A. DEFINISI Eklampsia merupakan kasus akut pada penderita preeklampsia yang disertai kejang menyeluruh dan koma. Pada preeklampsia yang akan kejang, pada umumnya memberi gejala-gejala atau tanda-tanda yang khas, yang dapat dianggap sebagai tanda akan terjadinya kejang. Preeklampsia yang disertai dengan tanda- tanda ini disebut dengan impending eklampsia atau imminent eklampsia (Sarwono Prawirohardjo: 2009) Eklampsia adalah penyakit akut dengan kejang dan koma pada wanita hamil dan dalam niIas dengan hipertensi, odema, dan proteinuria (Sulaeman Sastrowinata: 1981). Eklampsia adalah preeklampsi yang disertai kejang dan koma yang timbul bukan akibat kelainan neurologik (AriI Mansjoer: 2001). Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa eklampsia adalah kelainan akut pada wanita hamil dan niIas yang ditandai dengan timbulnya kejang (bukan timbul akibat kelainan neurologik) dan koma dimana sebelumnya sudah menunjukkan gejala-gejala preeklampsia yaitu hipertensi, oedema, dan proteinuria.
B. ETIOLOGI Sampai saat ini, etiologi pasti dari preeklampsia/eklampsia belum diketahui. Ada beberapa teori mencoba menjelaskan etiologi dari kelainan tersebut di atas, sehingga kelainan ini sering dikenal the diseases of theory` . Hipotesis utama yang dapat diterima untuk menerangkan terjadinya eklampsia antara lain:
1. Peran Iaktor imunologis Preeklampsia sering terjadi pada kehamilan pertama dan tidak timbul lagi pada kehamilan berikutnya. Hal ini dapat diterangkan bahwa pada kehamilan pertama pembentukan blocing antibodies terhadap antigen plasenta tidak sempurna, yang semakin sempurna pada kehamilan berikutnya.
ierlie (1992) mendapatkan beberapa data yang mendukung adanya sistem imun pada penderita preeklampsia dan eklampsia : Beberapa wanita dengan preeklampsia eklampsia mempunyai komplek imun dalam serum dan beberapa studi juga mendapatkan adanya aktivasi sistim komplemen pada preeklampsia-eklampsia diikuti oleh proteinuria. Stirat (1986) menyimpulkan, meskipun ada beberapa pendapat menyebutkan bahwa sistim imun humoral dan aktivasi komplemen terjadi pada preeklampsia-eklampsia, tetapi tidak ada bukti bahwa system imunologi bisa menyebabkan preeklampsia-eklampsia.
2. Peran Iaktor genetis / Iamilial Beberapa bukti yang menunjukan peran Iaktor genetik pada kejadian preeklampsia-eklampsia antara lain : Preeklampsia hanya terjadi pada manusia. %erdapat kecenderungan meningkatnya Irekuensi preeklampsia-eklampsia pada anak-anak dari ibu yang menderita preeklampsia-eklampsia. Peran Renin-Angiotensin Aldosteron system (RAAS) %elah terdapat banyak teori yang mencoba menerangkan sebab pre eklampsia- eklampsia, akan tetapi tidak ada yang dapat memberikan jawaban yang memuaskan. %eori yang dapat diterima harus dapat menerangkan hal hal berikut : Sebab bertambahnya Irekuensi pada primi graviditas, kehamilan ganda, hidramnion dan mola hidatidosa. Sebab bertambahnya Irekuensi dengan makin bertambah tuanya kehamilan. Sebab dapat terjadinya perbaikan keadaan penderita dengan kematian janin dalam uterus. Sebab jarang terjadinya pre eklampsia pada kehamilan berikutnya. Sebab timbulnya hipertensi, udema, proteinuria, kejang, dan koma.
%eori yang dewasa ini banyak dikemukakan sebagai sebab eklampsia adalah iskemia plasenta. Akan tetapi dengan teori ini tidak dapat diterangkan semua hal yang berkaitan dengan penyakit tersebut. Rupanya tidak hanya satu Iaktor, melainkan banyak Iaktor yang menyebabkan pre eklampsia dan eklampsia. Diantara Iaktor Iaktor yang ditemukan seringkali sukar ditentukan mana yang sebab dan mana yang akibat.
