You are on page 1of 30

LAPORAN PENDAHULUAN

EKLAMPSIA
DI RUANG BERSALIN RSUD ULIN BAN1ARMASIN



D|susun o|eh
N|ta nest|yana (S09428)

AKADEMI KEBIDANAN SARI MULIA


BAN1ARMASIN
2011







LAPORAN PENDAHULUAN
EKLAMPSIA

A. DEFINISI
Eklampsia merupakan kasus akut pada penderita preeklampsia yang disertai
kejang menyeluruh dan koma. Pada preeklampsia yang akan kejang, pada
umumnya memberi gejala-gejala atau tanda-tanda yang khas, yang dapat dianggap
sebagai tanda akan terjadinya kejang. Preeklampsia yang disertai dengan tanda-
tanda ini disebut dengan impending eklampsia atau imminent eklampsia (Sarwono
Prawirohardjo: 2009)
Eklampsia adalah penyakit akut dengan kejang dan koma pada wanita hamil
dan dalam niIas dengan hipertensi, odema, dan proteinuria (Sulaeman Sastrowinata:
1981).
Eklampsia adalah preeklampsi yang disertai kejang dan koma yang timbul
bukan akibat kelainan neurologik (AriI Mansjoer: 2001).
Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa eklampsia adalah
kelainan akut pada wanita hamil dan niIas yang ditandai dengan timbulnya kejang
(bukan timbul akibat kelainan neurologik) dan koma dimana sebelumnya sudah
menunjukkan gejala-gejala preeklampsia yaitu hipertensi, oedema, dan proteinuria.

B. ETIOLOGI
Sampai saat ini, etiologi pasti dari preeklampsia/eklampsia belum diketahui.
Ada beberapa teori mencoba menjelaskan etiologi dari kelainan tersebut di atas,
sehingga kelainan ini sering dikenal the diseases of theory` . Hipotesis utama
yang dapat diterima untuk menerangkan terjadinya eklampsia antara lain:

1. Peran Iaktor imunologis
Preeklampsia sering terjadi pada kehamilan pertama dan tidak timbul lagi pada
kehamilan berikutnya. Hal ini dapat diterangkan bahwa pada kehamilan
pertama pembentukan blocing antibodies terhadap antigen plasenta tidak
sempurna, yang semakin sempurna pada kehamilan berikutnya.

ierlie (1992) mendapatkan beberapa data yang mendukung adanya
sistem imun pada penderita preeklampsia dan eklampsia :
Beberapa wanita dengan preeklampsia eklampsia mempunyai komplek imun
dalam serum dan beberapa studi juga mendapatkan adanya aktivasi sistim
komplemen pada preeklampsia-eklampsia diikuti oleh proteinuria.
Stirat (1986) menyimpulkan, meskipun ada beberapa pendapat menyebutkan
bahwa sistim imun humoral dan aktivasi komplemen terjadi pada
preeklampsia-eklampsia, tetapi tidak ada bukti bahwa system imunologi bisa
menyebabkan preeklampsia-eklampsia.

2. Peran Iaktor genetis / Iamilial
Beberapa bukti yang menunjukan peran Iaktor genetik pada kejadian
preeklampsia-eklampsia antara lain :
Preeklampsia hanya terjadi pada manusia.
%erdapat kecenderungan meningkatnya Irekuensi preeklampsia-eklampsia
pada anak-anak dari ibu yang menderita preeklampsia-eklampsia.
Peran Renin-Angiotensin Aldosteron system (RAAS)
%elah terdapat banyak teori yang mencoba menerangkan sebab pre eklampsia-
eklampsia, akan tetapi tidak ada yang dapat memberikan jawaban yang
memuaskan. %eori yang dapat diterima harus dapat menerangkan hal hal
berikut :
Sebab bertambahnya Irekuensi pada primi graviditas, kehamilan ganda,
hidramnion dan mola hidatidosa.
Sebab bertambahnya Irekuensi dengan makin bertambah tuanya
kehamilan.
Sebab dapat terjadinya perbaikan keadaan penderita dengan kematian janin
dalam uterus.
Sebab jarang terjadinya pre eklampsia pada kehamilan berikutnya.
Sebab timbulnya hipertensi, udema, proteinuria, kejang, dan koma.


%eori yang dewasa ini banyak dikemukakan sebagai sebab eklampsia adalah
iskemia plasenta. Akan tetapi dengan teori ini tidak dapat diterangkan semua
hal yang berkaitan dengan penyakit tersebut. Rupanya tidak hanya satu Iaktor,
melainkan banyak Iaktor yang menyebabkan pre eklampsia dan eklampsia.
Diantara Iaktor Iaktor yang ditemukan seringkali sukar ditentukan mana yang
sebab dan mana yang akibat.

