You are on page 1of 24

MAKALAH SEMINAR

SISTEM PERSEPSI DAN SENSORI


TENTANG
KATARAK

Di Susun Oleh :

1. Dinny Tri Radiantari 1080200032
2. Endang Purnamasari 1080200040
3. Hamida 1080200048
4. Fitri Marlova Sari 1080200044
5. Hesti Yunike 1080200052
6. Ilham Pratama 1080200056
7. Irma Apriliani 1080200060

AKULTAS KESEHATAN
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BENGKULU
2011

KATA PENGANTAR
Alhamdulillah puji dan syukur kami panjatkan pada Tuhan yang maha
Esa karena berkat rahmat dan hidayah-Nya lah kami dapat menyusun makalah
Seminar Sistem Persepsi dan Sensori yang berjudul %# dengan
semampu kami walaupun masih banyak kekurangan yang masih perlu
diperbaiki.
Tak lupa pula penyusun sampaikan banyak terima kasih kepada semua
teman kelompok yang turut berpartisipasi dalam proses penyusunan tugas
makalah ini, karena penulis sadar sebagai makhluk sosial penulis tidak bisa
berbuat banyak tanpa ada interaksi dengan orang lain dan tanpa adanya
bimbingan, serta rahmat dan karunia dari Nya.
Kami menyadari bahwa makalah kami masih banyak kekurangan dan
jauh dari sempurna. Oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran yang
bersiIat membangun Akhir kata semoga makalah ini bermanIaat bagi kita
semua.

Bengkulu, Oktober 2011


Penyusun

DATAR ISI
Halaman

Halaman
Judul......................................................................................................1
KATA PENGANTAR........................2
DAFTAR ISI .......................3
BAB I PENDAHULUAN
A.Latar Belakang ..........................................5
B. Rumusan Masalah.......................................................................5
C. Tujuan.........................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN
A. DeIinisi .......................6
B. Etiologi..........................................................................................7
C. PatoIisiologi..................................................................................7
D. ManiIestasi Klinis.........................................................................8
E. Pemeriksaan Fisik............. .........9
F.Penatalaksanaan..........................................9
H. Asuhan Keperawatan....................................................................10
a. Pengkajian......................10
b. Pemeriksaan Diagnostik............................................................11

c. Diagnosa Keperawatan................12
d. Intervensi Keperawatan....................................16
e. Evaluasi Keperawatan................21
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan.......................22
B. Saran........................23
DaItar Pustaka.......................24

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Katarak ialah sejenis gangguan mata yang cukup meresahkan dan
merupakan salah satu penyebab dasar dari kebutaan, mata katarak dipicu oleh
adanya gangguan lensa mata yang keruh sehingga dapat menghambat dan
menutupi lensa mata dalam menerima cahaya yang masuk. Kekeruhan pada
mata katarak dapat diakibatkan karena hidrasi (kelebihan cairan pada lensa )
dan denaturasi protein pada lensa, pada umumnya mata katarak hanya
mengenai satu mata saja.
Katarak adalah kekeruhan (Opasitas) dari lensa yang tidak dapat
menggambarkan obyek dengan jelas di retina.

B.Rumusan Masalah
1. Untuk mengetahui lebih jauh tentang katarak
2. Agar Mahasiswa lebih memahami tanda dan gejala katarak
.Tujuan
Untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan perawat dalam
memberikan asuhan keperawatan pada pasien dengan penyakit Katarak
dan sebagai bahan literatur bagi mahasiswa keperawatan.