C. PATOFISIOLOGI
Peredaran dinding rahim berkurang (ischaemia rahim) Plasenta mengeluarkan zat-zat yang menyebabkan spasme (ischaemia uteroplasenta) dan hipertensi Preeklampsia Eklampsia Mata terpaku, kepala dipalingkan kesatu sisi, kejang halus terlihat pada muka Badan kaku, kadang ephistotonus (kontraksi/kejang tonic) Kejang hilang timbul Rahang membuka dan menutup, mata membuka dan menutup Otot-otot badan dan muka berkontraksi dan berelaksasi Kejang kuat terjadi dan kadang lidah tergigit, lidah berbuih, mata merah, muka biru (konvulsi/kejang klonis) %ensi tinggi 180/110 mmHg Nadi kuat berisi - keadaan buruk nadi menjadi kecil dan cepat Demam, pernapasan cepat, sianosis, proteinuria dan edema Coma D. GAMBARAN KLINIS EKLAMPSIA Seluruh kejang, eklampsia didahului dengan preeklampsi dengan tanda-tanda yaitu: %ekanan darah sistolik ~ 160 mmHg atau diastolik ~ 110 mmHg. Proteinuria Sakit kepala hebat dan gangguan penglihatan Nyeri epigastrium &dema
Eklampsia digolongkan menjadi kasus antepartum, intrapartum atau postpartum tergantung saat kejadiannya sebelum persalinan, pada saat persalinan atau sesudah persalinan. %anpa memandang waktu dari onset kejang, gerakan kejang biasanya dimulai dari daerah mulut sebagai bentuk kejang di daerah wajah. Beberapa saat kemudian seluruh tubuh menjadi kaku karena kontraksi otot yang menyeluruh, Iase ini dapat berlangsung 10 sampai 15 detik. Pada saat yang bersamaan rahang akan terbuka dan tertutup dengan keras, demikian juga hal ini akan terjadi pada kelopak mata, otot otot wajah yang lain dan akhirnya seluruh otot mengalami kontraksi dan relaksasi secara bergantian dalam waktu yang cepat. Keadaan ini kadang kadang begitu hebatnya sehingga dapat mengakibatkan penderita terlempar dari tempat tidurnya, bila tidak dijaga. Lidah penderita dapat tergigit oleh karena kejang otot otot rahang. Fase ini dapat berlangsung sampai 1 menit, kemudian secara berangsur kontraksi otot menjadi semakin lemah dan jarang dan pada akhirnya penderita tidak bergerak. Setelah kejang diaIradegma menjadi kaku dan pernaIasan berhenti. Selama beberapa detik penderita sepertinya meninggal karena henti naIas, namun kemudian penderita bernaIas panjang, dalam dan selanjutnya pernaIasan kembali normal. Apabila tidak ditangani dengan baik, kejang pertama ini akan diikuti dengan kejang-kejang berikutnya yang bervariasi dari kejang yang ringan sampai kejang yang berkelanjutan yang disebut status epileptikus. Setelah kejang berhenti penderita mengalami koma selama beberapa saat. Lamanya koma setelah kejang eklampsia bervariasi. Apabila kejang yang terjadi jarang, penderita biasanya segera pulih kesadarannya segera setelah kejang. Namun pada kasus kasus yang berat, keadaan koma berlangsung lama, bahkan penderita dapat mengalami kematian tanpa sempat pulih kesadarannya. Pada kasus yang jarang, kejang yang terjadi hanya sekali namun dapat diikuti dengan koma yang lama bahkan kematian. Frekuensi pernaIasan biasanya meningkat setelah kejang eklampsia dan dapat mencapai 50 kali/menit. Sianosis dapat terjadi. Demam tinggi merupakan keadaan yang jarang terjadi, apabila hal tersebut terjadi maka penyebabnya adalah perdarahan pada susunan saraI pusat.
E. KOMPLIKASI 1. Edema pulmo Edema pulmo dapat terjadi setelah kejang eklampsia. Hal ini dapat terjadi karena pneumonia aspirasi dari isi lambung yang masuk ke dalam saluran naIas yang disebabkan penderita muntah saat kejang.
2. Perdarahan otak Pada beberapa kasus eklampsia, kematian mendadak dapat terjadi bersamaan atau beberapa saat setelah kejang sebagai akibat perdarahan otak yang masiv. Perdarahan otak lebih sering didapatkan pada wanita usia lebih tua dengan riwayat hipertensi kronis. Pada kasus yang jarang perdarahan otak dapat disebabkan pecahnya aneurisma Berry atau arterio venous malIormation.
3. Kebutaan Pada kira kira10 kasus, kejang eklampsia dapat diikuti dengan kebutaan dengan variasi tingkatannya. Kebutaan jarang terjadi pada pre eklampsia. Penyebab kebutaan ini adalah terlepasnya perlekatan retina atau terjadinya iskemia atau edema pada lobus oksipitalis. Prognosis penderita untuk dapat melihat kembali adalah baik dan biasanya penglihatan akan pulih dalam waktu 1 minggu.
