You are on page 1of 18

BAB I PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang

Sinar-X ditemukan oleh Wilhelm Conrad Rontgen seorang berkebangsaan Jerman pada tahun 1895. Penemuanya diilhami dari hasil percobaan percobaan sebelumnya antara lain dari J.J Thomson mengenai tabung katoda dan Heinrich Hertz tentang foto listrik. Kedua percobaan tersebut mengamati gerak elektron yang keluar dari katoda menuju ke anoda yang berada dalam tabung kaca yang hampa udara. Wilhem Conrad Rontgen pada saat itu dapat menjelaskan sifat-sifat dari sinar-X berupa daya tembus, pertebaran, penyerapan, fluoresensi, ionisasi. Akan tetapi ada 1 sifat sinar-X berupa efek biologis yang baru dapat dijelaskan dikemudian harinya setelah jatuh korban. Efek biologis tersebut disebut juga efek radiasi sinar-X, pertama kali dijelaskan oleh William Rollins (1896) yang kemudian sejak saat itu direkomendasikan pemakaian tabir/ pelindung antara tabung, pasien maupun radiographer. Korban lain dr Max Hermann Knoch orang Belanda yang bekerja sebagai ahli radiologi di Indonesia pada tahun 1904 sampai kedua tangannya diamputasi. Pemanfaatan sinar-X di bidang kedokteran nuklir merupakan salah satu cara untuk meningkatkan kesehatan masyarakat. Aplikasi ini telah cukup beragam mulai dari radiasi untuk diagnostik, pemeriksaan sinar-X gigi dan penggunaan radiasi sinar-X untuk terapi. Sinar-X akhir-akhir ini juga digunakan sebagai pemandu dalam prosedur intervensi pada kateterisasi pembuluh darah jantung maupun otak. Pada kegiatan intervensi radiologi ini, dosis radiasi yang diperlukan sampai prosedur selesai cukup besar. Makin populernya penggunaan sinar-X pada dunia kedokteran mengakibatkan perlu adanya suatu proteksi terhadap radiasi sinar-X yang adekuat. ALARA (As Low As Reasonably Achievable) merupakan prinsip keselamatan radiasi dengan 3 prinsip utama yaitu waktu, jarak, dan penggunaan perisai pelindung.
1

I.2. Tujuan Penulisan Untuk mengetahui sinar-X, radiasi sinar-X, proteksi sinar-X pada prosedur medis. BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II.1. Sejarah Wilhelm Conrad Roentgen seorang ahli fisika di Universitas Wurzburg, Jerman pertama kali menemukan sinar Roentgen pada tahun 1895 sewaktu melakukan eksperien dengan sinar katoda. Penemuan Roentgen ini merupakan suatu revolusi dalam dunia kedokteran karena ternyata dengan hasil penemuan itu dapat diperiksa bagian-bagian tubuh manusia yang sebelumnya tidak pernah dapat dicapai dengan cara-cara pemeriksaan konvensional. Salah satu visualisasi hasil penemuan Roentgen adalh foto jari-jari tangan istrinya yang dibuat dengan mempergunakan kertas potret yang diletakkan di bawah tangan istrinya dan disinari dengan sinar baru tersebut. Roentgen dalam penyelidikan selanjutnya segera menemukan hampir semua sifat sinar Roentgen, yaitu sifat-sifat fisika dan kimianya. Namun ada satu sifat yang tidak sampai diketahuinya, yaitu sifat biolgik yang dapat merusak sel-sel hidup. Mulai saat itu banyak sarjana yag menaruh harapan bahwa sinar ini juga dapat digunakan untuk pengobatan. Namun pada waktu itu belum sampai terpikirkan bahwa sinar ini dapat membahayakan dan merusak sel hidup manusia. Tetapi lama-kelamaan, yaitu dalam dasawarsa pertama dan kedua abad ke-20, ternyata banyak pionir pemakai sinar Roentgen yang menjadi korban sinar ini. Kelainan biologik yang diakibatkan oleh sinar Roentgen adalah berupa kerusakan pada sel-sel hidup yang dalam tingkat dininya hanya sekedar perubahan warna sampai penghitaman kulit, bahkan sampai kerontokan rambut. Dosis sinar yang lebih tinggi lagi
2