C. PATOFISIOLOGI













































Peredaran dinding rahim berkurang (ischaemia rahim)
Plasenta mengeluarkan zat-zat yang menyebabkan spasme (ischaemia
uteroplasenta) dan hipertensi
Preeklampsia Eklampsia
Mata terpaku, kepala dipalingkan kesatu sisi, kejang halus terlihat pada muka
Badan kaku, kadang ephistotonus (kontraksi/kejang tonic)
Kejang hilang timbul
Rahang membuka dan menutup, mata membuka dan menutup
Otot-otot badan dan muka berkontraksi dan berelaksasi
Kejang kuat terjadi dan kadang lidah tergigit, lidah berbuih, mata merah, muka biru
(konvulsi/kejang klonis)
%ensi tinggi 180/110 mmHg
Nadi kuat berisi - keadaan buruk nadi menjadi kecil dan cepat
Demam, pernapasan cepat, sianosis, proteinuria dan edema
Coma
D. GAMBARAN KLINIS EKLAMPSIA
Seluruh kejang, eklampsia didahului dengan preeklampsi dengan tanda-tanda
yaitu:
%ekanan darah sistolik ~ 160 mmHg atau diastolik ~ 110 mmHg.
Proteinuria
Sakit kepala hebat dan gangguan penglihatan
Nyeri epigastrium
&dema

Eklampsia digolongkan menjadi kasus antepartum, intrapartum atau
postpartum tergantung saat kejadiannya sebelum persalinan, pada saat persalinan
atau sesudah persalinan. %anpa memandang waktu dari onset kejang, gerakan
kejang biasanya dimulai dari daerah mulut sebagai bentuk kejang di daerah wajah.
Beberapa saat kemudian seluruh tubuh menjadi kaku karena kontraksi otot
yang menyeluruh, Iase ini dapat berlangsung 10 sampai 15 detik. Pada saat yang
bersamaan rahang akan terbuka dan tertutup dengan keras, demikian juga hal ini
akan terjadi pada kelopak mata, otot otot wajah yang lain dan akhirnya seluruh
otot mengalami kontraksi dan relaksasi secara bergantian dalam waktu yang cepat.
Keadaan ini kadang kadang begitu hebatnya sehingga dapat mengakibatkan
penderita terlempar dari tempat tidurnya, bila tidak dijaga. Lidah penderita dapat
tergigit oleh karena kejang otot otot rahang. Fase ini dapat berlangsung sampai 1
menit, kemudian secara berangsur kontraksi otot menjadi semakin lemah dan jarang
dan pada akhirnya penderita tidak bergerak.
Setelah kejang diaIradegma menjadi kaku dan pernaIasan berhenti. Selama
beberapa detik penderita sepertinya meninggal karena henti naIas, namun kemudian
penderita bernaIas panjang, dalam dan selanjutnya pernaIasan kembali normal.
Apabila tidak ditangani dengan baik, kejang pertama ini akan diikuti dengan
kejang-kejang berikutnya yang bervariasi dari kejang yang ringan sampai kejang
yang berkelanjutan yang disebut status epileptikus.
Setelah kejang berhenti penderita mengalami koma selama beberapa saat.
Lamanya koma setelah kejang eklampsia bervariasi. Apabila kejang yang terjadi
jarang, penderita biasanya segera pulih kesadarannya segera setelah kejang. Namun
pada kasus kasus yang berat, keadaan koma berlangsung lama, bahkan penderita
dapat mengalami kematian tanpa sempat pulih kesadarannya.
Pada kasus yang jarang, kejang yang terjadi hanya sekali namun dapat diikuti
dengan koma yang lama bahkan kematian. Frekuensi pernaIasan biasanya
meningkat setelah kejang eklampsia dan dapat mencapai 50 kali/menit. Sianosis
dapat terjadi. Demam tinggi merupakan keadaan yang jarang terjadi, apabila hal
tersebut terjadi maka penyebabnya adalah perdarahan pada susunan saraI pusat.

E. KOMPLIKASI
1. Edema pulmo
Edema pulmo dapat terjadi setelah kejang eklampsia. Hal ini dapat terjadi
karena pneumonia aspirasi dari isi lambung yang masuk ke dalam saluran naIas
yang disebabkan penderita muntah saat kejang.

2. Perdarahan otak
Pada beberapa kasus eklampsia, kematian mendadak dapat terjadi bersamaan
atau beberapa saat setelah kejang sebagai akibat perdarahan otak yang masiv.
Perdarahan otak lebih sering didapatkan pada wanita usia lebih tua dengan
riwayat hipertensi kronis. Pada kasus yang jarang perdarahan otak dapat
disebabkan pecahnya aneurisma Berry atau arterio venous malIormation.

3. Kebutaan
Pada kira kira10 kasus, kejang eklampsia dapat diikuti dengan kebutaan
dengan variasi tingkatannya. Kebutaan jarang terjadi pada pre eklampsia.
Penyebab kebutaan ini adalah terlepasnya perlekatan retina atau terjadinya
iskemia atau edema pada lobus oksipitalis. Prognosis penderita untuk dapat
melihat kembali adalah baik dan biasanya penglihatan akan pulih dalam waktu
1 minggu.

