You are on page 1of 15

Republik Indonesia disingkat RI atau Indonesia adalah negara di Asia Tenggara, yang

dilintasi garis khatulistiwa dan berada di antara benua Asia dan Australia serta antara
Samudra PasiIik dan Samudra Hindia. Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia
yang terdiri dari 17.508 pulau, oleh karena itu ia disebut juga sebagai Nusantara (Kepulauan
Antara). Dengan populasi sebesar 222 juta jiwa pada tahun 2006, Indonesia adalah negara
berpenduduk terbesar keempat di dunia dan negara yang berpenduduk Muslim terbesar di
dunia, meskipun secara resmi bukanlah negara Islam. Bentuk pemerintahan Indonesia adalah
republik, dengan Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah dan Presiden yang
dipilih langsung. Ibukota negara ialah Jakarta. Indonesia berbatasan dengan Malaysia di
Pulau Kalimantan, dengan Papua Nugini di Pulau Papua dan dengan Timor Leste di Pulau
Timor. Negara tetangga lainnya adalah Singapura, Filipina, Australia, dan wilayah persatuan
Kepulauan Andaman dan Nikobar di India.

Sejarah Indonesia banyak dipengaruhi oleh bangsa lainnya. Kepulauan Indonesia menjadi
wilayah perdagangan penting setidaknya sejak abad ke-7, yaitu ketika Kerajaan Sriwijaya
menjalin hubungan agama dan perdagangan dengan Tiongkok dan India. Kerajaan-kerajaan
Hindu dan Buddha telah tumbuh pada awal abad Masehi, diikuti para pedagang yang
membawa agama Islam, serta berbagai kekuatan Eropa yang saling bertempur untuk
memonopoli perdagangan rempah-rempah Maluku semasa era penjelajahan samudra. Setelah
berada di bawah penjajahan Belanda, Indonesia menyatakan kemerdekaannya di akhir Perang
Dunia II. Selanjutnya Indonesia mendapat berbagai hambatan, ancaman dan tantangan dari
bencana alam, korupsi, separatisme, proses demokratisasi dan periode perubahan ekonomi
yang pesat.

Dari Sabang sampai Merauke, Indonesia terdiri dari berbagai suku, bahasa dan agama yang
berbeda. Suku Jawa adalah grup etnis terbesar dan secara politis paling dominan. Semboyan
nasional Indonesia, "Bhinneka tunggal ika" ("Berbeda-beda tetapi tetap satu"), berarti
keberagaman yang membentuk negara. Selain memiliki populasi padat dan wilayah yang
luas, Indonesia memiliki wilayah alam yang mendukung tingkat keanekaragaman hayati
terbesar kedua di dunia.
http://www.kaskus.us/showthread.php?t4090532







SEJARAH BERDIRINYA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
03 Jan

Proklamasi Kemerdekaan, yang kita peringati setiap tanggal 17 Agustus, adalah sebuah
peristiwa bersejarah bagi bangsa Indonesia . Proklamasi, telah mengubah perjalanan sejarah,
membangkitkan rakyat dalam semangat kebebasan. Merdeka dari segala bentuk penjajahan.
Bagaimanakah sesungguhnya, peristiwa yang terjadi 64 tahun yang lalu itu. Mari kita buka
kembali catatan sejarah sekitar Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945.
Perdebatan
Proklamasi, ternyata didahului oleh perdebatan hebat antara golongan pemuda dengan
golongan tua. Baik golongan tua maupun golongan muda, sesungguhnya sama-sama
menginginkan secepatnya dilakukan Proklamasi Kemerdekaan dalam suasana kekosongan
kekuasaan dari tangan pemerintah Jepang. Hanya saja, mengenai cara melaksanakan
proklamasi itu terdapat perbedaan pendapat. Golongan tua, sesuai dengan perhitungan
politiknya, berpendapat bahwa Indonesia dapat merdeka tanpa pertumpahan darah, jika tetap
bekerjasama dengan Jepang.
Karena itu, untuk memproklamasikan kemerdekaan, diperlukan suatu revolusi yang
terorganisir. Soekarno dan Hatta, dua tokoh golongan tua, bermaksud membicarakan
pelaksanaan Proklamasi Kemerdekaan dalam rapat Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia
(PPKI). Dengan cara itu, pelaksanaan Proklamasi Kemerdekaan tidak menyimpang dari
ketentuan pemerintah Jepang. Sikap inilah yang tidak disetujui oleh golongan pemuda.
Mereka menganggap, bahwa PPKI adalah badan buatan Jepang. Sebaliknya, golongan
pemuda menghendaki terlaksananya Proklamasi Kemerdekaan itu, dengan kekuatan sendiri.
Lepas sama sekali dari campur tangan pemerintah Jepang. Perbedaan pendapat ini,
mengakibatkan penekanan-penekanan golongan pemuda kepada golongan tua yang
mendorong mereka melakukan 'aksi penculikan terhadap diri Soekarno-Hatta (lihat
Marwati Djoened Poesponegoro, ed. 1984:77-81)

Tanggal 15 Agustus 1945, kira-kira pukul 22.00, di Jalan Pegangsaan Timur No. 56 Jakarta,
tempat kediaman Bung Karno, berlangsung perdebatan serius antara sekelompok pemuda
dengan Bung Karno mengenai Proklamasi Kemerdekaan sebagaimana dilukiskan Lasmidjah
Hardi (1984:58); Ahmad Soebardjo (1978:85-87) sebagai berikut:

Sekarang Bung, sekarang! malam ini juga kita kobarkan revolusi ! kata Chaerul Saleh
dengan meyakinkan Bung Karno bahwa ribuan pasukan bersenjata sudah siap mengepung
kota dengan maksud mengusir tentara Jepang. Kita harus segera merebut kekuasaan !
tukas Sukarni berapi-api. Kami sudah siap mempertaruhkan jiwa kami ! seru mereka
bersahutan. Wikana malah berani mengancam Soekarno dengan pernyataan; Jika Bung
Karno tidak mengeluarkan pengumuman pada malam ini juga, akan berakibat terjadinya
suatu pertumpahan darah dan pembunuhan besar-besaran esok hari .