dapat mengakibatkan lecet kulit sampai nekrosis, bahkan bila penyinaran masih saja dilanjutkan, nekrosis itu dapat menjelma menjadi tumor kulit ganas atau kanker kulit. Salah seorang di antara korban sinar Roentgen ini adalah dr. Max Herman Knoch, seorang Belanda kelahiran Paramaribo yang bekerja sebagai ahli radiologi yang bekerja di Indonesia. Beliau adalah dokter tentara di Jakarta yang pertama kali menggunakan alat Roentgen di Indonesia. Karena waktu itu masih belum diketahui bahaya sinar Roentgen maka ia bekerja tanpa menggunakan proteksi terhadap radiasi, seperti yang baru diadakan pada tahun lima puluhan. dr. Knoch telah menderita kelainan-kelainan yang cukup berat, seperti luka yang tak kunjung sembuh pada kedua belah tangannya. Akhirnya hampir seluruh lengan kanan dan kirinya menjadi rusak oleh penyakit yang tak kunjung sembuh yaitu nekrosis, bahkan belakangan menjelma menjadi kanker kulit. Beliau sampai diamputasi salah satu lengannya, tetapi itupun tidak berhasil menyelamatkan jiwanya. dr. Knoch meninggal dunia setelah menderita metastasis luas di paru-parunya pada tahun 1928. Pemeriksaan radiologis saat ini sudah berkembang sangat pesat. Sinar-X dahulu digunakan untuk pencitraan diagnostik rutin seperti foto thorax, pemeriksaan sinar-X gigi dan penggunaan radiasi sinar-X untuk terapi. Sinar-X akhir-akhir ini juga digunakan sebagai pemandu dalam prosedur intervensi pada kateterisasi pembuluh darah jantung maupun otak. Makin populernya penggunaan sinar-X pada dunia kedokteran mengakibatkan perlu adanya suatu proteksi terhadap radiasi sinar-X yang adekuat. ALARA (As Low As Reasonably Achievable) merupakan prinsip keselamatan radiasi dengan 3 prinsip utama yaitu waktu, jarak, dan penggunaan perisai pelindung.

II.2. Radiasi

Radiasi adalah pemancaran/pengeluaran dan perambatan energi menembus ruang atau sebuah substansi dalam bentuk gelombang atau partikel. Partikel radiasi terdiri dari atom atau subatom dimana mempunyai massa dan bergerak, menyebar dengan kecepatan tinggi menggunakan energi kinetik. Beberapa contoh dari partikel radiasi adalah electron, beta, alpha, photon & neutron. Sumber radiasi dapat terjadi secara alamiah maupun buatan.
3

Sumber radiasi alamiah contohnya radiasi dari sinar kosmis, radiasi dari unsur-unsur kimia yang terdapat pada lapisan kerak bumi, radiasi yang terjadi pada atsmosfir akibat terjadinya pergeseran lintasan perputaran bola bumi. Sedangan sumber radiasi buatan contohnya radiasi sinar x, radiasi sinar alfa, radiasi sinar beta, radiasi sinar gamma.

