You are on page 1of 14

ANALISIS KESELAMATAN DAN KESEHATAN KER1A ASPEK

KELISTRIKAN PADA BENGKEL MEKANIK STTN BATAN


YOGYAKARTA

Oleh:
Rachmat Hidayat
1
, Zaenal Abidin
2
, Ign. Agus Purbhadi
3

Sekolah Tinggi Teknologi Nuklir Badan Tenaga Nuklir Nasional
Jl. Babarsari P.O. BOX 6101 YKBB Yogyakarta 55281
Telp : (0274) 48085, 489716, Fax : (0274) 489715

INTISARI
ANALISIS KESELAMATAN DAN KESEHATAN KER1A ASPEK
KELISTRIKAN BENGKEL MEKANIK STTN BATAN YOGYAKARTA.
Telah dilakukan penelitian tentang keselamatan dan kesehatan kerja pada bengkel
mekanik STTN BATAN meliputi pengamatan terhadap potensi bahaya, pengukuran
terhadap instalasi listrik yang sesuai dengan PUIL dengan mematuhi aspek
keselamatan yang ada. Bengkel mekanik merupakan sarana kegiatan untuk
perbaikan, perakitan, sampai pembuatan bahan. Bengkel mekanik memiliki potensi
bahaya yang menyangkut keselamatan manusia dan peralatan/ mesin listrik.
Penelitian ini bertujuan untuk mengungkapkan jenis bahaya yang berpotensi muncul,
mengetahui tingkat risiko bahaya yang ada, pengukuran instalasi listrik sesuai
dengan PUIL 2000. Hasil penelitian menunjukkan bahwa jenis bahaya adalah tangan
terjepit, terkena sengatan listrik, tertimpa logam berat, dll. Tingkat risiko bahaya
yang terdapat di bengkel mekanik memenuhi semua kategori yaitu Negligible,
Catastrophi, Critical, dan Marginal. Gambar instalasi listrik telah dibuat, hasil rugi-
rugi tegangan 5, pentanahan PHB 20 Ohm.

Kata kunci : K3, Bengkel mekanik, bahaya, PHA, kelistrikan

1 Mahasiswa TeknoIisika Nuklir STTN BATAN Yogyakarta


2 Dosen STTN BATAN sebagai pembimbing I
3 Dosen STTN BATAN sebagai pembimbing II

ABS1RAC1
AAALYSIS OF OCCUPA1IOAAL SAFE1Y AAD HEAL1H ASPEC1S OF
ELEC1RICAL MECHAAICAL WORKSHOP S11A BA1AA YOCYAKAR1A.
Has done research on occupational safety and health at the mechanical workshop
STTN BATAN include observations of the potential ha:ards, the measurement of
electrical installations in accordance with PUIL by complying with existing safety
aspects. Mechanical workshop activity is a means to repair, assembly, to
manufacture the material. Garage mechanics have the potential ha:ards related to
human safety and equipment / electric engine. This study aims to reveal the types of
ha:ards that could potentially arise, knowing the danger inherent level of risk,
measurement of electrical installations in accordance with PUIL 2000. The results
showed that the type of ha:ard is a hand pinch, electric shock, hit by heavy metals,
etc.. Ha:ard level contained in the garage mechanic meets all categories Negligible,
Catastrophi, Critical, and Marginal. Figure electrical installation has been made,
the results of voltage losses 5, 20 Ohm grounding PHB.
Keywords K3, mechanical workshop, danger, PHA, electricity