Mendengar kata-kata ancaman seperti itu, Soekarno naik darah dan berdiri menuju Wikana
sambil berkata: Ini batang leherku, seretlah saya ke pojok itu dan potonglah leherku
malam ini juga! Kamu tidak usah menunggu esok hari !. Hatta kemudian memperingatkan
Wikana; '. Jepang adalah masa silam. Kita sekarang harus menghadapi Belanda yang akan
berusaha untuk kembali menjadi tuan di negeri kita ini. Jika saudara tidak setuju dengan apa
yang telah saya katakan, dan mengira bahwa saudara telah siap dan sanggup untuk
memproklamasikan kemerdekaan, mengapa saudara tidak memproklamasikan kemerdekaan
itu sendiri ? Mengapa meminta Soekarno untuk melakukan hal itu ?

Namun, para pemuda terus mendesak; apakah kita harus menunggu hingga kemerdekaan itu
diberikan kepada kita sebagai hadiah, walaupun Jepang sendiri telah menyerah dan telah
takluk dalam Perang Sucinya !. Mengapa bukan rakyat itu sendiri yang memprokla
masikan kemerdekaannya ? Mengapa bukan kita yang menyata kan kemerdekaan kita sendiri,
sebagai suatu bangsa ?. Dengan lirih, setelah amarahnya reda, Soekarno berkata; '.
kekuatan yang segelintir ini tidak cukup untuk melawan kekuatan bersenjata dan kesiapan
total tentara Jepang! Coba, apa yang bisa kau perlihatkan kepada saya ? Mana bukti
kekuatan yang diperhitungkan itu ? Apa tindakan bagian keamananmu untuk menyelamatkan
perempuan dan anak-anak ? Bagaimana cara mempertahankan kemerdekaan setelah
diproklamasikan ? Kita tidak akan mendapat bantuan dari Jepang atau Sekutu. Coba
bayangkan, bagaimana kita akan tegak di atas kekuatan sendiri '. Demikian jawab Bung
Karno dengan tenang.

Para pemuda, tetap menuntut agar Soekarno-Hatta segera memproklamasikan kemerdekaan.
Namun, kedua tokoh itu pun, tetap pada pendiriannya semula. Setelah berulangkali didesak
oleh para pemuda, Bung Karno menjawab bahwa ia tidak bisa memutuskannya sendiri, ia
harus berunding dengan para tokoh lainnya. Utusan pemuda mempersilahkan Bung Karno
untuk berunding. Para tokoh yang hadir pada waktu itu antara lain, Mohammad Hatta,
Soebardjo, Iwa Kusumasomantri, Djojopranoto, dan Sudiro. Tidak lama kemudian, Hatta
menyampaikan keputusan, bahwa usul para pemuda tidak dapat diterima dengan alasan
kurang perhitungan serta kemungkinan timbulnya banyak korban jiwa dan harta. Mendengar
penjelasan Hatta, para pemuda nampak tidak puas. Mereka mengambil kesimpulan yang
menyimpang; menculik Bung Karno dan Bung Hatta dengan maksud menyingkirkan kedua
tokoh itu dari pengaruh Jepang.

Pukul 04.00 dinihari, tanggal 16 Agustus 1945, Soekarno dan Hatta oleh sekelompok pemuda
dibawa ke Rengasdengklok. Aksi 'penculikan itu sangat mengecewakan Bung Karno,
sebagaimana dikemukakan Lasmidjah Hardi (1984:60). Bung Karno marah dan kecewa,
terutama karena para pemuda tidak mau mendengarkan pertimbangannya yang sehat.
Mereka menganggap perbuatannya itu sebagai tindakan patriotik. Namun, melihat keadaan
dan situasi yang panas, Bung Karno tidak mempunyai pilihan lain, kecuali mengikuti
kehendak para pemuda untuk dibawa ke tempat yang mereka tentukan. Fatmawati istrinya,
dan Guntur yang pada waktu itu belum berumur satu tahun, ia ikut sertakan.

Rengasdengklok kota kecil dekat Karawang dipilih oleh para pemuda untuk mengamankan
Soekarno-Hatta dengan perhitungan militer; antara anggota PETA (Pembela Tanah Air)
Daidan Purwakarta dengan Daidan Jakarta telah terjalin hubungan erat sejak mereka
mengadakan latihan bersama-sama. Di samping itu, Rengasdengklok letaknya terpencil
sekitar 15 km. dari Kedunggede Karawang. Dengan demikian, deteksi dengan mudah
dilakukan terhadap setiap gerakan tentara Jepang yang mendekati Rengasdengklok, baik yang
datang dari arah Jakarta maupun dari arah Bandung atau Jawa Tengah.

Sehari penuh, Soekarno dan Hatta berada di Rengasdengklok. Maksud para pemuda untuk
menekan mereka, supaya segera melaksanakan Proklamasi Kemerdekaan terlepas dari segala
kaitan dengan Jepang, rupa-rupanya tidak membuahkan hasil. Agaknya keduanya memiliki
wibawa yang cukup besar. Para pemuda yang membawanya ke Rengasdengklok, segan untuk
melakukan penekanan terhadap keduanya. Sukarni dan kawan-kawannya, hanya dapat
mendesak Soekarno-Hatta untuk menyatakan proklamasi secepatnya seperti yang telah
direncanakan oleh para pemuda di Jakarta . Akan tetapi, Soekarno-Hatta tidak mau didesak
begitu saja. Keduanya, tetap berpegang teguh pada perhitungan dan rencana mereka sendiri.
Di sebuah pondok bambu berbentuk panggung di tengah persawahan Rengasdengklok,
siang itu terjadi perdebatan panas; Revolusi berada di tangan kami sekarang dan kami
memerintahkan Bung, kalau Bung tidak memulai revolusi malam ini, lalu .. Lalu apa ?
teriak Bung Karno sambil beranjak dari kursinya, dengan kemarahan yang menyala-nyala.
Semua terkejut, tidak seorang pun yang bergerak atau berbicara.