II.3. Sinar-X

Sinar x adalah pancaran gelombang elektromagnetik yang sejenis dengan gelombang listrik, radio, inframerah panas, cahaya, sinar gamma, sinar kosmik dan sinar ultraviolet tetapi dengan panjang gelombang yang sangat pendek. Penggunaan sinar x adalah sesuatu yang penting untuk diagnosa gigi geligi serta jaringan sekitarnya dan pemakaian yang paling banyak pada diagnostic imaging system. Perbedaan antara sinar dengan sinar elektromagnetik lainnya terletak pada panjang gelombang dimana panjang gelombang pada sinar x lebih pendek yaitu : 1 A = 1/100.000.000 cm = 10-8cm. Lebih pendek panjang gelombang dan lebih besar fekwensinya maka energi yang berikan lebih banyak. Energi pada sinar x memberikan kemampuan untuk penetrasi khususnya gigi, tulang dan jaringan disekitar gigi. Efek dari radiasi elektromagnetik dalam kehidupan, bervariasi tergantung panjang gelombang, Gelombang TV dan radio dimana berada di atsmosfir tidak mempunyai efek pada jaringan manusia. Microwave dengan energi radiasi yang rendah dapat menghasilkan energi panas dalam jaringan organik yang juga bekerja pada microwave ovens. Elektromagnetik dengan energi yang sangat rendah dapat menyebabkan ionisasi seperti yang ada pada MRI (magnetic resonance imaging) untuk diagnostik. Kemampuan sinar x menghasilkan gambar mengindikasikan sinar x dapat menembus kulit, jaringan dan tulang.

Gambar 1. Tabung Sinar-X

II.4. Sifat-sifat sinar-X

Sinar x mempunyai beberapa sifat fisik yaitu daya tembus, pertebaran, penyerapan, efek fotografik, fluoresensi, ionisasi dan efek biologik, selain itu, sinar x tidak dapat dilihat dengan mata, bergerak lurus yang mana kecepatannya sama dengan kecepatan cahaya, tidak dapat difraksikan dengan lensa atau prisma tetapi dapat difraksikan dengan kisi kristal. Dapat diserap oleh timah hitam, dapat dibelokkan setelah menembus logam atau benda padat, mempunyai frekuensi gelombang yang tinggi.

II.4.1. Daya tembus Sinar x dapat menembus bahan atau massa yang padat dengan daya tembus yang sangat besar seperti tulang dan gigi. Makin tinggi tegangan tabung (besarnya KV) yang digunakan, makin besar daya tembusnya. Makin rendah berat atom atau kepadatan suatu benda, makin besar daya tembusnya.

II.4.2. Pertebaran

Apabila berkas sinar x melalui suatu bahan atau suatu zat, maka berkas sinar tersebut akan bertebaran keseluruh arah, menimbulkan radiasi sekunder (radiasi hambur) pada bahan atau zat yang dilalui. Hal ini akan menyebabkan terjadinya gambar radiograf dan pada film akan tampak pengaburan kelabu secara menyeluruh. Untuk mengurangi akibat radiasi hambur ini maka diantara subjek dengan diletakkan timah hitam (grid) yang tipis.

II.4.3. Penyerapan Sinar x dalam radiografi diserap oleh bahan atau zat sesuai dengan berat atom atau kepadatan bahan atau zat tersebut. Makin tinggi kepadatannya atau berat atomnya makin besar penyerapannya.

II.4.4. Fluoresensi Sinar x menyebabkan bahan-bahan tertentu seperti kalsium tungstat atau zink sulfide memendarkan cahaya (luminisensi). Luminisensi ada 2 jenis yaitu : a. Fluoresensi, yaitu memendarkan cahaya sewaktu ada radiasi sinar x saja. b. Fosforisensi, pemendaran cahaya akan berlangsung beberapa saat walaupun radiasi sinar x sudah dimatikan (after glow).

II.4.5. Ionisasi Efek primer dari sinar x apabila mengenai suatu bahan atau zat dapat menimbulkan ionisasi partikel-partikel atau zat tersebut.

II.4.6. Efek biologi Sinar x akan menimbulkan perubahan-perubahan biologi pada jaringan. Efek
6

biologi ini yang dipergunakan dalam pengobatan radioterapi. Kesimpulan, sinar x dihasilkan dengan konversi energi listrik menjadi radiasi, tidak terlihat, penjalarannya berupa garis lurus, dapat menembus jaringan lunak dan keras serta mempunyai efek fotografis dengan menghasilkan gambar yang dapat dilihat.

