You are on page 1of 15

PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA

PEMANFAATAN SAMPAH ORGANIK SEBAGAI BAHAN BAKU


PEMBUATAN ASAM SULFAT


BIDANG KEGIATAN :
PKM -GT




Diusulkan oleh:
Dita Ningtias 209331420873/angkatan 2009







UNIVERSITAS NEGERI MALANG
MALANG
2011

HALAMAN PENGESAHAN USUL PKM-GT



1. Judul Kegiatan : PemanIaatan Sampah Organik Sebagai
Bahan Baku Pembuatan Asam SulIat
2. Bidang Kegiatan : ( ) PKM-AI ( \ ) PKM-GT
3. Ketua Pelaksana Kegiatan
a. Nama Lengkap : Dita Ningtias
b. NIM : 209331420873
c. Jurusan : Kimia
d. Universitas : Universitas Negeri Malang
e. Alamat Rumah dan Tel/HP : RT/RW 03/01 Desa Olak-alen Kec.
Selorejo, Blitar
085646298984
I. Alamat email : ningtyasdeitayahoo.co.id
4. Anggota Pelaksana Kegiatan : 1 orang
5. Dosen Pendamping
a. Nama Lengkap dan Gelar : Darsono Sigit
b. NIP : 19650316 198001 1 001
c. Alamat Rumah dan Telp/HP : Perum Lawang Indah B-13/08123315404

Malang, 21 Februari 2011
Menyetujui,
a.n. Ketua Jurusan Kimia Ketua Pelaksana Kegiatan

(Dr.H. Sutrisno, M.Si) (Dita Ningtias)
NIP 196003111988031003 NIM 209331420873

Pembantu Rektor Dosen Pendamping
Bidang Kemahasiswaan III

(Drs. Kadim Masjkur, M.Pd.) (Darsono Sigit)
NIP 195412161981021001 NIP 19650316 198001 1 001

KATA PENGANTAR

Ucapan puji syukur sudah sepatutnya penulis ucapkan kepada Tuhan Yang
Maha Esa yang selalu memberikan limpahan rahmat kesehatan, kekuatan dan
kesabaran serta petunjuk dan bimbingan-Nya kepada penulis sehingga penulis
dapat melaksanakan dan menyelesaikan karya tulis ilmiah dengan judul
'PemanIaatan Sampah Organik Sebagai Bahan Baku Pembuatan Asam SulIat.
Dalam upaya penyusunan karya tulis ini penulis menyadari bahwa kelancaran
penyusunan karya tulis ini adalah berkat bantuan dan motivasi dari berbagai
pihak. Oleh karena itu penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada pihak-
pihak yang telah membantu dalam kelancaran penyusunan karya tulis ilmiah ini,
terutama kepada :
1. Drs. Kadim Masjkur, M.Pd selaku Pembantu Rektor Bidang
Kemahasiswaan,
2. Dra. Susilowati, M.S. selaku Pembantu Dekan Bidang Kemahasiswaan,
3. Darsono Sigit selaku Dosen Pendamping,
4. Kedua orangtua dan saudara-saudara kami yang selalu memberikan
dukungan serta doanya,
5. Teman-teman kami yang telah memberikan sumbangan pemikiran dan
dorongan,
6. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah
memberikan bantuan materiil maupun spiritual.
Dalam penyusunan karya tulis ini, penulis telah berusaha menyajikan yang
terbaik. Namun penulis menyadari bahwa dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini
masih jauh dari sempurna. Karena itu penulis sangat berharap akan kritik dan
saran serta masukan yang bersiIat membangun demi kesempurnaan karya tulis ini.
Akhirnya penulis berharap semoga karya tulis ilmiah ini dapat
memberikan inIormasi serta mempunyai nilai manIaat bagi semua pihak sesuai
dengan yang penulis harapkan.
Malang, 21 Februari 2011

Penulis

DAFTAR ISI


Halaman
LEMBAR PENGESAHAN................................................................... ii
KATA PENGANTAR .......................................................................... iii
DAFTAR ISI.......................................................................................... iv
RINGKASAN KARYA TULIS............................................................. vii
PENDAHULUAN
Latar Belakang ................................................................................ 1
Tujuan Pembahasan......................................................................... 2
ManIaat Penulisan............................................................................ 2
GAGASAN
Kondisi Kekinian Sampah Organik ................................................. 3
Pengolahan Sampah Organik di Indonesia....................................... 4
Perbaikan Kondis yang sudah Ada................................................... 7
Pihak-Pihak yang dapat Membantu Mengimplementasikan............ 9
Langkah-Langkah Strategis untuk Mengimplementasikan gagasan 9
KESIMPULAN...................................................................................... 10
DAFTAR PUSTAKA............................................................................ 11
DAFTAR RIWAYAT HIDUP PENULIS
Ketua Kelompok............................................................................. 13









