You are on page 1of 3

Dear all, Barangkali sebagian besar dari kita sudah mendengar berita pembantaian besar2an terhadap salah satu

satwa yang dilindungi di Indonesia, yaitu Orang Utan di kawasan kebun sawit yang hak pengelolaannya berada di tangan pengusaha "sodara tua" kita. Dengan, menilai dan sama sekali tidak berkaitan dengan kekalahan tim Garuda Muda di ajang Sea Games 26 melalui drama adu penalti kemaren.... mari kita lihat, apa sodara tua kita ini bisa dijerat.... tapi kok kalo dilihat aturan kita kayaknya bakal bisa melenggangkan aksi mereka ya? check this out: UU No 5 tahun 1990 tentang Konservasi Sumberdaya Alam Hayati dan Ekosistemnya Pasal 22 (1) huruf B a. menangkap, melukai, membunuh, menyimpan, memiliki, memelihara, mengangkut, dan memperniagakan satwa yang dilindungi dalam keadaan hidup; dan e. mengambil, merusak, memusnahkan, memperniagakan, menyimpan atau memiliki telur dan atau sarang satwa yang dillindungi UU No. 5 tahun 1990 Pada pasal 40 (2) menegaskan bahwa: "Barang siapa dengan sengaja melakukan pelanggaran terhadap ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 ayat (1) dan ayat (2) serta Pasal 33 ayat (3) dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan denda paling banyak Rp. 100.000.000,00 (seratus juta rupiah)." kata pengusahanya: "lah, orang utan itu khan berada bukan pada kawasan konservasi... tapi private property, berarti saya tidak melanggar aturan itu dunks" lalu aturan tersebut diturunkan, salah satunya menjadi: P.48/Menhut-II/2008 tentang Pedoman Penanggulangan Konflik Satwa Liar dan Manusia. begitu mendetail, dan njlimet. bayangkan untuk menangani konflik antar satwa dan manusia, dibutuhkan tim khusus yang terdiri dari: BAB III Tim Koordinasi Penanggulangan Konflik Manusia Satwa Liar Gubernur menetapkan Tim Koordinasi Penanggulangan Konflik antara manusia dan satwa liar dengan struktur sebagai berikut : Ketua : Gubernur/ Wakil Gubernur/ Sekretaris Daerah Wakil Ketua : Kepala Dinas Propinsi yang membidangi kehutanan Sekretaris : Kepala Balai Besar/Kepala Balai Konservasi Sumber Daya Alam Anggota : Terdiri dari unsur-unsur sebagai berikut : 1. Bappeda Propinsi 2. DPRD Propinsi

3. Balai Besar/ Balai Konservasi Sumber Daya Alam 4. Balai Besar/ Balai Taman Nasional 5. Dinas Propinsi yang membidangi Kehutanan 6. Dinas Propinsi yang membidangi Perkebunan 7. Dinas Propinsi yang membidangi Pertanian 8. Dinas Propinsi yang membidangi Peternakan 9. Dinas Propinsi yang membidangi Kesehatan 10. Dinas Propinsi yang membidangi PU 11. Dinas Propinsi yang membidangi Nakertrans 12. Sektor Swasta/ Dunia Usaha 13. Lembaga Swadaya Masyarakat Belum satgas-nya... Waduh, apa nanti waktunya gak habis cuma buat berkoordinasi ya? is there any other point of view yang bisa mencerahkan pandangan saya yang kabur? Siaran Pers MALAYSIA HANCURKAN REPUTASI INDONESIA DENGAN MEMBANTAI ORANGUTAN Untuk disiarkan segera pada tanggal 22 November 2011 Centre for Orangutan Protection (COP) mengutuk perilaku jahat dan kejam perusahaan-perusahaan kelapa sawit Malaysia yang beroperasi di Kalimantan, terutama Metro Kajang Holdings (MKH) Berhad. Perusahaan ini membabat hutan dan membahayakan nyawa orangutan dan satwa liar lain di Muara Kaman, Kalimantan Timur. Daniek Hendarto, juru kampanye dari Centre for Orangutan Protection memberikan pernyataan sebagai berikut: Kejahatan dan kekejaman MKH Berhad telah menghancurkan reputasi Indonesia. Hancurnya hutan dan musnahnya satwa liar di Indonesia tidak memberikan kerugian apapun pada Malaysia. Sebaliknya, malah memberikan keuntungan bagi Malaysia. Dunia akan mengenal industri kelapa sawit Indonesia itu brutal dan pada akhirnya dihindari konsumen. Mereka akan membeli sawit Malaysia. Sawit Indonesia harus dijual dulu dan dilabeli ramah lingkungan di Malaysia agar bisa laku di pasar dunia. Ini hanyalah pengulangan dari kejahatan illegal logging. Hutan Indonesia dibabat, kayunya dijual ke Malaysia dengan harga murah dan kemudian mendapatkan sertifikat ekolabel, kemudian dijual ke pasar dunia sebagai produk Malaysia yang ramah lingkungan. MKH Berhad menguji integritas penegak hukum Indonesia. Mereka menguji kesabaran dan keberanian bangsa Indonesia. Di saat penyelidikan pembantaian orangutan sedang berlangsung, 1 (satu) orangutan dewasa malah ditemukan babak belur di kawasan perkebunan mereka. Hukum dan Undang-undang nomor 5 Tahun 1990 mengenai Konservasi Sumberdaya Alam Hayati dan Ekosistemnya diinjak-injak oleh MKH Berhad. Cukup adalah cukup. Saatnya MKH Berhad dan perusahaan-perusahaan Malaysia hengkang dari Indonesia. Sudah cukup mereka membuat masalah bagi Indonesia. Pernyatan ini disampaikan dalam protes yang digelar di depan Kedutaan Besar Malaysia. Para relawan

COP mengenakan kostum Hanoman, Jaya Anggodo, Suwido. Mereka adalah para kstaria kera dalam dunia wayang. Untuk wawancara dan informasi lebih lanjut, harap menghubungi: Daniek Hendarto, Orangutan Campaigner COP.

You might also like