Professional Documents
Culture Documents
46, 1987
International Standard Serial Number: 0125 – 913X
Diterbitkan oleh:
Pusat Penelitian dan Pengembangan PT. Kalbe Farma
Daftar Isi :
2. Editorial
Artikel:
Redaksi
PENDAHULUAN PENDAHULUAN
Penggunaan antibiotika yang semakin meluas oleh ber- Penggunaan antibiotika yang semakin luas oleh berbagai
bagai kalangan, akhir-akhir ini semakin menjadi masalah. kalangan, akhir-akhir ini semakin menjadi masalah. Salah satu
Salah satu masalah yang mendapat perhatian adalah resistensi masalah yang mendapat perhatian adalah resistensi kuman ter-
kuman terhadap antibiotika, akibat penggunaan yang kurang hadap antibiotika akibat penggunaan yang kurang terkontrol.
terkontrol. Perkembangan resistensi kuman terhadap antibiotika
Beberapa survei dilakukan pada 6 puskesmas di Jawa sangat dipengaruhi oleh intensitas pemaparan antibiotika di
untuk mendapatkan pola preskripsi kasus rawat jalan dan 41 suatu wilayah. Tidak terkendalinya faktor-faktor pada peng-
puskesmas lainnya di Jawa dan luar Jawa, untuk mendapatkan gunaan antibiotika, cenderung akan meningkatkan resistensi
pola kebutuhan dan kecukupan obat khususnya anti- kuman yang semula sensitif1.
biotika. Data kasus rawat jalan dan obat diambil dari tahun Preskripsi obat pada umumnya ditentukan oleh diagnosa
1983. penyakit yang ditegakkan. Preskripsi antibiotika diharapkan
Survei ini mendapatkan 1761 kartu medik kasus rawat cukup rasional, meskipun tidak selamanya demikian. Jenis
jalan yang memperoleh 7124 obat, di mana 24,9% di antaranya antibiotika yang tersedia di apotik swasta cukup bervariasi,
adalah antibiotika sistemik. Dari sekian banyak jenis sehingga preskripsi antibiotika dengan mudah dapat dilayani.
antibiotika, 4 jenis di antaranya paling banyak digunakan dan Namun tidak demikian halnya dengan persediaan antibiotika di
dibutuhkan adalah Trisulfa, Tetrasiklin, Kloramfenikol, dan puskesmas, jenis antibiotika yang tersedia sangat terbatas,
Ampisilin. Beberapa penyakit yang diberi antibiotika sistemik khususnya yang tercantum dalam DOE.
antara lain : infeksi usus dan diare (95,1%), penyakit saluran Terbatasnya persediaan obat baik dalam jenis maupun
napas atas (96,7%), influenza (93,1%), infeksi virus lain jumlah di puskesmas masih sering dikeluhkan2. Akibatnya
(100%). Tersedianya antibiotika di puskesmas dinyatakan tidak tenaga kesehatan mungkin memberikan preskripsi antibiotika
cukup oleh 28 puskesmas (68,3%). Untuk mengatasi yang hams ditebus di apotik luar puskesmas, atau memberi obat
kekurangan obat tersebut selain memberi resep untuk ditebus di sesuai dengan persediaan yang ada. Kemungkinan kedua di
apotik luar, sebagian besar puskesmas mengurangi regimen atas menyebabkan tidak terhindarkan preskripsi obat yang tidak
terapi. tepat. Dalam hal pengadaan obat, terutama dalam hal
Dari hasil di atas, diperoleh kesan adanya penggunaan kebutuhan dan kecukupan; perencanaan memegang peranan
antibiotika yang kurang rasional, baik indikasi maupun regimen penting. Tidak adanya tenaga perencanaan yang terlatih,
terapi. Penggunaan antibiotikā yang kurang rasional dapat mengakibatkan perencanaan yang tidak berjalan baik.
menimbulkan resistensi kuman terhadap antibiotika yang Berdasarkan hal-hal di atas telah dilakukan penelitian
bersangkutan. untuk mengetahui gambaran pola penggunaan antibiotika di
Makalah ini disajikan pada Seminar Nasional Antibiotika tanggal 9 – 11 Juni
puskesmas dan mendapatkan pola kebutuhan serta kecukupan-
1987 di ITB (Bandung). nya.
*) Berdasarkan Penelitian Pola Penggunaan Obat di Puskesmas, Rumah
Sakit Kelas C dan D dan Penelitian Pola Penggunaan Obat Esensial di METODOLOGI
Puskesmas yang dilaksanakan oleh Badan Litbang Kesehatan, dibiayai
dengan dana WHO dan USAID 1984/1985.