BAB II
PEMBAHASAN
A.Definisi

Katarak adalah nama yang diberikan untuk kekeruhan lensa yang
mengakibatkan pengurangan visus oleh suatu tabir/layar yang diturunkan di
dalam mata, seperti melihat air terjun.
Jenis katarak yang paling sering ditemukan adalah katarak senilis dan
katarak senilis ini merupakan proses degeneratiI (kemunduran ). Perubahan
yang terjadi bersamaan dengan presbiopi, tetapi disamping itu juga menjadi
kuning warnanya dan keruh, yang akan mengganggu pembiasan cahaya.
Walaupun disebut katarak senilis tetapi perubahan tadi dapat terjadi
pada umur pertengahan, pada umur 70 tahun sebagian individu telah

mengalami perubahan lensa walau mungkin hanya menyebabkan sedikit


gangguan penglihatan.
B.Etiologi
1. Ketuaan ( Katarak Senilis )
2. Trauma
3. Penyakit mata lain ( Uveitis )
4. Penyakit sistemik (DM)
5. DeIek kongenital ( salah satu kelainan herediter sebagai akibat dari
inIeksi virus prenatal, seperti German Measles )

.Patofisiologi

Lensa yang normal adalah struktur posterior iris yang jernih, transparan,
berbentuk
seperti kancing baju, mempunyai kekuatan reIraksi yang besar. Lensa
mengandung tiga komponen anatomis. Pada zona sentral terdapat nukleus, di
periIer ada korteks, dan yan mengelilingi keduanya adalah kapsula anterior
dan posterior. Dengan bertambahnya usia, nukleus mengalami perubahan
warna menjadi coklat kekuningan . Di sekitar opasitas terdapat densitas seperti
duri di anterior dan poterior nukleus. Opasitaspada kapsul poterior merupakan
bentuk katarak yang paling bermakna seperti kristal salju.
Perubahan Iisik dan kimia dalam lensa mengakibatkan hilangnya
traansparansi. Perubahan dalam serabut halus multipel (zonula) yang
memaenjang dari badan silier ke sekitar daerah di luar lensa. Perubahan kimia

dalam protein lensa dapat menyebabkan koagulasi, sehingga mengabutkan


pandangan dengan menghambat jalannya cahaya ke retina. Salah satu teori
menyebutkan terputusnya protein lensa normal disertai inIluks air ke dalam
lensa. Proses ini mematahkan serabut lensa yang tegang dan mengganggu
transmisi sinar. Teori lain mengatakan bahwa suatu enzim mempunyai peran
dalam melindungi lensa dari degenerasi. Jumlah enzim akan menurun dengan
bertambahnya usia dan tidak ada pada kebanyakan pasien yang menderita
katarak.
Katarak bisa terjaadi bilateral, dapat disebabkan oleh kejadian trauma
atau sistemis (diabetes) tetapi paling sering karena adanya proses penuaan
yang normal. Faktor yang paling sering berperan dalam terjadinya katarak
meliputi radiasi sinar UV, obat-obatan, alkohol, merokok, dan asupan vitamin
antioksidan yang kurang dalam jangka waktu yang lama.

D.Manifestasi Klinis
Katarak didiagnosis terutama dengan gejala subjektiI. Biasanya klien
melaporkan penurunan ketajaman penglihatan dan silau serta gangguan
Iungsional sampai derajat tertentu yang diakibatkan oleh kehilangan
penglihatan tadi. Temuan objektiI biasanya meliputi pengembunann seperti
mutiara keabuan pada pupil sehingga retina tak akan tampak dengan
oItalmoskop. Ketika lensa sudah menjadi opak, cahaya akan dipendarkan dan
bukannya ditransmisikan dengan tajam menjadi bayangan terIokus pada
retina.

Hasilnya adalah pendangan menjadi kabur atau redup, emnyilaukan


yang menjengkelkan dengan distorsi bayangan dan susah melihat di malam
hari. Pupil yang normalnya hitam akan tampak abu-abu atau putih.

E.Pemeriksaan isik
a. Keratometri
b. OItalmoskop
c. A-Scan Ultrasoundm (Echography)
d. Hitung sel endotel

. Penatalaksanaan
Bila penglihatan dapat dikoreksi dengan dilator pupil dan reIraksi kuat
sampai ke titik di mana pasien melakukan aktivitas sehari-hari, maka
penanganan biasanya konservatiI.
Pembedahan diindikasikan bagi mereka yang memerlukan penglihatan
akut untuk bekerja ataupun keamanan. Biasanya diindikasikan bila koreksi
tajam penglihatan yang terbaik yang dapat dicapai adalah 20/50 atau lebih
buruk lagi bila ketajaman pandang mempengaruhi keamanan atau kualitas
hidup, atau bila visualisasi segmen posterior sangat perlu untuk mengevaluasi
perkembangan berbagai penyakit retina atau sarI optikus, seperti diabetes dan
glaukoma.

