You are on page 1of 71

KULIAH RANGKAIAN DIGITAL

Oleh : Rachmat NIM : 09C1080241 Teknik Informatika STMIK MERCUSUAR 2011

PENILAIAN AKHIR

Nilai >80 70 >Nilai <=80 55 >Nilai <=70 40 >Nilai <=55 Nilai <= 40

A B C D E

SISTEM PENILAIAN
ABSENSI : 15 % TUGAS TERSTRUKTUR : 5% UTT : 15 % UTP : 25 % UUT : 15 % UUP : 25 % TOTAL : 100 %

DISKRIPSI SINGKAT

Mata kuliah ini memberikan pengetahuan mengenai Rangkaian Digital

TUJUAN PEMBELAJARAN

Setelah mengikuti kuliah Rangkaian Digital mahasiswa diharapkan dapat mengetahui dasar-dasar sistem digital dan dapat memahami dalam perancangan dan analisis pada sistem digital.

RANGKAIAN DIGITAL = SISTEM DIGITAL

Rangkaian Digital

a. b. c.

Rangkaian Digital Rangkaian Elektronika Rangkaian Elektronika = Sekumpulan komponen aktif dan pasif yang membentuk suatu fungsi pengolahan sinyal. Jenis Pengolahan sinyal Pembangkit sinyal (Rangk. Oscillator) Penguat sinyal (Rangk. Amplifier) Pengolah digital (Rangk. Digital)

a. b.

Berdasarkan sifat sinyal yang diolah : Rangkaian Analog = mengolah sinyal kontinyu Rangkaian Digital = mengolah sinyal listrik diskrit

Rangkaian Digital
Besaran Kontinyu
Besaran Kontinyu

Rangk. Analog Vi1=0,1 volt input Amplifier Dengan output Vi1=0,2 volt Vi2=0,4 volt Vi2=0,2 volt Penguatan Vi3=8,0 volt Vi3=4,0 volt sebesar 2 X
Besaran Diskrit Besaran Diskrit

Rangk. Vi1=0,1 volt=LOW Digital output Vi1=4,5 volt=HIGH input Vi2=0,2 volt=LOW Vi2=4,0 volt=HIGH Inverter Vi3=4,5 volt=HIGH Vi3=0,1 volt=LOW (Pembalik)
Gb. Ilustrasi perbedaan antara rangkaian elektronika analog dan rangkaian elektronika dgital

Rangkaian

Digital disebut juga Rangk.

Logika Rangk. Logika adl. Kesatuan dari komponen-komponen elektronika pasif dan aktif yang membentuk suatu fungsi pemrosesan sinyal digital dan elemen logika. Bentuk elemen logika terkecil adlh gerbang logika (Logic Gate); OR, AND dan NOT

Fungsi Pemrosesan Sinyal Digital Rangk. Digital/Logika

INPUT Sinyal Digital

OUTPUT Sinyal Digital

Gb. Penjelasan pengertian Rangkaian digital/Logika Output memberikan fungsi pemrosesan sinyal digital, contoh Penjumlahan Biner (binary addition), pemilihan data digital (multiplexing), pendistribusian data digital (demultiplexing), Pengkodean data (encoding), dan penafsiran data (decoding).

Sistem Digital
Pengalihan Tenaga/Energi

INPUT Suatu Energi

Rangkaian Komponen Rangkaian Komponen Elektronika Elektronika Rangkaian Komponen Elektronika Elektronika Elektronika Elektronika
Sistem Elektronika

OUTPUT Suatu Energi

Gb. Sistem elektronika

Pengertian Sistem Digital lebih mudah dipahami dengan memahami pengertian Sistem elektronika, yaitu : kesatuan dari beberapa rangkaian digital/ logika, elektronika dan elemen logika Untuk tujuan pengalihan tenaga.

