Professional Documents
Culture Documents
PENILAIAN AKHIR
Nilai >80 70 >Nilai <=80 55 >Nilai <=70 40 >Nilai <=55 Nilai <= 40
A B C D E
SISTEM PENILAIAN
ABSENSI : 15 % TUGAS TERSTRUKTUR : 5% UTT : 15 % UTP : 25 % UUT : 15 % UUP : 25 % TOTAL : 100 %
DISKRIPSI SINGKAT
TUJUAN PEMBELAJARAN
Setelah mengikuti kuliah Rangkaian Digital mahasiswa diharapkan dapat mengetahui dasar-dasar sistem digital dan dapat memahami dalam perancangan dan analisis pada sistem digital.
Rangkaian Digital
a. b. c.
Rangkaian Digital Rangkaian Elektronika Rangkaian Elektronika = Sekumpulan komponen aktif dan pasif yang membentuk suatu fungsi pengolahan sinyal. Jenis Pengolahan sinyal Pembangkit sinyal (Rangk. Oscillator) Penguat sinyal (Rangk. Amplifier) Pengolah digital (Rangk. Digital)
a. b.
Berdasarkan sifat sinyal yang diolah : Rangkaian Analog = mengolah sinyal kontinyu Rangkaian Digital = mengolah sinyal listrik diskrit
Rangkaian Digital
Besaran Kontinyu
Besaran Kontinyu
Rangk. Analog Vi1=0,1 volt input Amplifier Dengan output Vi1=0,2 volt Vi2=0,4 volt Vi2=0,2 volt Penguatan Vi3=8,0 volt Vi3=4,0 volt sebesar 2 X
Besaran Diskrit Besaran Diskrit
Rangk. Vi1=0,1 volt=LOW Digital output Vi1=4,5 volt=HIGH input Vi2=0,2 volt=LOW Vi2=4,0 volt=HIGH Inverter Vi3=4,5 volt=HIGH Vi3=0,1 volt=LOW (Pembalik)
Gb. Ilustrasi perbedaan antara rangkaian elektronika analog dan rangkaian elektronika dgital
Rangkaian
Logika Rangk. Logika adl. Kesatuan dari komponen-komponen elektronika pasif dan aktif yang membentuk suatu fungsi pemrosesan sinyal digital dan elemen logika. Bentuk elemen logika terkecil adlh gerbang logika (Logic Gate); OR, AND dan NOT
Gb. Penjelasan pengertian Rangkaian digital/Logika Output memberikan fungsi pemrosesan sinyal digital, contoh Penjumlahan Biner (binary addition), pemilihan data digital (multiplexing), pendistribusian data digital (demultiplexing), Pengkodean data (encoding), dan penafsiran data (decoding).
Sistem Digital
Pengalihan Tenaga/Energi
Rangkaian Komponen Rangkaian Komponen Elektronika Elektronika Rangkaian Komponen Elektronika Elektronika Elektronika Elektronika
Sistem Elektronika
Pengertian Sistem Digital lebih mudah dipahami dengan memahami pengertian Sistem elektronika, yaitu : kesatuan dari beberapa rangkaian digital/ logika, elektronika dan elemen logika Untuk tujuan pengalihan tenaga.
1. Mrp bagian dari sistem digital, bagianbagiannya terdiri atas bbrp elemen/gerbang logika 2. Output membentuk fungsi pemrosesan sinyal digital 3. Input dan outputnya berupa sinyal digital
1. Bagian-bagiannya terdiri atas bbrp rangk.digital, gerbang logika dan komponen elektronika lainya. 2. Outputnya mrp fungsi pengalihan tenaga 3. Input dan outputnya berupa suatu tenaga/energi
BILANGAN
BINER (0,1,10,11,100,101,110,111,1000,) OKTAL (0,1,2,3,4,5,6,7,10,11..,17,20,) DESIMAL (0,1,2,3,4,5,6,7,8,9,10,11..19,) HEKSADESIMAL (0,1,2,3,4,5,6,7,8,9,a,b,c,d,e,f,10,)
PENGUBAHAN BILANGAN
BINER DESIMAL DESIMAL BINER OKTAL DESIMAL DESIMAL OKTAL HEKSADESIMAL DESIMAL DESIMAL HEKSADESIMAL
BINER
1001,1(2) = .(10) 1x0,5=0,5
DESIMAL
.25, 24, 23, 22, 21, 20,1/21, 1/22, 1/23,. 32, 16, 8, 4, 2, 1, 0.5, 0.25, 0.125,
1001 = (1x 23)+(0x 22)+(0x 21)+(1x 20) = 8 + 0 + 0 + 1 = 9,5
DESIMAL
27 : 2 = 13 13 : 2 = 6 6:2= 3 3:2= 1 1:2= 0
BINER
sisa 1 sisa 1 sisa 0 sisa 1 sisa 1 1 1 0 1 1
27(10) = .(2)
OKTAL
63(8) = .(10)
DESIMAL
., 82, 81, 80, 1/81, 1/82, , 64, 8, 1, 0.125, 0.015625,
63 = (6x 81)+(3x 80) = 48 + 3 = 51
DESIMAL
81 : 8 = 10 sisa 1 10 : 8 = 1 sisa 2 1 : 8 = 0 sisa 1
OKTAL
81(10) = .(8)
1 2 1
HEKSADESIMAL
= .(10)
DESIMAL
DESIMAL
HEKSADESIMAL
2479(10) = .(16)
2479 : 16 = 154 sisa 15 (F 154 : 16 = 9 sisa 10 (A) 9 : 16 = 0 sisa 9 9 A F
Praktek Pertama Bukalah Software DSCH2, kemudian anda pelajari cara penggunaannya !