Ada 2 macam teknik pembedahan ;


1. Ekstraksi katarak intrakapsuler
Adalah pengangkatan seluruh lensa sebagai satu kesatuan.
2. Ekstraksi katarak ekstrakapsuler
Merupakan tehnik yang lebih disukai dan mencapai sampai 98
pembedahan katarak. Mikroskop digunakan untuk melihat struktur
mata selama pembedahan.

G.Asuhan Keperawatan
a. Pengkajian

1. AktiIitas Istirahat
Perubahan aktiIitas biasanya/hobi sehubungan dengan gangguan
penglihatan.

2. Neurosensori
Gangguan penglihatan kabur/tak jelas, sinar terang menyababkan silau
dengan kehilangan bertahap penglihatan periIer, kesulitan
memIokuskan kerja dengan dekat/merasa diruang gelap. Penglihatan
berawan/kabur, tampak lingkaran cahaya/pelangi di sekitar sinar,
perubahan kacamata, pengobatan tidak memperbaiki penglihatan,
IotoIobia ( glukoma akut ).

Tanda : Tampak kecoklatan atau putih susu pada pupil (katarak), pupil
menyempit dan merah/mata keras dan kornea berawan (glukoma
darurat, peningkatan air mata.
3. Nyeri / Kenyamanan
Ketidaknyamanan ringan / mata berair. Nyeri tiba-tiba / berat menetap
atau tekanan pada atau sekitar mata, sakit kepala

-. Pemeriksaan diagnostic
1. Kartu mata snellen /mesin telebinokuler : mungkin terganggu
dengan kerusakan kornea, lensa, akueus/vitreus humor, kesalahan
reIraksi, penyakit sistem saraI, penglihatan ke retina.
2. Lapang Penglihatan : penuruan mngkin karena massa tumor,
karotis, glukoma.
3. Pengukuran TonograIi : TIO (12 25 mmHg)
4. Pengukuran Gonioskopi membedakan sudut terbuka dari sudut
tertutup glukoma.
5. Tes ProvokatiI : menentukan adanya/ tipe gllukoma
6. OItalmoskopi : mengkaji struktur internal okuler, atroIi lempeng
optik, papiledema, perdarahan.
7. Darah lengkap, LED : menunjukkan anemi sistemik / inIeksi.
8. EKG, kolesterol serum, lipid
9. Tes toleransi glukosa : kotrol DM

c. Diagnosa Keperawatan
1. Resiko tinggi terhadap cedera berhubungan dengan kehilangan
vitreus, perdarahan intraokuler, peningkatan TIO ditandai dengan :
Adanya tanda-tanda katarak penurunan ketajaman penglihatan
pandangan kabur, dll
Tujuan :
Menyatakan pemahaman terhadap Iaktor yang terlibat dalam
kemungkinan cedera.
Kriteria hasil :
- Menunjukkan perubahan perilaku, pola hidup untuk menurunkan
Iaktor resiko dan untuk melindungi diri dari cedera.
- Mengubah lingkungan sesuai indikasi untuk meningkatkan
keamanan.
Intervensi :
- Diskusikan apa yang terjadi tentang kondisi paska operasi, nyeri,
pembatasan aktiIitas, penampilan, balutan mata.
- Beri klien posisi bersandar, kepala tinggi, atau miring ke sisi
yang tak sakit sesuai keinginan.
- Batasi aktiIitas seperti menggerakan kepala tiba-tiba, menggaruk
mata, membongkok.