Ringkasan
Banyaknya jumlah sampah organik yang dihasilkan tiap rumah setiap
harinya akan memperparah kondisi lingkungan di kota Malang. Selain
menimbulkan bau yang tidak sedap juga dapat menimbulkan penyakit dan lebih
parahnya lagi dapat menyebabkan banjir. Pengolahan sampah organik yang
selama ini dilakukan hanyalah mengubahnya menjadi pupuk organik. Tapi pada
kenyataannya hanya sedikit yang melakukan hal tersebut, kebanyakan yang sering
dilakukan hanyalah membiarkannya sampai membusuk atau membakarnya. Dan
hal ini sangatlah tidak menguntungkan karena hanya memperburuk kondisi
lingkungan saja. Namun jika sampah tersebut diolah dengan benar misalkan saja
sebagai bahan baku pembuat asam sulIat tentunya akan sangat menguntungkan.
Di era global ini kebutuhan asam sulIat sebagai bahan yang paling banyak
digunakan dalam proses industri.
Sampah organik dapat dimanIaatkan sebagai bahan baku pembuatan asam
sulIat karena menghasilkan gas H
2
S dan SO
2
yang merupakan bahan untuk
membuat asam sulIat.
Teknik untuk mengimplementasikan gagasan ini adalah dengan
memperhatikan kontribusi dan keterkaitan beberapa pihak yang dapat membantu
sehingga proses pembuatan asam sulIat dapat berjalan dengan baik.
Asam sulIat dari sampah organik ini juga murah dan dapat membantu
mengurangi masalah pencemaran lingkungan karena memanIaatkan gas-gas
beracun yang dikeluarkan sampah organik pada proses pembuatannya.









PENDAHULUAN
Latar Belakang
Di kota-kota besar seperti Malang, Jakarta, Surabaya dan lain-lain banyak
sekali sampah yang dihasilkan tiap rumah perharinya. Dan sebagian besar sampah
yang dihasilkan berupa sampah organik, yang berasal dari sisa makanan seperti
sayur dan buah. Pada kenyataannya warga hanya mengumpulkan dan menaruh
sampah tersebut didepan rumah. Kemudian petugas kebersihan datang untuk
mengambil sampah-sampah tersebut dan mengumpulkanya di TPA. Dan tidak ada
tindak lanjut untuk mengolah atau memanIaatkan sampah-sampah tersebut untuk
menjadi suatu yang berguna.
Khususnya pada sampah organik, kebanyakan pemulung sampah hanya
mengambil sampah-sampah anorganik seperti plastik dan kaleng. Sementara
sampah-sampah organik cenderung dibiarkan begitu saja sampai membusuk.
Sehingga sering menimbulkan bau yang tidak sedap, sehingga mengganggu
kenyamanan dan kesehatan masyarakat yang berada di sekitar TPA tersebut.
Daun-daunan, batang pohon, kulit buah, dan segala macam yang berasal
dari tumbuh-tumbuhan sering disebut dengan sampah organik. Seperti tumbuhan
sampah organik juga mengandung mineral-mineral seperti C, N, P,dan S. Dan jika
sampah tersebut membusuk akan menghasilkan senyawa asam dan juga
mengeluarkan gas H
2
S yang berasal dari mineral dalam tumbuhan yang bereaksi
dengan air dan udara.
Gas H
2
S ini adalah gas yang tidak berwarna, berbau seperti telur busuk, dan
beracun. Dan sebab itu gas H
2
S sangat berbahaya, konsentrasi hingga 10 ppm di
udara dapat menyebabkan kematian. Namun gas ini dapat dimanIaatkan sebagai
bahan baku pembuatan asam sulIat, selain dari gas alam yang semakin berkurang
jumlahnya.
Jika hal ini dapat ditangani dengan tepat maka, gas dari sampah-sampah
organik yang membusuk tersebut dapat dimanIaatkan untuk bahan baku dalam
pembuatan gas H
2
S sebagai bahan baku pembuatan asam sulIat.
Dari latar belakang inilah penulis ingin memperkenalkan suatu solusi untuk
mengolah gas yang berasal dari sampah organik tersebut sebagai bahan baku
pembuatan asam sulIat. Sehubungan dengan pamakaiannya yang sangat banyak

terutama dalam industri. Asam sulIat sering digunakan sebagai bahan untuk
memproduksi pupuk, superIosIat, dan ammonium. Selain itu asam sulIat berguna
untuk pembuatan cat, pembuatan asam yang lain, pembuatan detergen,
pembersihan petroleum, ekstraksi alkena, zat warna, bahan peledak, obat-obatan,
metalurgi dan masih banyak lagi.