4. Syok dan kematian Pada kira- kira 5 kasus kejang eklampsia terjadi penurunan kesadaran yang berat bahkan koma yang menetap setelah kejang. Hal ini sebagai akibat edema serebri yang luas. Hal ini pun dapat menyebabkan kematian.
F. PENATALAKSANAAN
Penanganan Kejang 1. Beri antikonvulsan 2. Perlengkapan penanganan kejang 3. Lindungi pasien dari trauma 4. Kepala direndahkan 5. Beri O 2 4-6 L/menit
Penanganan Umum 1. ika tekanan diastolik ~110 mmHg, berikan antihipertensi sampai diastolik diantara 90-100 mmHg. 2. Pasang inIus ringer laktat 3. Kateterisasi urin untuk pengeluaran urin. 4. angan tinggalkan pasien sendirian. 5. Observasi tanda-tanda vital, reIleks dan denyut jantung janin setiap jam. 6. Auskultasi paru untuk mencari tanda-tanda edema paru. ika ada edema paru, stop pemberian cairan dan berikan diuretik misalnya Iurosemide 40 mg iv.
Antikonvulsan Magnesium sulIat (MgSO 4 ) merupakan obat pilihan untuk mencegah dan mengatasi kejang pada eklampsia. AlternatiI lain adalah diazepam dengan resiko terjadinya depresi neonatal. !emberian Regimen agnesium Sulfat. Dosis Awal - MgSO 4 20 4 gram (20cc) iv dalam 4 menit dilanjutkan - MgSO 4 40 4 gr (10cc) im bokong kanan, 4 gr (10cc) im bokong kiri. - Bila masih kejang, tambahkan MgSO 4 20 2 gram (10cc) iv dalam 2 menit (minimal 20 menit setelah pemberian pertama). Dosis Pemeliharaan (setelah 6 jm) - MgSO 4 40 6 gr (15cc) dalam dextrose 5 (500cc) (20 tts/menit) atau MgSO 4 20 6 gr (30 cc) dalam dextrose 5 (500cc) (20tts/menit).
Syarat-syarat pemberian MgSO 4 : - %ersedia antidotum MgSO 4 yaitu calcium gluconas 10, 1 gram (10 dalam (10cc) diberikan intravenous dalam 3 menit. - ReIleks patella () - Frekuensi pernapasan lebih 16 kali per menit. - Produksi urin lebih 100 cc dalam 4 jam sebelumnya (0,5 cc/kgBB/jam). Stop pemberian MgSO 4
- Ada tanda-tanda keracunan yaitu kelemahan otot, hipotensi, reIleks Iisiologis menurun, Iungsi jantung terganggu, depresi SSP, kelumpuhan dan selanjutnya dapat menyebabkan kematian karena kelumpuhan otot- otot pernapasan. - Frekuensi pernapasan 16x/menit - ReIleks patella (-) - &rine 30ml/jam.
!emberian Dia:epam Pemberian Intravena Dosis awal Diazepam 10 mg iv pelan-pelan selama 2 menit. ika kejang berulang, ulangi dosis awal. Dosis Pemeliharaan Diazepam 40 mg dalam 500ml larutan RL. Deperesi pernapasan ibu mungkin akan terjadi jika dosis ~30mg/jam. angan berikan ~100 mg/24jam.
Pemberian melalui rektum ika pemberian iv tidak mungkin, diazepam dapat diberikan perrektal, dengan dosis awal 20 mg. ika masih kejang, beri tambahan 10 mg/jam. Dapat pula diberikan melalu kateter urin yang dimasukkan kedalam rektum.
Antihipertensi Obat pilihan adlah hidralazin yang diberikan 5mg iv pelan selama 5 menit sampai tekanan darah turun. ika perlu, pemberian hidralazin dapat diulang setiap jam atau 12,5 mg IM setiap 2jam. ika hidralazin tidak tersedia diberikan: - NiIedipine 5mg sublingual. ika respons tidak baik setelah 10 menit, beri tambahan 5 mg sublingual. - Labetolol 10mg iv, yang jika respons tidak baik setelah 10 menit, diberikan lagi labetolol 20 mg iv.
G. PERSALINAN 1. Pada preeklampsia berat, persalinan harus terjadi dalam 24 jam, sedang pada eklampsia dalam 12 jam sejak gejala eklampsia timbul. 2. ika terdapat gawat janin atau persalinan tidak dapat terjadi dalam 12 jam (pada eklampsia) lakukan seksio sesarea 3. ika serviks matang, lakukan induksi dengan oksitosin 2-5I& dalam 500ml dextrose 10 tetes/menit.
H. PERAWATAN POST PARTUM 1. Antikonvulsan diteruskan sampai 24 jam postpartum atau kejang terakhir. 2. %eruskan terapi antihipertensi jika tekanan diastolik masih ~110mmHg. 3. Pantau urin.