- Ambulasi dengan bantuan : berikan kamar mandi khusus bila


sembuh dari anestesi.
- Dorong naIas dalam, batuk untuk menjaga kebersihan paru.
- Anjurkan menggunakan tehnik manajemen stress.
- Pertahankan perlindungan mata sesuai indikasi.
- Minta klien membedakan antara ketidaknyamanan dan nyeri
tajam tiba-tiba, Selidiki kegelisahan, disorientasi, gangguan
balutan. Observasi hiIema dengan senter sesuai indikasi.
- Observasi pembengkakan lika, bilik anterior kempes, pupil
berbentuk buah pir.
- Berikan obat sesuai indikasi antiemetik, Asetolamid, sikloplegis,
analgesik.

2. Gangguan peersepsi sensori-perseptual penglihatan berhubungan
dengan gangguan penerimaan sensori/status organ indera,
lingkungna secara terapetik dibatasi. Ditandai dengan :
menurunnyaketajaman penglihatan
perubahan respon biasanya terhadap rangsang.
Tujuan :
Meningkatkan ketajaman penglihatan dalam batas situasi individu,
mengenal gangguan sensori dan berkompensasi terhadap perubahan.

Kriteria Hasil :
- Mengenal gangguan sensori dan berkompensasi terhadap
perubahan.
- MengidentiIikasi/memperbaiki potensial bahaya dalam
lingkungan.
Intervensi :
- Tentukan ketajaman penglihatan, catat apakah satu atau dua
mata terlibat.
- Orientasikan klien tehadap lingkungan
- Observasi tanda-tanda disorientasi.
- Pendekatan dari sisi yang tak dioperasi, bicara dengan
menyentuh.
- Perhatikan tentang suram atau penglihatan kabur dan iritasi
mata, dimana dapat terjadi bila menggunakan tetes mata.
- Ingatkan klien menggunakan kacamata katarak yang
tujuannya memperbesar kurang lebih 25 persen, pelihatan
periIer hilang dan buta titik mungkin ada.
- Letakkan barang yang dibutuhkan/posisi bel pemanggil dalam
jangkauan/posisi yang tidak dioperasi.

3. Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis, pengobatan


berhubungan dengan tidak mengenal sumber inIormasi, kurang
terpajan/mengingat, keterbatasan kognitiI, yang ditandai dengan :
pertanyaan/pernyataan salah konsepsi
tak akurat mengikuti instruksi
terjadi komplikasi yang dapat dicegah.

Tujuan :
Klien menunjukkan pemhaman tentang kondisi, proses penyakit dan
pengobatan.
Kriteria Hasil :
Melakukan dengan prosedur benar dan menjelaskan alasan tindakan.
Intervensi :
- Kaji inIormasi tentang kondisi individu, prognosis, tipe prosedur,
lensa.
- Tekankan pentingnya evaluasi perawatan rutin, beritahu untuk
melaporkan - penglihatan berawan.
- InIormasikan klien untuk menghindari tetes mata yang dijual
bebas.

- Diskusikan kemungkinan eIek/interaksi antar obat mata dan


masalah medis klien.
- Anjurkan klien menghindari membaca, berkedip, mengangkat
berat, mengejan saat deIekasi, membongkok pada panggul, dll.
- Dorong aktiIitas pengalihan perhatian.
- Anjurkan klien memeriksa ke dokter tentang aktiIitas seksual,
tentukan kebutuhan tidur menggunakan kacamata pelindung.
- Anjurkan klien tidur terlentang.
- Dorong pemasukkan cairan adekuat.
- IdentiIikasi tanda/gejala memerlukan upaya evaluasi medis,
misal : nyeri tiba-tiba.

d. Intervensi Keperawatan
1.Ketakutan atau ansietas yang -erhu-ungan dengan kerusakan
sensori dan kurangnya pemahaman mengenai perawatan
pascaoperatif, pem-erian o-at.
Kriteria evaluasi: menurunkan stress emosional, ketakutan dan depresi,
penerimaan pembedahan dan pemahaman instruksi.
Kaji derajat dan durasi gangguan visual. Dorong percakapan untuk
mengetahui keprihatinan, perasaan dan tingkat pemahaman.

R/:InIormasi dapat menghilangkan ketakutan yang tidak diketahui.