II.5. Potensi bahaya sinar-X bagi kesehatan

Radiasi sinar-X dapat dibagi menjadi radiasi langsung dari sumber sinar maupun dari sinar tebaran (radiasi hambur). Sinar-X yang dipajankan ke pasien memiliki photon yang akhirnya akan dicetak menjadi film (Gambar 2). Photon dari sinar-X tersebut ketika melewati tubuh pasien nasibnya dapat terbagi menjadi 5 yaitu: photon A akan diserap oleh tubuh dan dapat dihitung dosis radiasinya; photon B merupakan radiasi hambur dimana dia tidak akan mempengaruhi dosis radiasi pasien maupun mengacaukan gambar di film karena diserap oleh grid; photon C merupakan radiasi hambur yang tidak dapat melewati tubuh pasien karena menabrak jaringan yang dapat menyerap radiasi sehingga berpengaruh terhadap dosis radiasi pasien; photon D akan membakar film secara akurat dan akan memberikan gambaran lusen pada film; photon E merupakan radiasi hambur yang akan mengganggu gambaran film.Photon A dan C yang kemudian akan menimbulkan suatu efek biologis. Sedangkan Photon B, D, dan E jika grid rusak atau terlempar keluar dari film, dapat terpajan ke radiographer.

Suatu sel jika terpajan oleh sinar-X dapat mengalami perubahan yang merupakan salah satu sifat biologis yang dimiliki sinar-X. Perubahan tersebut dapat berupa: (1)
7

kerusakan sel yang kemudian memperbaiki dirinya sendiri sehingga diperoleh sel baru yang sama, (2) kematian sel yang kemudian diganti oleh sel yang sama atau jaringan fibrosis, (3) atau kerusakan sel dimana sel pada proses perbaikan mengalami mutasi sehingga berubah menjadi ganas.

Efek radiasi pada radiasi langsung cukup berbahaya, sedangkan pada sinar hambur perlu adanya akumulasi dosis sebelum dapat mengakibatkan suatu kerusakan sel. Radiasi dari sinar-X memiliki beberapa efek yang dapat dikategorikan menjadi 2 yaitu stochastic effects dan nonstochastic effects.

II.5.1. Efek Stokhastik Efek ini merupakan hasil dari kerusakan seluler, terutama pada tingkat DNA sehingga mengakibatkan kanker atau mutasi sel basal. Keparahan dari efek tidak dipengaruhi oleh dosis radiasi yang diterima oleh pasien. Munculnya efek ini hanya dapat dijelaskan dengan cara probabilitas/ resiko. Batas maksimal seseorang menerima radiasi adalah 5 rad. Batas ini dianggap cukup aman dan memberikan margin yang cukup besar untuk kemungkinan munculnya efek stokhastik ini.

II.5.2. Efek Nonstokhastik Efek ini merupakan efek yang langsung dipengaruhi oleh banyak atau sedikitnya dosis radiasi. Efek ini dapat ditemui pada pajanan terhadap radiasi dengan dosis yang tinggi. Akibat dari efek ini berupa kerusakan multiseluler sampai dengan kerusakan kromosom. Batas dosis radiasi adalah 15 rad dimana diatas dosis tersebut kerusakan yang terjadi cukup parah, bahkan seorang ibu hamil yang menerima dosis tersebut, kehamilannya harus segera diterminasi.

Faktor yang berperan dalam efek biologis ini adalah:


8

a. b. c. d. e. f.

Dosis radiasi saat terpajan Dosis radiasi yang terakumulasi Energi dari radiasi Luas area yang terpajan Sensitifitas individual Sensitifitas sel Sel dengan sensitifitas tinggi: sumsum tulang, organ reproduksi, organ pencernaan Sel dengan sensitifitas rendah: Sistem syaraf, otot dan jaringan ikat

Oleh karena perkembangan teknologi dan kesadaran atas bahaya radiasi, kecelakan pajanan terhadap sinar-X, dan kelainan fisik akibat penggunaan sinar-X relatif sedikit. Akan tetapi, hal ini terjadi cukup banyak pada penggunaan sinar-X untuk fluoresensi. Pada saat terjadi kecelakaan pajanan terhadap sinar-X, rasa sakit hampir tidak dapat dirasakan. Walaupun begitu, 1-3 jam Gambar 3. Luka radiasi pada
pasien yang menjalani prosedur PCI (Percutaneus Coronary Intervention) yang merupakan salah satu prosedur radiologi fluoroskopi. Dosis radiasi pada kulit kurang lebih 800 rad setelah 6 minggu pasca intervensi.

