You are on page 1of 6

Tugas

GI2I DAN KESEHATAN MASYARAKAT


PENYEBAB PENYAKIT DIARE DILIHAT DARI TEORI
HENDRIK L BLUM DAN PENCEGAHANNYA
BERDASARKAN FIVE LEVEL OF PREVENTION"

DIsusun oIeb :
WA ODE DITA ARLIANA K11109012
KESMAS A

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2011

Penyebab Penyakit Diare Berdasarkan Teori Hendrik L Blum
Teori Hendrik L Blum (1974) menyatakan bahwa status kesehatan seseorang
dipengaruhi oleh 4 Iaktor yaitu Iaktor g enetik,Iaktor pelayanan kesehatan,Iaktor
lingkungan dan Iaktor perilaku. Berdasarkan teori Hendrik L Blum tersebut,maka
penyebab diare dapat diklasiIikasikan ke dalam empat Iaktor tesrsebut.
1) Faktor genetik atau keturunan
Untuk penyakit diare tidak dipengaruhi oleh Iaktor genetik,karena diare bisa
terjadi pada siapapun,golongan umur,maupun jenisa kelamin apapun.
2) Faktor pelayanan kesehatan
Lebih terkait dengan kinerja pemerintah yang sedang berkuasa. Kesungguhan
dan keseriusan pemerintah dalam mengelola pelayanan kesehatan menjadi penentu
suksesnya Iaktor ini. Kader desa, puskesmas dan posyandu menjadi ujung tombak
dalam peningkatan status kesehatan masyarakat.
Untuk penyakit diare dilihat dari Iaktor ini adalah karena kurangnya
penyuluhan dan pemberian inIormasi kepada masyarakat mengenai penyebab diare
dan cara pencegahannya.
3) Faktor lingkungan
Faktor ini menempati urutan ke-3 dalam indikator kunci status kesehatan
masyarakat. Faktor lingkungan memberikan peranan yang besar terhadap terjadinya
penyakit diare. Adapun penyebab diare itu sendiri diliat dari Iaktor lingkungan
yaitu :
a. Kondisi sanitasi lingkungan yang kurang baik
Yang termasuk ke dalam sanitasi lingkungan yaitu sumber air minum, tempat
pembuangan kotoran (jamban), pembuangan sampah, perumahan dan
pembuangan air limbah (Notoatmodjo, 2003).
b. Hygiene perseorangan yang kurang baik.
Kebiasaan-kebiasaan buruk seperti tidak mencuci tangan sebelum makan,
kebiasaan mengigiti kuku, jari, pulpen atau benda lain, termasuk ke dalam
hygiene perseorangan yang kurang baik. Mandi dua kali sehari, mencuci dan
menyeterika pakaian juga termasuk hygiene perseorangan yang dapat
mencegah penyebaran penyakit inIeksi.
c. Sanitasi makanan yang kurang baik
Sanitasi makanan yang kurang baik, dapat menyebabkan diare, proses
pengolahan, penyimpanan, dan konsumsi makanan yang kurang baik dapat
memudahkan mikroba tumbuh dan berkembang di dalam makanan. Proses
penyimpanan yang kurang baik dapat memudahkan mikroba untuk
mengkontaminansi makanan.
4) Faktor Perilaku
Perilaku dari pandangan biologis adalah merupakan suatu kegiatan atau
aktivitas organisme yang bersangkutan. Perilaku manusia pada hakikatnya adalah