Waktu suasana tenang kembali. Setelah Bung Karno duduk. Dengan suara rendah ia mulai
berbicara; Yang paling penting di dalam peperangan dan revolusi adalah saatnya yang
tepat. Di Saigon, saya sudah merencanakan seluruh pekerjaan ini untuk dijalankan tanggal
17 '. Mengapa justru diambil tanggal 17, mengapa tidak sekarang saja, atau tanggal 16 ?
tanya Sukarni. Saya seorang yang percaya pada mistik. Saya tidak dapat menerangkan
dengan pertimbangan akal, mengapa tanggal 17 lebih memberi harapan kepadaku. Akan
tetapi saya merasakan di dalam kalbuku, bahwa itu adalah saat yang baik. Angka 17 adalah
angka suci. Pertama-tama kita sedang berada dalam bulan suci Ramadhan, waktu kita semua
berpuasa, ini berarti saat yang paling suci bagi kita. tanggal 17 besok hari Jumat, hari Jumat
itu Jumat legi, Jumat yang berbahagia, Jumat suci. Al-Qur`an diturunkan tanggal 17, orang
Islam sembahyang 17 rakaat, oleh karena itu kesucian angka 17 bukanlah buatan manusia '.
Demikianlah antara lain dialog antara Bung Karno dengan para pemuda di Rengasdengklok
sebagaimana ditulis Lasmidjah Hardi (1984:61).

Sementara itu, di Jakarta, antara Mr. Ahmad Soebardjo dari golongan tua dengan Wikana dari
golongan muda membicarakan kemerdekaan yang harus dilaksanakan di Jakarta .
Laksamana Tadashi Maeda, bersedia untuk menjamin keselamatan mereka selama berada di
rumahnya. Berdasarkan kesepakatan itu, JusuI Kunto dari pihak pemuda, hari itu juga
mengantar Ahmad Soebardjo bersama sekretaris pribadinya, Sudiro, ke Rengasdengklok
untuk menjemput Soekarno dan Hatta. Rombongan penjemput tiba di Rengasdengklok
sekitar pukul 17.00. Ahmad Soebardjo memberikan jaminan, bahwa Proklamasi
Kemerdekaan akan diumumkan pada tanggal 17 Agustus 1945, selambat-lambatnya pukul
12.00. Dengan jaminan itu, komandan kompi PETA setempat, Cudanco Soebeno, bersedia
melepaskan Soekarno dan Hatta kembali ke Jakarta (Marwati Djoened Poesponegoro, ed.
1984:82-83).

Merumuskan Teks Proklamasi

Rombongan Soekarno-Hatta tiba di Jakarta sekitar pukul 23.00. Langsung menuju rumah
Laksamana Tadashi Maeda di Jalan Imam Bonjol No.1, setelah lebih dahulu menurunkan
Fatmawati dan putranya di rumah Soekarno. Rumah Laksamada Maeda, dipilih sebagai
tempat penyusunan teks Proklamasi karena sikap Maeda sendiri yang memberikan jaminan
keselamatan pada Bung Karno dan tokoh-tokoh lainnya. De GraII yang dikutip Soebardjo
(1978:60-61) melukiskan sikap Maeda seperti ini. Sikap dari Maeda tentunya memberi kesan
aneh bagi orang-orang Indonesia itu, karena perwira Angkatan Laut ini selalu berhubungan
dengan rakyat Indonesia.



Sebagai seorang perwira Angkatan Laut yang telah melihat lebih banyak dunia ini dari rata-
rata seorang perwira Angkatan Darat , ia mempunyai pandangan yang lebih tepat tentang
keadaan dari orang-orang militer yang agak sempit pikirannya. Ia dapat berbicara dalam
beberapa bahasa. Ia adalah pejabat yang bertanggungjawab atas BukanIu di Batavia; kantor
pembelian Angkatan Laut di Indonesia. Ia tidak khusus membatasi diri hanya pada tugas-
tugas militernya saja, tetapi agar dirinya dapat terbiasa dengan suasana di Jawa , ia
membentuk suatu kantor penerangan bagi dirinya di tempat yang sama yang pimpinannya
dipercayakan kepada Soebardjo. Melalui kantor inilah, yang menuntut biaya yang tidak
sedikit baginya, ia mendapatkan pengertian tentang masalah-masalah di Jawa lebih baik
dari yang didapatnya dari buletin-buletin resmi Angkatan Darat. Terlebih-lebih ia
memberanikan diri untuk mendirikan asrama-asrama bagi nasionalis-nasionalis muda
Indonesia . Pemimpin-pemimpin terkemuka, diperbantukan sebagai guru-guru untuk
mengajar di asrama itu. Doktrin-doktrin yang agak radikal dipropagandakan. Lebih lincah
dari orang-orang militer, ia berhasil mengambil hati dari banyak nasionalis yang tahu pasti
bahwa keluhan-keluhan dan keberatan-keberatan mereka selalu bisa dinyatakan kepada
Maeda. Sikap Maeda seperti inilah yang memberikan keleluasaan kepada para tokoh
nasionalis untuk melakukan aktivitas yang maha penting bagi masa depan bangsanya.