setelahnya, luka bakar derajat 1 dapat ditemukan pada permukaan kulit yang terpajan dan rasa nyeri dirasakan pada seluruh jaringan yang terpajan radiasi. Kadang hal ini diikuti oleh pembengkaan yang kemudian menjadi bula yang dapat pecah dan tidak menunjukkan tanda-tanda penyembuhan. Pada

kasus yang ekstrim, cangkok kulit maupun amputasi merupakan terapi satu-satunya. Beberapa kasus katarak juga dilaporkan dapat terjadi untuk pajanan radiasi pada lensa mata.
9

Pada ibu hamil, mutasi sel pada fetus yang terpajan radiasi sinar-X dapat berkembang cukup cepat sehingga proteksi khusus terhadap ibu hamil yang memerlukan tindakan medis dengan sinar-X perlu dilakukan.

Oleh karena efek dari sinar-X ini yang cukup berbahaya, keamanan personel, pasien maupun lingkungan perlu diperhatikan secara seksama. Tidak semua fasilitas kesehatan seperti Puskesmas mampu memiliki peralatan sinar-X tanpa memenuh beberapa persyaratan terlebih dahulu. Walaupun peralatan sinar-X tersebut potensial berbahaya, resiko radiasi dapat diperkecil seminimal mungkin dengan penggunaan yang seksama dan hati-hati.

II.6. Proteksi sinar-X

ALARA (As Low As Reasonably Achievable) merupakan prinsip keselamatan radiasi dengan meminimalkan dosis radiasi dan pelepasan bahan radioaktif dengan menggunakan semua metode yang wajar. Terdapat 3 prinsip untuk memenuhi dosis sinar-X sesuai ALARA, yaitu: a. Waktu Meminimalkan waktu paparan langsung untuk mengurangi dosis radiasi. b. Jarak Membuat jarak dua kali lipat antara tubuh dengan sumber radiasi akan mengurangi paparan radiasi. c. Menggunaan perisai pelindung Penggunaan perisai pelindung yang mengandung bahan penyerap seperti kaca untuk partikel beta merupakan cara yang efektif untuk mengurangi paparan radiasi.

10

Sedangkan US Food and Drug Administration (FDA) membuat pedoman untuk meminimalkan paparan radiasi yang tidak perlu dari sinar-X: a. Mempertimbangkan keperluan penggunaan sinar-X b. Jangan menolak penggunaan sinar-X jika secara medis memang diperlukan. c. Menolak pengguaan sinar-X jika secara medis memang tidak terlalu diperlukan d. Untuk wanita hamil, hindari atau tunda penggunaan sinar-X e. Menggunakan perisai pelindung selama dilakukan prosedur penggunaan sinar-X f. Mempertimbangkan penggunaan sinar-X yang memungkinkan paparan radiasi lebih rendah
g. Simpanlah hasil pemeriksaan sinar-X (foto rontgen) untuk mengetahui seberapa

sering telah terpapar sinar-X, dan dapat juga berguna bagi dokter untuk memantau perkembangan suatu penyakit atau kelainan.

BAB III PEMBAHASAN ALARA dapat terpenuhi terutama dari desain suatu instalasi radiologi yang akan dibangun dan alat sinar-Xnya sendiri. Sebagai contoh, untuk tabung x-ray harus tertutup rapat dan tidak ada kebocoran radiasi. Pintu ruang menuju ruang pajanan sinar-X harus selalu tertutup rapat setelah digunakan dan diberi lampu indikator bahaya radiasi di atas pintu masuk. Selain dari faktor alat dan tempat, ALARA juga dipengaruhi oleh faktor personil radiographer dimana kedisiplinan dan kehati-hati merupakan syarat utama.