PENDAHULUAN.
Sekolah Tinggi Teknologi Nuklir - BATAN Yogyakarta merupakan salah satu
perguruan tinggi kedinasan di Indonesia yang mempunyai Iasilitas berupa ruang
kelas dan beberapa Laboratorium, Sekolah Tinggi Teknologi Nuklir (STTN) terdiri
dari 4 (Empat) lantai yaitu lantai I, II, III, dan IV salah satunya adalah Bengkel
Mekanik yang berada di Lantai I. Mesin-mesin listrik yang terdapat pada bengkel
mekanik memiliki potensi bahaya, seperti terjepit, tertimpa, kebakaran, hingga
tersengat listrik. Kurang lengkapnya tanda komunikasi tentang keselamatan kerja di
bengkel mekanik, serta prosedur peralatan mesin semakin menambah bahaya
kecelakaan kerja.
Mengingat begitu pentingnya Iungsi bengkel mekanik juga besarnya
potensi bahaya yang terdapat di dalamnya, peneliti akan mencoba untuk melakukan
identiIikasi bahaya, pengukuran aspek kelistrikan mengenai instalasi listrik, dan
melengkapi tanda komunikasi Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3). Hal tersebut
berdasar pada Undang-Undang No.1 Tahun 1970 tentang K3 juga peraturan
perundang-undangan K3 serta standar-standar K3 yang meliputi aspek K3 listrik
yang didasarkan pada PUIL (Persyaratan Umum Instalasi Listrik) sehingga dapat
meminimalkan bahaya-bahaya yang ada dan menjadikan tempat belajar mengajar

tersebut menjadi tempat belajar mengajar yang aman dan nyaman baik bagi
Dosen/Karyawan maupun Mahasiswa STTN-BATAN.
DASAR TEORI
Berdasarkan Undang-Undang No.1 Tahun 1970 Tempat kerja merupakan ruangan
atau lapangan, tertutup atau terbuka, bergerak atau tetap, dimana tenaga kerja
bekerja, atau yang sering dimasuki tenaga kerja untuk keperluan suatu usaha dan
dimana terdapat sumber-sumber bahaya.
Tujuan keselamatan kerja adalah untuk :
1. Mencegah dan mengurangi kecelakaan.
2. Mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran.
3. Mencegah dan mengurangi bahaya peledakan.
4. Memberikan kesempatan atau jalan menyelamatkan diri pada waktu
kebakaran atau kejadian-kejadian lain yang berbahaya.
5. Memberi pertolongan pada kecelakaan.
6. Memberi alat-alat perlindungan diri kepada pekerja.
7. Mencegah dan mengendalikan timbulnya penyakit akibat kerja baik Iisik
maupun Iisis, peracunan, inIeksi dan penularan.
8. Memperoleh keserasian antara tenaga kerja, alat kerja, lingkungan, cara
dan proses kerja.
|1|


PHA (Preliminary Hazard Analysis)
Preliminary Ha:ard Analysis adalah sebuah teknik yang dikembangkan oleh
angkatan bersenjata Amerika (U.S. Army). Dalam CPI (Chemical Process Industry),
PHA dilaksanakan secara lazim selama konsep desain pabrik proses atau selama
perkembangan terdahulu untuk menentukan potensi bahaya apa saja yang ada. PHA
tidak mencegah/menghalangi keperluan penilaian potensi bahaya yang lebih jauh;
Iaktanya PHA biasanya digunakan sebagai perintis evaluasi potensi bahaya
selanjutnya. Ada dua keuntungan penggunaan PHA yaitu:
1. Dapat mengidentiIikasi potensi bahaya dan pada saat bersamaan juga dapat
dikoreksi dengan biaya dan gangguan sekecil mungkin.

2. Dapat menolong identiIikasi tim pengembang dan/atau mengembangkan


petunjuk operasi yang dapat digunakan diseluruh masa hidup proses operasi
tersebut.
Tim identiIikasi akhirnya mengklasiIikasikan potensi bahaya yang ada pada
beberapa kategori yaitu:
- Kategori I : Negligible
- Kategori II : Marginal
- Kategori III : Critical
- Kategori IV : Catastrophic
Organisasi yang menggunakan teknik PHA sebaiknya mendeIinisikan lebih
lanjut setiap kategori diatas kepada tim sehingga mereka dapat menilai setiap potensi
bahaya secara tepat. Kemudian tim akan mencatat masukan apa saja yang mereka
identiIikasi untuk memperbaiki atau meringankan potensi bahaya.
|2|
Keselamatan Listrik
Sengatan listrik adalah ha:ard utama pada manusia. Sengatan listrik terjadi
bila badan atau anggota badan bersentuhan dengan sumber arus listrik. Arus ini akan
mengalir di dalam tubuh manusia dan terus ke bumi untuk dinetralkan. Dampak
sengatan listrik ini berdampak serius dan dapat mengakibatkan kematian. Arus yang
cukup menyebabkan Iungsi anggota tubuh rusak seperti otot, gagal jantung dan
melumpuhkan sistem pernapasan.
|3|
Tabel 1. Batasan arus yang berpengaruh terhadap tubuh manusia
Kategori DC AC Pengaruh /Akibat
I _80 mA
0.01 - 1
mA

