Professional Documents
Culture Documents
oleh
i
ii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji syukur kepada Allah SWT, atas berkah dan rahmat-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian ini dengan baik. Tanpa sadar pula,
begitu banyak pihak baik yang terlibat langsung maupun yang tidak langsung dalam
proses penyelesaian penelitian ini. Maka di kesempatan ini pula penulis hendak
mengucapkan kata terima kasih atas bantuan dan dukungan serta bimbingan dari
sejumlah nama di bawah ini yang telah memberikan sumbangan, pikiran, tenaga,
1. Terima kasih kepada kedua orang tua penulis, Sri Marheini dan Agus Santosa,
2. Terima kasih kepada Bapak dan Ibu guru dan dosen penulis di TK Puspitasari,
SD 12 Pagi, SMP 117, dan SMU 71 Jakarta Timur yang telah membimbing
pengetahuan.
3. Terima kasih kepada Dr. Dendy Sugono selaku Kepala Pusat Bahasa
4. Terima kasih kepada Ibu Nana dan Bpk Sutiman dari Kepala Pusat Bahasa
5. Terima kasih kepada dosen Kampus Tercinta, yakni Dra Hj. Mulharnetti Syas,
M.S , Drs. Moeryanto Ginting Munthe, M.S, Drs. Nurcahyadi Pelu, Drs. Patar
Nababan, Drs. Dadan Iskandar, M.S, Dra. Sri Dewiningsih, M.Si, Dra.
iii
Widyastuti, M.S, Drs. Guntoro, M.S, Drs. Intantri Kusmawarni, M.Si, Norman
Meoko, Drs. Teguh Tjatur Pramono, M.M yang sempat meluangkan waktunya
pengetahuan.
6. Terima kasih kepada Sosa dan Wulan Oktaviani yang selalu mengingatkan agar
penulis tak lupa pulang ke rumah, serta atas kasih, cinta, dan pengertiannya
selama ini.
Komunitas Kertas, UKM IISIP Teater Kinasih, UKM IISIP Kampung Seg@rt,
8. Terima kasih kepada rekan-rekan pers mahasiswa IISIP, yakni Bulettin ISSUE,
hati dan kebeningan akalnya menemani penulis hingga akhir penelitian ini.
Sengaja kutaruh kau di nomor terakhir ini, sebab kuharap pula kau lah orang
Akhir kata, penulis berharap agar penelitian ini selain bermanfaat, juga dapat
baru dalam praktik media dan bahasa di Indonesia. Sebab penelitian ini bak sebuah
karya yang baru menawarkan sebutir pengetahuan tentang secuil saja dari pluralnya
‘kebenaran’.
Priyono Santosa
v
DAFTAR ISI
ABSTRAK .................................................................................................... i
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah .............................................................. 1
B. Permasalahan Pokok .................................................................... 4
C. Tujuan Penelitian ......................................................................... 8
D. Kegunaan Penelitian .................................................................... 9
E. Sistematika Penelitian .................................................................. 10
C. Pembahasan ................................................................................. 60
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan .................................................................................. 64
B. Saran ............................................................................................ 66
LAMPIRAN-LAMPIRAN .......................................................................... 73
vii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
DAFTAR TABEL
Tabel
3. Tabel III Nama Rubrik Majalah Trax Edisi Mei 2008 ....................... 44
http://prys3107.blogspot.com
prys.3107@gmail.com
BAB I
PENDAHULUAN
Bahasa dalam suatu tatanan masyarakat adalah produk budaya masyarakat itu
sendiri. Dalam tatanan yang lebih luas, yakni suatu bangsa, bahasa bisa dimaknai
lebih dari sekedar cara manusia melakukan tindak komunikasi. Ia lambat laun
Maka tak heran jika tamsil lama mengatakan ”Bahasa Menunjukkan Bangsa”,
dapat diartikan pula bahwa bahasa menunjukkan status sosial, identitas, dan harkat
diri suatu bangsa. Dalam hal ini, sistem bahasa merupakan salah satu produk budaya
yang khas dari tiap-tiap bangsa, di mana sistem tersebut sama-sama disepakati untuk
digunakan.
cikal bakal bahasa persatuan bernama Bahasa Indonesia. Ini tercantum dalam salah
satu butir Sumpah Pemuda yang diikrarkan pada 28 Oktober 1928. Maka sejak saat
itu, bahasa Indonesia tak lagi hanya dipakai dalam bahasa percakapan sehari-hari. Ia
juga digunakan sebagai bahasa ilmiah untuk menulis buku, makalah, laporan
penelitian, kertas kerja, skripsi, tesis, disertasi, dan lain-lain. Ia juga dipakai ketika
berpidato, berdiskusi, memberi ceramah kuliah atau seminar, dan menjadi bahasa
1
http://prys3107.blogspot.com 2
prys.3107@gmail.com
Indonesia, sebagai salah satu bangsa di dunia, tentu tak lepas dari terpaan
globalisasi yang berhembus dari dan ke seluruh penjuru dunia. Masuknya budaya
kita akan dunia yang sedang bergerak maju di luar sana. Istilah-istilah asing yang
tidak dapat ditemui dalam kosakata bahasa Indonesia, tentu akan memperkaya
kosakata bahasa Indonesia dalam mendefinisikan sesuatu hal yang bersifat teknis,
terutama bahasa Inggris. Simak saja pernyataan berikut ini dari kutipan pendapat
Soedjatmoko dalam Kongres Bahasa Indonesia III yang digelar di Jakarta pada
Sejalan dengan hal di atas, Sudjoko menilai saat ini tengah terjadi pemiskinan
bahasa yang dilakukan oleh bangsa sendiri. Sejumlah kosakata bahasa Indonesia kini
1
Rosihan Anwar, Bahasa Jurnalistik Indonesia dan Komposisi, Media
Abadi, Yogyakarta, 2004, hal.73
http://prys3107.blogspot.com 3
prys.3107@gmail.com
tergusur oleh kosa kata baru yang banyak diserap dari bahasa asing. Padahal banyak
ditemukan padanannya dalam kosa kata bahasa nusantara yang jauh lebih kaya.2
komunikasi, membuat berbagai kosa kata dalam bahasa Indonesia makin tergusur.
Dan yang kini tengah terjadi adalah pemiskinan bahasa Indonesia. Sebagai
sendiri menemukan hal ini terjadi khususnya pada praktik penggunaan bahasa di
menyepelekan bahasa Indonesia dengan kaidah berbahasa Indonesia yang baik dan
benar. Bahkan menurutnya, sudah ada media massa yang mulai membelakangi
bahasa Indonesia.
sebagai stasiun televisi yang paling agresif memakai istilah asing untuk mata
programnya, misal saja program Headline News, Metro This Morning, Market
2
”Memprihatinkan, Gejala Pemiskinan Bahasa di Media”, berita dalam
Harian Warta Kota, Jakarta, 11 Januari 2003
3
”PWI Jaya Risaukan Pemakaian Bahasa Media Massa”, berita dalam
Harian Suara Pembaruan, Jakarta, 1 November 2002
http://prys3107.blogspot.com 4
prys.3107@gmail.com
arus globalisasi dunia saat ini, ada kecenderungan pemakaian bahasa asing yang kian
tahun kian meningkat dalam praktik komunikasi di Indonesia. Yang terutama paling
menonjol adalah kecenderungan tinggi akan penggunaan kata asing pada media
massa di Indonesia. Hal ini kemudian berdampak pada adanya pemiskinan atau
Indonesia menurut penulis perlu diperhatikan, sebab dapat dikatakan bahwa media
massa adalah sarana pendidikan gratis bagi masyarakat. Media massa yang
pemakaian bahasa di media massa nasional. Untuk itu, gejala kebahasaan tersebutlah
yang hendak penulis ketengahkan sebagai permasalah pokok dalam penelitian ini.
B. Permasalahan Pokok
Secara asumtif, penulis menemukan adanya pemakaian kata asing yang cukup
intens dalam praktik wacana Majalah Trax, yakni sebuah majalah bulanan yang
mengulas dunia musik (60%), film (15%), dan gaya hidup (25%) yang diterbitkan
oleh perusahaan waralaba asing MTV Indonesia pada tahun 2003. Majalah Trax pada
http://prys3107.blogspot.com 5
prys.3107@gmail.com
awalnya bernama MTV Trax Indonesia sebagai versi cetak dari MTV. MTV Trax
Indonesia (Majalah) sendiri merupakan pelopor majalah MTV di Asia, karena setelah
kemunculan pertama majalah ini, Thailand pun menyusul mencetak MTV Trax edisi
muncul pada awal 1980-an di Amerika. Mengenai MTV, penulis memandang bahwa
sejak kemunculannya tersebut telah mempengaruhi gaya hidup kaum muda hampir di
Seperti yang ditulis Kompas, edisi 21 September 2003, MTV ditonton kaum
muda di Amerika, Rusia, Eropa, Jepang, dan Indonesia: “Dia tampaknya telah
menjadi salah satu unsur yang mempengaruhi gaya hidup kaum muda di berbagai
negeri. Dia menjadi bagian dari gelombang penyeragaman gaya yang disebut . . .
memandang bahwa MTV Trax Indonesia (Majalah) merupakan salah satu agen
di Indonesia dalam generasi kaum muda yang disebut-sebut sebagai “generasi MTV”.
