You are on page 1of 7

BAB II TEORI DASAR

2.1 Taksonomi Trigona sp. dan Apis cerena Lebah merupakan serangga yang tersebar luas, terutama di daerah tropis dan subtropis. Sistem indra dari serangga ini merupakan objek yang paling sering dipelajari. Lebah merupakan hewan yang relatif mudah diamati dan dipelihara sehingga sering digunakan sebagai hewan percobaan. Menurut para ilmuwan, lebah dan tanaman berbunga berevolusi dan mulai ada di bumi sejak 100 juta tahun yang lalu. Nenek moyang lebah diperkirakan sama dengan nenek moyang tawon, berasal dari famili Crabronidae (Anonim 2, 2011). Adapun taksonomi jangkrik adalah sebagai berikut:

Scientific classification Kingdom: Animalia Phylum: Arthropoda Class: Insecta Order: Hymenoptera Superfamily: Apoidea Family : Apidae Subfamily: Apinae Tribes : Meliponini Genus: Trigona Species: Trigona sp. Binomial name Trigona sp. Jurine, 1801 Apis cerana Fabricius, 1793 Kingdom: Animalia Phylum: Arthropoda Class: Insecta Order: Hymenoptera Suborder: Apocrita Family: Apidae Subfamily: Apinae Genus: Apis Subgenus: (Apis) Species: A. cerana

2.2 Trigona sp.

Gambar 2.1 Morfologi Mulut Lebah Madu (Wille, 1983) Lebah tidak bersengat berasal dari suku meliponini. Secara umum spesies ini dapat dengan mudah dibedakan dari lebah lain karena venasi sayap yang tereduksi dan lebih lemah dan tidak ada sengat pada ujung posteriornya serta keberadaan penikulum, seta kaku yang berlokasi di anterior bagian terluar dari belakang tibia. Struktur ini sangat unik bagi meliponinae. Baru-baru ini subfamili meliponinae dibagi menjadi dua suku yaitu meliponini dan trigonini yang terlihat dari karakter taksonominya sang secara umum berhubungan dengan morfologi luar serta beberapa karakter seperti arsitektur sarang, vessel dorsal, batang saraf ventral, dan alimentari kanal. Pada spesies trigonini, porsi thoraks pada dorsal vessel membentuk busur antara otot longitudinal pada toraks/ pintu masuk antara otot longitudinal dekat dengan anterior ventral pada fragma kedua dan porsi vessel sedang. Mulut pada Trigonia sp berfungsi juga sebagai pertahanan, terdiri dari labial palpus, lidah, paraglossos, stipes (membentuk struktur proboscis), serta mandibula (Wille, 1983). Lebah tidak bersengat dapat ditemukan pada wilayah dengan iklim tropis hingga subtropis diseluruh dunia. Seperti di Australia, Afrika, Asia, dan Amerika tropis (Melo, 2002). Kebanyakan lebah yang ada di Amerika Selatan dan Tengah adalah lebah tidak bersengat yang biasanya dibiakan oleh manusia untuk diambil madunya (Melo, 2002). Di Afrika juga tersebar luas termasuk di Madagaskar (Koch, 2010). Karena berada pada daerah tropis, lebah tidak bersengat selalu aktif seluruh waktu dalam setahun. Tidak seperti lebah lainnya lebah

ini tidak menyengat apabila sarangnya di ganggu namun akan menggigit untuk pertahanan. Pada beberapa jenis lebah bersengat dapat menghasilkan sekret mandibular yang akan sangat menyakitkan bila digigit (Koch, 2010). Karena tidak mempunyai sengat, lebah tak bersengat mempunyai koloni yang sangat besar terutama jumlah pertahanannya (Melo, 2002). Lebah tidak bersengat biasanya membuat sarang didalam batang pohon, percabangan pohon, lubang dibawah tanah, retakan batu, retakan dinding, tong sampah tua, dan drum penimpanan(Koch, 2010). Lebah menyimpan polen dan madu didalam pot berbentuk seperti telur yang terbuat dari beewax yang merupakan campuran resin tanaman (Wille, 2010). Berbeda dengan lebah lainnya larva meliponini tidak diberi makan langsung. Tidak seperti lebah madu lainnya dimana betina menjadi pekerja dan ratu sangat bergantung pada makanan yang diberikan, sistem pada meliponini lebih beragam dan berdasar pada jumlah polen yang dikonsumsi (Koch, 2010). Struktur morfologi lebah secara umum dapat dilihat pada gambar 2.2 berikut:

Gambar 2.2 Morfologi Lebah (Anonim 2, 2011)