Penelitian merupakan suatu survei eksploratif, dilaksana-
kan secara retrospektif terhadap :
DISKUSI
Penisilin-G merupakan obat terpilih untuk infeksi strepto-
kokus, namun tidak banyak digunakan dalam bidang kedokter-
an gigi. Reaksi anafilaktik yang mungkin terjadi setelah pem-
berian penisilin-G parenteral nampaknya terlalu dianggap
berat. Sediaan penisilin per oral seperti penisilin-V belum po-
puler karena relatif lebih mahal, meskipun penisilin-V meru-
pakan alternatif yang cukup baik untuk infeksi gigi. Setelah
penisilin-V, alternatif berikutnya adalah eritromisin. Namun
karena efek sampingnya yang cukup mengganggu dan harga-
nyji juga relatif maim] maka pemakaiannyapun terbatas4. K
mulut, sehingga strain yang semula sensitif akan mati dan
arena sebab-sebab tersebut maka kebutuhan untuk mengatasi
digantikan oleh strain yang resisten2.
infeksi lebih banyak dipenuhi oleh ampisilin.
Pada tabel 3, ditunjukkan resistensi streptokokus terhadap
Ampisilin dianggap menguntungkan karena dapat di-
lebih dari 1 macam antimikroba tersebut. Secara terbatas dapat
berikan per oral. Pemakaian ampisilin jauh lebih luas dari pada
dikatakan, sebagian kuman yang resisten terhadap I antibiotika
penisilin-G5. Meskipun demikian dari tabel 1 nampaknya tidak
mungkin akan resisten pula terhadap antibiotika lain yang
terdapat perbedaan tingkat resistensi pada ketiga jenis
masih segolongan3.
antimikroba tersebut.
Metisilin lebih tepat digunakan untuk strafilokokus
Hasil penelitian ini meskipun belum menggambarkan
penghasil penisilinase, karena sebagian benar stafilokukus
secara benar, namun telah ada indikasi terjadinya resistensi
menghasilkan /3 laktamase dan resisten terhadap penisilin-G.
terhadap penisilin-G secara mikrobiologik.
namun beberapa strain streptokokus cukup "susceptible"
Streptokokus tipe a, yang biasa disebut Streptokokus
terhadap metisilin' . Dalam ISO 1987, produk metisilin belum
viridans merupakan tipe streptokokus yang paling banyak
tercantum, metisilinpun hanya diberikan secara parenteral,
terdapat dalam rongga mulut6'7. Bila ditinjau persentase kuman
karena itu dapat dikatakan bahwa penggunaannya hampir tidak
yang resisten terhadap keseluruhan, hanya 27,4% streptokokus
ada. Namun dari hasil uji resistensi ini menunjukkan bahwa
a yang resisten terhadap ampisilin, 30,6% yang resisten
streptokokus dari abses gigi tidak cukup peka terhadap
terhadap penisilin-G.
metisilin, karena sensitivitasnya hanya 54,7%.
Semula diduga bahwa penisilin-G lebih sensitif dari pada
Keadaan ini semua telah merupakan petunjuk untuk
ampisilin karena jarang digunakan. Ternyata menurut peneliti-
menggunakan antibiotika hanya pada keadaan yang memang
an ini telah ada indikasi terjadinya resistensi streptokokus
membutuhkan, seperti profilaksis antibiotika pada penderita
terhadap penisilin-G. Hal ini dapat disebabkan karena penisilin
cacat katup jantung pada waktu dilakukan manipulasi gigi
diekskresikan dalam air liur, dengan demikian mudah mem-
Terjadinya resistensi pada pengobatan abses dentoalveolar.
pengaruhi pola resistensi streptokokus a di dalam rongga
tidak hanya disebabkan oleh penggunaan antibiotika pada
KESIMPULAN
• Pada umumnya streptokokus a, (3 dan y yang berasal dari
abses dentoalveolar telah resisten terhadap tetrasiklin, dan se
bagian terhadap ampisilin. Resistensi yang tinggi terhadap
tetrasiklin kemungkinan karena luasnya penggunaan tetra-
Penelitian ini ingin mengungkapkan sensitivitas kotri Kotrimoksazol 24 32,0 51 68,0 75 100,0
moksazol terhadap Streptokokus yang diisolasi dari pus pen- Sulfadiazin 20 26,7 55 73,3 75 100,0
derita abses, gigi dan dibandingkan dengan sediaan tunggal
Keterangan : N = jumlah kuman Streptokokus.
sulfonamida yang telah lama tidak digunakan yaitu : sulfadi-
azih yang juga merupakan salah satu komponen dari trisulfa.
Demikian pula apabila dilihat dari masing-masing tipe Strep-
Penelitian ini dilakukan di Jakarta dengan meiibatkan 6
tokokus yang dipisahkan, menunjukkan keadaan yang tidak
Rumah Sakit untuk mendapatkan sampel dengan Cara pen-
berbeda (tabel 2 dan diagram 1).
carian kasus, selama 3 bulan (Juli – September,1986).
