerja

f.

Kurangi gerak kepala yang berlebihan Objek yang terletak di luar lapangan penglihatan binokuler, mengakibatkan kepala harus banyak bergerak untuk mengatasi situasai tersebut. Dengan menata posisi pekerja yang tepat, atau menyesuaikan bangku kerja akan dapat mengatasi masalah ini.(8) Kurangi kompresi pada jaringan tubuh Pegangan peralatan kerja yang kurang memadai dapat menekan arteria ulnaris yang terletak di pangkal pergelangan tangan yang menimbulkan rasa nyeri dan kesemutan di jarijari manis dan kelingking. Memodifikasi pegangan peralatan tersebut dengan menambah penonjolan yang terletak diantara ibu jari dan telunjuk, maka beban utama tekanan akan berpindah ke tempat ini yang relatif bebas dari perjalanan pembuluh darah.(9) Jangan bekerja dengan posisi tangan yang dipaksakan, tetapi pertahankan dalam posisi yang lurus Posisi pergelangan tangan yang tidak lurus misalnya, deviasi ulnar, deviasi radial, dorsofleksio ataupun palmarfleksio akan mengakibatkan rasa cepat lelah dan gangguan kesehatan lainnya. Tendo-tendo fleksor jarijari tangan dan nervus medianus melintas melalui canalis carpal di pergelangan tangan, pada pekerjaan-pekerjaan yang menggunakan peralatan yang dipegang dengan tangan bila pergelangan tangan dapat dipertahankan dalam posisi yang lurus segalanya akan berjalan dengan baik.

g.

mengurangi ulnar deviasi dan segala akibatnya. Deviasi radial, terutama bila dikombinasi dengan pronasio dan dorsofleksio akan menambah tekanan pada kaput radii dan kapitulum humerus di sendi siku, misalnya menggunakan sikat kawat terutama pada objek yang terletak diatas kepala akan mengakibatkan terjadinya tennis elbow, karena terjadi inflamasi jaringan disekitar sendi siku. Pekerjaan yang paling cepat melelahkan yaitu pada penggunaan gergaji besi, karena kedua tangan dalam posisi pergelangan tangan yang tidak lurus, yaitu tangan kanan dalam deviasi ulnar dan tangan kiri dalam dorsofleksi serta deviasi radial. KESIMPULAN Tujuan aplikasi Ergonomi di tempat kerja adalah untuk mengoptimalkan terjadinya kesesuaian gerak-gerak rangka tubuh manusia dengan komponen-komponen fisik yang ada disekelilingnya. Sehingga baik kekuatan-kekuatan internal maupun eksternal yang dihadapi tubuh manusia tidak menimbulkan dampak yang membahayakan. Dalam hal ini dibutuhkan suatu pengertian yang mendalam tentang bagaimana komponen-komponen tubuh manusia dipengaruhi oleh beban yang terjadi pada sendi, tulang dan otot-otot pada saat berdiri, duduk, waktu bekerja atau aktifitas lainnya. Dasar pengetahuan anatomi alat gerak tubuh manusia dan biomekanika sangat dibutuhkan, karena stabilitas tubuh pada saat individu bekerja sangat tergantung dari korelasi antara bagianbagian tubuh manusia dengan penyokong tubuh yaitu tungkai dan batang badan, tempat duduk serta meja kerja yang dapat digunakan sebagai penyokong tubuh. Sejumlah pedoman, kriteria dan prasyarat diperlukan untuk mengaplikasikan ergonomi secara optimal bagi individu pekerja di tempat kerjanya agar dihasilkan suatu tempat kerja yang nyaman, serasi dengan individu pekerja yang menggunakannya serta terhindar dari faktor-faktor lingkungan yang ekstrem.
Daftar Pustaka 1. Bridger RS. Anatomy, posture, and body mechanics. In: Introduction to Ergonomics.

h.

Akan tetapi pada palmarfleksio atau ulnar deviasi atau kedua-duanya akan mengakibatkan tendo-tendo dalam canalis carpal akan menggumpal dan terjadi tenosinovitis sehingga akan menjepit nervus medianus yang berjalan didekatnya, yang akan menimbulkan gangguan-gangguan seperti rasa kesemutan, kehilangan rasa raba kelumpuhan pada sebagian jari-jari tangan, misalnya ketika memeras baju, memutar sekrup. Memodifikasi pegangan peralatan kerja (obeng, kapak, pacul, sekop, pisau, gunting pohon, martil), dengan jalan membengkokkan 200 - 400 akan 22

J Kedokter Trisakti

Vol.22 No.1

2.

3. 4.

5.

Singapore: McGraw-Hill Book Co; 1995. p. 3170, 127-57. Buckle P, Stubbs D. The contribution of ergonomics to the rehabilitation of back pain patiens. Journal Society Occupational Medicine 1989; 39: 56-60. Budnick LD. Human factors in occupational medicine. Journal of Medicine1993; 35:587-94. Cushman WH, Little RM, Lucas RL, Stevens J A. Equipment design. In Rodgers SH. editors. Ergonomic design for people at work. California: Belmont; 1983. p.79-159. Dickerson OB, Baker WE. Practical ergonomics and work with video display terminals. In: Zein C, editor. Occupational Medicine. 3rd ed. St.Louis: Mosby-Year Book, Inc; 1994. p. 428-44.

6.

7.

8.

9.

Grandjean E. The design of workstations, editor. Fitting the task to the Man. 4th ed. London: Taylor and Francis Ltd; 1988. p. 36-81,115-24. Mital A, Foononi-Fard H, Brown M. Physical fatique in high and very high frequency manual materials handling: Perceived exertion and physiological indicators. Human Factors 1994; 36:219-31. Sanders MS, Mc. Cormick EJ. Hand tools and devices, editors. Human factors in engineering and design. 7th ed. Singapore: Mc Graw-Hill, Inc; 1993. p. 383-94. Tichauer ER. Ergonomics. In: Clayton GD, Clayton FE, editors. General priciples Pattys industrial hygiene and toxicology. 3rd ed. New York: John Wiley & Son: 1978. p. 1059-106.

23

You might also like