4
“Kami Tak Tahu Mau Kemana...”, feature dalam Harian Kompas Minggu,
Jakarta, edisi 21 September 2003
http://prys3107.blogspot.com 6
prys.3107@gmail.com
Memiliki oplah berkisar 30 ribu hingga 40 ribu eksemplar sejak tahun pertama
hingga tahun ke tiga terbit, MTV Trax Indonesia kemudian melepaskan waralaba
MTV dan berubah nama menjadi Trax Magazine (Majalah Trax) di bawah naungan
grup divisi media dalam PT Mugi Rekso Abadi (MRA Media) yang juga bergelut
Trax adalah media yang tepat untuk dijadikan subjek penelitian di sini. Terlebih lagi
mnenyimak bahwa remaja Indonesia, yang juga menjadi pangsa pasar Majalah Trax,
kelak menjadi generasi penerus budaya bangsa Indonesia yang hendaknya tidak
terdapat pada segenap ekspresi komunikasi dan teks media, baik itu teks berita,
editorial, penamaan rubrik, hingga teks motto yang diusung media tersebut.
5
Ibid.
6
www.mra.co.id diakses pada 11 September 2007
http://prys3107.blogspot.com 7
prys.3107@gmail.com
media massa akan dipandang sebagai praktik wacana media yang mengandung relasi
mengenai analisis wacana berdasarkan pada kajian linguistik dan pemikiran sosial-
perspektif ini membawa konsekuensi tertentu. Bahasa secara sosial dan historis
adalah bentuk tindakan, dalam hubungan dialektik dengan stuktur sosial. Oleh karena
itu, analisis harus dipusatkan pada bagaimana bahasa itu terbentuk dan dibentuk dari
Dari keterangan di atas, maka penelitian ini pun dilakukan tidak berhenti
hanya pada analisis di tingkat mikro yang menekankan pada penggunaan bahasa
dalam teks semata. Namun melanjutkannya ke tingkat meso, yakni bagaimana teks
tersebut diproduksi oleh para awak redaksi dan dikonsumsi khalayak. Hingga analisis
pun ditempatkan pula pada tingkat makro, yakni bagaimana relasi kekuasaan pada
struktur sosial, ekonomi, politik, dan budaya masyarakat yang melingkupi praktik
wacana Majalah Trax. Sedangkan penentuan Majalah Trax edisi September 2007
7
Norman Fairclough, “Critical Discourse Analysis and the Marketization of
Public Discourse: The Universities”, dalam Critical Discourse Analysis, London and
New York, Longman, 1998, hal.131-132, dalam Eriyanto, Analisis Wacana:
Pengantar Analisis Teks Media, Certakan ke-4, LKiS, Yogyakarta, 2005, hal.285
http://prys3107.blogspot.com 8
prys.3107@gmail.com
merupakan bulan bahasa dan sastra yang tengah diperingati pada saat penelitian ini
hendak dilakukan.
wacana dalam paradigma kritis pada penelitian ini merupakan salah satu upaya
penulis untuk melakukan kritik atas hubungan sosial yang timpang dari aspek
penggunaan bahasa dalam praktik wacana di media. Dan pada akhirnya lewat
WACANA KRITIS)
C. Tujuan Penelitian
hubungan antara teks yang mikro, produksi dan konsumsi teks yang meso, dengan
Penelitian ini juga dilakukan dengan tujuan praktis untuk melakukan kritik
atas hubungan sosial yang timpang dari aspek penggunaan bahasa dalam praktik
wacana di Majalah Trax. Dan pada akhirnya penelitian ini bertujuan mengupayakan
D. Kegunaan Penelitian
pada paradigma kritis. Penelitian ini juga berguna sebagai pengembangan model
analisis teks yang berlandaskan pada teori wacana untuk mendalami bagaimana
penggunaan bahasa dalam media massa nasional, khususnya Majalah Trax. Kareanya,
penelitian ini memiliki kontribusi dalam memperkaya kajian ilmu sosiolinguistik dan
komunikasi massa.
memberi memberi masukan kepada media massa pada umumnya, dan Majalah Trax
pada khususnya untuk memperhatikan konsekuensi dari penggunaan kata asing yang
E. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan dalam penelitian ini terdiri dari lima bab, penjelasannya
sebagai berikut:
Pokok; Tujuan Penelitian dan Kegunaan Penelitian baik secara teoritis maupun
praktis; dan Sistematika Penulisan berisi penjelasan sistematis mengenai hal-hal apa
BAB II KERANGKA TEORI, terdiri dari Tinjauan Pustaka yang berisi uraian
definisi yang menjadi operasionalisasi dalam penelitian ini; dan Kerangka Pemikiran
berupa bagan penelitian sebagai penjelasan menyeluruh atas isi dari bab ini.
yakni paradigma kritis; Metode Penelitian yang bersifat kualitatif dengan model
penelitian Analisis Wacana Kritis; Bahan Penelitian yaitu teks berita yang akan
diteliti menggunakan metode analisis wacana kritis, dan Unit Analisis yang
dan observasi, serta studi kepustakaan sebaagi referensi; dan Metode Analisis Data
Penelitian yang berisi; Hasil Penelitian yang berisi hasil penelitian dari tiga tingkat
http://prys3107.blogspot.com 11
prys.3107@gmail.com
analisis mikro, meso, dan makro; dan Pembahasan yang berisi pembahasan dari hasil
penelitian.
penulis mengenai keseluruhan isi dari penelitian ini; dan Saran sebagai rekomendasi
kepada MBM Tempo terkait dengan hasil penelitian yang dilakukan penulis.
http://prys3107.blogspot.com
prys.3107@gmail.com
BAB II
KERANGKA TEORI
A. Tinjauan Pustaka
pada bagian ini akan diuraikan tinjauan pustaka atas dua konsep yang terkait dengan
masalah pokok, khususnya sebagai kerangka teori penelitian dengan bersandar pada
buah pikiran, baik lisan maupun tulisan, yang resmi dan teratur.”1
seseorang yang kaitannya dengan ada tidaknya kesatuan dan koherensi dalam tulisan
yang disajikannya. Makin baik cara atau pola berpikir seseorang, pada umumnya
1
Alex Sobur, Analisis Teks Media: Suatu Pengantar untuk Analisis
Wacana, Analisis Semiotik, dan Analisis Semiotik, PT Remaja Rosda Karya,
Bandung, 2001, hal.10
2
Loc.Cit.
12
http://prys3107.blogspot.com 13
prys.3107@gmail.com
komunikasi yang terbentuk dari kesatuan (kohesi) dan (kepaduan) koherensi dalam
bahasa. Namun pengertian wacana tersebut baru sebatas dalam pengertian struktural.
Untuk itu dalam menguraikan bagaimana teori wacana sebagai landasan teoritis
penelitian ini dan model analisis wacana kritis yang digunakan, penulis mengacu
keterkaitan yang baik antara kohesi dan koherensi dalam kalimat, maka menurut
pengetahuan. Untuk itu, penulis akan memulai pembahasan teori wacana dari asumsi
kekuatan pihak tertentu untuk menguasai yang pihak lemah. Misal saja kekuasaan
raja atau pemerintah kepada rakyatnya. Kekuasaan di sini tentu bersifat negatif.
Namun Foucault, seperti yang ditulis Melani Budianta, justru memandang kekuasaan
bersifat produktif:
Berbeda dengan konsep kekuasaan yang umum, yakni yang dimiliki oleh
pihak-pihak yang kuat terhadap yang lemah, kekuasaan bagi Foucault seperti
yang diuraikan dalam bukunya Power/ Knowledge bukanlah merupakan suatu
http://prys3107.blogspot.com 14
prys.3107@gmail.com
entitas atau kapasitas yang dapat dimiliki oleh satu orang atau lembaga,
melainkan dapat diibaratkan dengan sebuah jaringan yang tersebar dimana-mana.
Jadi kekuasaan tidak datang secara vertikal dari penguasa terhadap yang
ditindas, dari pemerintah ke rakyat, melainkan datang dari semua lapisan
masyarakat, ke segala arah.3
secara vertikal dari atas ke bawah, atau dari institusi penguasa kepada individu yang
dikuasai, melainkan bahwa kekuasaan datang dari semua lapisan tetapi ia menyebar
secara kompleks kepada segenap individu sebagai subjek yang kecil, dan
apa yang manusia anggap sebagai ’kebenaran’, merupakan hasil dari relasi-relasi
sendiri. Foucault, seperti yang dikutip Mh. Nurul Huda, kemudian berpendapat
bahwa:
3
Melani Budianta, “Teori Sastra Sesudah Strukturalisme dari Studi Teks ke
Studi Wacana Budaya”, artikel dalam Bahan Pelatihan Teori dan Kritik Sastra,
Pusat Penelitian Kemasyarakatan dan Budaya, Lembaga Penelitian Universitas
Indonesia, hal. 49
4
Mh. Nurul Huda, “Ideologi Sebagai Praktek Kebudayaan”, artikel dalam
Jurnal Filsafat Driyarkara, Edisi Th.XXVII No.3/2004, hal.53
http://prys3107.blogspot.com 15
prys.3107@gmail.com
menyebar itulah manusia membuat atau memproduksi sistem atas suatu pengetahuan
tertentu yang tidak lagi dipertanyakan orang, hingga dianggap sebagai suatu
’kebenaran’.
diri melalui wacana dengan berbagai cara. Salah satu di antaranya adalah melalui
prosedur menyeleksi atau memisahkan mana yang dianggap layak dan yang tidak
5
Melani Budianta, Op.Cit., hal.48
6
Eriyanto, Op.Cit., hal.66-67
http://prys3107.blogspot.com 16
prys.3107@gmail.com
Hal tersebut penulis pahami bahwa kebenaran atau pengetahuan manusia yang
yang melingkari manusia itu sendiri. Apa yang dianggap benar dan yang dianggap
salah oleh manusia, merupakan wacana sebagai hasil dari relasi kekuasaan dengan
yang terbentuk darinya, relasi kekuasaan yang ada di baliknya, dan kesaling-berkaitan
Memandang media massa dalam paradigma kritis di sini, berarti seperti yang
diungkapkan Eriyanto tentang ide dan gagasan Marxis dan Mazhab Frankfurt yang
Masyarakat dilihat sebagai suatu sistem dominasi, dan media adalah salah satu
bagian dari sistem dominasi tersebut.