Tujuan
Berdasarkan permasalahan yang diuraikan sebelumnya, maka tujuan yang
ingin dicapai dalam penulisan karya tulis ini adalah :
1. Menjelaskan zat-zat yang terkandung dalam sampah organik yang
dapat dimanIaatkan sebagai bahan baku asam sulIat.
2. Menjelaskan langkah-langkah pembuatan asam sulIat dari sampah
organik.
3. Menjelaskan manIaat yang diperoleh dari sampah organik sebagai
bahan baku pembuatan asam sulIat.

Manfaat
ManIaat yang dapat diperoleh berdasarkan tujuan diatas adalah sebagai
berikut :
Bagi penulis
merupakan suatu kesempatan untuk mengaplikasikan pengetahuan yang
diperoleh di kampus untuk memecahkan masalah yang ada di masyarakat
melalui suatu wacana mengenai pemanIaatan sampah organik sebagai bahan
baku pembuatan asam sulIat.
Bagi masyarakat
memperoleh inIormasi mengenai penyediaan asam sulIat dari bahan baku
sampah organik agar dapat digunakan untuk keperluan industri rumahan atau
kecil.
Bagi Ilmuwan
membuka peluang penelitian mengenai pembuatan asam sulIat dari bahan
baku asam sulIat dan aplikasi dalam dunia industri.

GAGASAN
Kondisi Kekinian Sampah Organik
Dinas Kebersihan DKI Jakarta pernah melaporkan data produksi sampah di
Jakarta mencapai 6.000 ton per hari. Adapun persentase sampah organik seperti
sisa makanan, sayuran, buah-buahan, kertas, kayu mencapai 65,05 persen.
Sedangkan sampah non-organik seperti plastik, styroIoam, dan besi, sekitar 34,95
persen.
Besarnya produksi sampah di Jakarta maupun daerah lain di Indonesia
lantaran selama ini kebanyakan masyarakat mengelolanya dengan pendekatan
akhir. Artinya sampah dikumpulkan, diangkut, dan dibuang ke tempat
pembuangan akhir (TPA) sampah. Celakanya, sekitar 450 TPA sampah di
Indonesia masih menerapkan cara pembuangan sampah generasi pertama yang
dikenal sistem open dumping. Sistem ini menerapkan pembuangan sampah
dengan cara menimbunnya di tanah lapang terbuka.
Padahal, timbunan sampah dengan volume yang besar di TPA rentan
menimbulkan masalah lingkungan seperti pencemaran udara, air, dan tanah.
Pencemaran tersebut berisiko terhadap kesehatan masyarakat di sekitar TPA.
Bahkan, dapat menyebabkan risiko sosial karena timbunan sampah yang sangat
labil dapat longsor secara tiba-tiba.
Salah satu upaya untuk mengurangi limbah tersebut adalah dengan
mengintegrasikan pengolahan sampah organik yang lebih baik dan eIisien dengan
memanIaatkannya sebagai bahan baku pembuatan asam sulIat. Hal ini berguna
untuk menutupi sumber belerang yang semakin berkurang dan juga mengurangi
masalah penanggulangan sampah di Indonesia. Asam sulIat banyak digunakan
dalam proses industri sehingga keberadaannya sangat penting untuk perindustrian
di Indonesia. Oleh karena itu diperlukan suatu teknologi untuk mengolah gas-gas
dalam sampah organik yang berupa H
2
S dan SO
2
tersebut untuk membuat asam
sulIat.