4. Syok dan kematian
Pada kira- kira 5 kasus kejang eklampsia terjadi penurunan kesadaran yang
berat bahkan koma yang menetap setelah kejang. Hal ini sebagai akibat edema
serebri yang luas. Hal ini pun dapat menyebabkan kematian.





F. PENATALAKSANAAN

Penanganan Kejang
1. Beri antikonvulsan
2. Perlengkapan penanganan kejang
3. Lindungi pasien dari trauma
4. Kepala direndahkan
5. Beri O
2
4-6 L/menit

Penanganan Umum
1. ika tekanan diastolik ~110 mmHg, berikan antihipertensi sampai diastolik
diantara 90-100 mmHg.
2. Pasang inIus ringer laktat
3. Kateterisasi urin untuk pengeluaran urin.
4. angan tinggalkan pasien sendirian.
5. Observasi tanda-tanda vital, reIleks dan denyut jantung janin setiap jam.
6. Auskultasi paru untuk mencari tanda-tanda edema paru. ika ada edema paru,
stop pemberian cairan dan berikan diuretik misalnya Iurosemide 40 mg iv.

Antikonvulsan
Magnesium sulIat (MgSO
4
) merupakan obat pilihan untuk mencegah dan mengatasi
kejang pada eklampsia. AlternatiI lain adalah diazepam dengan resiko terjadinya
depresi neonatal.
!emberian Regimen agnesium Sulfat.
Dosis Awal
- MgSO
4
20 4 gram (20cc) iv dalam 4 menit dilanjutkan
- MgSO
4
40 4 gr (10cc) im bokong kanan, 4 gr (10cc) im bokong kiri.
- Bila masih kejang, tambahkan MgSO
4
20 2 gram (10cc) iv dalam 2
menit (minimal 20 menit setelah pemberian pertama).
Dosis Pemeliharaan (setelah 6 jm)
- MgSO
4
40 6 gr (15cc) dalam dextrose 5 (500cc) (20 tts/menit) atau
MgSO
4
20 6 gr (30 cc) dalam dextrose 5 (500cc) (20tts/menit).



Syarat-syarat pemberian MgSO
4
:
- %ersedia antidotum MgSO
4
yaitu calcium gluconas 10, 1 gram (10
dalam (10cc) diberikan intravenous dalam 3 menit.
- ReIleks patella ()
- Frekuensi pernapasan lebih 16 kali per menit.
- Produksi urin lebih 100 cc dalam 4 jam sebelumnya (0,5 cc/kgBB/jam).
Stop pemberian MgSO
4

- Ada tanda-tanda keracunan yaitu kelemahan otot, hipotensi, reIleks
Iisiologis menurun, Iungsi jantung terganggu, depresi SSP, kelumpuhan
dan selanjutnya dapat menyebabkan kematian karena kelumpuhan otot-
otot pernapasan.
- Frekuensi pernapasan 16x/menit
- ReIleks patella (-)
- &rine 30ml/jam.

!emberian Dia:epam
Pemberian Intravena
Dosis awal
Diazepam 10 mg iv pelan-pelan selama 2 menit.
ika kejang berulang, ulangi dosis awal.
Dosis Pemeliharaan
Diazepam 40 mg dalam 500ml larutan RL.
Deperesi pernapasan ibu mungkin akan terjadi jika dosis ~30mg/jam.
angan berikan ~100 mg/24jam.

Pemberian melalui rektum
ika pemberian iv tidak mungkin, diazepam dapat diberikan perrektal, dengan
dosis awal 20 mg.
ika masih kejang, beri tambahan 10 mg/jam.
Dapat pula diberikan melalu kateter urin yang dimasukkan kedalam rektum.




Antihipertensi
Obat pilihan adlah hidralazin yang diberikan 5mg iv pelan selama 5 menit
sampai tekanan darah turun.
ika perlu, pemberian hidralazin dapat diulang setiap jam atau 12,5 mg IM
setiap 2jam.
ika hidralazin tidak tersedia diberikan:
- NiIedipine 5mg sublingual. ika respons tidak baik setelah 10 menit, beri
tambahan 5 mg sublingual.
- Labetolol 10mg iv, yang jika respons tidak baik setelah 10 menit, diberikan
lagi labetolol 20 mg iv.

G. PERSALINAN
1. Pada preeklampsia berat, persalinan harus terjadi dalam 24 jam, sedang pada
eklampsia dalam 12 jam sejak gejala eklampsia timbul.
2. ika terdapat gawat janin atau persalinan tidak dapat terjadi dalam 12 jam (pada
eklampsia) lakukan seksio sesarea
3. ika serviks matang, lakukan induksi dengan oksitosin 2-5I& dalam 500ml
dextrose 10 tetes/menit.


H. PERAWATAN POST PARTUM
1. Antikonvulsan diteruskan sampai 24 jam postpartum atau kejang terakhir.
2. %eruskan terapi antihipertensi jika tekanan diastolik masih ~110mmHg.
3. Pantau urin.