5 15 mA

15 25
mA
- Arus yang Lewat ini lemah sekali,
sehingga kita hanya merasakan seperti
semut yang berjalan diatas tubuh kita.
- Arus ini dapat membuat otot
kejang.kaku, tapi syaraI masih bekerja
baik
- SyaraI kita tidak dapat berIungsi
dengan baik
II
80-300
mA
25-80 mA
Tekanan darah naik, denyut jantung
tidak beraturan lagi, pingsan. Dan _ 50
mA dan _ 25 detik

III
_ 300 mA
_3 8 A
_ 80 mA
_ 3 8 A
Pingsan dan denyut jantung bergetar
cepat sekali, dan dalam waktu _ 0.3
detik tidak akan dapat tertolong lagi
IV _ 3 A _ 3 A
Tidak dapat tertolong lagi, denyut
jantung berhenti, terbakar.

Pentanahan
Menurut PUIL 202 c.3 semua bagian logam dari instalasi bagian tegangan
rendah kesemua tempat, pada keadaan normal tidak boleh bertegangan sedapat
mungkin harus dihubungkan dengan tanah. Begitu pula untuk bagian-bagian logam
yang berdekatan dengan instalasi atau bagian-bagian yang bertegangan tinggi,
sedapat mungkin harus dihubungkan dengan tanah secara langsung.
|4|
Hubungan tanah berguna untuk menjaga keselamatan terhadap jiwa manusia
dari bahaya-bahaya tegangan singgung atau terkena stroom. Bila ada kerusakan-
kerusakan pada isolasi di instalasi atau bagian yang bertegangan. Maka bagian-
bagian logam yang berada didekatnya yang sebetulnya tidak boleh bertegangan
menjadi bertegangan. Maka apabila bagian yang bertegangan jika disentuh akan
membahayakan jiwa manusia yang menyentuhnya. Untuk menghindari hal tersebut,
maka bagian logam tersebut harus dihubungkan dengan tanah. Karena dihubungkan
dengan tanah, maka bagian logam tersebut apabila bersinggungan dengan dengan
bagian yang bertegangan, akan mengalir langsung ke tanah yang besar.
|5|

Penentuan ukuran penghantar cabang
Hantaran cabang yang melayani satu motor saja ukurannya dipilih sedemikian
rupa sehingga kemampuan dalam mengalirkan arus minimum 125 x I pada beban
penuh dari mesin atau motor tersebut.
Dan apabila yang dilayani lebih dari satu motor, maka kemampuan dalam
mengalirkan arus dipilih besarnya 125 In yang terbesar ditambah dengan arus
beban penuh dari motor atau mesin yang lainnya.
Apabila hantarannya panjang maka harus dicek apakah rugi rugi tegangannya
tidak melebihi batas yang diperkenankan yaitu 5. Adapun untuk mengecek ukuran
penampang agar tidak melebihi batas rugi-rugi tegangannya adalah:
|6|
Untuk arus searah penampang minimumnya



Untuk arus bolak-balik satu Iase penampang minimumnya


Untuk arus bolak-balik satu Iase penampang minimumnya


Dimana:
S Penampang kawat minimum agar rugi-rugi tegangan sesuai dengan
peraturan (mm
2
)
Vr Rugi-rugi tegangan yang diperkenankan antara kawat (volt)
L Jarak dari sumber ke beban (m)
P Tahanan jenis dari penghantar (ohm mm
2
/ meter)
I Arus yang mengalir pada penghantar (Ampere)

Rugi-rugi tegangan
Dalam sistem tenaga listrik, besar tegangan yang diterima oleh suatu tempat
dengan tempat lainnya akan berbeda dari satu sumber tegangan yang sama, pasti
tegangan yang diterima oleh tempat yang lebih jauh dari sumber tegangan akan lebih
kecil dari pada tegangan yang diterima oleh tempat yang lebih dekat dengan sumber
tegangan tersebut.
Adapun untuk menghitung rugi-rugi tegangan dapat dilihat pada rumus
berikut :
|7|