Malam itu, dari rumah Laksamana Maeda, Soekarno dan Hatta ditemani Laksamana Maeda
menemui Somobuco (kepala pemerintahan umum), Mayor Jenderal Nishimura, untuk
menjajagi sikapnya mengenai pelaksanaan Proklamasi Kemerdekaan. Nishimura mengatakan
bahwa karena Jepang sudah menyatakan menyerah kepada Sekutu, maka berlaku ketentuan
bahwa tentara Jepang tidak diperbolehkan lagi mengubah status quo . Tentara Jepang
diharuskan tunduk kepada perintah tentara Sekutu. Berdasarkan garis kebi jakan itu,
Nishimura melarang Soekarno-Hatta mengadakan rapat PPKI dalam rangka pelaksanaan
Proklamasi Kemerde kaan. Melihat kenyataan ini, Soekarno-Hatta sampai pada kesimpulan
bahwa tidak ada gunanya lagi untuk membicara kan soal kemerdekaan Indonesia dengan
Jepang. Mereka hanya berharap agar pihak Jepang tidak menghalang-ha langi pelaksanaan
proklamasi kemerdekaan oleh rakyat Indonesia sendiri (Hatta, 1970:54-55).

Setelah pertemuan itu, Soekarno dan Hatta kembali ke rumah Laksamana Maeda. Di ruang
makan rumah Laksamana Maeda itu dirumuskan teks proklamasi kemerdekaan. Maeda,
sebagai tuan rumah, mengundurkan diri ke kamar tidurnya di lantai dua ketika peristiwa
bersejarah itu berlangsung. Miyoshi, orang kepercayaan Nishimura, bersama Sukarni, Sudiro,
dan B.M. Diah menyaksikan Soekarno, Hatta, dan Ahmad Soebardjo membahas rumusan
teks Proklamasi. Sedangkan tokoh-tokoh lainnya, baik dari golongan tua maupun dari
golongan pemuda, menunggu di serambi muka.

Menurut Soebardjo (1978:109) di ruang makan rumah Laksamana Maeda menjelang tengah
malam, rumusan teks Proklamasi yang akan dibacakan esok harinya disusun. Soekarno
menuliskan konsep proklamasi pada secarik kertas. Hatta dan Ahmad Soebardjo
menyumbangkan pikirannya secara lisan. Kalimat pertama dari teks Proklamasi merupakan
saran Ahmad Soebardjo yang diambil dari rumusan Dokuritsu Junbi Cosakai , sedangkan
kalimat terakhir merupakan sumbangan pikiran Mohammad Hatta. Hatta menganggap
kalimat pertama hanyalah merupakan pernyataan dari kemauan bangsa Indonesia untuk
menentukan nasibnya sendiri, menurut pendapatnya perlu ditambahkan pernyataan mengenai
pengalihan kekuasaan (transIer oI sovereignty). Maka dihasilkanlah rumusan terakhir dari
teks proklamasi itu.

Setelah kelompok yang menyendiri di ruang makan itu selesai merumuskan teks
Proklamasi, kemudian mereka menuju serambi muka untuk menemui hadirin yang
berkumpul di ruangan itu. Saat itu, dinihari menjelang subuh. Jam menunjukkan pukul
04.00, Soekarno mulai membuka pertemuan itu dengan membacakan rumusan teks
Proklamasi yang masih merupakan konsep. Soebardjo (1978:109-110) melukiskan suasana
ketika itu: ' Sementara teks Proklamasi ditik, kami menggunakan kesempatan untuk
mengambil makanan dan minuman dari ruang dapur, yang telah disiapkan sebelumnya oleh
tuan rumah kami yang telah pergi ke kamar tidurnya di tingkat atas. Kami belum makan apa-
apa, ketika meninggalkan Rengasdengklok. Bulan itu adalah bulan suci Ramadhan dan waktu
hampir habis untuk makan sahur, makan terakhir sebelum sembahyang subuh. Setelah kami
terima kembali teks yang telah ditik, kami semuanya menuju ke ruang besar di bagian depan
rumah. Semua orang berdiri dan tidak ada kursi di dalam ruangan. Saya bercampur dengan
beberapa anggota Panitia di tengah-tengah ruangan. Sukarni berdiri di samping saya. Hatta
berdiri mendampingi Sukarno menghadap para hadirin . Waktu menunjukkan pukul 04.00
pagi tanggal 17 Agustus 1945, pada saat Soekarno membuka pertemuan dini hari itu dengan
beberapa patah kata.

'Keadaan yang mendesak telah memaksa kita semua mempercepat pelaksanaan Proklamasi
Kemerdekaan. Rancangan teks telah siap dibacakan di hadapan saudara-saudara dan saya
harapkan benar bahwa saudara-saudara sekalian dapat menyetujuinya sehingga kita dapat
berjalan terus dan menyelesaikan pekerjaan kita sebelum Iajar menyingsing. Kepada mereka
yang hadir, Soekarno menyarankan agar bersama-sama menandatangani naskah proklamasi
selaku wakil-wakil bangsa Indonesia . Saran itu diperkuat oleh Mohammad Hatta dengan
mengambil contoh pada 'Declaration oI Independence Amerika Serikat. Usul itu ditentang
oleh pihak pemuda yang tidak setuju kalau tokoh-tokoh golongan tua yang disebutnya
'budak-budak Jepang turut menandatangani naskah proklamasi. Sukarni mengusulkan agar
penandatangan naskah proklamasi itu cukup dua orang saja, yakni Soekarno dan
Mohammad Hatta atas nama bangsa Indonesia . Usul Sukarni itu diterima oleh hadirin.