Pengolahan Sampah Organik di Indonesia
Sekitar 450 TPA sampah di Indonesia masih menerapkan cara pembuangan
sampah generasi pertama yang dikenal sistem open dumping. Sistem ini

menerapkan pembuangan sampah dengan cara menimbunnya di tanah lapang


terbuka.
Padahal, timbunan sampah dengan volume yang besar di TPA rentan
menimbulkan masalah lingkungan seperti pencemaran udara, air, dan tanah.
Pencemaran tersebut berisiko terhadap kesehatan masyarakat di sekitar TPA.
Bahkan, dapat menyebabkan risiko sosial karena timbunan sampah yang sangat
labil dapat longsor secara tiba-tiba.
Dari semua teknologi yang ditawarkan diatas tadi selalu menghadapi
masalah yang sama yaitu masalah pencemaran. Untuk mengatasi kendala ini perlu
dilakukan perubahan dalam sistem pengolahan sampah dengan menutupi sampah
yang telah dikumpulkan dengan plastik berukuran raksasa dan pada bagian tengah
di plastik tersebut diberi lubang dengan ukuran tertentu di tengah-tengah plastik
tersebut dan menghubungkannya dengan wadah yang menyerupai balon. Seiring
dengan berjalannya waktu maka panas akan mempercepat reaksi pembusukan
sampah-sampah organik. Kemudian gas-gas yang dikeluarkan dari sampah
organik tersebut dimurnikan terlebih dahulu dengan sistem puriIikasi untuk
mendapatkan gas H
2
S dan SO
2
. Setelah itu gas-gas tersebut dialirkan ke sebuah
mesin untuk dilakukan pengolahan lebih lanjut menjadi asam sulIat.

Perbaikan Kondisi Yang Sudah Ada
Melihat banyaknya masalah yang ditimbulkan oleh penimbunan sampah,
maka dapat dilakukan langkah-langkah sebagai berikut. Pertama-tama petugas
kebersihan harus memisahkan terlebih dahulu antara sampah organik dan
anorganik. Kemudian untuk sampah organik dikumpulkan pada tempat tersendiri
kemudian menutupi sampah yang telah dikumpulkan dengan plastik berukuran
raksasa dan pada bagian tengah di plastik tersebut diberi lubang dengan ukuran
tertentu di tengah-tengah plastik tersebut dan menghubungkannya dengan wadah
yang menyerupai balon. Seiring dengan berjalannya waktu maka panas akan
mempercepat reaksi pembusukan sampah-sampah organik. Kemudian gas-gas
yang dikeluarkan dari sampah organik tersebut dimurnikan terlebih dahulu dengan
sistem puriIikasi untuk mendapatkan gas H
2
S dan SO
2
. Setelah itu gas dari balon
tersebut dibakar sehingga menghasilkan belerang namun selanjutnya belerang

tersebut juga terbakar dan membentuk belerang dioksida. Reaksi yang terjadi
dapat diringkas sebagai berikut dengan menggunakan proses kontak.
Pada proses kontak bahan yang dipakai adalah belerang murni yang dibakar
di udara. Namun pada hal ini yang digunakan adalah gas H
2
S dan SO
2
, sedangkan
senyawa yang dihasilkan tetaplah sama yaitu :
S O
2
SO
2

Dalam proses kontak, suatu campuran belerang dioksida kering dan udara
kering, dialirkan melalui katalis vanadium pentaoksida, V
2
O
5
, pada suhu sekitar
430C. Reaksi ini eksotermis, dan oleh sebab itu suhu cepat naik hingga mencapai
600C, dan karena itu campuran gas itu didinginkan hingga mencapai suhu semula
dengan cara melewatkan pada sebuah penukar panas (panas yang dikeluarkan ini
dipakai untuk memanaskan campuran awal). Pada tahap seperti ini, konversi
belerang dioksida menjadi belerang trioksida dapat mencapai sekitar 66.
Campuran gas ini dilewatkan melalui tiga konvertor lagi. Pada tiap tahapan, gas
yang mengalir didinginkan menjadi 430C. Dan gas yang keluar dari konvertor
terakhir, dimana konversi telah mencapai sekitar 98 untuk menghasilkan asam
sulIat 100, atau menjadi asam sulIat berasap. Pengenceran asam sulIat berasap
ini dengan air akan menghasilkan asam sulIat.
SO
2
yang terbentuk dioksidasi di udara dengan memakai katalisator :
2 SO
2
O
2
2SO
3
AH-196 kJmol
-1

Katalis yang dipakai adalah vanadium penta-oksida (V
2
O
5
).
Makin rendah suhunya maka makin banyak SO
3
yang dihasilkan, tapi
reaksi yang berjalan lambat.
SO
3(g)
H
2
SO
4(l)
H
2
S
2
O
7(l)
H
2
S
2
O
7(l)
H
2
O
(l)
2H
2
SO
4(l)

Untuk mengurangi polusi yang disebabkan oleh SO
2
yang tidak mengalami
perubahan, di dalam proses yang modern, perencanaan didesain untuk menyerap
belerang trioksida dari aliran gas oleh asam sulIat pekat, dilakukan setelah
campuran gas keluar dari konvertor ketiga. Belerang dioksida yang belum
teroksidasi bersama udara dimasukkan ke konvertor keempat dan kemudian
sejumlah belerang trioksida yang terbentuk diserapkan lagi dalam asam sulIat.