ASUHAN KEBIDANAN PATOLOGIS PADA IBU BERSALIN DENGAN EKLAMPSIA DI RUANG BERSALIN RSUD ULIN BAN1ARMASIN
%anggal Pengkajian : 4 Oktober 2011 Nama : Nita Hestiyana %anggal Masuk : 4 Oktober 2011 NIM : S.09.428 am Masuk : 15.00 Wita
A. DA%A S&BEK%IF 1. Identitas Nama istri : Ny. % &mur : 30 tahun Agama : Islam Bangsa : Indonesia Suku : Banjar Pendidikan : SMA Pekerjaan : IR% Alamat rumah: ln. Veteran Gg.Dahlia
Nama Suami : %n S &mur : 31 %ahun Agama : Islam Bangsa : Indonesia Suku : Banjar Pendidikan : SMA Pekerjaan : swata Alamat rumah: ln. Veteran Gg.Dahlia
2. Keluhan utama
Suami mengatakan ibu hamil cukup bulan dan hamil anak kedua. Sejak jam 04.00 WI%A, ibu ada kejang dirumah sebanyak 4x. am 10.00 WI%A, ibu dibawa ke RS. Anshari Saleh, di RS. Anshari Saleh ibu ada kejang 1x. Ibu disarankan untuk di rawat di RS &lin Banjarmasin. Suami mengatakan, ibu tidak ada mengeluarkan lendir darah dari kemaluan serta tidak ada keluar air- air. 3. Riwayat Perkawinan
Kawin 1 kali, kawin pertama kali umur 27 tahun, dengan suami sekarang sudah 3 tahun. 4. Riwayat Haid a. Menarche : 12 tahun g. HPH%: 11-01-2011 b. Siklus : 28 hari h. %P : 18-10-2011 c. %eratur/tidak : teratur d. Lamanya : 6-7hari e. Banyaknya : 2-3 kali ganti pembalut/hari I. Dismenore : tidak pernah
5. Riwayat Obstetri: G 2 P I A 0
no %hn Kehamilan Persalinan bayi Penyulit uk Penyulit &k Cara %mpt/ pnlong Penyulit BB PB seks 1 2
2009 Hamil ini aterm - - - 36 mgg - operasi - RS/ Bidan - Eklampsia - 2900 - 50 - L - %dk ada -
6. Riwayat KB enis : %idak pernah Lama : %idak pernah Masalah : %idak ada
7. Riwayat Kesehatan a. Riwayat Kesehatan Ibu Ibu mengatakan pernah menderita penyakit hipertensi dan tidak pernah menderita penyakit asma, jantung, diabetes mellitus, maupun penyakit kronis lainnya. b. Riwayat alergi obat Ibu mengatakan tidak pernah memiliki riwayat alergi obat. c. Riwayat kesehatan keluarga Ibu mengatakan bahwa dari keluarga pernah menderita penyakit hipertensi dan tidak pernah menderita penyakit asma, jantung, diabetes mellitus, maupun penyakit kronis lainnya. d. Riwayat keturunan kembar Ibu mengatakan tidak memiliki riwayat keturunan kembar.
8. Riwayat Kehamilan Sekarang a. Selama hamil ibu periksa di : Ibu tidak pernah memeriksakan kehamilannya b. Mulai periksa sejak usia kehamilan : - c. Frekuensi pemeriksaan kehamilan %rimester I : - %rimester II : - %rimester III: - d. Imunisasi : - e. Keluhan/masalah yang dirasakan ibu : -
9. Pola Kebutuhan Sehari-hari a. Nutrisi %erakhir makan dan minum : Kemarin malam Banyaknya : 1 piring b. Eliminasi BAB %erakhir BAB : selama diruang bersalin ibu tidak BAB BAK (terpasang DC) Volume : 500 cc c. Personal hygiene %erakhir mandi dan gosok gigi kemaren sore d. Aktivitas : Ibu hanya berbaring ditempat tidur.