SISTEM BILANGAN
Adl
Yang
Sistem
Sistem Bilangan menggunakan suatu bilangan dasar/basis/radix yang tertentu tergantung dari jumlah bilangan yang digunakan, misal : a. Desimal basis 10 (deca -> 10) b. Biner basis 2 (binary -> 2) d. Oktal basis 8 (okta -> 8) c. Hexadesimal basis 16 (hexa ->6 dan deca ->10)
BILANGAN
DESIMAL
PENGUBAHAN BILANGAN
HEKSADESIMAL DESIMAL
MSD (Most Significant Digit) = Bobot terbesar LSD (Least Significant Digit) = Bobot terkecil
2 102 MSD
1 101
2 <= Bil desimal bulat 100 <= Bobot bil desimal bulat LSD
0,
2 10-1
5 <= Bil desimal Pecahan 10-2 <= Bobot bil desimal Pecahan
BINER
1001(2) = .(10)
DESIMAL
.25, 24, 23, 22, 21, 20,1/21, 1/22, 1/23,. 32, 16, 8, 4, 2, 1, 0.5, 0.25, 0.125,
1001 = (1x 23)+(0x 22)+(0x 21)+(1x 20) = 8 + 0 + 0 + 1 = 9
DESIMAL
27 : 2 = 13 13 : 2 = 6 6:2= 3 3:2= 1 1:2= 0
BINER
sisa 1 sisa 1 sisa 0 sisa 1 sisa 1 1 1 0 1 1
27(10) = .(2)
OKTAL
63(8) = .(10)
DESIMAL
., 82, 81, 80, 1/81, 1/82, , 64, 8, 1, 0.125, 0.015625,
63 = (6x 81)+(3x 80) = 48 + 3 = 51
DESIMAL
81 : 8 = 10 sisa 1 10 : 8 = 1 sisa 2 1 : 8 = 0 sisa 1
OKTAL
81(10) = .(8)
1 2 1
HEKSADESIMAL
= .(10)
DESIMAL
DESIMAL
HEKSADESIMAL
2479(10) = .(16)
2479 : 16 = 154 sisa 15 (F) 154 : 16 = 9 sisa 10 (A) 9 : 16 = 0 sisa 9 9 A F
LATIHAN :
1.
2.
3.
101101(2) = (10) 1213(8) = (10) C7(16) = (10) 450(10) = (2) 142(10) = (8)
4.
5.
512,256,128,64,32,16,8,4,2,1
SISTEM KODE
Alasan ? Sistem Bilangan = Bilangan positif Sistem Kode = Bil. Negatif, symbol, huruf, dll Contoh Sistem Kode :
BCD Gray Excess-3
Peraga
ASCII
7-segmen
a. b.
a. b.
Sistem Kode disusun menggunakan bil. Biner yang membentuk kelompok tertentu. Kelompok bil Biner yang membentuk suatu kode dibedakan penyebutannya. Kode biner 4-bit => NIBBLE (1100, 1010) Kode biner 8-bit => BYTE (11001101) 1 byte = 8-bit, 1 Kilo byte=1 KB=1024 byte=210 byte Kode biner 16-bit => WORD (1001100110101010) Kode biner 32-bit => DOUBLE WORD
a. Ubah 010100101001BCD ke sistem desimal 0101 0010 1001 <= BCD-8421 5 2 9 <= Desimal 2 1 2 =0010 0001 0010 0010 1101 0011
a.