Orientasika pasien pada lingkungan yang baru.
R/: pengenalan terhadap lingkungan membantu mengurangi ansietas
dan meningkatkan ansietas.
Jelaskan rutinitas operatiI
R/: pasien yang telah mendapat mendapat inIormasi lebih mudah
menerima penanganan dan mematuhi instruksi.
Jelaskan intervensi sedetil-detilnya
R/: pasien yang mengalami gangguan visual bergantung pada masukan
indera lai untuk mendapatkan inIormasi.
Dorong untuk menjalankan kebiasaa hidup seharihari bila mampu.
R/: perawatan diri dan kemandirian akan meningkatkan rasa sehat
Dorong partisipasi keluarga atau orang yang berarti dalam perawatan
pasien.
R/: pasien mungkin tak mampu melakukan semua tugas sehubungan
dengan penanganan dan perawatan diri.
Dorong partisipasi dalam aktivitas sosial dan pengalihan bila
memungkinkan.
R/:isolasi sosial dan waktu luang yang terlau lama dan menimbulkan
perasaan negatiI.


2.Resiko terhadap cedera yang -erhu-ungan dengan kerusakan
penglihatan atau kurang pengetahuan.
Kriteria evaluasi: dapat menurunkan resiko terjadinya cedera.
Bantu pasien ketika mampu melakukan ambulasi pascaoperasi sampai
stabil dan sampai mencapai penglihatan dan ketrampilan koping yang
memadai.
R/: menurunkan resiko jatuh atau cedera ketika langkah sempoyongan
atau tidak mempunyai ketrampilan koping untuk kerusakan penglhatan.
Bantu pasien manata lingkungan
R/: memIasilitasi kemendirian dan menurunkan resiko cedera
Orientasikan pasien pada ruangan
R/: meningkatkan keamanan mobilitas dalam lingkungan.
Bahas perlunya penggunaan perisai metal atau kacamata bila
diperlukan.
R/: temeng logam atau kaca mata melindungi mata terhadap cedera.
Jangan memberikan tekanan pada mata yang terkena trauma
R/:tekanan pada mata dapat menyebabkan kerusakan serius lebih lanjut.
Gunakan prosedur yanga memadai ketika memberikan obat mata.
R/: cedera dapat terjadi bila wadah obat menyentuh mata.

. Resiko tinggi terhadap infeksi -erhu-ungan dengan prosedur


invasif (-edah pengangkatan katarak)
Kriteria evaluasi : menunjukan peningkatan penyembuhan luka tepat
waktu, bebas drainase purulen, eritema dan demam.
Diskusikan pentingnya mencuci tangan sebelum menyentuh/mengobati
mata.
R/:menurunkan jumlah bakteri pada tangan, mencegah kontaminasi area
operasi.
Gunakan teknik yang tepat untuk embersihkan mata dari dalam keluar
dengan tisu basah/bola kapas untuk tiap usapan, ganti balutan, dan
masukan lensa kontak bila menggunakan.
R/:tehnik aseptik menurunkan resiko penyebaran bakteri dan
kontaminasi silang.
Tekankan untuk tidak menyentuh/ menggaruk mata yang dioperasi.
R/: mancegah kontaminasi dan kerusakan sisi operasi
Observasi tanda terjadinya inIeksi.
R/:InIeksi mata terjadi 2-3 hari setelah prosedur dan memerlukan upaya
intervensi.
Berikan obat sesuai indikasi.
R/:Sediaan topikal digunakan secara proIilaksis, dimana terapi lebih
diperlukan bila terjadi inIeksi.

