You are on page 1of 6

nCvl1A WA8uAnl

1

BAB V PEMBAHASAN
Pada praktikum kali ini akan dibahas berkenaan dengan pembuatan dan
pengisolasian inokulum tempe.
Inokulum merupakan kultur mikroba yang diinokulasikan kedalam
medium Iermentasi pada saat kultur mikroba tersebut berada pada Iase
pertumbuhan eksponensial.Beberapa kriteria kultur mikroba yang dapat
digunakan sebagai inokulum Iermentasi adalah:
Sehat dan berada pada masa aktiI sehingga dapat mempersingkan Iase
adaptasi,Tersedia cukup sehingga dapat menghasilkan inokulum dalam takaran
optimum, Berada dalam morIologi yang sesuai,Bebas kontaminasi (Rialita,2010)
Sementara Tempe merupakan salah satu contoh produk hasil Iermentasi
yaitu suatu bahan pangan /makanan hasil Iermentasi biji kacang kedelai oleh
kapang yang berbau khas dan berupa padatan berwarna putih keabu abuan.
Fermentasi tempe terjadi karena adanya aktivitas kapang jenis Rhizopus sp pada
kedelai sehingga membentuk padatan yang memiliki massa yang kompak. Jenis
inokulum yang biasanya sering digunakan untuk Iermentasi tempe diantaranya R.
Oryzae,R.oligosporus dan R, arrhizus dimana R oryzae dan R.oligosporus
memegang perana yang paling utama.(Suriawiria,1995)
Pada praktikum kali ini dilakukan pembuatan inokulum tempe dengan dua
cara cara 1 (dengan tempe sebagai starter dan diberikan tambahan beras/nasi
sebagai substratnya.) dan cara 2 ( menggunakan kultur kapang Rhizopus)
Berdasarkan literatur yang ada inokulum bubuk substrat beras yang menggunakan
starter tempe pasar mempunyai aktivitas proteolitik yang lebih tinggi apabila
dibandingkan dengan inokulum dengan kultur kapang Rhizopus sebagai starter
(Rahman,1992) .Berdasarkan tingkat kemurniannya,laru tempe dapat dibedakan
atas:Inokulum murni tunggal, Inokulum campuran,Inokulum murni campuran
Perbedaan dari ketiga jenis laru tempe tersebut terdapat pada jenis dan
banyaknya mikroba yang terdapat dalam laru tersebut.(Suriawiria,1995)
Tempe cara 1
Pada tempe cara 1yang pertama hasus dilakukan adalah mengiris tempe
tipis-tipis untuk kemudian dikeringkan dalam oven pada suhu 40
0
C selama 12
hari. Selanjutnya tempe yang telah kering dihaluskan hingga menjadi tepung
nCvl1A WA8uAnl

2

tempe lalu ditambahkan 25 gram beras matang dan campurkan. Lalu lakukan
inkubasi kembali pada suhu kamar dengan suhu 30
0
C selama 2-3 hari. Setelah
melewati masa inkubasi selama 2 hari campuran tepung tempe dengan beras
tersebut dioven kembali pada suhu 40
0
C selam 1 hari tujuan dari pengeringan ini
adalah untuk mengurangi kadar air dalam bahan serta mencegah pertumbuhan
mikroba lain yang tidak diinginkan. Proses selanjutnya adalah penambahan
tepung terigu yang telah disangrai untuuk kemudian disimpan selama 2 minggu.
Dalam proses penyimpanannya yang selama 2 minggu tersebut juga
diakukan isolasi mikroba yang tumbuh pada laru yang telah dibuat dengan
pengenceran hingga 10
-4
.pada prosesnya media yang digunakan adalah PDA dan
ditambahkan pula asam tartrat. Tujuan dari penggunaan PDA yang ditambahkan
asam tartrat 10 adalah untuk menyesuikan medium dengan medium tumbuh
kapang. Dimana kapang akan tumbuh dengan baik pada range pH 2-8,5 sementara
asam tartrat sendiri dapat menjaga kondisi asam hingga pH 4 selama proses
inkubasi.
Tabel 1 hasil pengamatan SPC pada laru tempe
Kelompok 10
-3
10
-4
SPC keterangan
4 cara II TBUD 46 4,6 x 10
5
Bakteri
5 cara I TBUD TBUD - Bakteri
6 cara II TBUD TBUD - Bakteri
7 cara I 320 187 1,9 x10
6
Bakteri
Data diperoleh berdasarkan hasil pengamatan beberapa kelompok
Berdasarkan tabel 1 dapat kita ketahui bahwa jumlah koloni yang tubuh
pada hasil isolasi pengenceran 10
-3
menunjukan nilai TBUD sementara untuk
kelompok 7 sendiri meskipun terdapat nilai yang nyata tetap saja melebihi range
30-300 sementara pada pengenceran 10
-4
kelompok 4 dan 7 menunjukan
penurunan jumlah koloni yang tumbuh dimana kelompok 4 menunjukan jumlah
koloni sebanyak 46 sementara kelompok 7 sebanyak 187. Sementara pada 2
kelompok lainnya masih menunjukan nilai TBUD pada kolom keterangan
tercantum bakteri hal ini karena koloni yang tumbuh pada petri disc menyerupai
koloni bakteri yaitu berupa titik-titik putih sama sekali tidak menunjukan kapang
yang dapat dikenali melalui hiIanya selain itu pengamatan mikroskop pun tidak
nCvl1A WA8uAnl