.................................................................
Media adalah alat kelompok dominan untuk memanipulasi dan mengukuhkan
kehadirannya sembari memarjinalkan kelompok yang tidak dominan.7
entitas yang bebas nilai. Media merupakan alat kelompok dominan untuk menguasai
7
Ibid., hal.22
http://prys3107.blogspot.com 17
prys.3107@gmail.com
menjadi unsur penting untuk diamati. Hal ini mengacu pada pernyataan Dedy N.
Hidayat yang mengatakan bahwa pemanfaatan bahasa dalam media massa antara lain
Media massa merupakan salah satu arena sosial tempat berbagai kelompok sosial
–masing-masing dengan politik bahasa yang mereka kembangkan sendiri–
berusaha menampilkan definisi situasi, atau definisi relitas versi mereka yang
paling sahih. Itu antara lain dilakukan melalui politik bahasa yang dikembangkan
oleh masing-masing kelompok sosial yang terlibat.8
kelompok lain.
Adapun praktik wacana media yang penulis fokuskan dalam penelitian ini
bukan pada usaha kelompok dominan dalam meminggirkan kelompok minor. Namun
fokus praktik wacana dalam penelitian ini lebih kepada praktik media massa dalam
8
Dedy N. Hidayat, “Politik Media, Politik Bahasa Dalam Proses Legitimasi
dan Delegitimasi Rejim Orde Baru”, artikel dalam Sandra Kartika dan M. Mahendra
(Ed), Dari Keseragaman Menuju Keberagaman; Wacana Multikultural Dalam
Media, Penerbit Lembaga Studi Pers dan Pembangunan (LSPP), Jakarta, 1999,
hal.48-49
http://prys3107.blogspot.com 18
prys.3107@gmail.com
Praktik wacana tersebut akan penulis amati dalam tiga tingkat, yakni mikro
(teks), meso (produksi dan konsumsi), serta makro (relasi kekuasaan dalam struktur
Teks adalah semua bentuk bahasa, bukan hanya kata-kata yang tercetak di lembar
kertas, tetapi juga semua jenis ekspresi komunikasi, ucapan, musik, gambar, efek
suara, citra, dan sebagainya. Konteks memasukkan semua situasi dan hal yang
berada di luar teks dan mempengaruhi pemakaian bahasa, seperti partisan dalam
bahasa, situasi di mana teks tersebut diproduksi, fungsi yang dimaksudkan, dan
sebagainya. Wacana di sini, kemudian dimaknai sebagai teks dan konteks secara
bersama-sama dalam suatu proses komunikasi.9
kecenderungan pemakaian kata asing dalam segenap ekspresi komunikasi dan teks
media, baik itu teks berita, editorial, penamaan rubrik, hingga teks motto yang
Analisis pada tingkat meso ditekankan pada bagaimana pengunaan kata asing
dalam teks tersebut diproduksi oleh para awak redaksi dan dikonsumsi khalayak.
Hingga analisis pun ditempatkan pula pada tingkat makro, yakni bagaimana relasi
kekuasaan pada struktur sosial, ekonomi, politik, dan budaya masyarakat yang
9
Eriyanto, Op.Cit., hal.9
http://prys3107.blogspot.com 19
prys.3107@gmail.com
Definisi ini dipahami penulis bahwa kata adalah satuan kumpulan bunyi
secara lisan dan satuan huruf terkecil yang memiliki arti secara tulisan.
Sedangkan arti ‘kata’ oleh M. Ramlan adalah ”satuan gramatik bebas yang
Pengertian ini penulis pahami bahwa kata adalah satuan terkecil penulisan
huruf yang dapat berdiri sendiri dan berada di antara dua spasi.
Dari dua referensi di atas, ada perbedaan pokok dalam mendefinisikan kata.
M. Ramlan sendiri mengkritik definisi kata oleh Sutan Takdir dengan menjelaskan,
sebuah kata tidaklah harus selalu mengandung perhatian. ”Hal ini disebabkan ada
jenis kata yang tidak dapat berdiri sendiri, misalnya pada kata bahwa, terhadap,
Penulis menyepakati definisi kata oleh M. Ramlan, yakni kata adalah satuan
terkecil penulisan huruf yang berdiri sendiri dan berada diantara dua spasi.
Dalam penelitian ini, kata asing mengacu pada kosakata yang berada di luar
kosakata bahasa Indonesia seperti Inggris, Perancis, Latin, Arab, Belanda, dan
10
Sutan Takdir Alisyahbana, Tata Bahasa Baru Bahasa Indonesia, PT Dian
Rakyat, Jakarta, hal.72
11
M. Ramlan, Tata Bahasa Indonesia Penggolongan Kata, Andi Offset,
Yogyakarta, hal.7
12
Ibid, hal.9
http://prys3107.blogspot.com 20
prys.3107@gmail.com
sebagainya. Kesimpulan ini penulis ambil bersandarkan pada Kamus Besar Bahasa
Indonesia, dimana bahasa asing diartikan sebagai ”bahasa milik bangsa lain yang
dikuasai biasanya melalui pendidikan formal dan yang secara sosiokultural tidak
huruf yang berdiri sendiri dan berada diantara dua spasi yang mengacu pada kosakata
yang berada di luar kosakata bahasa Indonesia seperti Inggris, Perancis, Latin, Arab,
13
Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus
Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta, hal.66
14
Arifin, E. Zaenal dan S. Amran Tasai, Cermat Berbahasa Indonesia:
Untuk Perguruan Tinggi, Akademika Pressindo, Jakarta, 2000, hal.201-202
http://prys3107.blogspot.com 21
prys.3107@gmail.com
1. Kata yang belum sepenuhnya terserap ke dalam bahasa Indonesia, kata ini dipakai
dalam bahasa Indonesia, dan pengucapannya masih mengikuti cara asing. Misal:
2. Kata asing yang pengucapan dan penulisannya disesuaikan dengan kaidah bahasa
3. Penggunaan kata asing dengan menyerap akhiran (sufiks) yang berasal dari
implementasi – implemen.
• Pemungutan utuh. Biasanya kata yang berlaku secara internasional seperti kata
‘rebound’, serta bagi kata asing yang belum ada padanan kosakatanya dalam
bahasa Indonesia.
Namun di luar unsur serapan, ada pula penggunaan kata asing yang
sebenarnya telah memiliki padanan kata dalam bahasa Indonesia. Dalam artian, ada
kata asing yang sebenarnya tidak perlu dipakai karena kata tersebut telah memiliki
padanan kata. Sebagai contoh, di sini penulis tampilkan pernyataan Amin Rais yang
http://prys3107.blogspot.com 22
prys.3107@gmail.com
dikutip Koran Tempo, edisi 16 September 2000: “Kalau pengumpulan tanda tangan
mencapai lebih dari separuh anggota DPR, itu indikasi yang no good buat Akbar.”
Dapat disimak bahwa pemakaian kata asing “no good” dalam pernyataan tersebut
merupakan kata yang tanpa memiliki padanan dan masih bisa diterjemahkan. Gejala
penggunaan kata asing semacam inilah yang penulis pandang sebagai peminggiran
bahasa Indonesia.
B. Operasionalisasi Konsep
konsep yang operasional bukan merupakan ukuran pasti dan terukur. Namun hal ini
penelitian dan melihat bagaimana konsep-konsep yang ada dapat bekerja selanjutnya.
Berikut ini uraian singkat yang penulis gunakan sebagai acuan operasional
2. Media massa dalam paradigma kritis bukanlah sarana yang netral dalam
tersebut dalam posisi yang dominan dan marjinal. Media merupakan pembentuk
penelitian ini, Majalah Trax adalah kelompok institusi media yang dikelilingi
3. Kata Asing adalah satuan terkecil penulisan huruf yang berdiri sendiri dan berada
diantara dua spasi yang mengacu pada kosakata yang berada di luar kosakata
bahasa Indonesia seperti Inggris, Perancis, Latin, Arab, Belanda, dan sebagainya.
http://prys3107.blogspot.com 24
prys.3107@gmail.com
C. Kerangka Pemikiran
Majalah Trax
Praktik Wacana
Discourse Practice
Sociocultural Practice
http://prys3107.blogspot.com
prys.3107@gmail.com
BAB III
DESAIN PENELITIAN
A. Paradigma Penelitian
Paradigma yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah paradigma kritis.
yang bersumber dari Teori Kritis Mazhab Frankfurt. Paradigma kritis sendiri
bahwa paradigma kritis adalah salah satu dari banyak paradigma penelitian:
Paradigma kritikal melihat realitas yang teramati (vitual realiy), dalam hal ini
realitas media, adalah realitas ‘semu’ yang terbentuk oleh proses sejarah dan
kekuatan-kekuatan sosial budaya dan ekonomi politik. Dengan demikian… yang
menjadi objek dalam riset ini, adalah realitas yang teramati sebagai konstruksi
para pembuatnya (wartawan) yang dipengaruhi oleh faktor sejarah media di
mana para wartawan bekerja dan oleh kekuatan-kekuatan lain itu.1
kritis memandang objek realitas yang diamati dalam penelitian adalah realitas semu
yang terbentuk oleh faktor sejarah kekuatan-kekuatan lain yang mengelilingi media
tersebut.