2.3 Apis cerana Struktur tubuh lebah dibagi menjadi kepala, thoraks, dan abdomen dengan tiga pasang kaki dan dua pasang sayap pada thoraks. Sayap depan dan sayap belakang pada tiap sisi dihubungkan oleh kait sehingga bergerak bersamaan saat terbang. Bagian mulutnya terdapat lidah atau labium yang bisa ditutup hingga kepala oleh labia palps dan maxillae. Nektar dibawa dengan permukaan kasar pada labium sebagian oleh atraksi kapiler, sebagian lagi dengan aksi memompa otot pada kepala. Saat tidak digunakan, struktur mulut yang memanjang ini akan dilipat hingga ke belakang kepala hingga memendek. Ovipositor

merupakan tempat dimana ratu mengeluarkan telurnya pada sel wax sedangkan pada worker, ovipositor ini dimodifikasi menjadi sengat (Michener, 2000). Dalam kehidupan sosial terdapat organisasi koloni yang dibagi menjadi ratu, drone, dan worker. Keterikatan Apis cerana pada koloni tergolong lebih kuat dibandingkan Trigona sp. Ratu hidup selama dua hingga lima tahun. Merupakan satu-satunya lebah yang menghasilkan telur. seluruh koloni merupakan turunannya. Ratu menghabiskan watu seumur hidup untuk bertelur sekitar 1500 telur perhari dan tiap telurnya diletakan dalam sel waks oleh pekerja. Ratu tidak dapat makan sendiri karena itu pekerjalah yang memberi makan berupa royal jeli. Ratu hanya kawin sekali seumur hidupnya dengan menyimpan sperma dari pejantan didalam abdomennya. Drone hanya hidup 4 hingga 5 minggu dan tidak bekerja dalam sarang dan berfungsi mempertilisasi ratu. Mereka diberi makan oleh pekerja dan membantu menyimpan polen dan nektar. Pekerja merupakan lebah betina yang organ reproduksinya termodifikasi menjadi sengat. Berfungsi sebagai pencari makan, pengurus sarang dan pemberi makan larva (Michener, 2000). Saat telur menetas, seekor larva keluar dalam ukuran sangat kecil, putih, dan tidak berkaki. Larva memakan substansi yang disimpan didalam sel oleh pekerja. Kemudian membentuk pupa dan menetas menjadi lebah dewasa. 3 atau 4 hari telur akan menetas kemudian setelah 9 hari larva membentuk pupa. Setelah 11 hari seekor lebah dewasa akan keluar dari sel menuju sarang (Michener, 2000). Berikut siklus hidup lebah madu secara umum:

Gambar 2.3 Siklus Hidup Lebah Madu

2.4 Sistem Indra dan Komunikasi Trigona sp. dan Apis cerena Sistem indra sentuhan dan bau dapat dirasakan melalui antena. Antena merupakan bagian tubuh yang sangat penting bagi lebah untuk mendapatkan sumber makanan, identifikasi member koloni, dan menemukan jalan ke sarang. Mata compound sangat sensitif pada beberapa warna kecuali warna merah. Lebah memiliki karakteristik penglihatan yang unik, terdiri dari satu ommatidium pada mata dengan 8 sel visual yang merespon warna warna berbeda. Rangsang cahaya kuning hijau dengan panjang gelombang 544 nm diterima dengan baik oleh 4 sel visual, 2 sel visual lainnya merespon terhadap cahaya biru, sedangkan 2 sel visual berikutnya memberi respon paling baik terhadap sinar UV (Anonim 1, 2010). Dalam kegelapan dalam sarang, lebah sangat bergantung pada sentuhan dan bau untuk melakukan aktifitas. Mereka dapat menemukan jalan ke sarang dengan bergantung pada landmark dan posisi matahari. Lebah yang menemukan daerah dengan sumber makanan akan kembali ke sarang dan melakukan tarian berbentuk angka delapan dengan bagian lurus ditengah. Panjang bagian yang lurus sebanding dengan jarak dari bunga ke sarang, dan sudut vertikal merupakan sudut antara posisi matahari, sarang dan sumber makanan. Beberapa lebah mencari makan di sarang mengikuti tarian, menyentuh penari dengan antena mereka. Dari waktu ke waktu berhenti penari akan memuntahkan sedikit dari nektar yang telah dikumpulkan dari bunga dan memberinya pada pekerja. Pola tari, rasa nektar dan kadangkadang aroma bunga pada tubuh lebah penari memungkinkan para lebah pekerja untuk menemukan sumber makanan yang didatangi lebah pencari makanan tersebut