11

Selain

radiasi

langsung

yang

berbahaya, radiasi akumulasi yang diperoleh dari radiasi hambur juga perlu suatu tindak pencegahan. Laju dosis dari beberapa sumber radiasi, dapat ditahan dengan beberapa cara. Misalnya radiasi alpha dapat ditahan dengan selembar kertas atau kain. Radiasi beta dapat ditahan dengan suatu bahan plastik atau kulit tubuh manusia, sinarX
Gambar 4. Sifat daya tembus radiasi dengan beberapa milimeter baja atau timbal, ionisasi

dapat ditahan

radiasi gamma dengan beberapa sentimeter timbal dan neutron dengan bahan lilin atau parafin (wax) (Gambar 4.). Pada fasilitas yang sudah permanen, seperti Rumah Sakit, penggunaan dinidng penahan ruangan yang permanen sebagai pelindung sumber radiasi untuk keperluan

radiodiagnostik ditunjukkan pada Gambar 5. Dinding penahan radiasi ini, dilengkapi dengan tombol penyetop operasi sumber radiasi secara otomatis peringatan pada tanda keadaan bahaya, darurat, panel lampu penahan radiasi sinar-X dilihat dari kontrol atas sumber radiasi, serta pintu terkunci
Gambar 5. Rancangan dinding

pengendali, jalan berliku (maze)

masuk ke ruang

otomatis (interlock). Tujuan digunakan jalan masuk yang berliku, adalah untuk menahan radiasi hamburan, sehingga radiasi tidak langsung mengenai pintu jalan masuk paramedik atau petugas PUSKESMAS dan keluarga pasien yang mengantar pasien. Untuk pembuatan sistem kunci interlock seperti ditunjukkan pada Gambar 6, berupa saklar listrik yang ditempatkan diatas pintu dengan berbagai cara seperti permukaan mendatarnya tidak sama, sehingga saat saklar turun maka

12

Gambar 6. Skema sistem pengaman saklar interlock di atas pntu ruangan sinar-X

sinarX baru dapat dioperasikan. Demikian juga saat pintu terbuka dan saklar naik, maka pesawat sinarX akan mati secara otomatis. Paparan sinarX sedapat mungkin dibatasi dengan pajanan (exposure) radiasi timbal atau timah hitam, sehingga sinarX tersebut tidak menyebar kemana-mana. Rancangan penahan radiasi sebaiknya dilakukan dengan cara mengukur langsung sehingga yakin tidak ada laju dosis yang melebihi ambang batas yang telah ditentukan, dan tidak hanya berdasarkan perhitungan saja. Untuk sumber radiasi sangat tinggi dan pada jarak 1 meter dari sumber tersebut mempunyai laju dosis lebih dari 10 mSv per menit, maka perlu titik pengendalian yang terletak di luar dinding penahan sumber radiasi, sehingga pada titik pengendalian tersebut laju dosisnya tidak melebihi 2 mSv per jam. Tebal dinding beton atau timbal penahan utama (primary barrier) untuk rumah sakit maupun PUSKESMAS, memerlukan minimum timbal setebal 2 mm atau dinding beton setebal 15 cm dan untuk sinarX industri bertegangan 250 kV memerlukan timbal 10 mm atau dinding beton setebal 50 cm. Penahan utama tersebut dirancang untuk laju dosis dengan penahan radiasi berkurang sebesar sepersepuluh dari laju dosis tanpa penahan radiasi atau disebut harga ketebalan sepersepuluh (Tenth Value Thickness, TVT). Dengan demikian, agar laju dosis berkurang seperseratusnya perlu penahan radiasi setebal dua TVT dan agar berkurang seperseribunya diperlukan penahan radiasi tiga TVT dan seterusnya. Jika arah radiasi sinar-X terbatas hanya pada satu dinding saja, maka dinding