1
Ibnu Hamad, Konstruksi Realitas Politik Dalam Media Massa; Sebuah
Studi Critical Discourse Analysis terhadap Berita-berita Politik, Penerbit Granit,
Jakarta, 2004, hal.38
25
http://prys3107.blogspot.com 26
prys.3107@gmail.com
“paradigma kritik melihat hubungan antara peneliti dan realitas yang diteliti selalu
terlepas dari kepentingan atau pengaruh sosial. Sebab pada dasarnya peneliti sebagai
individu merupakan bagian dari masyarakat itu sendiri dan paradigma kritis
berasumsi bahwa pengetahuan bukanlah sesuatu yang terpisah dan lebih penting dari
tindakan.
sebagai berikut:
2
Ibid., hal.43
3
Ibid., hal.44
http://prys3107.blogspot.com 27
prys.3107@gmail.com
apabila, “topik penelitiannya merupakan hal yang sifatnya kompleks, sensitif, sulit
diukur dengan angka, dan berhubungan erat dengan interaksi sosial dan proses
sosial.”5
penelitian yang menghasikan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari
orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. . . pendekatan ini diarahkan pada latar
4
Emy Susanti Hendrarso, “Penelitian Kualitatif: Sebuah Pengantar”, dalam
Bagong Suyanto dan Sutinah (Ed.), Metode Penelitian Sosial: Berbagai Alternatif
Pendekatan, Penerbit Kencana, Jakarta, 2005, hal.166
5
Ibid., hal.170
6
Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, PT Remaja Rosdakarya,
Bandung, 2000, hal.3
http://prys3107.blogspot.com 28
prys.3107@gmail.com
Bahasa Indonesia dalam praktik wacana media yang sifatnya kompleks, sulit diukur
dengan angka, dan berhubungan erat dengan interaksi sosial dan proses sosial.
Karenanya, penelitian yang penulis jalankan di sini tidak semata menghasilkan data
yang dapat diukur berupa angka, namun akan menghasikan data deskriptif berupa
kata-kata tertulis atau lisan dari perilaku media yang dapat diamati.
membuat hubungan penulis sebagai peneliti dengan objek penelitian adalah hubungan
yang interaktif, dan sarat penilaian. Interpretasi penulis sebagai peneliti terhadap
objek penelitian tak bisa dilepaskan dari latar subjektif sosio-kultur penulis.
”mesti disadari bahwa proses pemaknaan itu tak bisa dilepaskan dari unsur
subyektivitas sang pemberi makna. Namun tak perlu khawatir, sebab teori-teori jenis
ini memang mengizinkan seorang peneliti melakukan interpretasi atas teks secara
7
Agus Sudibyo, Ibnu Hamad dan Muhamad Qadari, Kabar-Kabar Kebencian:
Prasangka Agama di Media Massa, ISAI, Jakarta, 2001, hal.18
http://prys3107.blogspot.com 29
prys.3107@gmail.com
berikut:
Dari keterangan di atas, penulis memahami bahwa pada dasarnya setiap teks
dapat dimaknai secara berbeda dan ditafsirkan secara beragam. Karenanya, metode
menekankan pada pemaknaan pesan laten dalam teks sesuai kemampuan interpretasi
B. Metode Penelitian
Metode yang penulis gunakan disini adalah metode Analisis Wacana Kritis
antara teks yang mikro, produksi dan konsumsi teks yang meso, dengan konteks
Pertama, analisis mikro, yakni analisis pada teks semata, yang dipelajari terutama
unsur bahasa yang dipakai. Kedua, analisis makro, yakni analisis struktur sosial,
ekonomi, politik, dan budaya masyarakat.
8
Alex Sobur, Op.Cit., hal.70-71
http://prys3107.blogspot.com 30
prys.3107@gmail.com
................................................ .............
Ketiga, analisis meso, yakni analisis pada diri individu sebagai penghasil atau
pemroduksi teks, termasuk juga analisis pada sisi khalayak sebagai konsumen
teks.9
Ketiga tingkatan ini sejalan dengan tujuan penelitian yang hendak mengetahui
bagaimana hubungan antara teks berita yang mikro, produksi dan konsumsi teks yang
meso, dengan konteks sosial yang makro dalam praktik wacana Majalah Trax.
Eriyanto mengatakan bahwa ketiga level tersebut secara lengkap terdapat pada
model yang diperkenalkan oleh Teun A. van Dijk dan Norman Fairclough yang juga
memokuskan analisis pada level meso produksi teks berita. Ia mengatakan bahwa,
”Pada model van Dijk dan Fairclough bukan semata memasukkan konteks sebagai
variabel penting dalam analisis tetapi juga analisis pada tingkat meso, bagaimana
Adapun model yang diperkenalkan oleh Norman Fairclough dalam tiga level:
teks, dicourse practice, dan sociocultural practice. Model ini sesuai dan tepat
digunakan sebagai pisau analisis dalam penelitian ini. Karena selain melakukan
analisis pada level teks mikro dan konteks yang makro, analisis juga ditekankan pada
level discouse practice yang merupakan analisis meso pada proses produksi dan
konsumsi teks.
9
Eriyanto, Op.Cit, hal.344-345
10
Ibid., hal.345
http://prys3107.blogspot.com 31
prys.3107@gmail.com
pemakaian bahasa sebagai praktik sosial, lebih daripada aktivitas individu atau untuk
merefleksikan sesuatu.”11
Khusus dalam level teks, analisis menekankan pada ”bagaimana teks itu
mencerminkan kekuatan sosial dan politik yang ada dalam masyarakat. Bagaimana
teks mempunyai keterkaitan yang erat dengan praktik sosial politik yang terjadi dan
Lewat level teks model Fairclough inilah, dimensi praktik wacana media
sebagai praktik wacana media, maka penulis memandang bahwa ketiga kategori
analisis teks yang digagas Fairclough perlu dimodifikasi sesuai dengan relevansi
11
Ibid., hal.286
12
Ibid., hal.345
13
Ibid., hal.287
http://prys3107.blogspot.com 32
prys.3107@gmail.com
kecenderungan pemakaian kata asing dalam teks sebagai praktik wacana media.
Maka pada level teks, penulis menggunakan metode analisis teks ekletif.
Ibnu Hamad menjelaskan bahwa metode analisis teks ekletif sebagai ”sebuah
metode.”14
Dua alasan dipakainya metode ekletif ini, pertama, metode analisis wacana
banyak ragamnya dan tampaknya dibangun berdasarkan keperluan si pembuat
untuk menjelaskan masalah penelitiannya.
..................................................................
Kedua, dipakainya analisis wacana ekletif, didasarkan pada kepatutan sebuah
metode. Bahwasanya, pemakaian sebuah metode penelitian haruslah disesuaikan
dengan permasalahannya.15
Pendapat ini juga diperkuat oleh keterangan Eriyanto yang mengatakan bahwa
setiap model dalam metode analisis wacana kritis memiliki karakteristiknya masing-
masing, serta ”ada kemungkinan dua bentuk metode tersebut diintegrasikan agar
menggunakan metode analisis teks ekletif yang relevan dengan tujuan penelitian demi
14
Ibnu Hamad., Op.Cit., hal.48
15
Ibid., hal.48-50
16
Eriyanto, Op.Cit., hal.337
http://prys3107.blogspot.com 33
prys.3107@gmail.com
mendapatkan hasil penelitian yang maksimal. Maka dalam hal ini, penulis mengacu
pada prinsip penggunaan kata asing yang tekah penulis uraikan dalam kerangka teori.
dan apa termasuk dalam jenis yang mana kata asing tersebut yang digunakan. Namun
kecenderungan pemakaian kata asing dalam segenap ekspresi komunikasi dan teks
media, baik itu teks berita, editorial, penamaan rubrik, hingga teks motto yang
diusung media tersebut praktik wacana yang diterapkan dan dikembangkan oleh para
awak redaksi Majalah Trax. Sehingga dari sinilah dapat diketahui bagaimana Bahasa
Indonesia terpinggirkan.
proposisi, kalimat, dan paragraf sebagai ekspresi komunikasi yang terkandung pada
Majalah Trax Edisi Tahun 2008. Sedangkan, unit analisis yang penulis gunakan
khususnya pada level teks yakni 5 bentuk penulisan yang lazim dijumpai dalam
Kelima bentuk penulisan tersebutlah yang hendak penulis kaji dalam hal
penggunaan bahasa sebagai unit analisis. Pengkategorian dan pembatasan jumlah unit
paradigma kritis.
