You are on page 1of 3

FILSAFAT LOGIKA DAN SESAT PIKIR Oleh : Muhammad Hanifi, 1106010641 A.

Pembukaan Dalam pengkajian berbagai cabang ilmu pengetahuan, diperlukan sebuah metode yang baku, padu dan diterima secara universal untuk membuat kesimpulan-kesimpulan yang benar. Keberadaan metode ini sangat krusial sebagai koridor utama pengambilan kesimpulan dalam perkembangan ilmu pengetahuan. Logika sebagai cabang ilmu filsafat dan matematika berusaha menjawab kebutuhan-kebutuhan tersebut dengan menyediakan ketetapan-ketetapan yang baku dan diterima secara universal sebagai metode pengambilan kesimpulan yang benar. Meskipun keberadaanya diakui secara luas sebagai metode yang baku dalam pengambilan kesimpulan dalam pengkajian ilmu pengetahuan, penggunaan dan pemanfaatan logika dalam prakteknya tidak selalu menghasilkan kesimpulan yang benar. Kesalahan-kesalahan ini muncul karena adanya sesat pikir dalam proses penarikan kesimpulan. B. Isi Logika umumnya diketahui sebagai salah satu cabang filsafat dan matematika. Kedua bidang kajian ini menempatkan logika sebagai dasar berpikir dalam memperoleh, mencermati dan menguji pengetahuan. Logika menurut Irving M. Copi (1972) adalah sebagai berikut: The study of methods and principles used to distinguish correct from incorrect reasoning Definisi tersebut menempatkan logika sebagai alat untuk memperoleh kebenaran. Definisi tersebut memandang logika sebagai cabang ilmu filsafat. Logika, dismping etika, dapat dipahami sebagai asas pengaturan alam dan isinya yang dikembangkan manusia. Sebagai asas pengaturan, logika menjelaskan bahwa alam yang awalnya tampak sebagai kekacau-balauan (chaos) sebenarnya merupakan jagat raya yang teratur. Penggunaan logika dalam penarikan kesimpulan tidak menutup kemungkinan munculnya kesalahan dalam kesimpulan yang dibuat. Kesalahan ini muncul karena adanya sesat pikir. Sesat pikir menurut Irving M. Copi (1986) adalah: Penarikan kesimpulan yang nampaknya benar tetapi sebenarnya salah

Copi (1986) menggolongkan sesat pikir kedalam dua kelompok besar yaitu sesat pikir formal dan sesat pikir nonformal. Penggolongan ini didasarkan pada penyebab suatu penalaran tidak diterima keabsahannya dan dianggap sebagai penalaran yang salah. Sesat pikir formal adalah sesat pikir yang timbul dari proses penalaran yang bentuknya tidak sesuai dengan bentuk deduksi yang baku. Sesat pikir formal sedikitnya memiliki sepuluh bentuk antara lain empat term (four term), term tengah yang tak terdistribusikan (undistributed middle terms), proses ilisit (illicit process), premis-premis afirmatif dengan kesimpulan negatif, premispremis negatif dengan kesimpulan afirmatif, dua premis negatif, mengafirmasi konsekuensi, menolak anteseden, menyetujui suatu pilihan dalam suatu susunan argumentasi subkonter, dan mengingkari suatu pilihan dalam suatu disjungsi yang konter. Kesepuluh bentuk sesat pikir formal ini muncul karena dalam proses penalarannya tidak menggunakan bentuk deduksi yang baku. Sementara itu, sesat pikir nonformal adalah sesat pikir yang muncul karena sebab lain selain sebab yang tertera dalam sesat pikir formal. Sedikitnya terdapat sembilan belas bentuk sesat pikir nonformal antara lain perbincangan dengan ancaman, salah guna (abusive), argumentasi berdasarkan kepentingan (circumstantial), argumentasi berdasarkan ketidaktahuan, argumentasi berdasarkan belas kasihan, argumentasi yang disangkutkan dengan orang banyak, argumentasi dengan kewibawaan ahli, argumentasi berdasarkan ciri-ciri tak esensial, perumusan yang tergesagesa (converse accident), sebab yang salah, penalaran sirkular, sesat pikir karena terlalu banyak pertanyaan yang harus dijawab sehingga jawaban tak sesuai pertanyaan, kesimpulan tak relevan, makna ganda (equivocation), makna ganda ketata-bahasaan (amphiboly), sesat pikir karena perbedaan dialek, kesalahan komposisi, kesalahan divisi dan generalisasi tak memadai. C. Penutup Logika merupakan salah satu cabang ilmu filsafat dan matematika yang muncul sebagai jawaban kebutuhan manusia akan suatu alat yang baku dan diterima secara universal untuk menarik kesimpulan secara benar. Meski demikian pemanfaatan logika tidak terlepas dari kesalahankesalahan yang mungkin terjadi yang disebut sesat pikir. Oleh karena itu, pemahaman yang menyeluruh dan mendalam terkait sesat pikir harus dimiliki setiap pemikir untuk menghidari penarikan kesimpulan yang salah.

Daftar Pustaka Copi, I.M., Cohen, Carl., McMahon, Kenneth. 2010. Introduction to Locic. New York City: Prentice Hall

Takwin, Bagus., Finoza, lamuddin., Mubarak, Zakky..2011. Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian Terintegrasi A. Jakarta: Penerbit FEUI

You might also like