ASUHAN KEBIDANAN PATOLOGIS PADA IBU BERSALIN
DENGAN EKLAMPSIA
DI RUANG BERSALIN RSUD ULIN BAN1ARMASIN


%anggal Pengkajian : 4 Oktober 2011 Nama : Nita Hestiyana
%anggal Masuk : 4 Oktober 2011 NIM : S.09.428
am Masuk : 15.00 Wita


A. DA%A S&BEK%IF
1. Identitas
Nama istri : Ny. %
&mur : 30 tahun
Agama : Islam
Bangsa : Indonesia
Suku : Banjar
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IR%
Alamat rumah: ln. Veteran Gg.Dahlia

Nama Suami : %n S
&mur : 31 %ahun
Agama : Islam
Bangsa : Indonesia
Suku : Banjar
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : swata
Alamat rumah: ln. Veteran Gg.Dahlia


























2. Keluhan utama

Suami mengatakan ibu hamil cukup bulan dan hamil anak kedua. Sejak jam
04.00 WI%A, ibu ada kejang dirumah sebanyak 4x. am 10.00 WI%A, ibu
dibawa ke RS. Anshari Saleh, di RS. Anshari Saleh ibu ada kejang 1x. Ibu
disarankan untuk di rawat di RS &lin Banjarmasin. Suami mengatakan, ibu
tidak ada mengeluarkan lendir darah dari kemaluan serta tidak ada keluar air-
air.
3. Riwayat Perkawinan

Kawin 1 kali, kawin pertama kali umur 27 tahun, dengan suami sekarang
sudah 3 tahun.
4. Riwayat Haid
a. Menarche : 12 tahun g. HPH%: 11-01-2011
b. Siklus : 28 hari h. %P : 18-10-2011
c. %eratur/tidak : teratur
d. Lamanya : 6-7hari
e. Banyaknya : 2-3 kali ganti pembalut/hari
I. Dismenore : tidak pernah

5. Riwayat Obstetri: G
2
P
I
A
0

no %hn
Kehamilan Persalinan bayi
Penyulit
uk Penyulit &k Cara
%mpt/
pnlong
Penyulit BB PB seks
1
2

2009
Hamil
ini
aterm
-
-
-
36
mgg
-
operasi
-
RS/
Bidan
-
Eklampsia
-
2900
-
50
-
L
-
%dk ada
-

6. Riwayat KB
enis : %idak pernah
Lama : %idak pernah
Masalah : %idak ada

7. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat Kesehatan Ibu
Ibu mengatakan pernah menderita penyakit hipertensi dan tidak pernah
menderita penyakit asma, jantung, diabetes mellitus, maupun penyakit
kronis lainnya.
b. Riwayat alergi obat
Ibu mengatakan tidak pernah memiliki riwayat alergi obat.
c. Riwayat kesehatan keluarga
Ibu mengatakan bahwa dari keluarga pernah menderita penyakit hipertensi
dan tidak pernah menderita penyakit asma, jantung, diabetes mellitus,
maupun penyakit kronis lainnya.
d. Riwayat keturunan kembar
Ibu mengatakan tidak memiliki riwayat keturunan kembar.


8. Riwayat Kehamilan Sekarang
a. Selama hamil ibu periksa di : Ibu tidak pernah memeriksakan
kehamilannya
b. Mulai periksa sejak usia kehamilan : -
c. Frekuensi pemeriksaan kehamilan
%rimester I : -
%rimester II : -
%rimester III: -
d. Imunisasi : -
e. Keluhan/masalah yang dirasakan ibu : -

9. Pola Kebutuhan Sehari-hari
a. Nutrisi
%erakhir makan dan minum : Kemarin malam
Banyaknya : 1 piring
b. Eliminasi
BAB
%erakhir BAB : selama diruang bersalin ibu tidak BAB
BAK (terpasang DC)
Volume : 500 cc
c. Personal hygiene
%erakhir mandi dan gosok gigi kemaren sore
d. Aktivitas : Ibu hanya berbaring ditempat tidur.


10. Data Psikososial dan Spiritual
O Ibadah yang diinginkan ibu saat ini : -
O Penerimaan ibu terhadap proses persalinan : -
O ang diketahui ibu tentang proses persalinan : -
O ang diharapkan ibu untuk pendamping persalinan : -
O Pengambilan keputusan dalam keluarga : Suami

B. DA%A OBEK%IF
1. Pemeriksaan &mum
- Keadaan umum : %ampak gelisah
- Kesadaran : Samnolens
- BB/%B : 65kg/150cm
- LILA : 26cm
- %anda Vital : %D : 180/120 mmHg
Nadi : 115 kali/menit
Suhu : 36,6
o
C
Respirasi : 26 kali/menit