Dalam modiIikasi sistem seperti ini, sekitar 0,05 belerang dioksida tetap tidak
terkonversi, dan akan lepas ke udara.
Reaksi konversi diatas terjadi dengan pengurangan volume, dan karena itu
suatu kenaikan tekanan akan dapat menaikkan hasil konversi pada kesetimbangan,
juga kenaikan laju reaksi. Karena baik hasil maupun laju reaksi cukup memuaskan
pada suatu tekanan sedikit di atas tekanan udara, maka tidak diperlukan ekstra
belanja guna pembuatan peralatan bertekanan tinggi.

Pihak-Pihak yang Dapat Membantu Mengaplikasikan
Untuk mendukung pengelolaan pemanIaatan sampah organik sebagai
bahan baku pembuatan asam sulIat maka diperlukan peranan pihak-pihak yang
terkait mengenai pengelolaan pemanIaatan sampah organik guna
mengimplementasikan gagasan dan uraian di atas. Pihak terkait itu dapat dimulai
dari :
Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT)
Dalam perannya melaksanakan pengkajian dan perakitan teknologi
pengelolaan sampah. Perlunya diadakan penyuluhan bagi masyarakat
untuk memisahkan antara sampah organik dan anorganik terlebih dahulu
jika membuangnya dan pusat perindustrian untuk mengolah gas-gas dari
sampah organik tersebut sebagai bahan baku pembuatan asam sulIat.
Pabrik dan pusat industri pembuatan asam sulIat
Untuk mengurangi anggaran dari membeli belerang maka dapat
menggantinya dengan gas-gas H
2
S dan SO
2
yang berasal dari sampah
organik.

Langkah-Langkah Strategis
Adapun langkah-langkah yang seharusnya dilaksanakan agar optimalisasi
pemanIaatan sampah organik sebagai bahan baku pembuatan asam sulIat dapat
terlaksana dan dapat diterapkan masyarakat adalah:
Pertama, dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai cara yang tepat untuk
memperoleh gas H
2
S dan SO
2
dari sampah organik. Penelitian ini diharapkan
dapat mengetahui kadar atau konsentrasi gas yang diperoleh dari sampah organik

setiap satuan massa sehingga hasilnya menjadi lebih optimal. Selain itu juga akan
diketahui dengan pasti hasil asam sulIat yang dapat diperoleh dari gas H
2
S dan
SO
2
. Penelitian ini dapat dilakukan di lembaga-lembaga penelitian yang
berhubungan dengan teknologi pengolahan sampah organik.
Adapun proses pembuatan asam sulIat dari gas H
2
S dan SO
2
yang berasal
dari sampah organik. Pertama-tama petugas kebersihan harus memisahkan
terlebih dahulu antara sampah organik dan anorganik. Kemudian untuk sampah
organik dikumpulkan pada tempat tersendiri kemudian menutupi sampah yang
telah dikumpulkan dengan plastik berukuran raksasa dan pada bagian tengah di
plastik tersebut diberi lubang dengan ukuran tertentu di tengah-tengah plastik
tersebut dan menghubungkannya dengan wadah yang menyerupai balon. Seiring
dengan berjalannya waktu maka panas akan mempercepat reaksi pembusukan
sampah-sampah organik. Kemudian gas-gas yang dikeluarkan dari sampah
organik tersebut dimurnikan terlebih dahulu dengan sistem puriIikasi untuk
mendapatkan gas H
2
S dan SO
2
. Setelah itu gas dari balon tersebut dibakar
sehingga menghasilkan belerang namun selanjutnya belerang tersebut juga
terbakar dan membentuk belerang dioksida. Reaksi yang terjadi dapat diringkas
sebagai berikut dengan menggunakan proses kontak.
Pada proses kontak bahan yang dipakai adalah belerang murni yang dibakar
di udara. Namun pada hal ini yang digunakan adalah gas H
2
S dan SO
2
, sedangkan
senyawa yang dihasilkan tetaplah sama yaitu :
S O
2
SO
2