(Benjamin,2006) . Selain itu, lebah juga memiliki organ sensillum coelocapitulum, yang merupakan organ sensori hygroreceptor dan thermoreceptor. Reseptor ini terletak pada bagian kepala dekat antena yang memungkinkan lebah mendeteksi perubahan kelembaban udara dan temperatur lingkungan di sekitarnya (Yokohari, 1983). 2.5 Perilaku Mencari Makan Lebah (Foraging Behavior) Penelitian mengenai perilaku mencari makan lebah dilakukan oleh Von Frisch. Penelitiannya yang pertama adalah mengenai sensitifitas lebah terhadap warna. Percobaannya dilakukan dengan meletakkan madu pada beberapa karton dengan warna yang berbeda-beda namun dengan warna yang paling terang adalah biru (warna lainnya merupakan gradasi dari warna abu abu). Terbukti bahwa lebah lebah tersebut lebih mengenali warna biru karena hanya mendatangi madu pada kertas biru saja. Namun saat kertas biru diganti dengan warna merah, ternyata lebah kurang bisa membedakan warna merah tersebut dengan warna-warna gradasi abu abu di sekelilingnya (Frisch,1967). Selain itu, Von Frisch juga mempelajari mengenai komunikasi antar lebah, terutama dalam hal tarian lebah. Tarian lebah terutama berperan dalam pencarian makan koloni lebah. Lebah dengan usia lebih dari 20 hari akan berperan sebagai pencari makan. Eksperimen Frisch (1967) mendeskripsikan bagaimana perbedaan komponen dalam tarian lebah tersebut menjadi komunikasi antar individu dalam koloni. Eksperimennya melibatkan sarang lebah yang terbuat dari dinding kaca dan lebah pencari makan yang telah ditandai. Pertama Von Frisch melatih lebah pencari makan untuk menemukan sumber makanan dengan jarak dari sarang yang telah diketahui. Saat lebah pencari makan telah kembali ke sarang setelah mengumpulkan makanan dari sumber makanan tersebut, von Frisch dan murid-muridnya mengukur baik durasi maupun sudut dari tarian yang dilakukan lebah pencari makan tersebut untuk merekrut lebah lain agar membantunya mengumpulkan makanan. Penemuan tersebut mengarahkan teori tentang bahasa tarian. Saat seekor lebah pencari kembali ke koloni dengan banyak nektar, lebah tersebut melakukan tarian di permukaan sarang untuk memberi tahu lebah pencari makan lainnya letak sumber makana tersebut. Lebah yang menari itu menginfokan 2 hal lewat tariannya, yaitu jarak dan arah sumber makanan dari sarang. Keduanya merupakan komponen yang terpisah dalam 1 tarian. Untuk jarak, saat sumber makanan tersebut sangat dekat dengan sarang (kurang dari 50 m), lebah pencari makanan akan melakukan tarian melingkar (round dance). Tarian ini dilakukan dengan membuat

lingkaran kecil dengan perubahan arah yang tiba tiba. Lebah penari dapat mengulangi tarian yang sama di tempat yang sama, atau pindah ke posisi lain untuk mengulanginya. Sumber makanan yang ada pada jarak intermediate, antara 50 150 m dari sarang dideskripsikan dalan sickle dance (Frisch, 1967). Untuk sumber makanan yang berada pada jarak lebih dari 150 m, lebah akan melakukan tarian waggle dance. Waggle dance, tidak seperti round dance, menginformasikan jarak dan arah sekaligus dalam 1 tarian. Untuk menunjukkan arah, tarian lebah memanfaatkan orientasi tarian dengan mengindikasikan lokasi sumber makanan relatif terhadap matahari. Sudut yang dilakukan lebah, relatif terhadap arah vertikal, merepresentasikan sudut tempat bunga sumber makanan relatif terhadap arah dari matahari diluar sarang. Dengan kata lain, lebah penari mentransposisi sudut matahari (solar angle) menjadi sudut gravitasional. Karena informasi mengenai arah diberikan relatif terhadap arah posisi matahari, bukan arah kompas, tarian lebah untuk sumber makanan yang sama dapat berubah selama 1 hari. Hal ini disebabkan posisi matahari yang berubah sepanjang hari. Posisi matahari juga ditentukan dengan lokasi geografis dan tahun. Oleh karena itu, untuk mentranslasi informasi arah yang terkandung dalam tarian lebah, seseorang harus mengetahui sudut dari tarian tersebut terhadap gravitasi dan membandingkannya dengan arah kompas dari matahari, yang tergantung pada lokasi, tanggal, dan waktu saat itu (Frisch, 1967).

You might also like