suatu aktivitas pada manusia itu sendiri. Perilaku adalah apa yang dikerjakan oleh
organisme tersebut, baik dapat diamati secara langsung atau tidak langsung
(Notoatmodjo). Faktor perilaku yang menyebabkan kejadian diare antara lain :
a) Pemberian ASI eksklusiI yang rendah
Pemberian ASI eksklusiI yang rendah merupakan salah satu Iaktor resiko Diare
bagi bayi, ASI adalah makanan terbaik bagi bayi, karena mengandung colostrum,
ASI selalu tersedia kapan saja, selalu aman untuk dkonsumsi, dan tidak
mengandung eIek samping. Bayi yang diberikan ASI eksklusiI memiliki daya
tahan tubuh terhadap penyakit inIeksi, termasuk diare, lebih baik dibandingkan
dengan bayi yang hanya diberi susu Iormula.
b) Pemberian makanan tambahan terlalu dini
Pemberian makanan tambahan terlalu dini merupakan salah satu Iaktor resiko
Diare pada bayi dan balita. Pemberian makan terlalu dini dapat mempengaruhi
kekebalan tubuh anak terhadap penyakit inIeksi, termasuk Diare, karena anak
pada umur tertentu (enam bulan kebawah) masih perlu diberi ASI eksklusiI. Jika
diberikan makanan terlalu dini akan mempengaruhi kekebalan tubuhnya. Selain
itu, pencernaan anak belum berkembang optimal jika dipaksakan mencerna
makanan, dapat mempengaruhi sistem pencernaannya.
c) Stress yang Berlebihan
Stress merupakan Iaktor resiko Diare pada orang dewasa, tekanan psikis terutama
yang berlangsung terus-menerus dapat mengganggu Iungsi organ-organ tubuh,
sistem pencernaan adalah sistem organ yang paling mudah mendapat pengaruh.
Rangsangan stress dapat memberi pengaruh pada peningkatan produksi asam
lambung, mempercepat detak jantung,dan peningkatan gerak usus secara
berlebihan sehingga mengurangi laju absorbsi pada usus, inilah yang dapat
menyebabkan diare. Gejala awal dapat berupa rasa mual, muntah, pusing, perut
melilit kemudian mulai terjadi peningkatan Irekuensi buang air besar.
d) Masalah nutrisi dan imunitas tubuh.
Nutrisi yang kurang baik merupakan Iaktor resiko terjadinya Diare, karena sangat
menentukan imunitas tubuh terhadap penyakit inIeksi. Nutrisi adalah ikatan kimia
yang diperlukan tubuh untuk melakukan Iungsinya, yaitu menghasilkan energi,
membangun dan memelihara jaringan, serta mengatur proses-proses kehidupan di
dalam tubuh. Beberapa penelitian menyebutkan nutrisi bisa mempengaruhi
kondisi kekebalan di dalam tubuh. Nutrisi merangsang sistem kekebalan untuk
bekerja dan meningkatkan Iungsinya secara langsung. Nutrisi yang cukup
mencegah malnutrisi dan wasting, mengembalikan dan mempertahankan berat
badan ideal, meningkatkan kemampuan tubuh melawan berbagai inIeksi ,sepsis,
meningkatkan eIek obat-obatan; memperbaiki dan meningkatkan kualitas hidup.