Naskah yang sudah diketik oleh Sajuti Melik, segera ditandatangani oleh Soekarno dan
Mohammad Hatta. Persoalan timbul mengenai bagaimana Proklamasi itu harus diumumkan
kepada rakyat di seluruh Indonesia , dan juga ke seluruh pelosok dunia. Di mana dan
dengan cara bagaimana hal ini harus diselenggarakan? Menurut Soebardjo (1978:113),
Sukarni kemudian memberitahukan bahwa rakyat Jakarta dan sekitarnya, telah diserukan
untuk datang berbondong-bondong ke lapangan IKADA pada tanggal 17 Agustus untuk
mendengarkan Proklamasi Kemerdekaan. Akan tetapi Soekarno menolak saran Sukarni.
Tidak , kata Soekarno, lebih baik dilakukan di tempat kediaman saya di Pegangsaan
Timur. Pekarangan di depan rumah cukup luas untuk ratusan orang. Untuk apa kita harus
memancing-mancing insiden ? Lapangan IKADA adalah lapangan umum. Suatu rapat
umum, tanpa diatur sebelumnya dengan penguasa-penguasa militer, mungkin akan
menimbulkan salah Iaham. Suatu bentrokan kekerasan antara rakyat dan penguasa militer
yang akan membubarkan rapat umum tersebut, mungkin akan terjadi. Karena itu, saya minta
saudara sekalian untuk hadir di Pegangsaan Timur 56 sekitar pukul 10.00 pagi .
Demikianlah keputusan terakhir dari pertemuan itu.

Detik-Detik Proklamasi

Hari Jumat di bulan Ramadhan, pukul 05.00 pagi, Iajar 17 Agustus 1945 memancar di uIuk
timur. Embun pagi masih menggelantung di tepian daun. Para pemimpin bangsa dan para
tokoh pemuda keluar dari rumah Laksamana Maeda, dengan diliputi kebanggaan setelah
merumuskan teks Proklamasi hingga dinihari. Mereka, telah sepakat untuk
memproklamasikan kemerdekaan bangsa Indonesia hari itu di rumah Soekarno, Jalan
Pegangsaan Timur No. 56 Jakarta, pada pukul 10.00 pagi. Bung Hatta sempat berpesan
kepada para pemuda yang bekerja pada pers dan kantor-kantor berita, untuk memperbanyak
naskah proklamasi dan menyebarkannya ke seluruh dunia (Hatta, 1970:53).



Menjelang pelaksanaan Proklamasi Kemerdekaan, suasana di Jalan Pegangsaan Timur 56
cukup sibuk. Wakil Walikota, Soewirjo, memerintahkan kepada Mr. Wilopo untuk
mempersiapkan peralatan yang diperlukan seperti mikroIon dan beberapa pengeras suara.
Sedangkan Sudiro memerintahkan kepada S. Suhud untuk mempersiapkan satu tiang
bendera. Karena situasi yang tegang, Suhud tidak ingat bahwa di depan rumah Soekarno itu,
masih ada dua tiang bendera dari besi yang tidak digunakan. Malahan ia mencari sebatang
bambu yang berada di belakang rumah. Bambu itu dibersihkan dan diberi tali. Lalu ditanam
beberapa langkah saja dari teras rumah. Bendera yang dijahit dengan tangan oleh Nyonya
Fatmawati Soekarno sudah disiapkan. Bentuk dan ukuran bendera itu tidak standar, karena
kainnya berukuran tidak sempurna. Memang, kain itu awalnya tidak disiapkan untuk
bendera.

Sementara itu, rakyat yang telah mengetahui akan dilaksanakan Proklamasi Kemerdekaan
telah berkumpul. Rumah Soekarno telah dipadati oleh sejumlah massa pemuda dan rakyat
yang berbaris teratur. Beberapa orang tampak gelisah, khawatir akan adanya pengacauan dari
pihak Jepang. Matahari semakin tinggi, Proklamasi belum juga dimulai. Waktu itu Soekarno
terserang sakit, malamnya panas dingin terus menerus dan baru tidur setelah selesai
merumuskan teks Proklamasi. Para undangan telah banyak berdatangan, rakyat yang telah
menunggu sejak pagi, mulai tidak sabar lagi. Mereka yang diliputi suasana tegang
berkeinginan keras agar Proklamasi segera dilakukan. Para pemuda yang tidak sabar, mulai
mendesak Bung Karno untuk segera membacakan teks Proklamasi. Namun, Bung Karno
tidak mau membacakan teks Proklamasi tanpa kehadiran Mohammad Hatta. Lima menit
sebelum acara dimulai, Mohammad Hatta datang dengan pakaian putih-putih dan langsung
menuju kamar Soekarno. Sambil menyambut kedatangan Mohammad Hatta, Bung Karno
bangkit dari tempat tidurnya, lalu berpakaian. Ia juga mengenakan stelan putih-putih.
Kemudian keduanya menuju tempat upacara.

Marwati Djoened Poesponegoro (1984:92-94) melukiskan upacara pembacaan teks
Proklamasi itu. Upacara itu berlangsung sederhana saja. Tanpa protokol. LatieI
Hendraningrat, salah seorang anggota PETA, segera memberi aba-aba kepada seluruh
barisan pemuda yang telah menunggu sejak pagi untuk berdiri. Serentak semua berdiri tegak
dengan sikap sempurna. LatieI kemudian mempersilahkan Soekarno dan Mohammad Hatta
maju beberapa langkah mendekati mikroIon. Dengan suara mantap dan jelas, Soekarno
mengucapkan pidato pendahuluan singkat sebelum membacakan teks proklamasi.