D. Pengambilan Sampel
sampel yang bertujuan (purposive sampling) yang dilakukan dengan cara mengambil
subjek bukan didasarkan atas strata, random, atau daerah tetapi didasarkan atas
adanya tujuan tertentu. Teknik ini biasanya dilakukan karena beberapa pertimbangan,
misalnya alasan keterbatasan waktu, tenaga dan dana sehingga tidak dapat menarik
Penentuan sampel Majalah Trax edisi Tahun 2008, yakni terbitan bulan Mei
2008 penulis tentukan sesuai dengan relevansi penelitian dimana saat ini (tahun 2008)
Mei 2008. Yang juga penting untuk dinyatakan di sini bahwa relevansi peristiwa 100
tahun Kebangkitan Nasional dengan penentuan sampel penelitian ini, dapat dimaknai
sebagai upaya penulis dalam merefleksikan secara ilmiah dan kritis tentang
bagaimana kondisi budaya dan bahasa Indonesia setelah berlalunya satu abad
http://prys3107.blogspot.com 35
prys.3107@gmail.com
Kebangkitan Indonesia hari ini. Maka sesuai dengan tujuan penelitian, sampel yang
penulis gunakan di sini adalah teks Majalah Trax edisi Mei 2008. 17
Metode pengumpulan data dalam penelitian ini terdiri dari tiga level wacana,
yaitu level teks, discourse practice, dan sosiocultural practice. Pengumpulan data
pada level teks dilakukan dengan analisis teks ekeltif untuk mengetahui bagaimana
kecenderungan pemakaian kata asing dalam segenap ekspresi komunikasi dan teks
media, baik itu teks berita, editorial, penamaan rubrik, hingga teks motto yang
diusung media tersebut praktik wacana yang diterapkan dan dikembangkan oleh para
studi pustaka dan penelusuran sejarah lewat tulisan, artikel atau buku-buku mengenai
aspek-aspek makro seperti sistem politik, ekonomi, atau sistem budaya masyarakat
17
Pada proposal penelitian (September 2007, Jakarta), pengambilan sampel
ditentukan pada edisi September 2007 sesuai dengan relevansi penelitian, dimana
September merupakan bulan bahasa dan sastra yang tengah diperingati pada saat
penelitian ini hendak dilakukan. Namun demi keperluan aktualitas dan validitas data,
penulis kemudian menentukan ulang pengambilan sampel yang jatuh pada sampel
Edisi Mei 2008.
http://prys3107.blogspot.com 36
prys.3107@gmail.com
Metode analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini terdiri dari tiga level
wacana, yaitu level teks, discourse practice, dan sosiocultural practice. Rinciannya
1. Level Teks
Pada level ini, analisis akan ditujukan pada penulis akan melakukan analisis
pada produksi teks dan konsumsi teks dari observasi dan hasil wawancara mendalam
dengan pihak media. Khusus pada produksi teks, analisis akan difokuskan pada sisi
http://prys3107.blogspot.com 37
prys.3107@gmail.com
individu wartawan, hubungan dengan struktur organisasi media, dan rutinitas kerja
dari proses produksi teks. Pada konsumsi teks, analisis akan dilakukan pada
berita.18
Pada level ini, penulis akan menganalisis data dari hasil studi pustaka dan
ekonomi, dan sistem budaya masyarakat secara keseluruhan sebagai konteks di mana
Majalah Trax berpraktik. Terutama pada tiga level analisis sebagai berikut:
18
Fairclough sendiri menyarankan dengan mengamati teks yang dikonsumsi
oleh publik. Tetapi dalam penelitian ini dimodifikasi menjadi pertimbangan redaksi
tentang pembaca. Hal ini dilakukan dengan mengacu pada analisis level konsumsi
teks dalam penelitian Ibnu Hamad (2004:48)
http://prys3107.blogspot.com 38
prys.3107@gmail.com
TABEL I
TABEL II
BAB IV
A. Subyek Penelitian
Majalah Trax (Trax Magazine) awalnya terbit dengan nama MTV Trax
Indonesia pada tanggal 8 Agustus 2002 oleh perusahaan waralaba asing MTV
Indonesia. MTV Trax Indonesia (Majalah) sendiri merupakan pelopor majalah MTV
di Asia, karena setelah kemunculan pertama majalah ini, Thailand pun menyusul
mencetak MTV Trax edisi Thailand dan Singapura dengan tabloid MTV Ink. Dengan
target sasaran khalayak antara usia 18 sampai 25 tahun, Majalah MTV Trax Indonesia
berisi tentang ulasan dunia musik (60%), film (15%), dan gaya hidup (25%).
pertama hingga tahun ke tiga terbit, MTV Trax Indonesia kemudian melepaskan
waralaba MTV dan berubah nama menjadi Trax Magazine (Majalah Trax) di bawah
naungan grup divisi media dalam PT Mugi Rekso Abadi (MRA Media) yang juga
bergelut dalam bisnis retail, otomotif, makanan, dan perhotelan di Indonesia. Kini
dengan total sirkulasi 40.000 eksemplar pada tahun 2006, Majalah Trax
menempatkan posisinya sebagai salah satu majalah musik dan gaya hidup yang
40
http://prys3107.blogspot.com 41
prys.3107@gmail.com
Irmawati Taufik
http://prys3107.blogspot.com 42
prys.3107@gmail.com
B. Hasil Penelitian
Penggunaan Kata Asing pada level teks. Dari unit analisis tersebut (yakni penulisan
Motto Majalah; penulisan Ruang Redaksi; penulisan Nama Rubrik; penulisan Judul
dan penarikan kesimpulan lewat kerangka analisis teks ekletif yang telah penulis
Motto Majalah Trax adalah ‘music & attitude magazine’. Motto ini tercantum
persis di bawah logo Majalah Trax pada halaman sampul depan majalah tiap
menggunakan kata asing yang tergolong ke dalam jenis kata asing yang masih dapat
2
Pengutipan bahasa asing tanpa kursif dan huruf kapital pada berbagai kata,
frase, kalimat dan paragraf dalam bagian analisis teks di sini mengacu sesuai aslinya
yang tercantum dalam teks majalah
http://prys3107.blogspot.com 43
prys.3107@gmail.com
secara vertikal dan menempati satu kolom halaman. Pencantuman Ruang Redaksi ini
nama individu berikut yang terlibat dalam keredaksian majalah, serta komentar
singkat tiap individu tersebut mengenai tema utama yang tengah diulas.
Pada bagian atas tertulis nama rubrik dengan teks berbahasa asing ‘people
behind trax and the shoes that brings them confidence’. Tiap status jabatan dituliskan
pula dalam bahasa asing, antara lain editor-in-chief’, ‘senior editor’, ‘feature editor’,
penulisan kata dalam bahasa asing antara lain ’any kind of doc’s’, ‘addidas nizza and
Redaksi tersebut menggunakan kata asing yang tergolong ke dalam jenis kata asing
yang masih dapat diterjemahkan atau dipakai padanan katanya tanpa mengurangi
makna asli.
Dalam sampel penelitian, ada 25 nama rubrik yang disajikan Majalah Trax.
Nama rubrik ini dapat dikenali dari penulisannya yang terletak di halaman bagian atas
dengan garis tebal yang khas. Kedua puluh lima nama rubrik tersebut tercantum
http://prys3107.blogspot.com 44
prys.3107@gmail.com
TABEL III
nama rubrik tersebut menggunakan kata asing yang tergolong ke dalam jenis kata
asing yang masih dapat diterjemahkan atau dipakai padanan katanya tanpa
Judul karangan pada Majalah Trax bisa dikenali dari penempatannya yang
menonjol di awal atau di atas karangan, serta menggunakan huruf yang lebih besar
dan tebal. Hal ini terutama penulis fokuskan pada pada sejumlah karangan dalam
http://prys3107.blogspot.com 45
prys.3107@gmail.com
masing judulnya tertuliskan sebagai berikut: ‘big guts!’, ‘ozomatli rocks’, ‘From
Palembang dan sebuah kolaborasi!’, ‘how to treat the fans’, dan ‘morning talk’.
series!’, ‘fantastic zero’, ‘macbeth will rock you, girl!’, ‘HEAR OUR
STATEMENT!’, ‘insight your shoes’, ‘keep walking…’, ‘need for speed?’, ‘the
balance of life’, ‘singer fever’, her lovely songs’, ‘the blue version’, ‘like father like
son’, ‘what ‘rock and roll’ means’, ‘penantian panjang’, mengilas balik’, ‘in full
evening’, ‘ relax workshop trax fm’, ‘gila-gilaan nonstop!’, top groms from lombok’,
‘the second series rusty gromfest 2008’, dan ‘it’s a space adventure!’.
Bisa disimak bahwa kebanyakan judul karangan di atas ditulis dalam bahasa
asing yang sesungguhnya masih bisa ditemukan padanan kata bahasa Indonesianya.