PERBEDAAN RANGKAIAN DAN SISTEM DIGITAL


Rangkaian Digital Sistem digital

1. Mrp bagian dari sistem digital, bagianbagiannya terdiri atas bbrp elemen/gerbang logika 2. Output membentuk fungsi pemrosesan sinyal digital 3. Input dan outputnya berupa sinyal digital

1. Bagian-bagiannya terdiri atas bbrp rangk.digital, gerbang logika dan komponen elektronika lainya. 2. Outputnya mrp fungsi pengalihan tenaga 3. Input dan outputnya berupa suatu tenaga/energi

BILANGAN
BINER (0,1,10,11,100,101,110,111,1000,) OKTAL (0,1,2,3,4,5,6,7,10,11..,17,20,) DESIMAL (0,1,2,3,4,5,6,7,8,9,10,11..19,) HEKSADESIMAL (0,1,2,3,4,5,6,7,8,9,a,b,c,d,e,f,10,)

PENGUBAHAN BILANGAN
BINER DESIMAL DESIMAL BINER OKTAL DESIMAL DESIMAL OKTAL HEKSADESIMAL DESIMAL DESIMAL HEKSADESIMAL

BINER
1001,1(2) = .(10) 1x0,5=0,5

DESIMAL
.25, 24, 23, 22, 21, 20,1/21, 1/22, 1/23,. 32, 16, 8, 4, 2, 1, 0.5, 0.25, 0.125,
1001 = (1x 23)+(0x 22)+(0x 21)+(1x 20) = 8 + 0 + 0 + 1 = 9,5

DESIMAL
27 : 2 = 13 13 : 2 = 6 6:2= 3 3:2= 1 1:2= 0

BINER
sisa 1 sisa 1 sisa 0 sisa 1 sisa 1 1 1 0 1 1

27(10) = .(2)

OKTAL
63(8) = .(10)

DESIMAL
., 82, 81, 80, 1/81, 1/82, , 64, 8, 1, 0.125, 0.015625,
63 = (6x 81)+(3x 80) = 48 + 3 = 51

DESIMAL
81 : 8 = 10 sisa 1 10 : 8 = 1 sisa 2 1 : 8 = 0 sisa 1

OKTAL

81(10) = .(8)

1 2 1

HEKSADESIMAL
= .(10)

DESIMAL

., 162, 161, 160, 1/161, 1/162, , 256, 16, 1, 0.0625, 0.00390625,


E6(16)

E6 = (Ex 161) + (6x 160) = 14(16) + 6(1) = 230

DESIMAL

HEKSADESIMAL
2479(10) = .(16)
2479 : 16 = 154 sisa 15 (F 154 : 16 = 9 sisa 10 (A) 9 : 16 = 0 sisa 9 9 A F

Praktek Pertama Bukalah Software DSCH2, kemudian anda pelajari cara penggunaannya !

SISTEM BILANGAN
Adl

Cara untuk mewakili besaran dari suatu item fisik.

Yang

sering dipakai sistem bilangan desimal ?


bilangan pada Komputer ?

Sistem

Sistem Bilangan menggunakan suatu bilangan dasar/basis/radix yang tertentu tergantung dari jumlah bilangan yang digunakan, misal : a. Desimal basis 10 (deca -> 10) b. Biner basis 2 (binary -> 2) d. Oktal basis 8 (okta -> 8) c. Hexadesimal basis 16 (hexa ->6 dan deca ->10)

BILANGAN
DESIMAL

(0,1,2,3,4,5,6,7,8,9) BINER (0,1) OKTAL (0,1,2,3,4,5,6,7) HEKSADESIMAL (0,1,2,3,4,5,6,7,8,9,a,b,c,d,e,f)

PENGUBAHAN BILANGAN

BINER DESIMAL OKTAL DESIMAL

DESIMAL BINER DESIMAL OKTAL DESIMAL HEKSADESIMAL

HEKSADESIMAL DESIMAL

MSD (Most Significant Digit) = Bobot terbesar LSD (Least Significant Digit) = Bobot terkecil

2 102 MSD

1 101

2 <= Bil desimal bulat 100 <= Bobot bil desimal bulat LSD

0,

2 10-1

5 <= Bil desimal Pecahan 10-2 <= Bobot bil desimal Pecahan

BINER
1001(2) = .(10)