Vd I R (cos 4 j X sin 4)
Vd I R (cos 4 j 0 sin 4)
Vd I R (cos 4 0)
Vd I R cos 4
Keterangan:

R Hambatan kawat penghantar O (Ohm)


P Hambatan jenis kawat penghantar (ohm mm
2
/ m)
L Panjang kawat penghantar (m)
A Luas kawat penghantar (mm
2
)
Vd Drop tegangan (volt)
|6|

METODELOGI PENELITIAN
Tempat dan Waktu Penelitian
Kegiatan penelitian analisis K3 dilakukan sejak bulan Maret 2011 hingga
bulan Juni 2011, penelitian dan pengambilan data dilakukan di bengkel mekanik
STTN BATAN.
Tujuan Penelitian
Untuk menganalisis keselamatan dan kesehatan kerja di bengkel mekanik
dengan mengidentiIikasi bahaya yang ada dan menemukan cara pengendalian.
Melakukan pengukuran dan perhitungan mengenai aspek kelistrikan sesuai PUIL
sebagai salah satu tujuan dari keselamatan dan kesehatan kerja.

Alat dan Bahan Penelitian
Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Multimeter
2. Mistar ukur
3. Tanda keselamatan kerja
4. Tester pentanahan

HASIL DAN PEMBAHASAN
Pengamatan untuk keselamatan dan kesehatan kerja pertama kali dilakukan
dengan metode PHA. Ada beberapa kategori bahaya ini diadopsi dari teknik
identiIikasi bahaya PHA (Preliminary Hazard Analysis). Setiap kategori bahaya
secara umum dideIenisikan sebagai bentuk tingkat kerusakan yang ditimbulkan oleh
suatu kecelakaan kerja. Pembagian kategori bahaya ini berdasarkan tingkat kerugian
yang dialami seperti Tabel 2. di bawah ini:

Tabel 2. Kategori bahaya


Kategori bahaya Kerugian
Kategori 1 Kerusakan sistem yang kecil namun tidak
menyebabkan cedera/luka terhadap pekerja,
pelepasan bahan kimia kepada lingkungan, atau
paparan terhadap sistem operasi.
Kategori II Paparan dalam skala kecil terhadap manusia
Kategori III
Menyebabkan luka kecil terhadap manusia,
terkena paparan bahan kimia berbahaya atau
terkena radiasi, atau kebakaran, atau pelepasan
bahan kimia kepada lingkungan.
Kategori IV Luka berat atau kematian bagi manusia.

Dari identiIikasi tersebut maka diperoleh hasil seperti yang ditunjukkan pada Tabel
3. di bawah ini

Tabel 3. Data hasil identiIikasi bahaya
No
Potensi
bahaya
Efek Utama
Kategori
Bahaya
Cara
menanggulangi
bahaya
Keterangan
1 Fisik
Terkena api
las
III
Memakai APD
Pakaian khusus
Las
Pada saat
pengelasan

2 Fisik
Terkena
logam panas
III
Memakai APD
Memakai sarung
tangan las
Pada saat
pengelasan

3 Elektrik
Tersengat
listrik
tegangan
tinggi
IV
Jangan
menyalakan
peralatan listrik
jika ada bagian
kabel yang cacat
Pada saat
pengelasan

4 Fisik Kebakaran III
Jangan
menyalakan api las
didekat bahan
yang mudah
Pada saat
pengelasan

terbakar
5 Fisik
Gangguan
penglihatan
II
Memakai APD
topeng las pada
saat mengelas
Pada saat
pengelasan

6 Fisik
Tangan dan
jari terjepit
II
- Memakai
APD
- Memakai alat
bantu
Untuk meletakkan
benda kerja
Pada saat
memindahkan
benda yang berat
7 Fisik
Telinga
terganggu
akibat suara
bising
II
Memakai APD
Memakai ar plug
Pada saat
mengoperasikan
mesin gerindra
8 Fisik
Terkena batu
gerindra
II
-Memakai APD
-Memasang
pelindung
pada mesin
Pada saat
mengoperasikan
mesin gerindra
9 Fisik
Terkena
serpihan
logam
I
-Memakai APD
-Memakai
kacamata
pelindung
Pada saat
pengoperasian
mesin bubut,
Irais
10 Fisik
Rambut
terpelintir
mesin bor
III
- Memotong
rambut yang
panjang
- Memakai
penutup
kepala
Pada saat
pengoperasian
mesin bor
11 Fisik
Tertimpa
beban berat
I
- Penempatan
material
yang baik
- Pemindahan
material oleh
beberapa
orang
-
12 Fisik
Jari
terpotong
III
-Perhatikan
prosedur kerja
-Hati-hati
Pada
pengoperasian
saat mesin
gergaji