Maka dapat disebutkan bahwa berbagai teks dalam penulisan judul karangan tersebut
menggunakan kata asing yang tergolong ke dalam jenis kata asing yang masih dapat
http://prys3107.blogspot.com 46
prys.3107@gmail.com
Isi karangan pada Majalah Trax akan penulis analisis terutama penulis
fokuskan pada empat buah karangan yakni karangan dalam rubrik ‘bytes’ berjudul
‘traxercise your mind’, dan karangan dalam rubrik ‘addict’ berjudul ‘HEAR OUR
STATEMENT!’.
halaman 16. Jenis karangan ini termasuk dalam jenis esai popular yang ditulis oleh
redaksi tanpa nama atau inisial penulisnya. Penggunaan kata asing dalam isi karangan
a) Paragraf pembuka:
Ada pepatah yang bilang “Today A Reader, Tomorrow A Leader’, atau “Read
A Book and You Will See The World”, atau bahkan “A Room Without A Book Is
Like a Body Without A Soul”.
b) Paragraf 2, kalimat 2 – 4:
Well gue sendiri bukan seorang yang giat banget baca buku. But at least I
know how important reading is. Read anything, from news paper, books’,
magazine, notes, articles, comics, flyers, anything.
c) Paragraf 6, kalimat 1:
Well anyway its not only about Harry Potter, but how reading is really
important.
d) Paragraf 7, kalimat 4:
So don’t stop reading. Because You’ll never know what we can get by reading
something!
Dengan menyimak dari bentuk penulisannya, berbagai teks dalam isi
karangan di atas menggunakan kata asing yang tergolong ke dalam jenis kata asing
http://prys3107.blogspot.com 47
prys.3107@gmail.com
yang masih dapat diterjemahkan atau dipakai padanan katanya tanpa mengurangi
makna asli. Juga patut dicatat, dalam unit analisis ini penulis menemukan
percampuran penggunaan bahasa Indonesia dengan bahasa asing, yang mengacu pada
menempati halaman 36. Jenis karangan ini termasuk dalam jenis teks singkat yang
menyertai sejumlah foto fesyen dalam rubrik tersebut tanpa nama inisial penulisnya.
Penggunaan kata asing dalam isi karangan ini bisa disebutkan antara lain sebagai
berikut:
a) Teks 1:
b) Teks 2:
c) Teks 3:
d) Teks 4:
e) Teks 5:
karangan di atas menggunakan kata asing yang tergolong ke dalam jenis kata asing
http://prys3107.blogspot.com 48
prys.3107@gmail.com
yang masih dapat diterjemahkan atau dipakai padanan katanya tanpa mengurangi
makna asli.
pemaknaan terhadap hasil pembuktian terhadap unit analisis yang ada. Pada unit
analisis pertama, yakni Penulisan Motto Majalah, terbukti bahwa Majalah Trax
masih dapat diterjemahkan atau dipakai padanan kata bahasa Indonesia tanpa
mengurangi makna asli. Hal serupa juga penulis temukan pada keempat unit analisis
lainnya, di mana Majalah Trax kerap menggunakan kata asing yang memiliki
padanan kata bahasa Indonesia tanpa mengurangi makna asli. Maka praktik berbahasa
yang dilakukan Majalah Trax membawa penulis pada sejumlah pemaknaan berikut:
pada motto, ruang redaksi, rubrik, judul dan isi karangan, tampak bahwa penggunaan
bahasa asing, khususnya Bahasa Inggris, begitu ditonjolkan oleh redaksi. Bahkan
penulis juga menyimak, penggunaan bahasa asing kerap dilakukan Majalah Trax
ketika hendak memberikan penekanan makna khusus pada sebagian atau keseluruhan
isi pesan. Dalam kata lain penulis memandang adanya unsur kesengajaan dari pihak
makna pesan.
http://prys3107.blogspot.com 49
prys.3107@gmail.com
juga menyiratkan bahwa Majalah Trax hendak memosisikan bahasa asing sebagai
jenis bahasa yang memiliki daya dalam mengungkapkan makna pesan. Secara
pesan.
Penggunaan bahasa asing yang intens dalam praktik berbahasa Majalah Trax
keunggulan tertentu, atau daya lebih dalam mengungkap makna pesan dibandingkan
Bahasa Indonesia. Mitos ini pula lah yang kemudian malah memosisikan Bahasa
Indonesia ke dalam struktur hierarki yang lebih rendah dari bahasa asing.
Indonesia dalam praktik berbahasa dalam Majalah Trax. Meski secara umum dapat
dinyatakan bahwa praktik penggunaan bahasa asing oleh Majalah Trax merupakan
praktik berbahasa yang tidak taat pada Bahasa Indonesia, memiliki kerancuan atau
analisis level teks (mikro) ini bahwa terpinggirkannya Bahasa Indonesia dalam
praktik kebahasaan dalam Majalah Trax merupakan dampak dari arus globalisasi
globalisasi dunia di abad 21 ini, atau satu abad usia Kebangkitan Nasional di
Indonesia.
http://prys3107.blogspot.com 50
prys.3107@gmail.com
Aspek produksi teks berkaitan pada sisi individu wartawan, hubungan dengan
struktur organisasi media, dan rutinitas kerja dari proses produksi teks dalam
penelitian ini tidak dapat penulis sertakan. Karenanya, pengambilan data hanya bisa
Media, izin penelitian tidak bisa diberikan kepada penulis karena pihak manajemen
keterbatasan ini, aspek produksi teks tidak dapat penulis sertakan di sini.
Mengacu pada profil Majalah Trax yang penulis dapat lewat laman
berjenis kelamin pria, rentang usia 18 – 25 tahun, modern, pecinta musik, berani
tamil berbeda, pecinta merk, menyukai pesta, dan perhatian dalam mengurus
penampilan.
Kesimpulan yang bisa ditarik dari keterangan tersebut, yakni teks Majalah
Trax dikonsumsi oleh kalangan muda di Indonesia yang memiliki karakter tertentu,
yakni dapat dikatakan sebagai karakter generasi pemuda Indonesia yang telah
http://prys3107.blogspot.com 51
prys.3107@gmail.com
Mengingat latar sejarah Majalah Trax yang pernah menjadi agen MTV di Asia
Tenggara, khususnya Indonesia, tak berlebihan bila penulis mengacu pada Barnet &
Cavanagh yang menyebutkan bahwa “MTV menciptakan apa yang disebut sebagai
‘anak global’ (global child) –remaja dunia yang (relatif) seragam penampilan, tingkah
laku, cara hidup, gaya hidup mereka, dan pandangan hidup mereka.”3
sejalan dengan konsep Barnet & Cavanagh tentang ‘anak global’ yang kini tengah
Situasional
Pada aspek situasional, ada suasana khas dan unik sebagai konteks sosial di
Indonesia pada kurun waktu tertentu terkait dengan peminggiran Bahasa Indonesia di
Majalah Trax. Hal tersebut adalah kian menguatnya gejala peminggiran Bahasa
Indonesia dewasa ini, baik dalam tataran kehidupan sehari-hari masyarakat Indonesia.
Seperti yang dilansir laman resmi salah satu partai di Indonesia tertanggal 24
http://prys3107.blogspot.com 52
prys.3107@gmail.com
Begitu pula di rumah, ketika kita melihat televisi swasta atau radio, terlihat dan
terdengar acara yang menggunakan bahasa Inggris.
..................................................................
kalangan pejabat negara pun tidak segan membuat acara-acara dengan
menggunakan istilah-istilah berbahasa Inggris. Sebut misalnya, Coffee Morning,
Open House, dan semacamnya.
Di dunia usaha keberadaan bahasa Indonesia bahkan nyaris tergusur habis.
Mulai dari iklan, jenis usaha, nama-nama toko hingga nama-nama pusat
perbelanjaan praktis bahasa bahasa Indonesia telah digeser oleh bahasa asing.4
dikritisi banyak kalangan pada tahun 1970-an. Alih-alih gejala peminggiran Bahasa
Indonesia dapat diatasi, ternyata hingga saat ini situasi demikian kian lazim dijumpai
tercatat telah masuk dalam agenda kerja DPR. Undang-undang kebahasaan inilah
4
“Mendesak Undang-Undang Kebahasaan”, www.fpks-dpr-ri.com,
diakses pada 24 November 2007
http://prys3107.blogspot.com 53
prys.3107@gmail.com
Indonesia.
‘Selain Bahasa Indonesia kita mempunyai bahasa daerah yang sangat banyak. Bahasa
Indonesia dan bahasa daerah inilah yang kita jaga kelestariannya dengan
Mengenai hal tersebut, baru-baru ini pakar bahasa dari Indonesia, Jan
bernada menentang tersebut antara lain bisa disimak dalam tajuk rencana Harian
5
“UU Kebahasaan Dirancang”, www.beritaindonesia.co.id, diakses pada 15
November 2007
6
“UU Menentukan Pengembangan Bahasa”, 8 April 2008,
www.suarapembaruan.com, diakses pada 20 April 2008
http://prys3107.blogspot.com 54
prys.3107@gmail.com
Hal yang paling luar biasa adalah jika Pusat Bahasa dibubarkan dan dibentuk
satu lembaga bahasa yang bersifat independen. Misalnya, Lembaga Bahasa
Independen seperti lembaga-lembaga masyarakat lain di masa reformasi ini yang
mengurusi kepentingan publik, khususnya aspek bahasa dan keberbahasaan.8
cukup mendapat apresiasi dari masyarakat, baik berupa dukungan maupun tentangan.