10. Data Psikososial dan Spiritual O Ibadah yang diinginkan ibu saat ini : - O Penerimaan ibu terhadap proses persalinan : - O ang diketahui ibu tentang proses persalinan : - O ang diharapkan ibu untuk pendamping persalinan : - O Pengambilan keputusan dalam keluarga : Suami
B. DA%A OBEK%IF 1. Pemeriksaan &mum - Keadaan umum : %ampak gelisah - Kesadaran : Samnolens - BB/%B : 65kg/150cm - LILA : 26cm - %anda Vital : %D : 180/120 mmHg Nadi : 115 kali/menit Suhu : 36,6 o C Respirasi : 26 kali/menit
2. Pemeriksaan Khusus a. Inspeksi 4 Kepala : kulit kepala bersih, pertumbuhan rambut merata, dan rambut tidak rontok serta tidak ada ketombe. 4 Muka : nampak pucat, terdapat cloasma gravidarum. 4 Mata : simetris, konjungtiva tidak anemis, sclera tidak ikterik 4 %elinga : simetris, tidak ada massa, tidak ada pengeluaran cairan 4 Hidung : simetris, tidak ada polip. 4 Mulut : bibir nampak pucat, tidak ada sariawan, tidak ada karies gigi, gigi tidak berlubang, gusi tidak berdarah. 4 Leher : tidak ada pembesaran vena jugularis dan kelenjar tyroid. 4 Dada : Simetris saat inspirasi dan ekspirasi,. 4 Mammae : Simetris, puting susu menonjol, terdapat hyperpigmentasi areola. 4 Perut : Perut nampak membesar, terdapat jaringan parut bekas operasi. 4 %ungkai : Simetris, odem dan tidak ada varises. 4 Genetalia : %idak nampak lendir campur darah, tidak ada varises pada vulva.
b. Palpasi 4 Kepala : %idak teraba massa dan nyeri tekan 4 Leher : tidak teraba pembesaran vena jugularis dan kelenjar tyroid 4 Mammae : %idak teraba massa dan tidak nampak pengeluaran kolostrum. 4 Abdomen Leopold I : %F& 3 jari dibawah processus xyphoidheus (29cm), teraba bulat, keras dan melenting. Leopold II : Bagian kanan perut ibu teraba memanjang seperti papan sedangkan bagian kiri perut ibu teraba bagian- bagian kecil janin. Leopold III : Bagian terbawah janin teraba bulat, lunak dan tidak melenting (presentasi bokong). Leopold IV: Bagian terbawah janin sudah masuk PAP 3/5 bagian. %B : %F&(29cm-11) x 155 2790 gram
c. Auskultasi D (), terdengar jelas, Irekuensi 148x/menit. d. Perkusi ReIleks patella : Kanan/kiri, () / () Cek Ginjal : Kanan/kiri, (-) / (-) e. Pemeriksaan panggul luar Distansia Spinarum : %idak dilakukan Distansia Cristarum : %idak dilakukan Konjugata eksterna : %idak dilakukan Lingkar panggul : %idak dilakukan
I. Pemeriksaan panggul dalam O Keadaan vagina : %idak ada massa Arah serviks : Posterior Pendataran serviks : () Pembukaan serviks : 2 cm Selaput ketuban : &tuh Presentasi : Presentasi bokong Posisi titik penunjuk : Sacrum Penurunan presentasi : Hodge I O Keadaan panggul dalam Promontorium : %idak teraba Spina Ischiadica : %idak menonjol Lengkung sakrum : KonkaI Dinding samping panggul : lengkung Arkus pubis dan os pubis : _ 90 o
C. ASSASMEN% G 2 P I A 0 hamil 38 minggu inpartu kala I Iase laten eklampsia bekas SC 2 tahun yang lalu janin tunggal hidup intra uteri letak sungsang
D. PLANNING Tindakan Rasionalisasi Evaluasi
1. Memberitahukan hasil pemeriksaan pada keluarga bahwa ibu dalam kondisi tidak sadar, darah tinggi, kejang-kejang yang memerlukan perawatan yang lebih intensiI, keadaan janin baik.
Hak-hak pasien dalam pelayanan kesehatan antara lain : a. Hak mendapatkan pelayanan kesehatan yang adil, memadai dan berkualitas b. Hak untuk diberikan inIormasi mengenai keadaannya c. Hak untuk dilibatkan dalam pembuatan keputusan tentang pengobatan dan perawatan (KDPK untuk Kebidanan. 2008, hal. 120)
InIormasi telah disampaikan, ibu dan keluarga memahami apa yang telah disampaikan, yaitu : a. Keadaan umum: Gelisah b. Kesadaran: Samnolen c. %anda tanda Vital ibu %D 180/120 MmHg N 115 x/m R 26 x/m % 36.6 o C d. V% pukul 15.00 wita dengan hasil : portio tebal lunak, pembukaan 2 cm, ketuban (), presentasi bokong, Hodge I e. D () 148x/m I. His (-)
2. Kolaborasi dengan dokter tentang : * Pemberian Oksigen 4-5 liter per menit
*Memasang DC (kateter) pada ibu.