2. Pemeriksaan Khusus
a. Inspeksi
4 Kepala : kulit kepala bersih, pertumbuhan rambut merata, dan
rambut tidak rontok serta tidak ada ketombe.
4 Muka : nampak pucat, terdapat cloasma gravidarum.
4 Mata : simetris, konjungtiva tidak anemis, sclera tidak ikterik
4 %elinga : simetris, tidak ada massa, tidak ada pengeluaran cairan
4 Hidung : simetris, tidak ada polip.
4 Mulut : bibir nampak pucat, tidak ada sariawan, tidak ada karies
gigi, gigi tidak berlubang, gusi tidak berdarah.
4 Leher : tidak ada pembesaran vena jugularis dan kelenjar
tyroid.
4 Dada : Simetris saat inspirasi dan ekspirasi,.
4 Mammae : Simetris, puting susu menonjol, terdapat
hyperpigmentasi areola.
4 Perut : Perut nampak membesar, terdapat jaringan parut bekas
operasi.
4 %ungkai : Simetris, odem dan tidak ada varises.
4 Genetalia : %idak nampak lendir campur darah, tidak ada varises
pada vulva.

b. Palpasi
4 Kepala : %idak teraba massa dan nyeri tekan
4 Leher : tidak teraba pembesaran vena jugularis dan kelenjar
tyroid
4 Mammae : %idak teraba massa dan tidak nampak pengeluaran
kolostrum.
4 Abdomen
Leopold I : %F& 3 jari dibawah processus xyphoidheus (29cm),
teraba bulat, keras dan melenting.
Leopold II : Bagian kanan perut ibu teraba memanjang seperti
papan sedangkan bagian kiri perut ibu teraba bagian-
bagian kecil janin.
Leopold III : Bagian terbawah janin teraba bulat, lunak dan tidak
melenting (presentasi bokong).
Leopold IV: Bagian terbawah janin sudah masuk PAP 3/5 bagian.
%B : %F&(29cm-11) x 155 2790 gram

c. Auskultasi
D (), terdengar jelas, Irekuensi 148x/menit.
d. Perkusi
ReIleks patella : Kanan/kiri, () / ()
Cek Ginjal : Kanan/kiri, (-) / (-)
e. Pemeriksaan panggul luar
Distansia Spinarum : %idak dilakukan
Distansia Cristarum : %idak dilakukan
Konjugata eksterna : %idak dilakukan
Lingkar panggul : %idak dilakukan

I. Pemeriksaan panggul dalam
O Keadaan vagina : %idak ada massa
Arah serviks : Posterior
Pendataran serviks : ()
Pembukaan serviks : 2 cm
Selaput ketuban : &tuh
Presentasi : Presentasi bokong
Posisi titik penunjuk : Sacrum
Penurunan presentasi : Hodge I
O Keadaan panggul dalam
Promontorium : %idak teraba
Spina Ischiadica : %idak menonjol
Lengkung sakrum : KonkaI
Dinding samping panggul : lengkung
Arkus pubis dan os pubis : _ 90
o

3. Pemeriksaan penunjang
4 Hb : 14,6 g/dl
4 Protein urine : ()

C. ASSASMEN%
G
2
P
I
A
0
hamil 38 minggu inpartu kala I Iase laten eklampsia bekas SC 2 tahun
yang lalu janin tunggal hidup intra uteri letak sungsang

D. PLANNING
Tindakan Rasionalisasi Evaluasi

1. Memberitahukan hasil
pemeriksaan pada
keluarga bahwa ibu dalam
kondisi tidak sadar, darah
tinggi, kejang-kejang yang
memerlukan perawatan
yang lebih intensiI,
keadaan janin baik.



Hak-hak pasien dalam
pelayanan kesehatan antara
lain :
a. Hak mendapatkan
pelayanan kesehatan
yang adil, memadai dan
berkualitas
b. Hak untuk diberikan
inIormasi mengenai
keadaannya
c. Hak untuk dilibatkan
dalam pembuatan
keputusan tentang
pengobatan dan
perawatan
(KDPK untuk Kebidanan.
2008, hal. 120)

InIormasi telah
disampaikan, ibu dan
keluarga memahami apa
yang telah disampaikan,
yaitu :
a. Keadaan umum: Gelisah
b. Kesadaran: Samnolen
c. %anda tanda Vital ibu
%D 180/120 MmHg
N 115 x/m
R 26 x/m
% 36.6
o
C
d. V% pukul 15.00 wita
dengan hasil : portio
tebal lunak, pembukaan 2
cm, ketuban (),
presentasi bokong,
Hodge I
e. D () 148x/m
I. His (-)

2. Kolaborasi dengan dokter
tentang :
* Pemberian Oksigen 4-5
liter per menit












*Memasang DC (kateter)
pada ibu.


