7
“Pikiran Represif”, Tajuk Rencana Harian Media Indonesia, Selasa, 27
Mei 2008
8
“RUU Bahasa Membunuh Kreativitas”, Harian Media Indonesia Edisi 02
Nov 2007
http://prys3107.blogspot.com 55
prys.3107@gmail.com
Sehingga penulis memahami bahwa situasi kebahasaan dan upaya pelestarian Bahasa
Indonesia di negeri ini menjadi kian kompleks. Di satu sisi, upaya pelestarian bahasa
Indonesia perlu dilakukan, yakni salah satunya lewat undang-undang. Namun di sisi
lain, upaya ini dipandang sejumlah kalangan justru akan membunuh kreativitas dan
inovasi masyarakat dalam berbahasa, serta mengancam kebebasan pers. Situasi tarik
menarik inilah yang hendak penulis jadikan landasan analisis berikutnya, terutama
Institusional
Pasca dicabutnya Surat Izin Penerbitan Pers (SIUPP) pada tahun 1998,
kebebasan pers di Indonesia setelah 32 tahun berada di bawah kekangan Rezim Orde
Baru. Sejak saat itu, sistem pers yang tadinya cenderung tertutup, berubah ke arah
dan penerbitan pers dengan beragam konsep dan orientasinya. Salah satu yang paling
mencolok adalah menjamurnya pers yang menjadi bagian dari sistem waralaba
(franchise) penerbitan pers asing. Produk pers yang diterbitkannya pun merupakan
produk pers asing yang disiarkan dan diterbitkan dalam versi Indonesia.
Situasi ini melatari masuknya MTV ke Indonesia pada awal masa kebebasan
pers tersebut. MTV Internasional sebagai perusahaan korporat besar dunia yang
menyajikan tayangan musik dan gaya hidup populer pada khalayak muda di dunia,
http://prys3107.blogspot.com 56
prys.3107@gmail.com
karena ini adalah pertama kalinya MTV Internasional meluncurkan produk penerbitan
majalah. Dalam sebuah penelitian tentang Majalah Trax yang dilakukan Niken
Majalah MTV Trax memang merupakan produk dari MTV Internasional, namun
berada di bawah naungan Mugi Rekso Abadi (MRA) Group, sebuah perusahaan yang
bergelut dalam bisnis retail, otomotif, makanan, hiburan dan perhotelan di Indonesia.9
berikut:
Dan selain Majalah MTV Trax Indonesia (kini Majalah Trax), MRA juga
9
Lampiran A, dalam Niken Prathivi, Peta Ideologi dalam Produk Jurnalistik
Majalah MTV Trax (Skripsi), Fakultas Ilmu Komunikasi Jurusan Jurnalistik Institut
Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Jakarta, 2005, hal.159
10
www.mra.co.id
http://prys3107.blogspot.com 57
prys.3107@gmail.com
Trax merupakan penerbitan pers sebagai bagian dari korporasi media (MRA Media)
yang menerapkan sistem waralaba produk pers asing. Maka bisa dinyatakan bahwa
praktik korporasi media yang demikian juga hendak menyebarkan nilai-nilai budaya
Sosial
Setidaknya ada sejumlah aspek makro sebagai konteks sosial Indonesia yang
ungkap dengan berfokus pada bidang ekonomi, sosial, politik, dan budaya di
globalisasi dunia sebagai sebuah sistem dominan. Hal ini penulis pandang penting
erat kaitannya dengan karakter khalayak pembaca majalah itu sendiri, yakni generasi
muda Indonesia.
adalah 39,30 juta jiwa dan di tahun 2007 menurun jadi 37,17 juta jiwa. Sedangkan
http://prys3107.blogspot.com 58
prys.3107@gmail.com
tingkat pengangguran di Indonesia pada tahun 2006 mencapai 11,10 juta jiwa dan
Angka ini menunjukkan bahwa setelah satu abad usai Kebangkitan Nasional,
Indonesia masih menghadapi berbagai permasalahan sosial dan ekonomi, antara lain
tingkat kemiskinan dan pengangguran yang masih tinggi. Dalam konteks inilah,
perekonomian terbuka, dan investasi asing besar-besaran. Di sisi lain, sistem politik
yang dipimpin oleh pemerintahan tanpa sistem oposisi (1988:70-71). Dengan kondisi
11
”Demokrasi dan Kesejahteraan”, Dialog Jumat Tabloid Republika, Edisi
25 Januari 2008
http://prys3107.blogspot.com 59
prys.3107@gmail.com
pengangguran. Namun di sisi lain, hal tersebut malah berdampak kian menjauhkan
pendidikan dan ilmu pengetahuan untuk patuh pada tuntutan mekanisme pasar
peserta pendidikan tidak meminati fakultas atau jurusan yang tidak menjanjikan
peluang kerja. Tak heran bila sejumlah program studi jadi sepi peminat, semisal
Tentu saja ini membawa dampak negatif kepada generasi muda terdidik yang
pemahaman intelektualnya kian jauh dari pendalaman sejarah dan penguasaan bahasa
bangsanya sendiri. Terlebih lagi, penguasaan bahasa Inggris (sebagai bahasa asing)
kian diperlukan ketika mereka hendak masuk ke dalam pasar kerja Internasional dan
12
“Profesi Idaman Kaum Sarjana”, Majalah Berita Mingguan Tempo,
Edisi Khusus Perguruan Tinggi, 28 April – 4 Mei 2008, hal.70
http://prys3107.blogspot.com 60
prys.3107@gmail.com
Dalam kondisi seperti ini, cukup logis bila memandang keberadaan bahasa
Inggris di Indonesia yang cukup intens akibat kompleksnya bidang ekonomi, sosial,
politik, dan budaya di Indonesia dalam kerangka globalisasi dunia, berujung pada
peminggiran Bahasa Indonesia oleh generasi muda Indonesia. Salah satu gambaran
konkrit mengenai hal ini merupa dalam praktik Majalah Trax yang diproduksi oleh
C. Pembahasan
Dengan mengacu pada hasil analisis, pada bagian ini penulis akan menjawab
sejumlah pertanyaan pokok yang telah penulis kemukakan pada Bab I penelitian ini.
Sebagai langkah awal dalam pembahasan, penulis akan terlebih dulu merangkum tiga
level analisis mikro, meso, dan makro, yakni dengan menghubungkan temuan penulis
Level Mikro. Secara umum, analisis teks pada sampel menunjukkan intensnya
penggunaan bahasa asing dalam Majalah Trax. Ini juga menyiratkan mitos bahwa
bahasa asing dianggap memiliki daya lebih baik dalam mengungkapkan makna pesan
komunikasi. Mitos ini pula lah yang kemudian malah memosisikan Bahasa Indonesia
ke dalam struktur hierarki yang lebih rendah dari bahasa asing, hingga berujung pada
Majalah Trax.
http://prys3107.blogspot.com 61
prys.3107@gmail.com
oleh kalangan muda di Indonesia yang memiliki karakter tertentu, yakni dapat
pergeseran budaya ke dalam kerangka budaya global. Ini sejalan dengan konsep
‘anak global’ yang kini tengah menjadi fenomena tersendiri di dunia, termasuk
Indonesia.
Level Makro. Secara situasional, ada upaya pemerintah dan Pusat Bahasa
karena adanya tegangan tarik menarik antara yang mendukung dan menentang RUU
Bahasa Indonesia di negeri ini menjadi kian kompleks karena di satu sisi upaya
pelestarian bahasa Indonesia perlu dilakukan, yakni salah satunya lewat undang-
undang. Namun di sisi lain, RUU tersebut dikhawatirkan akan membunuh kreativitas
dan inovasi masyarakat dalam berbahasa, serta mengancam kebebasan pers. Secara
institusional, Majalah Trax merupakan bagian praktik korporasi media asing yang
kerangka globalisasi dunia, yang berujung pada peminggiran Bahasa Indonesia oleh
generasi muda Indonesia. Salah satu gambaran konkrit mengenai hal ini merupa
dalam praktik Majalah Trax yang diproduksi oleh generasi muda Indonesia sendiri.
http://prys3107.blogspot.com 62
prys.3107@gmail.com
terpinggirkannya Bahasa Indonesia dalam praktik wacana Majalah Trax edisi Tahun
2008 terbentuk dari kompleksnya kondisi ekonomi, sosial, politik, dan budaya di
Indonesia. Landasan teori wacana Foucault dalam penelitian ini yang memandang
ini.
Penulis memandang ada dua pola relasi kekuasaan yang tengah berlangsung
dalam hal ini, relasi kekuasaan yang tampaknya mengalami tegangan satu sama lain
mengacu pada relasi kekuasaan yang berlandaskan pada terciptanya kondisi kesaling-
Dalam kehidupan sehari-hari terdapat pengaruh yang amat kuat dari apa yang
disebut sebagai pola-pola kehidupan masyarakat global (global society) dan
budaya global (global culture). Lewat berbagai produk (komoditi, barang,
tontonan, hiburan) budaya global telah menjelajah ke dalam jantung masyarakat
lokal atau etnis, yang mempengaruhi cara hidup, gaya hidup (life style) bahkan
pandangan hidup (world view) mereka, yang pada satu titik nanti akan
http://prys3107.blogspot.com 63
prys.3107@gmail.com
tengah masyarakat Indonesia merupakan dominasi budaya global yang kini tengah
mengancam keberadaan Bahasa Indonesia sebagai budaya lokal bangsa ini yang
dipinggirkan dari masyarakatnya sendiri. Sehingga yang kemudian terjadi seperti apa
yang disebut oleh Jerry Mander sebagai bentuk dari imperialisme budaya, yakni
’refreksi dari visi korporasi budaya untuk melayani kepentingan ekonomi Barat’.14
yang menampakkan dirinya sebagai bentuk imperialisme media seperti yang terlihat
pada praktik wacana Majalah Trax di Indonesia. Proses ’MTV-isasi’ dunia tersebut
yang kini tengah memangsa budaya, khususnya Bahasa Indonesia, lewat mekanisme
pasar dan nilai-nilai budaya Barat yang dibawanya. Imperialisme media yang jika
dibiarkan begitu saja, kelak menjadikan generasi muda Indonesia di masa depan
sebagai generasi yang tak hanya asing dengan budaya asalnya, tetapi juga lupa untuk
13
Yasraf Amir Piliang, Op.Cit., hal.44
14
Ibid., hal.46
http://prys3107.blogspot.com
prys.3107@gmail.com
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Salah satu kecenderungan yang menarik ialah ketika disiplin ilmu kini mengalami
pengetahuan yang dulu ditarik dengan tegas oleh para ilmuwan, kini mulai
mengalami keruntuhan. Dalam kata lain, wajah ilmu pengetahuan kita belakangan
hari ini kian disemaraki dengan berkembangnya kajian ilmu yang bercorak multi
disipliner.