DESIMAL
.25, 24, 23, 22, 21, 20,1/21, 1/22, 1/23,. 32, 16, 8, 4, 2, 1, 0.5, 0.25, 0.125,
1001 = (1x 23)+(0x 22)+(0x 21)+(1x 20) = 8 + 0 + 0 + 1 = 9

DESIMAL
27 : 2 = 13 13 : 2 = 6 6:2= 3 3:2= 1 1:2= 0

BINER
sisa 1 sisa 1 sisa 0 sisa 1 sisa 1 1 1 0 1 1

27(10) = .(2)

OKTAL
63(8) = .(10)

DESIMAL
., 82, 81, 80, 1/81, 1/82, , 64, 8, 1, 0.125, 0.015625,
63 = (6x 81)+(3x 80) = 48 + 3 = 51

DESIMAL
81 : 8 = 10 sisa 1 10 : 8 = 1 sisa 2 1 : 8 = 0 sisa 1

OKTAL

81(10) = .(8)

1 2 1

HEKSADESIMAL
= .(10)

DESIMAL

., 162, 161, 160, 1/161, 1/162, , 256, 16, 1, 0.0625, 0.00390625,


E6(16)

E6 = (Ex 161) + (6x 160) = 14(16) + 6(1) = 230

DESIMAL

HEKSADESIMAL
2479(10) = .(16)
2479 : 16 = 154 sisa 15 (F) 154 : 16 = 9 sisa 10 (A) 9 : 16 = 0 sisa 9 9 A F

LATIHAN :
1.

2.
3.

101101(2) = (10) 1213(8) = (10) C7(16) = (10) 450(10) = (2) 142(10) = (8)

4.
5.

512,256,128,64,32,16,8,4,2,1

SISTEM KODE

Alasan ? Sistem Bilangan = Bilangan positif Sistem Kode = Bil. Negatif, symbol, huruf, dll Contoh Sistem Kode :
BCD Gray Excess-3

(Binary Coded Desimal)

Peraga
ASCII

7-segmen

a. b.

a. b.

Sistem Kode disusun menggunakan bil. Biner yang membentuk kelompok tertentu. Kelompok bil Biner yang membentuk suatu kode dibedakan penyebutannya. Kode biner 4-bit => NIBBLE (1100, 1010) Kode biner 8-bit => BYTE (11001101) 1 byte = 8-bit, 1 Kilo byte=1 KB=1024 byte=210 byte Kode biner 16-bit => WORD (1001100110101010) Kode biner 32-bit => DOUBLE WORD

BCD (BINARY CODED DECIMAL)


Sering

ditulis dengan BCD-8421 Menggunakan kode biner 4-bit


Kode Invalid = 1010, 1011, 1100, 1101, 1110 dan 1111 Kode Valid yakni yang mempresentasikan bilangan desimal 0 9

a. Ubah 010100101001BCD ke sistem desimal 0101 0010 1001 <= BCD-8421 5 2 9 <= Desimal 2 1 2 =0010 0001 0010 0010 1101 0011

a.

Ubah 011111000001BCD

ke sistem desimal

0111 1100 0001 <= BCD-8421 7 1 <= Sistem bilangan Invalid, menunjukkan terjadi kesalahan pada kode BCD Dalam teknik digital ada 2 rangkaian pembangkit kode BCD dari desimal (decimal to BCD encoder) dan Pengubah dari BCD ke desimal (BCD to decimal dekoder)

PRAKTEK 1

Buka File EN_10_BCD.Sym dan DEC_BCD_DEC.Sym Buat Rangkaian untuk melihat konsep kerja konversi dari Desimal ke BCD Setelah anda praktek Jelaskan apakah kode BCD sama dengan sistem biner ? (Untuk Pertemuan 3)

Apakah kode BCD sama dengan sistem biner ? Jelaskan !