Kebutuhan oksigenasi merupakan salah satu kebutuhan dasar pada manusia yaitu kebutuhan Iisiologis. Pemenuhan kebutuhan oksigen ditujukan untuk menjaga kelangsungan metabolisme tubuh, mempertahankan hidup dan melakukan aktivitas bagi organ tubuh. (KDPK untuk Kebidanan. 2008, hal. 8)
Pemasangan kateter bertujuan untuk memudahkan ibu, memantau pengeluaran dan pemasukan cairan, mendeteksi secara dini keracunan MgSO4 serta untuk mengukur residu urine setelah miksi di dalam kandung kencing (%eguh Subianto. 2011)
Ibu diberikan Oksigen 5 liter per menit dengan menggunakan sungkup atau masker oksigen. Frekuensi pernapasan 26x/menit
DC sudah terpasang. Dalam waktu 4 jam urine yang tertampung sebanyak 500 cc.
*Memberikan inIus inIuse Dextrose 5 drip MgSO4 sesuai protap.
Dosis Awal MgSO 4 20 4 gram (20cc) iv dalam 4 menit dilanjutkan MgSO 4 40 4 gr (10cc) im bokong kanan, 4 gr (10cc) im bokong kiri. Bila masih kejang, tambahkan MgSO 4 20 2 gram (10cc) iv dalam 2 menit (minimal 20 menit setelah pemberian pertama).
Dosis Pemeliharaan MgSO 4 40 6 gr (15cc) dalam dextrose 5 (500cc) (20 tts/menit) atau MgSO 4 20 6 gr (30 cc) dalam dextrose 5 (500cc) (20tts/menit).
Bertujuan untuk memenuhi kebutuhan hidrasi dan jalur penting apabila diperlukan pemberian obat pada kondisi darurat dan memberikan prosedur rutin penggantian cairan dan obat-obatan melalaui intravena (KDPK untuk Kebidanan, 2008)
MgSO4 diberikan untuk mengurangi kepekaan saraI pusat pada hubungannya dengan neuromuskuler tanpa mempengaruhi bagian lain dari susunan saraI. Obat ini menyebabkan vasodilatasi, menurunkan tekanan darah, meningkatkan dieresis dan menambah aliran darah ke uterus (Sinopsis Obstetri ilid 1 Edisi 2. 2002)
Regimen MgSO 4 sudah diberikan sesuai protap. %elah diberikan MgSO 4 (dosis pemeliharaan) yaitu MgSO 4 40 6 gr (15cc) dalam dextrose 5 (20 tts/menit).
* Mengambil sampel darah dan sampel urine untuk pemeriksaan rutin
*Memberikan ibu obat antikonvulsan dan antihipertensi
Pemeriksaan laboratorium rutin adalah pemeriksaan spesimen darah, Hb, Ht, Lekosit, %rombosit, Golongan darah, Protein &rine, Glukosa dalam urine dan lain-lain. %ujuannya adalah untuk mengetahui adanya masalah dan komplikasi pada ibu dengan lebih mendetail. (Maternal dan Neonatal. 2002, hal. 429)
Antikonvulsan (MgSO 4 ) untuk mencegah dan mengatasi kejang pada preeklampsia dan eklampsia. Obat anti hipertensi diberikan untuk menurunkan dan mengontrol tekanan darah. (Sarwono Prawirohardjo, Ilmu Kebidanan, 2009
Ibu telah diambil sampel darah dan sampel urine nya untuk diperiksa lebih lanjut. Hasil pemeriksaan : Hemoglobin 14,6 g/dl Protein urine
MgSO 4 sudah diberikan. NiIedipine dengan dosis 3x10mg telah diberikan.
3. Lindungi pasien dari trauma.
&ntuk menjaga pasien yang keadaan umumnya gelisah agar tidak terbentur oleh benda-benda keras dan agar pasien tidak terjatuh ke lantai. (Sarwono Prawirohardjo, Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal, 2009).
Ibu sudah dilindungi dari trauma dengan cara menjaga dan memantau keadaan ibu.
4. Observasi keadaan ibu, janin serta tanda-tanda vital ibu.
&ntuk mengetahui tekanan darah, nadi, pernapasan ibu apakah sudah membaik atau tidak.
am 16.00 wita Keadaan ibu: gelisah Kesadaran : samnolen %D : 170/110mmHg Nadi: 110x/menit Pernapasan : 25x/menit D : 148x/menit His : (-) 5.Kolaborasi dengan dokter dalam melakukan tindakan selanjutnya: Pasien direncakan untuk seksio sesarea
Indikasi Seksio sesarea dibagi menjadi 2 Iaktor yaitu: 1) Faktor janin - Bayi besar - Kelainan letak (letak sungsang, letak lintang) - Ancaman gawat janin (Ietal distress) akibat hipertensi dan kejang. 2) Faktor ibu - CPD - Plasenta previa - distosia jaringan lunak - Persalinan sebelumnya dengan operasi (Sarwono Prawirohardjo, 2009)
Rencana seksio sesarea hendak dilaksanakan atas indikasi eklampsia (kejang).