Tak terkecuali bagi ranah ilmu sosial yang menjadi induk dari ilmu
komunikasi, dan khususnya lagi ilmu jurnalistik yang menempati wilayah ilmu
komunikasi dan jurnalistik, kajian multi disipliner pun dapat mulai digagas. Salah
satu upaya yang telah penulis lakukan lewat penelitian ini adalah menjembatani
bidang ilmu linguistik dan komunikasi massa dengan menekankan pada aspek
pesat di Indonesia juga mesti dilihat bak dua sisi mata pisau. Media bisa membangun
64
http://prys3107.blogspot.com 65
prys.3107@gmail.com
itu dibutuhkan ide-ide besar yang sekiranya mampu mengkritisi sekaligus memberi
penelitian ilmiah yang emansipatoris dan bertujuan membela pihak tertentu yang
tadi. Kacamata kritis sendiri telah sepakat memandang media bukan lagi sebagai
pihak pelapor peristiwa objektif yang bebas dari relasi kuasa, tetapi sebagai agen
pembentuk realita yang konstruktif menciptakan makna di bawah relasi kuasa tertentu
Maka dengan melakukan ragam kajian media di bawah payung paradigma ini,
seorang peneliti akan melihat praktik media yang tidak berimbang dan memihak satu
kelompok bukan sebagai kekeliruan atau bias, tetapi memang seperti itulah praktik
yang dijalankan media sebagai efek ideologi. Karenanya, tujuan penelitian bukan lagi
mencari sebanyak apa bias pemberitaan dalam media tersebut, tetapi lebih
http://prys3107.blogspot.com 66
prys.3107@gmail.com
transformasi sosial yang timpang dan tidak adil seperti yang tercermin dalam praktik
menggambarkan kondisi kebahasaan yang ironis di negeri ini, namun juga sebagai
wahana kritik ideologi dominan yang diperankan oleh Majalah Trax sebagai media
kritis baru di tengah-tengah masyarakat kita akan kondisi kebahasaan yang demikian,
didukubng oleh segenap masyarakat. Bahasa Indonesia pun diharapkan agar mampu
dikembang lewat sebuah transformasi kebudayaan yang sehat. Sehingga pada tahun-
revitalisasi Budaya dan Bahasa Indonesia sebagai agenda penting bagi segenap
B. Saran
perhatiannya dalam menyimak praktik media massa dalam negeri sebagai wahana
penyebaran budaya global lewat berbagai sajian, tontonan, dan hiburan yang dengan
represif (semisal pemberlakuan izin atatu semacam SIUPP) dalam mengatasi hal ini,
http://prys3107.blogspot.com 67
prys.3107@gmail.com
bukan menjadi satu-satunya solusi. Terlebih lagi RUU Kebahasaan yang sekiranya
penyelamatan Budaya dan Bahasa Indonesia lewat cara-cara yang ideologis, dalam
artian, kita membutuhkan pengerakan nilai-nilai Budaya dan Bahasa Indonesia yang
diakui secara ideologis (bukan represif melalui undang-undang semata) oleh segenap
Cara yang konkrit dalam mewujudkan hal ini menurut hemat penulis adalah
dan bangsa kita. Saran ini sendiri berangkat dari pengamatan penulis terhadap peran
majalah Pujangga Baru yang terbit di tahun 1933 hingga 1945. Majalah yang
http://prys3107.blogspot.com
prys.3107@gmail.com
DAFTAR PUSTAKA
Buku:
Alisyahbana, Sutan Takdir, Tata Bahasa Baru Bahasa Indonesia, PT Dian Rakyat,
Jakarta, tt
Eriyanto, Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media, Certakan ke-4, LKiS,
Yogyakarta, 2005
Hamad, Ibnu, Konstruksi Realitas Politik Dalam Media Massa; Sebuah Studi
Critical Discourse Analysis terhadap Berita-berita Politik, Penerbit Granit,
Jakarta, 2004
Ramlan, M., Tata Bahasa Indonesia Penggolongan Kata, Andi Offset, Yogyakarta,
tt
Sobur, Alex, Analisis Teks Media: Suatu Pengantar untuk Analisis Wacana,
Analisis Semiotik, dan Analisis Semiotik, PT Remaja Rosda Karya,
Bandung, 2001
Skripsi:
Niken Prathivi, Peta Ideologi dalam Produk Jurnalistik Majalah MTV Trax
(Skripsi), Fakultas Ilmu Komunikasi Jurusan Jurnalistik Institut Ilmu Sosial
dan Ilmu Politik Jakarta, 2005
68
http://prys3107.blogspot.com 69
prys.3107@gmail.com
Artikel:
Budianta, Melani, “Teori Sastra Sesudah Strukturalisme dari Studi Teks ke Studi
Wacana Budaya”, dalam Bahan Pelatihan Teori dan Kritik Sastra, Pusat
Penelitian Kemasyarakatan dan Budaya, Lembaga Penelitian Universitas
Indonesia, tt
Huda, Mh. Nurul, “Ideologi Sebagai Praktek Kebudayaan”, dalam Jurnal Filsafat
Driyarkara, Edisi Th.XXVII No.3/2004
Hidayat, Dedy N., “Politik Media, Politik Bahasa Dalam Proses Legitimasi dan
Delegitimasi Rejim Orde Baru”, artikel dalam Sandra Kartika dan M.
Mahendra (Ed), Dari Keseragaman Menuju Keberagaman; Wacana
Multikultural Dalam Media, Penerbit Lembaga Studi Pers dan Pembangunan
(LSPP), Jakarta, 1999
Berita:
“Kami Tak Tahu Mau Kemana...”, dalam Harian Kompas Minggu, Jakarta, edisi 21
September 2003
“Pikiran Represif”, Tajuk Rencana Harian Media Indonesia, Selasa, 27 Mei 2008
”PWI Jaya Risaukan Pemakaian Bahasa Media Massa”, dalam Harian Suara
Pembaruan, Jakarta, 1 November 2002
“Profesi Idaman Kaum Sarjana”, Majalah Berita Mingguan Tempo, Edisi Khusus
Perguruan Tinggi, 28 April – 4 Mei 2008
Laman:
www.mra.co.id
www.myspace.com/traxmagz
http://prys3107.blogspot.com 71
prys.3107@gmail.com
Orang Tua
Ayah : Agus Santosa
Ibu : Sri Marheini
Pendidikan Formal
1988 – 1994 SDN 12 Pondokbambu, Jakarta Timur
1994 – 1997 SMPN 117 Pondokbambu, Jakarta Timur
1997 – 2000 SMUN 71 Durensawit, Jakarta Timur
2000 – 2008 Program studi Ilmu Jurnalistik di Institut Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik (IISIP) Jakarta
Pengalaman Organisasi
2005 – sekarang Divisi Harian Kelompok Seni dan Diskusi (KOMPOSISI)
2006 – 2007 Dewan Redaksi Bulletin ISSUE
2006 – 2007 Ketua Umum UKM Teater Kinasih 2006-2007
2007 Sekretaris Harian Tim Panitia Khusus KM IISIP Jakarta
Pengalaman Kerja
2002 – 2003 Kontributor Majalah Outmagz, Jakarta
2003 – 2004 Kuliah Kerja Lapangan di Harian Radar Bogor
2005 – 2006 Dewan Redaksi Jurnal Sastra ‘RuangMelati’
2007 Sekretaris Redaksi Penerbit Komunitas Kertas
2007 Reporter Tabloid Ekonomi ‘Margin’
2007 – 2008 Redaktur Naskah Tabloid KUNCI
2008 – Sekarang Layouter Koran Jualbeli
http://prys3107.blogspot.com 73
prys.3107@gmail.com
Prestasi
2005 Pemenang Harapan I ‘Lomba Menulis Cerita’ Gramedia
(cabang Depok) pada 14 Februari 2005
2005 Pemenang Pertama Lomba Penulisan Esai ‘Potret Perempuan
Dalam Era Globalisasi’ FISIP EXPO 2005 – IISIP Jakarta pada
Desember 2005
2007 Penulis Proposal Terbaik Kategori Mahasiswa Tingkat
Nasional dalam ‘Sayembara Bahasa dan Sastra September
2007’ oleh Pusat Bahasa dan Sastra, Depdiknas
Priyono Santosa