Pencegahan Penyakit Diare Berdasarkan Five Level of Prevention
1. Health Promotion

Promosi Kesehatan (Health Promotion) adalah upaya meningkatkan peran kesehatan
perorangan dan masyarakat secara optimal, mengurangi penyebabnya serta derajat resiko serta
meningkatkan secara optimal lingkungan yang sehat. Sasaran dari pencegahan ini yaitu orang
sehat dengan usaha meningkatkan derajat kesehatan.

Promosi Kesehatan (Health Promotion) dalam mencegah terjadinya penyakit diare dapat
dilakukan dengan berbagai cara diantaranya:
a. Memberikan penyuluhan terhadap masyarakat tentang pentingnya menerapkan pola hidup
sehat dan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) sejak dini, untuk mencegah terjadinya
penyakit diare.
b. Memberikan penyuluhan kepada masyarakat tentang cara-cara penularan dan cara-cara
pemberantasan serta manIaat menegakkan diagnosis dini dari penyakit diare.
c. Melakukan perbaikan lingkungan sosial seperti mengurangi dan menghilangkan kondisi
sosial yang mempertinggi risiko terjadinya diare, seperti perbaikan sanitasi lingkungan dan
makanan.
2. Perlindungan khusus (spesiIic protection)
Sasaran pada perlindungan khusus (spesiIic protection) yang utama adalah ditujukan
kepada penjamu (host) dan penyebab untuk meningkatkan daya tahan tubuh maupun
untuk mengurangi resiko terhadap penyakit diare.
Perlindungan khusus (spesiIic protection) dalam mencegah terjadinya penyakit diare
dapat dilakukan dengan berbagai cara, yaitu:
a. Perbaikan status gizi individu/perorangan ataupun masyarakat untuk membentuk
daya tahan tubuh yang lebih baik dan dapat melawan agent penyakit yang akan
masuk ke dalam tubuh, seperti mengkonsumsi bahan makanan yang mengandung zat
gizi yang lebih baik dan diperlukan tubuh.
b. Pemberian ASI eksklusiI kepada bayi yang baru lahir, karena ASI banyak
mengandung kalori, protein, dan vitamin, yang banyak dibutuhkan oleh tubuh,
pencegahan ini bertujuan untuk membentuk sistem kekebalan tubuh bayi sehingga
terlindung dari berbagai penyakit inIeksi termasuk diare, dan menjaga pencernaan
bayi dan balita yang belum tumbuh optimal.
3. Diagnosis dini dan pengobatan segera (early diagnosis and prompt treatment)
Diagnosis dini dan pengobatan segera (early diagnosis and prompt treatment)
merupakan pencegahan yang ditujukan bagi mereka yang menderita atau terancam akan
menderita penyakit diare, dengan tujuan mencegah meluasnya penyakit/terjadinya wabah
penyakit menular dan menghentikan proses penyakit lebih lanjut serta mencegah
terjadinya komplikasi.
Diagnosis dini dan pengobatan segera (early diagnosis and prompt treatment) dalam
mencegah terjadinya penyakit diare dapat dilakukan dengan berbagai upaya diantaranya:
a. Memeriksakan semua penderita segera secara dini dan aktiI disarana pelayanan
kesehatan guna memeriksa seseorang yang diduga telah menderita penyakit diare.
b. Melakukan penanganan segera penderita DIARE dan berikan segera pengobatan
yang tepat dan sediakan Iasilitas untuk penemuan dan pengobatan penderita agar
tidak menularkan penyakitnya kepada orang lain.
c. Sediakan Iasilitas yang memadai seperti laboratorium agar dapat melakukan
pemeriksaan terhadap penderita kontak, dan tersangka, guna mengetahui penyebab
diare sehingga cara penanganannya tepat.
4. Pembatasan cacat (disability limitation)
Pembatasan cacat (disability limitation) merupakan pencegahan yang mencegah
terjadinya kecacatan atau kematian akibat penyakit diare. Penyakit diare jika tidak diobati
secara baik, tepat dan tanggap akan dapat menyebabkan kematian. Pembatasan cacat
(disability limitation) dalam mencegah terjadinya penyakit diare dapat dilakukan dengan
berbagai upaya diantaranya:
a. Mencegah proses penyakit lebih lanjut dengan cara melakukan pengobatan secara
berkesinambungan sehingga dapat tercapai proses pemulihan yang baik.
b. Melakukan perawatan khusus secara berkala guna memperoleh pemulihan kesehatan
yang lebih baik.
5. Rehabilitasi (rehabilitation)
Rehabilitasi (rehabilitation) merupakan pencegahan yang bertujuan untuk berusaha
mengembalikan Iungsi Iisik, psikologis dan sosial secara optimal.Rehabilitasi
(rehabilitation) dalam mencegah terjadinya penyakit diare dapat dilakukan dengan
rehabilitasi Iisik/medis apabila terdapat gangguan kesehatan Iisik akibat penyakit diare.

You might also like