Dalam proses kontak, suatu campuran belerang dioksida kering dan udara
kering, dialirkan melalui katalis vanadium pentaoksida, V
2
O
5
, pada suhu sekitar
430C. Reaksi ini eksotermis, dan oleh sebab itu suhu cepat naik hingga mencapai
600C, dan karena itu campuran gas itu didinginkan hingga mencapai suhu semula
dengan cara melewatkan pada sebuah penukar panas (panas yang dikeluarkan ini
dipakai untuk memanaskan campuran awal). Pada tahap seperti ini, konversi
belerang dioksida menjadi belerang trioksida dapat mencapai sekitar 66.
Campuran gas ini dilewatkan melalui tiga konvertor lagi. Pada tiap tahapan, gas
yang mengalir didinginkan menjadi 430C. Dan gas yang keluar dari konvertor
terakhir, dimana konversi telah mencapai sekitar 98 untuk menghasilkan asam

sulIat 100, atau menjadi asam sulIat berasap. Pengenceran asam sulIat berasap
ini dengan air akan menghasilkan asam sulIat.
Setelah didapatkan asam sulIat dengan hasil sesuai yang diharapkan, maka
langkah selanjutnya adalah implementasi penggunaan asam sulIat di pabrik-pabrik
atau industri. Hal ini dapat diwujudkan dengan memberikan penyuluhan kepada
industri bahwa penggunaan sampah organik sebagai bahan baku pembuatan asam
sulIat merupakan upaya yang sangat bermanIaat dalam mengoptimalkan
pemakaian sumber daya alam yang terbarukan. Dengan memanIaatkan gas H
2
S
dan SO
2
yang merupakan gas beracun dapat mengurangi bahaya yang
ditimbulkannya ke lingkungan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sampah
yang dihasilkan oleh tiap TPA hanya untuk ditimbun saja. Dan sering
menimbulkan masalah seperti pencemaran udara, tanah dan air. Oleh karena itu
pengolahan gas dari sampah organik perlu galakkan agar dapat mengurangi
masalah pencemaran lingkungan. ManIaat dari asam sulIat sangat banyak
diantaranya adalah asam sulIat sering digunakan sebagai bahan untuk
memproduksi pupuk, superIosIat, dan ammonium. Selain itu asam sulIat berguna
untuk pembuatan cat, pembuatan asam yang lain, pembuatan detergen,
pembersihan petroleum, ekstraksi alkena, zat warna, bahan peledak, obat-obatan,
metalurgi dan masih banyak lagi.
Langkah terakhir setelah asam sulIat dari sampah organik ini dapat
diterima oleh industri adalah dengan mengoptimalkan pembuatan asam sulIat
tersebut. Hal ini dapat dilaksanakan dengan mengoptimalkan pemanIaatan asam
sulIat dari sampah di Indonesia. Karena selain akan mengurangi pencemaran
limbah, juga akan bermanIaat dari segi meningkatkan ekonomi industri.

KESIMPULAN
Sampah organik dapat dimanIaatkan sebagai bahan baku pembuatan asam
sulIat karena menghasilkan gas H
2
S dan SO
2
yang merupakan bahan untuk
membuat asam sulIat.
Teknik untuk mengimplementasikan gagasan ini adalah dengan
memperhatikan kontribusi dan keterkaitan beberapa pihak yang dapat membantu
sehingga proses pembuatan asam sulIat dapat berjalan dengan baik.

Asam sulIat dari sampah organik ini juga murah dan dapat membantu
mengurangi masalah pencemaran lingkungan karena memanIaatkan gas-gas
beracun yang dikeluarkan sampah organik pada proses pembuatannya.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2010. Evolusi Teknologi Pengolahan Sampah . (online),
(http://www.garutwaste.blogspot.com /, 13 Februari 2011)

Yoshito Takeuchi. 2009. Sintesis bahan anorganik industri. (online),
(http://www. Chem-Is-Try.Org /, 13 Februari 2011)

Anonim. 2011. Asam sulfat. (online),


(http://www. Wikipedia.com /, 13 Februari 2011)

Nitiatmodjo, Maksum. 2003 . imia Anorganik 1. Malang. FMIPA IKIP


MALANG

DAFTAR RIWAYAT HIDUP


Nama Lengkap : Dita Ningtias
Tempat, tanggal lahir : Blitar, 23 Januari 1991
Alamat asal : RT/RW 03/01 Desa Olak-alen Kec. Selorejo, Blitar
Alamat di Malang : Jl. Terusan Ambarawa nomor 20
Email : ningtyasdeitayahoo.co.id
No. HP : 085646298984

Malang, 21 Februari 2011


Dita Ningtias
NIM 209331420873

You might also like