EXCESS-3 (XS-3)
Hampir sama dgn BCD Untuk bil desimal yang akan dirubah ke XS-3 ditambah 3 kemudian dikonversi sama dgn BCD Untuk XS-3 yang akan dirubah ke bil desimal dikonversi sama dgn BCD kemudian dikurangi 3. Kode yang tidak dapat digunakan pada XS-3 : 0000, 0001, 0010, 1101, 1110, dan 1111

a. Tulis sistem kode XS-3 dari bil Desimal 12 ! 1 3+ 4 0100 2 <= bil Desimal 3+ 5 0101 <= Sistem Kode XS-3

b. Ubah Kode XS-3 : 100111000101XS-3 1001 1100 0101 <= XS-3 9 12 5 3336 9 2 <= Sistem bilangan Desimal

ke sistem desimal

c. Ubah Kode XS-3 : 011100011010XS-3

ke sistem desimal

0111 0001 1010 <= XS-3 7 1 10 Kode XS-3 Salah 3334 -2 7 <= Sistem bilangan Desimal

GRAY

Kode yang unik yaitu setiap kali kode berubah nilainya secara berurutan hanya terdapat 1 bit yang berubah.

Contoh

dari 2 ke 3, 5 ke 6 yaitu 0010 ke 0011, 0101 ke 0110

b. Ubah 13(10) dalam bentuk kode Gray


13 Sistem Desimal + + + Abaikan bawaannya(carry) 0 1 1 0 1

Sistem Gray

7-SEGMENT DISPLAY

Menampilkan Data dalam bentuk LED 7


A B C D F A B A B C D E F G DP

E
F G DP E

G
C +5v D

COMMON CATHODE

PERAGA 7-SEGMEN

DP

COMMON ANODE

ASCII
Kode Standar Amerika untuk Pertukaran Informasi atau ASCII (American Standard Code for Information Interchange) merupakan suatu standar internasional dalam kode huruf dan simbol seperti Hex dan Unicode ASCII lebih bersifat universal, contohnya 124 adalah untuk karakter "|". Ia selalu digunakan oleh komputer dan alat komunikasi lain untuk menunjukkan teks. Kode ASCII memiliki komposisi bilangan biner sebanyak 8 bit. Dimulai dari 0000 0000 hingga 1111 1111. Total kombinasi yang dihasilkan sebanyak 256, dimulai dari kode 0 hingga 255 dalam sistem bilangan Desimal. Tabel Kode ASCII

PRAKTEK 2
Buka file 7SEGTES.SCH Buatkan Tabel Sistem Bilangan dan Kode Untuk Bilangan Desimal 0-15 {Biner, Oktal, Heksadesimal, BCD(8421+XS-3), Gray, Peraga 7Segmen(ABCDEFG+DISPLAY)}

PENJUMLAHAN menambahkan bilangan biner yang lebih BINER Untuk


1(10) + 1(10) = 2(10)

1(2) + 1(2) = 10(2) Untuk meringkaskan hasil2 kita pada penambahan biner : 0+0= 0 1+1+1 = 10+1 1+1+1+1 = 10+1+1 0+1= 1 = 11 = 11+1 1+0= 1 = 100 1 + 1 = 10

besar, bawaan (carry) dipindahkan ke kolom didepannya seperti yang dilakukan dengan bilangan desimal

Lat:
a. b.
c. d.

101 + 110 = 111 + 110 =


1000 + 100 = 1001001 + 1110011 + 111111 =

PENGURANGAN BINER

1(10) - 1(10) = 0(10)


1(2) - 1(2) = 0(2)

Untuk meringkaskan hasil2 kita pada pengurangan biner : 111 Kolom I : 1-1 = 0 1101 Kolom I : 1-0 = 1 0-0= 0 - 101 Kolom II : 1-0 = 1 - 1010 Kolom II : 10 (pinjam 1)-1 =1 1-0= 1 010 Kolom III: 1-1 = 0 0011 Kolom III: 0 (dipinjam 1)-0=0 10 - 1 = 1 Kolom IV: 1-1 = 0 Lat:
a. b. c.

1000 - 111 = 001 10111 - 10011 = 100 110 001 = 101

PERKALIAN BINER
0x0=0 0x1=0 1x0=0 1x1=1 111 x 101 111 000 111 + 100011 10110 x 110 00000 10110 10110 + 10000100 LATIHAN : 101,1 x 11,01 = 110 x 10 =.. 101,1 11,01 x 1011 0000 1011 1011 + 10001111 => 10001,111

GERBANG LOGIKA PENDAHULUAN


Penerapan rangkaian logika pada piranti2/alat2 digit, dan komputer digit untuk meng-otomatiskan proses2 industri atau pekerjaan peng-otomatisan yang lain.