Kebutuhan oksigenasi
merupakan salah satu
kebutuhan dasar pada
manusia yaitu kebutuhan
Iisiologis. Pemenuhan
kebutuhan oksigen
ditujukan untuk menjaga
kelangsungan metabolisme
tubuh, mempertahankan
hidup dan melakukan
aktivitas bagi organ tubuh.
(KDPK untuk Kebidanan.
2008, hal. 8)

Pemasangan kateter
bertujuan untuk
memudahkan ibu,
memantau pengeluaran dan
pemasukan cairan,
mendeteksi secara dini
keracunan MgSO4 serta
untuk mengukur residu
urine setelah miksi di dalam
kandung kencing
(%eguh Subianto. 2011)









Ibu diberikan Oksigen 5
liter per menit dengan
menggunakan sungkup atau
masker oksigen.
Frekuensi pernapasan
26x/menit








DC sudah terpasang.
Dalam waktu 4 jam urine
yang tertampung sebanyak
500 cc.














*Memberikan inIus inIuse
Dextrose 5 drip
MgSO4 sesuai protap.

Dosis Awal
MgSO
4
20 4 gram
(20cc) iv dalam 4 menit
dilanjutkan MgSO
4
40
4 gr (10cc) im bokong
kanan, 4 gr (10cc) im
bokong kiri.
Bila masih kejang,
tambahkan MgSO
4
20
2 gram (10cc) iv dalam 2
menit (minimal 20 menit
setelah pemberian
pertama).

Dosis Pemeliharaan
MgSO
4
40 6 gr (15cc)
dalam dextrose 5
(500cc) (20 tts/menit)
atau MgSO
4
20 6 gr
(30 cc) dalam dextrose 5
(500cc) (20tts/menit).













Bertujuan untuk memenuhi
kebutuhan hidrasi dan jalur
penting apabila diperlukan
pemberian obat pada
kondisi darurat dan
memberikan prosedur rutin
penggantian cairan dan
obat-obatan melalaui
intravena
(KDPK untuk Kebidanan,
2008)

MgSO4 diberikan untuk
mengurangi kepekaan saraI
pusat pada hubungannya
dengan neuromuskuler
tanpa mempengaruhi bagian
lain dari susunan saraI. Obat
ini menyebabkan
vasodilatasi, menurunkan
tekanan darah,
meningkatkan dieresis dan
menambah aliran darah ke
uterus
(Sinopsis Obstetri ilid 1
Edisi 2. 2002)








Regimen MgSO
4
sudah
diberikan sesuai protap. %elah
diberikan MgSO
4
(dosis
pemeliharaan) yaitu MgSO
4
40 6 gr (15cc) dalam
dextrose 5 (20 tts/menit).
























* Mengambil sampel
darah dan sampel urine
untuk pemeriksaan rutin











*Memberikan ibu obat
antikonvulsan dan
antihipertensi

Pemeriksaan laboratorium
rutin adalah pemeriksaan
spesimen darah, Hb, Ht,
Lekosit, %rombosit,
Golongan darah, Protein
&rine, Glukosa dalam urine
dan lain-lain. %ujuannya
adalah untuk mengetahui
adanya masalah dan
komplikasi pada ibu dengan
lebih mendetail. (Maternal
dan Neonatal. 2002, hal.
429)

Antikonvulsan (MgSO
4
)
untuk mencegah dan
mengatasi kejang pada
preeklampsia dan eklampsia.
Obat anti hipertensi
diberikan untuk
menurunkan dan
mengontrol tekanan darah.
(Sarwono Prawirohardjo,
Ilmu Kebidanan, 2009

Ibu telah diambil sampel
darah dan sampel urine nya
untuk diperiksa lebih lanjut.
Hasil pemeriksaan :
Hemoglobin 14,6 g/dl
Protein urine








MgSO
4
sudah diberikan.
NiIedipine dengan dosis
3x10mg telah diberikan.

3. Lindungi pasien dari
trauma.


&ntuk menjaga pasien yang
keadaan umumnya gelisah
agar tidak terbentur oleh
benda-benda keras dan agar
pasien tidak terjatuh ke
lantai. (Sarwono
Prawirohardjo, Pelayanan
Kesehatan Maternal dan
Neonatal, 2009).

Ibu sudah dilindungi dari
trauma dengan cara menjaga
dan memantau keadaan ibu.






4. Observasi keadaan ibu,
janin serta tanda-tanda
vital ibu.

&ntuk mengetahui tekanan
darah, nadi, pernapasan ibu
apakah sudah membaik atau
tidak.



am 16.00 wita
Keadaan ibu: gelisah
Kesadaran : samnolen
%D : 170/110mmHg
Nadi: 110x/menit
Pernapasan : 25x/menit
D : 148x/menit
His : (-)
5.Kolaborasi dengan dokter
dalam melakukan tindakan
selanjutnya:
Pasien direncakan untuk
seksio sesarea



Indikasi Seksio sesarea dibagi
menjadi 2 Iaktor yaitu:
1) Faktor janin
- Bayi besar
- Kelainan letak (letak
sungsang, letak lintang)
- Ancaman gawat janin
(Ietal distress) akibat
hipertensi dan kejang.
2) Faktor ibu
- CPD
- Plasenta previa
- distosia jaringan lunak
- Persalinan sebelumnya
dengan operasi
(Sarwono Prawirohardjo,
2009)



Rencana seksio sesarea
hendak dilaksanakan atas
indikasi eklampsia (kejang).