.Nyeri yang -erhu-ungan dengan trauma peningkatan


TIO,inflamas intervensi -edah, atau pem-erian tetes mata dilator.
Kriteria evaluasi:
Berikan obat untuk mengontrol nyeri dan TIO sesuai resep
R/;pemakaian obat sesuai resep akan mengurangi nyeri dan TIO serta
meningkatkan rasa nyaman.
Berikan kompres dingin sesuai permintaan untuk trauma tumpul
R/: mengurangi edema akan mengurangi nyeri. Kurangi tingkat
pencahayaan, cahaya diredupkan, diberi tirai/kain.
R/: tingkat pencahayaan yang lebih rendah lebih nyaman setelah
pembedahan.
Dorong penggunaan kaca mata hitam pada cahaya kuat.
R/: cahaya yang kuat menyebabkan rasa tak nyaman setelah
penggunaan tetes mata dilator.
.Potensial terhadap kurang perawatan diri yang -erhu-ungan
dengan kerusakan penglihatan.
Kriteria evaluasi; Klien dapat memenuhi kebutuhan perawatan diri
Beri instruksi pada pasien atau orang terdekat mengenai tanda dan
gejala koplikasi yang harus dilaporkan segera kepada dokter
R/:penemuan dan penenganan awal komplikasi dapat mengurangi
resiko kerusaka lebih lanjut.
Beri instruksi lisan dan tertulis untuk pasien dan orang yang berarti
mengenai tehnik yang benar memberikan obat.

R/:pemakaian teknik yang benar akan mengurangi resiko inIeksi dan


cedera mata.
Evaluasi perlunya bantuan setelah pemulangan
R/:sumber daya harus tersedia untuk layanan kesehatan, pendamping
dan teman dirumah.
Ajari pasien dan keluarga teknik panduan penglihatan.
R/:memungkinkan tindakan yang aman dalam lingkungan
e. Evaluasi Keperawatan
Disesuaikan dengan tujuan yang telah ditetapkan, menggunakan metode
SOAP








BAB III
PENUTUP
A.Kesimpulan
Pada umumnya penderita mata katarak mengalami gejala yang hampir
sama dengan gangguan mata lainnya, pada awal mulanya mata merasa cepat
lelah, mata berair, mata perih, penglihatan mulai kabur, objek benda dan
cahaya. Namun sebagian besar katarak terjadi karena proses degeneratiI
seiring bertambahnya usia seseorang dan Iaktor tingkat kesehatan atau
penyakit. Rata-rata usia penderita katarak adalah usia 60 tahun keatas, tak
hanya orang yang sudah lanjut usia, katarak juga dapat terjadi pada bayi yang
disebabkan oleh sang ibu yang telah teridentiIikasi virus pada saat masa
kehamilan.
Katarak ialah sejenis gangguan mata yang cukup meresahkan dan
merupakan salah satu penyebab dasar dari kebutaan, mata katarak dipicu oleh
adanya gangguan lensa mata yang keruh sehingga dapat menghambat dan
menutupi lensa mata dalam menerima cahaya yang masuk. Kekeruhan pada
mata katarak dapat diakibatkan karena hidrasi ( kelebihan cairan pada lensa )
dan denaturasi protein pada lensa, pada umumnya mata katarak hanya
mengenai satu mata saja.





B. Saran
Pada kesempatan ini penyusun akan mengemukakan beberapa saran
sebagai bahan masukan yang bermanIaat bagi usaha peningkatan mutu
pelayanan asuhan keperawatan yang akan datang, diantaranya :
1. Dalam melakukan asuhan keperawatan, perawat mengetahui atau mengerti
tentang rencana keperawatan pada pasien dengan Katarak, pendokumentasian
harus jelas dan dapat menjalin hubungan yang baik dengan klien dan keluarga.
2. Dalam rangka mengatasi masalah resiko injuri pada klien dengan Katarak
maka tugas perawat yang utama adalah sering mengobservasi akan kebutuhan
klien yang mengalami Katarak.












DATAR PUSTAKA

Doenges, Marilyan E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan. Alih bahasa: I
Made Kariasa. Jakarta . EGC
Long, C Barbara. 1996.Perawatan Medikal Bedah : 2.Bandung. Yayasan
Ikatan Alumni Pendidikan Keperawatan Pajajaran
Margaret R. Thorpe. Perawatan Mata. Yogyakarta . Yayasan Essentia Medica
Nettina, Sandra M. 2001. Pedoman Praktik Keperawatan. Alih bahasa :
Setiawan Sari. Jakarta. EGC
http://pusvahikari.blogspot.com/2009/06/asuhan-keperawatan-klien-dengan-
katarak.html

You might also like