Taraf2 Tegangan
Rangkaian logika mempunyai 1/lebih jalan masuk, jalan keluarnya hanya akan 1. Diterapkan 2 taraf tegangan = taraf rendah (0 2,5) dan taraf tinggi (4,5 5,5) Taraf rendah dinyatakan dengan 0 dan taraf tinggi dinyatakan dengan 1

TABEL KEBENARAN
Diperkenalkan pertama oleh George Boole 1854 Dikembangkan Claude Shannon dan Bell Labs Tabel yang menunjukkan pengaruh input suatu rangk. Terhadap output Memuat kemungkinan keadaan input (2n)

PINTU AND (AND GATE)


+ A B C F

F=A.B.C Keluaran akan 1 apabila semua masukkan 1

A 0 0 0 0 1 1 1 1

B 0 0 1 1 0 0 1 1

C 0 1 0 1 0 1 0 1

F 0 0 0 0 0 0 0 1

PINTU OR (OR GATE)


+

A
B C F

F=A+B+C Keluaran akan 1 apabila salah satu masukkan 1

A 0 0 0 0 1 1 1 1

B 0 0 1 1 0 0 1 1

C 0 1 0 1 0 1 0 1

F 0 1 1 1 1 1 1 1

PINTU NOT (NOT GATE)


+

A -

A 0 1

F 1 0

F=A Hanya mempunyai 1 pintu masuk Keluaran akan kebalikan dari masukkan

PINTU NAND (NAND GATE)


+ A B C F

F=A.B.C Keluaran akan 0 apabila semua masukkan 1

A 0 0 0 0 1 1 1 1

B 0 0 1 1 0 0 1 1

C 0 1 0 1 0 1 0 1

F 1 1 1 1 1 1 1 0

PINTU NOR (NOR GATE)


+

A
B C F

F=A+B+C Keluaran akan 1 apabila semua masukkan 0

A 0 0 0 0 1 1 1 1

B 0 0 1 1 0 0 1 1

C 0 1 0 1 0 1 0 1

F 1 0 0 0 0 0 0 0

PINTU OR KHUSUS (EXCLUSIVE OR)


+

A
B C

F=A + B + C Keluaran akan 1 apabila pada masukkan ada 1 yang ganjil

A 0 0 0 0 1 1 1 1

B 0 0 1 1 0 0 1 1

C 0 1 0 1 0 1 0 1

F 0 1 1 0 1 0 0 1

MENDISKRIPSIKAN RANGKAIAN LOGIKA

Simbol Elemen Logika dan Persamaan Logika/Ekspresi Boole

A B
C Rangkaian Logika

F = A.B + C

Persamaan Logika

TUGAS 3 (RANGKAIAN LOGIKA)


1.Susunlah Tabel Kebenaran untuk rangkaian logika dibawah ini dengan cara mendiskripsikan ke dalam persamaan logika dahulu.

A B C D

A B C D

2.Implementasikan persamaan logika berikut ini ke dalam Rangkaian Logika. F = ABC + ABC + AB F = ABC + ABC + ABC

ALJABAR BOOLE
Aljabar Boole=Aljabar Saklar a dan b ( a . b ) disebut perkalian logika a atau b ( a + b ) disebut penjumlahan logika

Jenis Teorema-teorema Aljabar Boole 1. Teorema Variabel Tunggal 2. Teorema Variabel Jamak

1. TEOREMA VARIABEL TUNGGAL

Diturunkan dari operasi dasar OR, AND, NOT.