6. Memberitahukan hasil
pemeriksaan pada
keluarga bagaimana
keadaan Ibu sekarang



Merupakan hak pasien
sebagai manusia yaitu pasien
berhak memperoleh
pelayanan kesehatandan
memperoleh inIormasi
mengenai keadaanya.
(Heni. 2006 , SaiIudin. 2009)

Memberitahukan kepada
keluarga bahwa keadaan
umum ibu gelisah dengan
hasil pemeriksaan:
%ekanan darah
170/110mmHg
Nadi: 110x/menit
Pernapasan : 25x/menit
D : 148x/menit
His : (-)
Sehingga harus dilakukan
tindakan secepatnya yaitu
dengan operasi Seksio
Sesarea.

7. Mempersiapkan ibu untuk
tindakan operasi Seksio
Sesarea, yaitu :
a. InIormed Consent


















InIormed Consent adalah
persetujuan dari pasien
terhadap tindakan medic
yang akan dilakukan
terhadap dirinya.
Persetujuan tindakan medic
merupakan piranti hukum
yang ditetapkan dan menjadi
alat bukti kesepahaman
pasien dan penolong.
(Maternal dan Neonatal,
hal.45)







Ibu dan keluarga telah
menyetujui dan
menandatangani persetujuan
atas tindakan medic yang
akan dilakukan yaitu operasi
SC.










b. Melakukan pencukuran
daerah atau area yang
akan dioperasi dan
melakukan tindakan
antiseptic







c. Menganjurkan pasien
untuk berpuasa (tidak
makan dan minum).




d. Memindahkan pasien
ke brankar untuk di
antar ke ruangan OK



Persiapan ini dilakukan
dengan cara mencukur
rambut-rambut di kulit di
area yang akan dioperasi dan
menyiramnya dengan
antiseptic untuk
membebaskan daerah yang
akan dibedah dari
mikroorganisme.
(KDPK untuk Kebidanan.
2008, hal. 231).

Makanan dan cairan dalam
lambung dapat menyebabkan
terjadinya aspirasi saat proses
operasi berlangsung.
(KDPK untuk Kebidanan.
2008, hal. 230).

%indakan pembedahan atau
operasi harus dilakukan di
ruangan khusus ynag steril
dengan peralatan yang
lengkap.
(KDPK untuk Kebidanan.
2008)


Pencukuran rambut-rambut
dilakukan di daerah perut dan
simIisis kemudian
dibersihkan dengan larutan
saplon.







Pasien sudah dipuasakan.






Pasien diantar ke ruang OK
pada jam 17.40 wita





1) Hari / %anggal : Selasa , 4 oktober 2011


> Pada jam 17.40 wita operasi Seksio Sesarea dilakukan, hasilnya bayi
lahir segera menangis dengan nilai APGAR 7 8 9

Identitas Bayi
a. %anggal Lahir : 4 Oktober 2011
b. am Lahir : 18.30 wita
c. enis Kelamin : Laki - laki
d. Cara Lahir : Seksio Sesarea
e. PB : 48 cm
I. BB : 2350 gram
g. OB : 35 cm
h. OS : 32 cm
i. OK : 31 cm
j. LD : 28 cm
k. Anus : () , mekonium ()
l. Kelainan Kongenital : (-)
m. Suhu : 36,8
o
C

> Pada jam 20.30 wita, ibu diantar kembali ke ruang VK Bersalin untuk
pemulihan keadaanya











2) Hari / %anggal : Selasa , 4 oktober 2011

S > Suami mengatakan pasien baru saja melakukan operasi SC 1 jam yang
lalu.

O > Ku Gelisah
Ks Samnolen
%%V %D 140/90 MmHg
N 92 x/menit
R 24 x/menit
% 36
o
C

%F& 2 jari di bawah pusat
Kontraksi uterus Baik
Perdarahan ()

InIus D5 MgSO4 40 (20 tpm) s/d 24 jam post partum

&rine 600 cc (DC terpasang)

A > P
II
A
0,
Post SC a/i eklampsia letak sungsang BSC

P >

Tindakan Rasionalisasi Evaluasi

1. Memberitahukan hasil
pemeriksaan kepada
keluarga pasien



Hak-hak pasien dalam
pelayanan kesehatan
antara lain :
a. Hak mendapatkan
pelayanan kesehatan
yang adil, memadai
dan berkualitas
b. Hak untuk diberikan
inIormasi mengenai
keadaannya
(KDPK untuk Kebidanan.
2008, hal. 120)

InIormasi telah
disampaikan, keluarga
memahami apa yang
telah disampaikan, yaitu
:
%D 140/90MmHg
N 92 x/m
R 24 x/m
% 36
o
C


2. Pemberian Oksigen 4-5
liter per menit


Kebutuhan oksigenasi
merupakan salah satu
kebutuhan dasar pada
manusia yaitu kebutuhan
Iisiologis. Pemenuhan
kebutuhan oksigen
ditujukan untuk menjaga
kelangsungan
metabolisme tubuh,
mempertahankan hidup
dan melakukan aktivitas
bagi organ tubuh.
(KDPK untuk Kebidanan.
2008, hal. 8)

Ibu diberikan Oksigen 5
liter per menit dengan
menggunakan sungkup
atau masker oksigen.