'Saudara-saudara sekalian ! saya telah minta saudara hadir di sini, untuk menyaksikan suatu
peristiwa maha penting dalam sejarah kita. Berpuluh-puluh tahun kita bangsa Indonesia telah
berjuang untuk kemerdekaan tanah air kita. Bahkan telah beratus-ratus tahun. Gelombangnya
aksi kita untuk mencapai kemerdekaan kita itu ada naiknya ada turunnya. Tetapi jiwa kita
tetap menuju ke arah cita-cita. Juga di dalam jaman Jepang, usaha kita untuk mencapai
kemerdekaan nasional tidak berhenti. Di dalam jaman Jepang ini tampaknya saja kita
menyandarkan diri kepada mereka. Tetapi pada hakekatnya, tetap kita menyusun tenaga kita
sendiri. Tetap kita percaya pada kekuatan sendiri. Sekarang tibalah saatnya kita benar-benar
mengambil nasib bangsa dan nasib tanah air kita di dalam tangan kita sendiri. Hanya
bangsa yang berani mengambil nasib dalam tangan sendiri, akan dapat berdiri dengan
kuatnya. Maka kami, tadi malam telah mengadakan musyawarah dengan pemuka-pemuka
rakyat Indonesia dari seluruh Indonesia , permusyawaratan itu seia-sekata berpendapat,
bahwa sekaranglah datang saatnya untuk menyatakan kemerdekaan kita.

Saudara-saudara! Dengan ini kami menyatakan kebulatan tekad itu. Dengarkanlah
Proklamasi kami: PROKLAMASI; Kami bangsa Indonesia dengan ini menyatakan
Kemerdekaan Indonesia . Hal-hal yang mengenai pemindahan kekuasaan dan lain-lain,
diselenggarakan dengan cara seksama dan dalam tempo yang sesingkat-singkatnya. Jakarta ,
17 Agustus 1945. Atas nama bangsa Indonesia Soekarno/Hatta.

Demikianlah saudara-saudara! Kita sekarang telah merdeka. Tidak ada satu ikatan lagi yang
mengikat tanah air kita dan bangsa kita! Mulai saat ini kita menyusun Negara kita!
Negara Merdeka. Negara Republik Indonesia merdeka, kekal, dan abadi. Insya Allah, Tuhan
memberkati kemerdekaan kita itu. (Koesnodiprojo, 1951).

Acara, dilanjutkan dengan pengibaran bendera Merah Putih. Soekarno dan Hatta maju
beberapa langkah menuruni anak tangga terakhir dari serambi muka, lebih kurang dua meter
di depan tiang. Ketika S. K. Trimurti diminta maju untuk mengibarkan bendera, dia menolak:
lebih baik seorang prajurit , katanya. Tanpa ada yang menyuruh, LatieI Hendraningrat
yang berseragam PETA berwarna hijau dekil maju ke dekat tiang bendera. S. Suhud
mengambil bendera dari atas baki yang telah disediakan dan mengikatnya pada tali
dibantu oleh LatieI Hendraningrat.

Bendera dinaikkan perlahan-lahan. Tanpa ada yang memimpin, para hadirin dengan spontan
menyanyikan lagu Indonesia Raya. Bendera dikerek dengan lambat sekali, untuk
menyesuaikan dengan irama lagu Indonesia Raya yang cukup panjang. Seusai pengibaran
bendera, dilanjutkan dengan pidato sambutan dari Walikota Soewirjo dan dr. Muwardi.

Setelah upacara pembacaan Proklamasi Kemerdekaan, Lasmidjah Hardi (1984:77)
mengemukakan bahwa ada sepasukan barisan pelopor yang berjumlah kurang lebih 100
orang di bawah pimpinan S. Brata, memasuki halaman rumah Soekarno. Mereka datang
terlambat. Dengan suara lantang penuh kecewa S. Brata meminta agar Bung Karno
membacakan Proklamasi sekali lagi. Mendengar teriakan itu Bung Karno tidak sampai
hati, ia keluar dari kamarnya. Di depan corong mikroIon ia menjelaskan bahwa Proklamasi
hanya diucapkan satu kali dan berlaku untuk selama-lamanya. Mendengar keterangan itu
Brata belum merasa puas, ia meminta agar Bung Karno memberi amanat singkat. Kali ini
permintaannya dipenuhi. Selesai upacara itu rakyat masih belum mau beranjak, beberapa
anggota Barisan Pelopor masih duduk-duduk bergerombol di depan kamar Bung Karno.

Tidak lama setelah Bung Hatta pulang, menurut Lasmidjah Hardi (1984:79) datang tiga orang
pembesar Jepang. Mereka diperintahkan menunggu di ruang belakang, tanpa diberi kursi.
Sudiro sudah dapat menerka, untuk apa mereka datang. Para anggota Barisan Pelopor mulai
mengepungnya. Bung Karno sudah memakai piyama ketika Sudiro masuk, sehingga terpaksa
berpakaian lagi. Kemudian terjadi dialog antara utusan Jepang dengan Bung Karno: Kami
diutus oleh Gunseikan Kakka, datang kemari untuk melarang Soekarno mengucapkan
Proklamasi . Proklamasi sudah saya ucapkan, jawab Bung Karno dengan tenang.
Sudahkah ? tanya utusan Jepang itu keheranan. Ya, sudah ! jawab Bung Karno. Di
sekeliling utusan Jepang itu, mata para pemuda melotot dan tangan mereka sudah diletakkan
di atas golok masing-masing. Melihat kondisi seperti itu, orang-orang Jepang itu pun segera
pamit. Sementara itu, LatieI Hendraningrat tercenung memikirkan kelalaiannya. Karena
dicekam suasana tegang, ia lupa menelpon Soetarto dari PFN untuk mendokumentasikan
peristiwa itu. Untung ada Frans Mendur dari IPPHOS yang plat Iilmnya tinggal tiga lembar
(saat itu belum ada rol Iilm). Sehingga dari seluruh peristiwa bersejarah itu, dokumentasinya
hanya ada tiga; yakni sewaktu Bung Karno membacakan teks Proklamasi, pada saat
pengibaran bendera, dan sebagian Ioto hadirin yang menyaksikan peristiwa itu.