Aspek keselamatan listrik


Pengukuran tegangan sangat berguna untuk mengetahui adanya drop tegangan
atau tidak pada suatu instalasi. Alat yang digunakan adalah multimeter. Hasil
pengukuran seperti yang ditunjukkan pada tabel di bawah ini.
1. Pengukuran tegangan pada PHB 1 bengkel mekanik sebelah timur (volt)
Tabel 4. Pengukuran tegangan PHB baru
No R-S R-0 S-T S-0 T-R T-0
1 405 225 402 230 400 220
2 402 222 405 225 405 225
3 406 226 403 224 400 221
4 405 220 405 225 400 220
5 405 230 400 220 390 225
6 400 220 400 225 405 220

2. Pengukuran tegangan pada kontak tusuk sesuai PHB 1 bengkel mekanik sebelah
timur (volt).
Tabel 5. Pengukuran tegangan tusuk kontak PHB baru
No R-S R-0 S-T S-0 T-R T-0
1 404 223 402 226 400 218
2 400 224 402 220 403 223
3 403 221 396 224 395 220
4 402 220 405 223 398 220
5 405 228 400 220 390 223
6 400 220 400 225 405 220

3. Pengukuran tegangan pada PHB 2 bengkel mekanik sebelah barat (volt)


Tabel 6. Pengukuran tegangan PHB lama
No R-S R-0 S-T S-0 T-R T-0
1 406 228 402 225 390 220
2 403 224 403 224 403 223
3 400 225 407 220 406 224
4 408 226 402 223 402 226
5 402 226 400 225 400 220
6 406 220 405 226 403 224

4. Pengukuran tegangan pada kontak tusuk sesuai PHB 2 bengkel mekanik sebelah
barat (volt).

Tabel 7. Pengukuran tegangan tusuk kontak PHB lama


No R-S R-0 S-T S-0 T-R T-0
1 405 225 402 224 390 220
2 403 220 403 224 403 222
3 400 225 407 220 406 223
4 405 223 402 220 400 223
5 398 224 395 220 395 219
6 400 215 400 223 400 220

Hasil perhitungan drop tegangan dapat dilihat pada Tabel 8. berikut:
Tabel 8. Perhitungan drop tegangan
No Perhitungan tiap titik Drop tegangan
1 Titik A 0,0212 Volt
2 Titik B 0,0876 Volt
3 Titik C 0,6624 Volt
4 Titik D 0,0371 Volt
5 Titik E 0,4592 Volt
6 Titik F 0,9002 Volt

Salah satu persyaratan keandalan penyaluran tenaga listrik yang harus dipenuhi
adalah kualitas tegangan yang baik dan stabil, karena meskipun kelangsungan catu
daya dapat diandalkan, namun belum mungkin untuk mempertahankan tegangan
tetap pada distribusi karena tegangan jatuh akan terjadi di semua bagian dan akan
berubah dengan adanya perubahan beban. Beban sebagian besar memiliki daya
tertinggal, pada dasarnya saat puncak daya reaktiI yang dibutuhkan beban meningkat
dan dapat lebih besar dari penurunan tegangan pada ujung penerimaan. Apabila
penurunan tegangan yang terjadi melebihi batas toleransi yang diijinkan, maka secara
teknis akan mengakibatkan terganggunya kinerja peralatan mesin listrik di bengkel
mekanik.
Dari data pengukuran dan perhitungan, menunjukkan bahwa rugi-rugi tegangan
masih di bawah batas toleransi yang ditetapkan PUIL yaitu 5. Hal tersebut masih
cukup aman untuk menjamin kinerja peralatan mesin listrik di bengkel mekanik.