3. Memberikan Ibu obat-
obatan sesuai dengan
advis dokter

&ntuk meningkatkan
proses penyembuhan luka
dan mengurangi rasa nyeri
dengan pemberian vitamin
C, antibiotika dan obat-
obatan lainnya sesuai
resep dokter.
(KDPK untuk Kebidanan.
2008, hal. 235)

%elah diberikan obat:
- MgSO
4
lanjutan drip
dalam inIus dextrose
sampai dengan 24 jam
post partum.
- inj.ceItriaxone 2x1 gr
(iv)
- Inj.ketorolac
3x1ampul
- Inj.AlinaminF
3x1ampul
- Inj.%ransamin
3x1ampul.
- Inj.Vit. C 3x1 ampul
- Inj.Lasix 2x1ampul




4. Observasi keadaan Ibu


Pemantauan dan observasi
keadaan pasien harus
dilakukan secara rutin
untuk mengurangi resiko
kegawatdaruratan yang
tidak diinginkan.
(Maternal dan Neonatal.
2002)

Observasi yang
dilakukan :
a. K&
b. KS
c. %ekanan darah
d. Suhu
e. Nadi
I. Pernapasan
g. Kontraksi uterus


3) Hari / %anggal : Rabu, 5 Oktober 2011

S > Ibu mengatakan sudah melakukan operasi SC kemarin malam.

O > Ku Baik
Ks Composmentis
%%V %D 140 / 90 MmHg
N 79 x/menit
R 21 x/menit
% 36
o
C

%F& 2 jari di bawah pusat
Kontraksi uterus Baik
Perdarahan ( )

InIus D5 MgSO4 40 (20 tpm) s/d 24 jam post partum

&rine 300 cc (DC terpasang)

A > P
II
A
0,
Post SC a/i eklampsia letak sungsang BSC

P >




Tindakan Rasionalisasi Evaluasi

1. Memberitahukan hasil
pemeriksaan kepada
pasien dan keluarga
bahwa pasien.



Hak-hak pasien dalam
pelayanan kesehatan antara
lain :
a. Hak mendapatkan
pelayanan kesehatan
yang adil, memadai dan
berkualitas
b. Hak untuk diberikan
inIormasi mengenai
keadaannya
(KDPK untuk Kebidanan.
2008, hal. 120)

InIormasi telah
disampaikan, ibu dan
keluarga memahami apa
yang telah disampaikan,
yaitu :
%anda tanda Vital ibu
%D 140/90 MmHg
N 79 x/m
R 21 x/m
% 36
o
C


2. Menganjurkan ibu untuk
miring kanan dan miring
kiri serta melakukan
beberapa gerakan kecil di
tempat tidur

&ntuk meningkatkan
sirkulasi darah dan
pernapasan, mengurangi
kekakuan anggota tubuh
dan mempercepat proses
penyembuhan. (KDPK
untuk Kebidanan, 2008)

Ibu besedia untuk
menggerakkan tubuhnya
dengan cara miring ke kiri
dan ke kanan

3. Observasi keadaan Ibu


Pemantauan dan observasi
keadaan pasien harus
dilakukan secara rutin untuk
mengurangi resiko
kegawatdaruratan yang
tidak diinginkan.
(Maternal dan Neonatal.
2002)

Observasi yang dilakukan :
a. K&
b. KS
c. %ekanan darah
d. Suhu
e. Nadi
I. Pernapasan
g. Kontraksi uterus

4. am 09.00 wita, ibu
diantar ke ruangan NiIas


DAFTAR PUSTAKA

Cunningham, F.G, Gant NF, Leveno K. 2006. bstetri William edisi 21 akarta: EGC
Masjoer, AriI. 2006. Kapita Selekta Kedokteran Edidi 3 Jilid I akarta: Media
Aesculapius
Mochtar, Rustam. 1998 . Sinopsis bsetri. akarta: Penerbit buku kedokteran. EGC
Prawirohardjo, Sarwono. 2009. Ilmu Kebidanan akarta: Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo
Prawirohardjo, Sarwono. 2009. Buku Acuan Nasional !elayanan Kesehatan aternal
dan Neonatal akarta: Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
Wiknjosastro, haniIa. 2005 . Ilmu Kebidanan . akarta: Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo Bagian Kebidanan dan Kandungan Fakultas Kedokteran
&niversitas Indonesia
http://www.geocities.com/klinikobgin/kelainan-kehamilan/preeklampsiaeklampsia.htm

You might also like