Ubah 011111000001BCD
ke sistem desimal
0111 1100 0001 <= BCD-8421 7 1 <= Sistem bilangan Invalid, menunjukkan terjadi kesalahan pada kode BCD Dalam teknik digital ada 2 rangkaian pembangkit kode BCD dari desimal (decimal to BCD encoder) dan Pengubah dari BCD ke desimal (BCD to decimal dekoder)
PRAKTEK 1
Buka File EN_10_BCD.Sym dan DEC_BCD_DEC.Sym Buat Rangkaian untuk melihat konsep kerja konversi dari Desimal ke BCD Setelah anda praktek Jelaskan apakah kode BCD sama dengan sistem biner ? (Untuk Pertemuan 3)
EXCESS-3 (XS-3)
Hampir sama dgn BCD Untuk bil desimal yang akan dirubah ke XS-3 ditambah 3 kemudian dikonversi sama dgn BCD Untuk XS-3 yang akan dirubah ke bil desimal dikonversi sama dgn BCD kemudian dikurangi 3. Kode yang tidak dapat digunakan pada XS-3 : 0000, 0001, 0010, 1101, 1110, dan 1111
a. Tulis sistem kode XS-3 dari bil Desimal 12 ! 1 3+ 4 0100 2 <= bil Desimal 3+ 5 0101 <= Sistem Kode XS-3
b. Ubah Kode XS-3 : 100111000101XS-3 1001 1100 0101 <= XS-3 9 12 5 3336 9 2 <= Sistem bilangan Desimal
ke sistem desimal
ke sistem desimal
0111 0001 1010 <= XS-3 7 1 10 Kode XS-3 Salah 3334 -2 7 <= Sistem bilangan Desimal
GRAY
Kode yang unik yaitu setiap kali kode berubah nilainya secara berurutan hanya terdapat 1 bit yang berubah.
Contoh
Sistem Gray
7-SEGMENT DISPLAY
E
F G DP E
G
C +5v D
COMMON CATHODE
PERAGA 7-SEGMEN
DP
COMMON ANODE
ASCII
Kode Standar Amerika untuk Pertukaran Informasi atau ASCII (American Standard Code for Information Interchange) merupakan suatu standar internasional dalam kode huruf dan simbol seperti Hex dan Unicode ASCII lebih bersifat universal, contohnya 124 adalah untuk karakter "|". Ia selalu digunakan oleh komputer dan alat komunikasi lain untuk menunjukkan teks. Kode ASCII memiliki komposisi bilangan biner sebanyak 8 bit. Dimulai dari 0000 0000 hingga 1111 1111. Total kombinasi yang dihasilkan sebanyak 256, dimulai dari kode 0 hingga 255 dalam sistem bilangan Desimal. Tabel Kode ASCII
PRAKTEK 2
Buka file 7SEGTES.SCH Buatkan Tabel Sistem Bilangan dan Kode Untuk Bilangan Desimal 0-15 {Biner, Oktal, Heksadesimal, BCD(8421+XS-3), Gray, Peraga 7Segmen(ABCDEFG+DISPLAY)}
1(2) + 1(2) = 10(2) Untuk meringkaskan hasil2 kita pada penambahan biner : 0+0= 0 1+1+1 = 10+1 1+1+1+1 = 10+1+1 0+1= 1 = 11 = 11+1 1+0= 1 = 100 1 + 1 = 10
besar, bawaan (carry) dipindahkan ke kolom didepannya seperti yang dilakukan dengan bilangan desimal
Lat:
a. b.
c. d.
PENGURANGAN BINER
Untuk meringkaskan hasil2 kita pada pengurangan biner : 111 Kolom I : 1-1 = 0 1101 Kolom I : 1-0 = 1 0-0= 0 - 101 Kolom II : 1-0 = 1 - 1010 Kolom II : 10 (pinjam 1)-1 =1 1-0= 1 010 Kolom III: 1-1 = 0 0011 Kolom III: 0 (dipinjam 1)-0=0 10 - 1 = 1 Kolom IV: 1-1 = 0 Lat:
a. b. c.