Penutup

Peristiwa besar bersejarah yang telah mengubah jalan sejarah bangsa Indonesia itu
berlangsung hanya satu jam, dengan penuh kehidmatan. Sekalipun sangat sederhana, namun
ia telah membawa perubahan yang luar biasa dalam perjalanan sejarah bangsa Indonesia .
'Gema lonceng kemerdekaan terdengar ke seluruh pelosok Nusantara dan menyebar ke
seantero dunia. Para pemuda, mahasiswa, serta pegawai-pegawai bangsa Indonesia pada
jawatan-jawatan perhubungan yang penting giat bekerja menyiarkan isi proklamasi itu ke
seluruh pelosok negeri. Para wartawan Indonesia yang bekerja pada kantor berita Jepang
Domei , sekalipun telah disegel oleh pemerintah Jepang, mereka berusaha menyebarluaskan
gema Proklamasi itu ke seluruh dunia.
http://dirrga.wordpress.com/2009/01/03/sejarah-berdirinya-negara-republik-indonesia/
















Menurut penelitian yang dilakukan oleh Lembaga Forrester, di Amerika, pesawat telepon
biasa memerlukan waktu 91 tahun untuk mencapai jumlah 100 juta unit terpasang.
Sedangkan televisi memerlukan waktu 54 tahun untuk mencapai jumlah yang sama.
Sementara saat ini, HANDPHONE memperoleh satu pelangggan baru setiap 1,3 detik...!!!

Kemerdekaan dan Pembentukan Negara Indonesia oleh dwi
Setiap bangsa pasti punya hak untuk menentukan nasibnya sendiri. Setiap bangsa punya hak
juga untuk mengatur segala aspek kehidupan di negaranya. Tetapi,itu hanya berlaku bagi
negara yang udah bebas atau merdeka. Sebaliknya, bagi bangsa-bangsa yang sedang terjajah
nggak akan mungkin bisa wujudin harapan seperti itu. Karena ini menyangkut hak
kemerdekaan Negara tersebut yang kemerdekannya itu udah dirampas oleh negara imperialis-
kolonialis. Oleh sebab itu, banyak terjadinya perjuangan atau perlawanan untuk merebut
kemerdekaan untuk Negaranya sendiri. Contohya kayak Bangsa Indonesia yang merupakan
satu dari beberapa negara yang berada di kawasan Asia yang secara terus-menerus berjuang
menghadapi para penjajah.
Kaitan Antara Tersiarnya Berita Kekalahan Jepang dan Kegiatan Para Pejuang di Jakarta
Pada awalnya tuh Jepang udah ngira kalau kekuataan Amerika Serikat udah lumpuh atau
udah nggak bergerak lagi seusai pangkalan lautnya itu yang bernama Pearl Harbour itu
dihancurkan. Eh tapinya jepang itu salah ngira, ternyata dalam waktu singkat Amerika
Serikat dan sekutunya itu bangkit dan bergerak cepat guna menyusun kekuatan baru di
Australia, ketika Jepang mendengar itu, jepang pun langsung tuh cabut dan berusaha untuk
nguasain Australia, ets. nggak segampang itu ternyata jepang nguasain Australia dia harus
bertempur dulu melawan sekutu, dan akhirnya Sekutu pun berhasil memukul mundur tuh
kekuatan sj Jepang dalam pertempuran di Laut Karang pada tanggal 7 Mei 1942.
Nah abis pertempuran itu , kedudukan Jepang di Indonesia mulai terancam atau mulai goyah.
Dan Jepang langsung kepikiran untuk mengikutsertakan kekuatan pribumi dalam setiap
peperangan. Lalu Jepang berusaha memikat rakyat Indonesia agar mau bantuin perang dalam
Perang Asia Timur Raya. Sebagai buktinya Jepang udah bentuk tuh beberapa militer dan
semi militer, seperti Heik Peta, Seinendan, Keibodan, dan Fujinkai. Agar bangsa Indonesia
semakin bersimpati kepada jepang pada tanggal 7 September 1944 Perdana Menterinya
jepang yang bernama Koiso itu mengeluarkan janji kemerdekaan. Di Dalam pidatonya itu
yang berada di depan parlemen Jepang, Koiso janjiin kemerdekaan kepada bangsa Indonesia
di kemudian hari.
Nah Pada tanggal 29 April 1945 Jepang menyetujui terbentuknya Dokuritsu Jumbi Cosakai
atau BPUPKI sebagai awal realisasi janji kemerdekaan. Lalu Jepang mengumumkan
terbentuknya badan ini bersamaan dengan hari kelahiran kaisarnya. Badan ini diketuai oleh
Bpk Dr.Radjiman Wediodiningratini yang punya tugas utama, yaitu untuk mempelajari serta
nyusun rencana untuk pembangunan pemerintahan Indonesia merdeka. Sejalan dengan
peristiwa itu, kedudukan Jepang yang berada di berbagai Iront pertempuran di Asia PasiIik
semakin terdesak oleh Sekutu. Untuk merealisasikan bantuan dari rakyat Indonesia serta
untuk memperkuat janji kemerdekaan, maka pada akhir Juli tahun 1945 Jepang ngadain rapat
tuh di Singapura. Dalam rapat itu diputuskan bahwa kemerdekaan Indonesia akan diberikan
pada tanggal 7 September 1945.
Pada tanggal 7 Agustus 1945 panglima tentaranya Jepang yang berada di Asia Tenggara
yang bernama, Jenderal Terauci menyetujui pembentukan Dokuritsu Jumbi Inkai atau PPKI.
Badan ini udah dibentuk sebagai pengganti dari BPUPKI yang dianggap udah selesai jalanin
tugasnya. Badan ini pun bertugas untuk nyiapain segala bentuk sesuatu yang ada kaitanya
dengan pemindahan kekuasaan dari pihak pemerintah Jepang kepada bangsa Indonesia.
Jenderal jepang Terauchi kemudian manggil tuh tiga orang tokoh dari PPKI ke markas
besarnya di Dalat, Vietnam Selatan pada tanggal 9 Agustus 1945 Ketiga tokoh tersebut ialah
Ir. Soekarno, Drs. Mohammad Hatta, dan dr. Radjiman Wediodiningrat. Kehadiran mereka di
Dalat itu berkenaan dengan pelantikan PPKI secara simbolis. Tiga hari sesudah pertemuan
itu, Jenderal Terauchi memberitakan bahwa kekaisaran Jepang itu sudah memutuskan untuk
memberikan kemerdekaan kepada bangsa Indonesia.
Soekarno dan kawan-kawan pulang ke tanah air pada 14 Agustus 1945. Sebelum tiba di tanah
air, mereka singgah dulu di Singapura dan sempat ketemu tuh dengan tokoh-tokoh PPKI dari
Sumatera, kayak Moh. Amir, Teuku Hasan, dan Abdul Abbas. Dalam pertemuan yang
singkat itu mereka sama-sama memperkirakan kekalahan
http://klikbelajar.com/pelajaran-sekolah/pelajaran-sejarah/kemerdekaan-dan-pembentukan-
negara-indonesia/
