tersebut dapat digunakan sebagai dinding penahan radiasi primer (primary shield wall), sedang dinding lainnya dapat lebih tipis dan disebut dinding penahan radiasi sekunder. Dengan penipisan pada dinding penahan radiasi sekunder, maka akan dapat menghemat biaya pembangunan pengungkung ruang sinarX. Karena pesawat sinarX biasanya dioperasikan pada dasar atau diatas tanah, maka perlu mendapat perhatian daerah di atas dan di bawah ruangan sinar-X selain di sekeliling ruang sinarX tersebut. Daerah-daerah tersebut harus ada tanda-tanda yang dapat dilihat dari ruang kontrol, sehingga orang yang tidak berkepentingan tidak berada atau melewati daerah-daerah tersebut saat pesawat sinar-X dioperasikan. Tanda-tanda untuk memberitahukan kepada khalayak di sekitar ruang sinar-X bahwa saat-saat tertentu pesawat tersebut dioperasikan, dapat digunakan dengan tanda cahaya atau tanda yang berbunyi, atau suara pemberitahuan. Khusus untuk pesawat sinar-X tanda-tanda
13

peringatan tersebut harus beroperasi secara otomatis. Selain itu perlu penjelasan tertulis yang berkaitan dengan tanda-tanda peringatan tersebut. Misal sirene yang menyatakan pesawat sinar-X siap untuk dioperasikan, lampu berkedipkedip berwarna merah yang menyatakan pesawat sinar-X sedang dioperasikan. Selain itu perlu tandatanda di daerah tertentu misalnya AWAS BAHAYA RADIASI, JANGAN LEWAT dalam bahasa lokal dan akan lebih baik ditambah dengan bahasa asing lainnya yang sering di gunakan di daerah tersebut.

Selain kelamin

keselamatan ibu hamil,

pekerja, maupun

juga

perlu

diperhatikan keselamatan pasien terutama pada alat pasien, anak-anak. Peraturan pertama dari suatu tindakan medis adalah keuntungan yang diperoleh harus mengungguli resiko yang mungkin terjadi. Oleh karena itu, tindakan yang dapat digunakan antaralain adalah dengan
Gambar 7. Perisai timbal berbentuk apron dengan segala ukuran

menggunakan perisai timbal, menjaga jarak, dan meminimalisir durasi pajanan.

Untuk petugas instalasi radiologi, pencatatan dosis radiasi sekunder personil secara berkala juga perlu dilakukan. Alat untuk mengukur dosis personil tersebut antaralain film badge, dosimeter saku.

Dalam membangun dan merencanakan fasilitas ruangan penyinaran radiografi, harus memperhatikan hal-hal yang tertera dibawah ini.

a. Lokasi bagian radiologi ditempatkan disentral yang mudah dicapai dari poliklinik.
14

b. Besarnya ruangan harus sesuai dengan peralatan yang akan ditempatkan, seperti rumah sakit tipe A,B,C dan D. c. Proteksi radiasi peralatan Roentgen dan dinding ruangan harus dapat dipertanggungjawabkan untuk menjamin keamanan pasien, radiographer, pegawai, dokter dan masyarakat umum. d. Alat-alat proteksi yang dipakai ahli radiologi, radiographer serta karyawan adalah sarung tangan berlapis timah hitam dan jubah/apron yang berlapis timah hitam setebal 0,5 mm Pb. Dinding proteksi berlapis Pb dengan ketebalan ekivalen 2 mm Pb. e. Luas ruangan menurut Departemen Kesehatan harus 4x3x2,8m sehingga memudahkan memasukkan tempat tidur pasien, khusus untuk alat-alat kedokteran gigi lebih kecil dari ukuran yang diatas dengan catatan ukuran ruangan memudahkan pasien keluar dan masuk untuk melakukan foto ronsen. Dinding ruangan terbuat dari bata yang dipasang melintang (artinya 1 bata ; jika dipasang memanjang dipakai 2 bata). Bata yang dipakai harus berkualitas baik ukuran 10x20 cm. Plesteran dengan campuran semen dan pasir tertentu, tebal minimal dengan bata adalah 25 cm. Bila memakai beton, tebal dinding beton minimal adalah 15 cm. dinding yang dibuat harus ekivalen dengan 2 mm Pb. Bila ada jendela boleh ditempatkan 2 m diatas dinding atau kaca yang berlapis Pb. f. Kamar gelap yang dipakai minimal 3x2x2,8 m dan jga dibuat bak-bak pencucian film dengan porselen putih bagi yang menggunakan pencucian dengan cara manual. Harus ada air yang bersih dan mengalir, kipas angin/exhauster atau airconditioner agar udara dalam kamar gelap selalu bersih dan cukup nyaman bagi petugas yang bekerja di dalamnya selama berjam-jam. Untuk masuk ke kamar gelap dapat dipakai sistem lorong yang melingkar tanpa pintu atau sistem dua pintu untuk menjamin supaya cahaya tidak masuk. Warna dinding kamar gelap tidak perlu hitam, sebaiknya dipakai warna cerah, kecuali lorong lingkar ke kamar gelap dicat hitam untuk mengabsorpsi cahaya sebanyak mungkin. g. Ruang operator dan tempat pesawat sinar x sebaiknya dibuat terpisah atau bila berada dalam satu ruangan maka disediakan tabir yang berlapis Pb dan dilengkapi dengan kaca intip dari Pb.Pintu ruang pesawat sinar x harus diberi penahan radiasi
15