PERKALIAN BINER
0x0=0 0x1=0 1x0=0 1x1=1 111 x 101 111 000 111 + 100011 10110 x 110 00000 10110 10110 + 10000100 LATIHAN : 101,1 x 11,01 = 110 x 10 =.. 101,1 11,01 x 1011 0000 1011 1011 + 10001111 => 10001,111
Taraf2 Tegangan
Rangkaian logika mempunyai 1/lebih jalan masuk, jalan keluarnya hanya akan 1. Diterapkan 2 taraf tegangan = taraf rendah (0 2,5) dan taraf tinggi (4,5 5,5) Taraf rendah dinyatakan dengan 0 dan taraf tinggi dinyatakan dengan 1
TABEL KEBENARAN
Diperkenalkan pertama oleh George Boole 1854 Dikembangkan Claude Shannon dan Bell Labs Tabel yang menunjukkan pengaruh input suatu rangk. Terhadap output Memuat kemungkinan keadaan input (2n)
A 0 0 0 0 1 1 1 1
B 0 0 1 1 0 0 1 1
C 0 1 0 1 0 1 0 1
F 0 0 0 0 0 0 0 1
A
B C F
A 0 0 0 0 1 1 1 1
B 0 0 1 1 0 0 1 1
C 0 1 0 1 0 1 0 1
F 0 1 1 1 1 1 1 1
A -
A 0 1
F 1 0
F=A Hanya mempunyai 1 pintu masuk Keluaran akan kebalikan dari masukkan
A 0 0 0 0 1 1 1 1
B 0 0 1 1 0 0 1 1
C 0 1 0 1 0 1 0 1
F 1 1 1 1 1 1 1 0
A
B C F
A 0 0 0 0 1 1 1 1
B 0 0 1 1 0 0 1 1
C 0 1 0 1 0 1 0 1
F 1 0 0 0 0 0 0 0
A
B C
A 0 0 0 0 1 1 1 1
B 0 0 1 1 0 0 1 1
C 0 1 0 1 0 1 0 1
F 0 1 1 0 1 0 0 1
A B
C Rangkaian Logika
F = A.B + C
Persamaan Logika
A B C D
A B C D
2.Implementasikan persamaan logika berikut ini ke dalam Rangkaian Logika. F = ABC + ABC + AB F = ABC + ABC + ABC
ALJABAR BOOLE
Aljabar Boole=Aljabar Saklar a dan b ( a . b ) disebut perkalian logika a atau b ( a + b ) disebut penjumlahan logika
Jenis Teorema-teorema Aljabar Boole 1. Teorema Variabel Tunggal 2. Teorema Variabel Jamak
Operasi OR
Operasi AND
A 0 0 Teorema (2) A . 0 = 0
A A 1 Teorema (4) A . 1 = A
Operasi OR A A A
Operasi AND A
Teorema (5) A + A = A
A 1
Teorema (6) A . A = A
A 0
Teorema (7) A + A = 1
Teorema (8) A . A = 0
Teorema pada operasi AND dapat diperoleh dari operasi OR atau sebaliknya dengan melakukan : 1. Mengubah tanda + menjadi dot (.) atau sebaliknya 2. Mengubah 1 menjadi 0 atau sebaliknya
Ekspresi T (1) : A+1=1 T (3) : A+0=A T (5) : A+A=A T (7) : A+A=1 T (9) : A = A
Sifat Rangkap T (2) : A.0=0 T (4) : A.1=A T (6) : A.A=A T (8) : A.A=0
Ekspresi
T (10) : A+B=B+A
Sifat Rangkap
T (11) : AB=BA
Asosiatif
Distributif
T (12) : A+(B+C)=(A+B)+C
T (13) : A(BC)=(AB)C
T (15) : A(B+C)=AB+AC T (17) : A(A+B)=A T (19) : A(A+B)=AB T(21): A.B.=A+B+
Teorema ( 14 )
A B C 0 0 0
B.C 0
A+(B.C) 0
0
0 0 1
0
1 1 0
1
0 1 0
0
0 1 0
0
0 1 1
0
1 1 1
1
0 1 1
0
0 1 1
1
1 1
0
1 1
1
0 1
0
0 1
1
1 1
1
1 1
1
1 1
1
1 1
Teorema ( 15 )
A B 0 0
C B+C 0 0
A.(B+C) 0
A.B A.C 0 0
A.B+A.C 0
0
0 0 1
0
1 1 0
1
0 1 0
1
1 1 0
0
0 0 0
0
0 0 0
0
0 0 0
0
0 0 0
1
1 1
0
1 1
1
0 1
1
1 1
1
1 1
0
1 1
1
0 1
1
1 1
Teorema (16)
A
0 0 1
B
0 1 0
A.B
0 0 0
A+AB
0 0 1
1
Teorema (17)
1 B
0 1 0 1
1 A+B
0 1 1 1
1 A(A+B)
0 0 1 1
A
0 0 1 1
Teorema (18) A 0 B 0 A 1
T (18) : A+AB=A+B
AB 0 A+AB 0 A+B 0
0 1 1
1 0 1
1 0 0
1 0 0
1 1 1
1 1 1
PENYEDERHANAAN
Berguna untuk meringkas sebuah rangkaian yang rumit menjadi lebih sederhana.Contoh F = AC+ABC Persamaan diatas diperoleh dengan - MengANDkan A dan C - MengANDkan A,B dan C - MengORkan AC dan ABC F = AC +ABC = AC (1+B) = AC (1) = AC Latihan : F = ABC + ABC + ABC F = ABC + ABA + ABC
Semua gerbang logika atau rangkaian logika dapat disusun dengan menggunakan gerbang NOR saja atau NAND saja dengan bantuan Aljabar Boole.
PRAKTEK PART 4