6. Memberitahukan hasil pemeriksaan pada keluarga bagaimana keadaan Ibu sekarang
Merupakan hak pasien sebagai manusia yaitu pasien berhak memperoleh pelayanan kesehatandan memperoleh inIormasi mengenai keadaanya. (Heni. 2006 , SaiIudin. 2009)
Memberitahukan kepada keluarga bahwa keadaan umum ibu gelisah dengan hasil pemeriksaan: %ekanan darah 170/110mmHg Nadi: 110x/menit Pernapasan : 25x/menit D : 148x/menit His : (-) Sehingga harus dilakukan tindakan secepatnya yaitu dengan operasi Seksio Sesarea.
7. Mempersiapkan ibu untuk tindakan operasi Seksio Sesarea, yaitu : a. InIormed Consent
InIormed Consent adalah persetujuan dari pasien terhadap tindakan medic yang akan dilakukan terhadap dirinya. Persetujuan tindakan medic merupakan piranti hukum yang ditetapkan dan menjadi alat bukti kesepahaman pasien dan penolong. (Maternal dan Neonatal, hal.45)
Ibu dan keluarga telah menyetujui dan menandatangani persetujuan atas tindakan medic yang akan dilakukan yaitu operasi SC.
b. Melakukan pencukuran daerah atau area yang akan dioperasi dan melakukan tindakan antiseptic
c. Menganjurkan pasien untuk berpuasa (tidak makan dan minum).
d. Memindahkan pasien ke brankar untuk di antar ke ruangan OK
Persiapan ini dilakukan dengan cara mencukur rambut-rambut di kulit di area yang akan dioperasi dan menyiramnya dengan antiseptic untuk membebaskan daerah yang akan dibedah dari mikroorganisme. (KDPK untuk Kebidanan. 2008, hal. 231).
Makanan dan cairan dalam lambung dapat menyebabkan terjadinya aspirasi saat proses operasi berlangsung. (KDPK untuk Kebidanan. 2008, hal. 230).
%indakan pembedahan atau operasi harus dilakukan di ruangan khusus ynag steril dengan peralatan yang lengkap. (KDPK untuk Kebidanan. 2008)
Pencukuran rambut-rambut dilakukan di daerah perut dan simIisis kemudian dibersihkan dengan larutan saplon.
Pasien sudah dipuasakan.
Pasien diantar ke ruang OK pada jam 17.40 wita
1) Hari / %anggal : Selasa , 4 oktober 2011
> Pada jam 17.40 wita operasi Seksio Sesarea dilakukan, hasilnya bayi lahir segera menangis dengan nilai APGAR 7 8 9
Identitas Bayi a. %anggal Lahir : 4 Oktober 2011 b. am Lahir : 18.30 wita c. enis Kelamin : Laki - laki d. Cara Lahir : Seksio Sesarea e. PB : 48 cm I. BB : 2350 gram g. OB : 35 cm h. OS : 32 cm i. OK : 31 cm j. LD : 28 cm k. Anus : () , mekonium () l. Kelainan Kongenital : (-) m. Suhu : 36,8 o C
> Pada jam 20.30 wita, ibu diantar kembali ke ruang VK Bersalin untuk pemulihan keadaanya
2) Hari / %anggal : Selasa , 4 oktober 2011
S > Suami mengatakan pasien baru saja melakukan operasi SC 1 jam yang lalu.
O > Ku Gelisah Ks Samnolen %%V %D 140/90 MmHg N 92 x/menit R 24 x/menit % 36 o C
%F& 2 jari di bawah pusat Kontraksi uterus Baik Perdarahan ()
InIus D5 MgSO4 40 (20 tpm) s/d 24 jam post partum
&rine 600 cc (DC terpasang)
A > P II A 0, Post SC a/i eklampsia letak sungsang BSC
P >
Tindakan Rasionalisasi Evaluasi
1. Memberitahukan hasil pemeriksaan kepada keluarga pasien
Hak-hak pasien dalam pelayanan kesehatan antara lain : a. Hak mendapatkan pelayanan kesehatan yang adil, memadai dan berkualitas b. Hak untuk diberikan inIormasi mengenai keadaannya (KDPK untuk Kebidanan. 2008, hal. 120)
InIormasi telah disampaikan, keluarga memahami apa yang telah disampaikan, yaitu : %D 140/90MmHg N 92 x/m R 24 x/m % 36 o C
2. Pemberian Oksigen 4-5 liter per menit
Kebutuhan oksigenasi merupakan salah satu kebutuhan dasar pada manusia yaitu kebutuhan Iisiologis. Pemenuhan kebutuhan oksigen ditujukan untuk menjaga kelangsungan metabolisme tubuh, mempertahankan hidup dan melakukan aktivitas bagi organ tubuh. (KDPK untuk Kebidanan. 2008, hal. 8)
Ibu diberikan Oksigen 5 liter per menit dengan menggunakan sungkup atau masker oksigen.