yang cukup sehingga terproteksi dengan baik. Pintu tersebut biasanya terbuat dari tripleks dengan tebal tertentu yang ditambah lempengan Pb setebal 1 1,5 mm h. Tanda radiasi berupa lampu merah harus dipasang di atas pintu yang dapat menyala pada saat pesawat digunakan.

BAB IV
16

KESIMPULAN

Sinar-X merupakan radiasi pengion yang memiliki beberapa sifat, salah satunya adalah sifat biologis. Sifat biologis dari sinar-X dapat digunakan sebagai terapi akan tetapi jika tidak digunakan secara benar dan hati-hati, sifat ini dapat membahayakan pasien, radiographer, maupun lingkungan yang terpajan oleh sinar-X tersebut.
Proteksi radiasi sangat penting dilakukan dengan prinsip ALARA ((As Low As

Reasonably Achievable) yaitu waktu, jarak, dan penggunaan perisai pelindung.


Proteksi radiasi dilakukan sejak sebelum instalasi radiologi dibangun sampai pada

saat jalannya proses pelayanan radiologis.


Kesadaran seluruh anggota instalasi radiologi akan bahaya radiasi merupakan syarat

utama tercapainya ALARA.

DAFTAR PUSTAKA

17

APLIKASI RADIASI SINAR-X DI BIDANG KEDOKTERAN UNTUK Chida, et.al. Radiation Dose and Radiation Protection for Patients andPhysicians

During Interventional Procedure. J. Radiat. Res., 51, 97105 (2010) DASAR-DASAR RADIOLOGI. Diakses dari usupress.usu.ac.id/files/Dental

%20Radiologi%20Prinsip%20dan%20Teknik_Final_Normal_bab%201.pdf pada Oktober 2011 Hall E.J., Brenner, D.J. Cancer risks from diagnostic radiology. The British Journal

of Radiology, 81 (2008), 362378 MENUNJANG KESEHATAN MASYARAKAT. Diakses dari

http://kbs.jogja.go.id/upload/53_FerrySuyatno503-509.pdf pada Oktober 2011 PENAHAN RADIASI SINARX UNTUK KEPERLUAN RADIODIAGNOSTIK

SUATU PUSKESMAS. Diakses dari http://www.batan.go.id/ptkmr/Alara/BulAlara %20Vol%203_1%20Ags%2099/BAlara1999_03108_001.pdf pada Oktober 2011 Principles of Patient Radiation Protection & ALARA Diakses dari

http://www.ceessentials.net/article5.html#objectives pada Oktober 2011 Rasad, Sjahriar. 2005. Radiologi Diagnostik Edisi Kedua. Jakarta: FKUI Wieseler, et. al. Imaging in Pregnant Patients: Examination Appropriateness. Diakses

dari radiographics.rsna.org pada Oktober 2011

18

You might also like