Pentanahan
Semua peralatan listrik yang pembungkusnya memakai logam harus
ditanahkan agar kalau terjadi kegagalan isolasi tegangan logam tersebut dengan
tanah menjadi nol
Khusus untuk panel hubung bagi (PHB) juga harus ditanahkan, dengan tahanan
pentanahan sekecil mungkin. Harga tahanan pentanahan tergantung dari kandungan
tanah sekitarnya. Agar didapat harga pentanahan yang sangat kecil maka 12lectrode
harus ditanam sampai ke air tanah. Hasil dari penguuran haraga pentanahan PHB
bengkel mekanik adalah seperti ditunjukkan pada Tabel 9. Di bawah ini:
Tabel 9. Pengukuran tahanan pentanahan
No Jarak Kabel (m) Tahanan pentanahan (O)
1 6 20
2 7 20
3 8 20
4 9 20
5 10 20
Rata-rata 20

Dari hasil pengukuran diatas menunjukkan bahwa pentanahan pada papan
hubung bagi bengkel mekanik STTN BATAN kurang baik hal ini disebabkan karena:
- Kurang dalamnya pentanahan
- Waktu pengukuran, tanah dalam keadaan kering sehingga harga pentanahan
besar.
Berdasarkan PUIL 2000-3.19.1.4 : Apabila hasil pengukurannya belum
mencapai 5 O, Maka Ground rood ditambah, dengan jarak 2 x panjangnya.
Standar besar R-tanah untuk elektrode pentanahan 5 Ohm. apabila belum
mencapai nilai 5 Ohm, maka elektrode bisa ditambah dan dipasang diparalel.
Pentanahan paling ideal apabila elektrode bisa mencapai sumber air atau R-tanah
0.
Contoh: Pemasangan elektrode pertama (R1), setelah diukur 20 O Selanjutnya di
tanam lagi elektrode ke 2 (R2), diukur tahanan 20 O, Maka besar tahanan RI
diperoleh dengan R2 10 O, Karena belum mencapai 5 O, maka ditanam lagi
elektrode ke 3 (R3). Seperti yang ditunjukkan pada gambar 4.9 di bawah ini:


Gambar 1. metode perhitungan tahanan pentanahan
Agar diperoleh tahanan pentanahan yang kecil, elektrode bumi selalu harus
ditanam sedalam mungkin dalam tanah, sehingga dalam musim kering selalu terletak
dalam lapisan tanah yang basah.
KESIMPULAN
1. Hasil identiIikasi menunjukkan bahwa bengkel mekanik menunjukkan banyak
potensi bahaya yaitu terkena api las, kebakaran, tersengat listrik, tertimpa
benda berat dll, adalah memenuhi 4 kriteria.
2. Untuk pengukuran instalasi listrik dapat dilihat dari berbagai aspek yaitu:
- Dari hasil pengukuran dan perhitungan menunjukkan bahwa rugi-rugi
tegangan masih di bawah 5 . Hal ini masih aman untuk menjamin
kinerja peralatan mesin listrik di bengkel mekanik.
- Dari hasil pengukuran di atas menunjukkan bahwa pentanahan PHB
bengkel mekanik STTN BATAN kurang baik yaitu bernilai 20 ohm hal
ini disebabkan karena:
Kurang dalamnya peletakkan elektrode pentanahan
Waktu pengukuran, tanah dalam keadaan kering sehingga harga
pentanahan besar.

DAFTAR PUSTAKA
1. Permenkertrans,1970, Undang-undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang
Keselamatan Kerfa, Jakarta
2. Rausand, M., 2005, Preliminary Ha:ard Analysis, Departement oI Production
and Quality Engineering Norwegian University oI Science and Technology.
3. Soegiyanto, D, 1978, Keselamatan Kerfa, Institut Teknologi Bandung.

4. Peraturan Umum Instalasi Listrik, 2000, Tentang Syarat Tahanan


Pentanahan. Jakarta
5. Suwarno, 2005, #ekalkulasi Beban Instalasi Listrik Gedung PATN dan
Auditorium. Yogyakarta
6. Ign. Agus Purbadhi, S.ST, iktat kuliah Perencanaan Mesin Listrik Industri.
Yogyakarta
7. http://sahabat-inIormasi.blogspot.com/2011/05/mencari-drop-tegangan-di-
suatu-titik.html

You might also like