3. Memberikan Ibu obat- obatan sesuai dengan advis dokter
&ntuk meningkatkan proses penyembuhan luka dan mengurangi rasa nyeri dengan pemberian vitamin C, antibiotika dan obat- obatan lainnya sesuai resep dokter. (KDPK untuk Kebidanan. 2008, hal. 235)
%elah diberikan obat: - MgSO 4 lanjutan drip dalam inIus dextrose sampai dengan 24 jam post partum. - inj.ceItriaxone 2x1 gr (iv) - Inj.ketorolac 3x1ampul - Inj.AlinaminF 3x1ampul - Inj.%ransamin 3x1ampul. - Inj.Vit. C 3x1 ampul - Inj.Lasix 2x1ampul
4. Observasi keadaan Ibu
Pemantauan dan observasi keadaan pasien harus dilakukan secara rutin untuk mengurangi resiko kegawatdaruratan yang tidak diinginkan. (Maternal dan Neonatal. 2002)
Observasi yang dilakukan : a. K& b. KS c. %ekanan darah d. Suhu e. Nadi I. Pernapasan g. Kontraksi uterus
3) Hari / %anggal : Rabu, 5 Oktober 2011
S > Ibu mengatakan sudah melakukan operasi SC kemarin malam.
O > Ku Baik Ks Composmentis %%V %D 140 / 90 MmHg N 79 x/menit R 21 x/menit % 36 o C
%F& 2 jari di bawah pusat Kontraksi uterus Baik Perdarahan ( )
InIus D5 MgSO4 40 (20 tpm) s/d 24 jam post partum
&rine 300 cc (DC terpasang)
A > P II A 0, Post SC a/i eklampsia letak sungsang BSC
P >
Tindakan Rasionalisasi Evaluasi
1. Memberitahukan hasil pemeriksaan kepada pasien dan keluarga bahwa pasien.
Hak-hak pasien dalam pelayanan kesehatan antara lain : a. Hak mendapatkan pelayanan kesehatan yang adil, memadai dan berkualitas b. Hak untuk diberikan inIormasi mengenai keadaannya (KDPK untuk Kebidanan. 2008, hal. 120)
InIormasi telah disampaikan, ibu dan keluarga memahami apa yang telah disampaikan, yaitu : %anda tanda Vital ibu %D 140/90 MmHg N 79 x/m R 21 x/m % 36 o C
2. Menganjurkan ibu untuk miring kanan dan miring kiri serta melakukan beberapa gerakan kecil di tempat tidur
&ntuk meningkatkan sirkulasi darah dan pernapasan, mengurangi kekakuan anggota tubuh dan mempercepat proses penyembuhan. (KDPK untuk Kebidanan, 2008)
Ibu besedia untuk menggerakkan tubuhnya dengan cara miring ke kiri dan ke kanan
3. Observasi keadaan Ibu
Pemantauan dan observasi keadaan pasien harus dilakukan secara rutin untuk mengurangi resiko kegawatdaruratan yang tidak diinginkan. (Maternal dan Neonatal. 2002)
Observasi yang dilakukan : a. K& b. KS c. %ekanan darah d. Suhu e. Nadi I. Pernapasan g. Kontraksi uterus
4. am 09.00 wita, ibu diantar ke ruangan NiIas
DAFTAR PUSTAKA
Cunningham, F.G, Gant NF, Leveno K. 2006. bstetri William edisi 21 akarta: EGC Masjoer, AriI. 2006. Kapita Selekta Kedokteran Edidi 3 Jilid I akarta: Media Aesculapius Mochtar, Rustam. 1998 . Sinopsis bsetri. akarta: Penerbit buku kedokteran. EGC Prawirohardjo, Sarwono. 2009. Ilmu Kebidanan akarta: Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo Prawirohardjo, Sarwono. 2009. Buku Acuan Nasional !elayanan Kesehatan aternal dan Neonatal akarta: Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo Wiknjosastro, haniIa. 2005 . Ilmu Kebidanan . akarta: Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo Bagian Kebidanan dan Kandungan Fakultas Kedokteran &niversitas Indonesia http://www.geocities.com/klinikobgin/kelainan-kehamilan/preeklampsiaeklampsia.htm