Pembentukan Karakter Bangsa Indonesia

apakah karakter bangsa indonesia ? bung Karno pernah manyatakan 'pembentukan karakter
bangsa , namun sudah puluhan tahun semenjak arahan tersebut di lantangkan, apakah kita
sudah menemukan karakter bangsa ?
apa kita sudah yakin bahwa karakter bangsa indonesia adalah : santun, ramah, penuh senyum
?
apakah hal ini adalah karakter bangsa, atau sebenarnya ini bukanlah karakter kita ?
tentu kita pun akan berpikir ulang saat melihat Iakta bahwa karakter-karakter yang baik ini
juga di ikuti dengan tindakan-tindakan yang destruktive, brutalisme, pesimis, prejudis.
Sejarah indonesia di penuhi dengan tindakan-tindakan anarkisme, seperti contoh umum :
pembunuhan masaal anggota PKI yang massive, atau tindakan brutal rasisme terhadap etnis
china thn 98.. juga adanya tindakan amoral atas nama agama, juga cara masyarakat umum
untuk menyimpulkan masalah politik yang prejudis, walaupun di dukung siIat umum
politikus yang membuat kita menjadi apati.
kita harus memulainya dari awal sejarah bangsa Indonesia, bangsa Indonesia adalah bangsa
yang sangat muda dan sangat unik. kita harus menyadari bahwa gagasan bangsa Indonesia di
mulai pada awal abad 20, gagasan ini bisa terlaksana karena urgensi dari invasi belanda yang
mulai sangat serakah di abad 18-19, VOC yang tadinya hanya berdagang dan bermain politik
terhadap kerajaan lokal, berkembang menjadi penjajahan . tentu ini di ikuti oleh
pemberontakan massal rakyat lokal. maka bisa di bilang gagasan bangsa INDONESIA
tercipta karena urgensi bersatu untuk melawan penjajahan belanda.
adalah hal yang luar biasa bahwa bangsa ini bisa bersatu, mengingat negara ini adalah negara
kepulauan dengan ratusan kerajaan besar maupun kecil, juga di diami oleh kebudayaan yang
berbeda, dari sumatra , jawa, kalimantan, sulawesi, dan daerah timur lainnya yang bila kita
runut adalah ras yang berbeda. maka bangsa ini bisa di bilang unik, negara indonesia adalah
bangsa termuda dengan kepulauan yang di isi oleh ras yang sudah hidup selama ribuan tahun
di tanah mereka, yang sudah memiliki karakter dan kebijakan masing-masing .
dengan Iakta ini, tentu kita akan menghadapi kesulitan untuk membentuk karakter bangsa,
sulit mencari benang merah karakter terhadap perbedaaan kebudayaan yang sudah lebih tua
dari pada umur bangsa ini.
dapat di katakan bahwa indonesia belum dapat menyatakan sudah memiliki karakter bangsa.
namun, pembentukan karakter bangsa sangat di perlukan untuk menjaga esistensi bangsa ini,
bukankah bangsa ini terbentuk karena urgensi dari penjajahan kolonialisme ? apa yang terjadi
bila bangsa ini telah merdeka ? maka urgensi ini akan sangat rapuh. maka untuk menyatukan
bangsa ini harus ada benang merah kesamaan karakter bangsa, bahwa kita semua adalah
bangsa indonesia, bukan sukuisme, agamaisme atau perbedaan-perbedaan lainnya.
kita memang belum punya karakter ! namun inilah peluang kita, untuk mulai mencari dan
akhirnya membentuk karakter bangsa yang utuh, dan memang Iakta bahwa usia bangsa ini
sangat belia di banding negara-negara lain yang eksistensinya sudah lama walupun sempat di
jajah namun tetap satu bangsa yang sama.
inilah yang membuat bangsa indonesia unik. maka persatuan akan kebangsaan indonesia
adalah urgensi yang baru, dengan masih mudanya bangsa ini, maka akan ada pemikir-pemikir
baru, pemimpin-pemimpin baru, IilsuI-IilsuI baru yang akan lahir dari anak bangsa yang pada
akhirnya akan membentuk karakter bangsa dan akan menjaga eksistensi dari keberadaan
bangsa ini.
kita belum memiliki karakter! maka inilah peluang kita untuk membentuk karakter bangsa
yang lebih baru, lebih kuat, lebih pluralis. inilah kesempatan kita untuk membangun bangsa
yang lebih unggul, bangsa yang kuat bangsa yang berkarakter .
bangkitlah bangsa INDONESIA
http://sejarah.kompasiana.com/2011/01/19/pembentukan-karakter-bangsa-indonesia/

You might also like