3

dilakukan. Namun dengan perbandingan hasil yang diperoleh kelompok 3 dan 7
dapat diketahui bahwa praktikum yang telah dilakukan cukup sesuai dengan
literatur. Berdasarkan literatur yang ada inokulum bubuk substrat beras yang
menggunakan starter tempe pasar mempunyai aktivitas proteolitik yang lebih
tinggi apabila dibandingkan dengan inokulum dengan kultur kapang Rhizopus
sebagai starter (Rahman,1992)
Untuk organoleptiknya tepung tempe yang dihasilkan menunjukan warna
putih gading, dengan tekstur agak lembab (kel 5) dan berwarna coklat dengan
tingkat kekeringan kering.pada kelompok 7
Perbedaan warna dan tekstur pada hasil ini dapat dipengeruhi karena
perbedaan pada saat penghalusan yang tidak sama sehingga pada saat pengeringan
warna dan teksturnya pun berbeda
Tempe cara II
Pada pembuatan laru tempe cara 2 akan dipraktekkan pembuatan
inokulum tempe dari biakan murni (Rhizopus oryzae).
Dalam prosesnya diperlukan 20 gram beras yang kemudian dimasukksn kedalam
beaker glass yang kemudian ditambahkan aquades dengan perbandingan 1:1
selanjutnya ditutup alumunium Ioil dan distrerilisasi selama 10 menit pada suhu
121
0
C tujuannya adalah untuk membunuh semua mikroorganisme yang terdapat
pada beras. Selanjutnya beras tersebut ditambahkan isolat kapang tempe sebanyak
0,2 mL dan diaduk kemudian diratakan lalu diinkubasi selama 2 hari pada suhu
30
0
C. Setelah 2 hari sebagaimana pada cara I beras dikeringkan pada oven dengan
suhu 40
0
C selama 1 hari. lalu dihaluskan . Prosedur selanjutnya sama dengan pada
pembuatan laru tempe cara I.
koloni yang tumbuh pada cara II sangat banyak hingga menunjukan nilai TBUD
Pada uji organoleptik warna coklat dan tingkat kekeringannya kering
(pada kelompok 4) sementara pada kelompok 6 warnanya kuning pucat tekturnya
lembab
Perbedaan warna dan tekstur pada hasil ini dapat dipengeruhi karena
perbedaan pada saat penghalusan yang tidak sama sehingga pada saat pengeringan
warna dan teksturnya pun berbeda

nCvl1A WA8uAnl

4

VI KESIMPULAN
1. Inokulum merupakan kultur mikroba yang diinokulasikan kedalam
medium Iermentasi pada saat kultur mikroba tersebut berada pada Iase
pertumbuhan eksponensial
2. Tujuan dari pengeringan yang dilakukan ada praktikum kali ini adalah
untuk mengurangi kadar air bahan sehingga aw nya rendah sehingga
mencegar pertumbuhan mikroba lain yang tidak diinginkan selain itu
untuk mempermudah memperoleh tekstur bubuk pada ragi yang dihasilkan
3. Tujuan penggunaan PDA yang ditambahkan asam tartrat adalah untuk
menciptakan suasana asam dimana suasana ini merupakan suasana yang
mendukung pertumbuahan kapang





















nCvl1A WA8uAnl

3

AFTAR PUSTAKA

Rahman,Ansori. 1992.Pengantar Teknologi Fermentasi. PAU pangan dan gizi
IPB. Bogor.
Rialita,T dan Debby M.Sumanti. 2010. Teknologi Fermentasi. Widya
padjajaran.Bandung
Suriawiria U.1995.Pengenatar Mikrobiologi Umum.Penerbit Angkasa.Bandung.

























nCvl1A WA8uAnl

6

AWABAN PERTANYAAN
1. Adakah perbedaan hasil pengujian antara kedua macam inokulum tempe
yang dihasilkan
2. Diskusikan Iaktor-Iaktor yang mempengaruhi hasil yang diperoleh
awaban
1. Perbedaan yang ada dapat dikatakan ada namun sangat sedikit
2. Untuk perbedaan dari segi warna, tempe yang menggunakan cara I terlihat
lebih gelap dari pada cara II hal ini dipengaruhi oleh tempe asli yang
ditambahkan, sementara untuk tekstur yang berbeda tingkat kekeringannya
hal ini disebabkan karena perbedaan tingkat kehalusan ketika proses
penghancuran.
3. Untuk perhitungan nilai SPC dengan perbandingan hasil yang diperoleh
kelompok 3 dan 7 dapat diketahui bahwa cara I mengandung lebih banyak
Mo yang tumbuh dari pda cara II hal ini karena pada tempe asli kapangnya
lebih banyak tumbuh.

You might also like