Operasi OR

Operasi AND

A 1 1 Teorema (1) A + 1 = 1 A A 0 Teorema (3) A + 0 = A

A 0 0 Teorema (2) A . 0 = 0
A A 1 Teorema (4) A . 1 = A

Operasi OR A A A

Operasi AND A

Teorema (5) A + A = A
A 1

Teorema (6) A . A = A
A 0

Teorema (7) A + A = 1

Teorema (8) A . A = 0

Teorema pada operasi AND dapat diperoleh dari operasi OR atau sebaliknya dengan melakukan : 1. Mengubah tanda + menjadi dot (.) atau sebaliknya 2. Mengubah 1 menjadi 0 atau sebaliknya

Teorema Satu dan Nol Identitas Idempoten Komplemen Involusi

Ekspresi T (1) : A+1=1 T (3) : A+0=A T (5) : A+A=A T (7) : A+A=1 T (9) : A = A

Sifat Rangkap T (2) : A.0=0 T (4) : A.1=A T (6) : A.A=A T (8) : A.A=0

TABEL TEOREMA ALJABAR BOOLE VARIABEL TUNGGAL

2. TEOREMA VARIABEL JAMAK


Teorema
Komulatif

Ekspresi
T (10) : A+B=B+A

Sifat Rangkap
T (11) : AB=BA

Asosiatif
Distributif

T (12) : A+(B+C)=(A+B)+C

T (13) : A(BC)=(AB)C
T (15) : A(B+C)=AB+AC T (17) : A(A+B)=A T (19) : A(A+B)=AB T(21): A.B.=A+B+

T (14) : A+(BC)=(A+B)(A+C) Absorpsi T (16) : A+AB=A T (18) : A+AB=A+B De Morgan T(20):A+B+=A.B.

Tabel Teorema Aljabar Boole Variabel Tunggal

Teorema ( 14 )

A B C 0 0 0

B.C 0

A+(B.C) 0

A+B A+C (A+B).(A+C) 0 0 0

0
0 0 1

0
1 1 0

1
0 1 0

0
0 1 0

0
0 1 1

0
1 1 1

1
0 1 1

0
0 1 1

1
1 1

0
1 1

1
0 1

0
0 1

1
1 1

1
1 1

1
1 1

1
1 1

Teorema ( 15 )

A B 0 0

C B+C 0 0

A.(B+C) 0

A.B A.C 0 0

A.B+A.C 0

0
0 0 1

0
1 1 0

1
0 1 0

1
1 1 0

0
0 0 0

0
0 0 0

0
0 0 0

0
0 0 0

1
1 1

0
1 1

1
0 1

1
1 1

1
1 1

0
1 1

1
0 1

1
1 1

Teorema (16)

A
0 0 1

B
0 1 0

A.B
0 0 0

A+AB
0 0 1

1
Teorema (17)

1 B
0 1 0 1

1 A+B
0 1 1 1

1 A(A+B)
0 0 1 1

A
0 0 1 1

Teorema (18) A 0 B 0 A 1

T (18) : A+AB=A+B
AB 0 A+AB 0 A+B 0

0 1 1

1 0 1

1 0 0

1 0 0

1 1 1

1 1 1

Teorema (19) A 0 0 1 1 B 0 1 0 1 A 1 1 0 0 A+B 1 1 0 1 A(A+B) 0 0 0 1 AB 0 0 0 1

PENYEDERHANAAN
Berguna untuk meringkas sebuah rangkaian yang rumit menjadi lebih sederhana.Contoh F = AC+ABC Persamaan diatas diperoleh dengan - MengANDkan A dan C - MengANDkan A,B dan C - MengORkan AC dan ABC F = AC +ABC = AC (1+B) = AC (1) = AC Latihan : F = ABC + ABC + ABC F = ABC + ABA + ABC

UNIVERSALITAS GERBANG NOR DAN NAND

Semua gerbang logika atau rangkaian logika dapat disusun dengan menggunakan gerbang NOR saja atau NAND saja dengan bantuan Aljabar Boole.

GERBANG NOT DENGAN NOR


A
Y=A A Y = A+A Y = A.A Y=A Y

Ingat Teorema De Morgan Ingat Teorema (6) : A.A=A

GERBANG NOT DENGAN NAND


A
Y=A A Y = A.A Y = A+A Y=A Y

Ingat Teorema De Morgan Ingat Teorema (5) : A+A=A

PRAKTEK PART 4

Buktikan bahwa A+B=A.B dan A.B = A+B ?

You might also like