PENDAHULUAN HASIL
Pada umumnya penulisan resep sangat ditentukan oleh Tabel 1. Distribusi Resep Antibiotika dan Non Antibiotika selama 3 hari
diagaosis penyakit yang ditegakkan. Di samping itu masih ada pada Bulan Juni 1986 di 14 Apotik di Banjarmasin.
faktbr lain yang ikut berperan, seperti kebiasaan dokter me-
nulls ramp, jenis obat yang beredar dan lain-lain. Dewasa ini Janis resep Jumlah lembar R/ %
antiibiotika begitu populer sebagai obat untuk menanggulangi
infeksi, sehingga penggunaannya demikian meluas. Pemakaian Resep Antibiotika 851 38,58
Resep Non Antibiotilca 1355 61,42
yang meluas tentu banyak dipengaruhi oleh hasil yang ditun-
juk~can oleh antibiotika dalam pengobatan. Jumlah 2206 100,00
Sementara itu produksi antibiotika bertambah dengan
berbagai macam bentuk, baik dengan ditemukannya antibiotika
Dari seluruh resep yang dikumpulkan (2206 lembar). ternyata 851 lembar
golongan baru maupun hasil pengembangan dari bentuk mengandung antibiotika; balk dalam bentuk sediaan tunggal maupun racikan
sediaannya. Hal ini dapat membingungkan tenaga kesehatan yang dikombinasi dengan obat lain.
Tabel 3. Distribusi Jumlah lembar Resep Antibiotika* Menurut Jumlah 365 331
Bentuk Sediaan.
Dari tabel 4 dan 5 terlihat bahwa :
Bentuk sediaan
Golongan antibiotika Jumlah % Jumlah nama paten antibiotika yang terbanyak dipreskripsi adalah golongan
Tunggal Racikan penisilina.
Antibiotika tersebut terbanyak diproduksi oleh PMA.
aminoglikosida 9 – 9 1,05 Dari 121 nama paten penisilina yang terdapat di IIMS '86 dan 103 di ISO '86,
sefalosporina 2 2 4 0,47 ternyata hanya 36 nama paten saja yang dipreskripsi oleh dokter di
makrolida 48 – 48 5,64 Banjarmasin.
kloramfenikol 75 19 94 11,04
penisilina 383 48 431 50,65
tetrasiklina 61 9 70 8,22 Tabel 6. Distribusi Jumlah Lembar Resep Antibiotika yang Dipreskripsi
kombinasi 77 10 87 10,22 menurut Jenis Keahlian Dokter.
lain-lain 89 19 108 12,69
Jumlah lembar resep
Jenis Keahliap Dokter %
Jumlah 744 107 851 100,00 antibiotika
Umum 558 65,57
* Antibiotika dibagi dalam nama golongan. anak 181 21,27
Dari seluruh resep antibiotika yang dipreskripsi, ternyata golongan penisilina kebidanan 10 1,17
paling banyak ditulis (50,65%), dan lebih banyak diberikan dalam bentuk gigi 38 4,46
sediaan tunggal. Sekilas nampak bahwa antibiotika yang dipreskripsi lebih bedah tulang 2 0,23
banyak diberikan dalam bentuk sediaan tunggal (744 lembar) dari pada dalam paru-paru 7 0,82
bentuk racikan (107 lembar). THT 27 3,17
penyakit dalam 12 1,38
Tabel 4. Distribusi Jumlah Nama Paten dan Jenis Pabrik produsen jantung 8 0,92
antibiotika yang dipreskripsi. mata 8 0,92
Sindroma dispepsia sudah sejak lama dikenal, terdiri dari I.A. Kelainan organik saluran cerna.
kumpulan gejala nyeri epigastrium, rasa kembung, nausea, A.I.1. Saluran cerna bagian atas
anoreksia dan flatulen. Sebagian besar dihubungkan dengan − Esofagitis refluks
kelainan organik saluran cerna dan sistem hepatopankreatiko − Gastritis/duodenitis
bilier, atau bagian dari penyakit sistemik. Sebagian lagi me- − Tukak pep tik (esofagus, lambung, duodenum)
rupakan sekelompok penderita sindroma dispepsia tanpa − Tukak anastomose Karsinoma gaster
adanya kelainan organik, sehingga menimbulkan kesulitan − Dilatasi gaster
dalam penatalaksanaan jangka panjang. − Hipertropi pilorus
Sesuai dengan kemajuan diagnostik penyakit saluran
− Gastroptosis
cerna, dikenal istilah dispepsia fungsional, X ray negative
− Divertikulum gaster/duodenum
dyspepsia, dispepsia non ulser, atau dispepsia non ulser yang
− Duodenal ileus, TBC usus, adhesi usus/mesen-
esensial. Dengan perkembangan endoskopi, seluruh saluran
terium.
cerna tennasuk saluran pankreas dan bilier, telah dapat di-
A.I.2. Saluran cerna bagian bawah : Karsinoma kolon;
periksa dengan seksama, secara langsung atau dengan meng-
A.I.3. Pankreas :
gunakan kontras. Kenyataannya hasil pemeriksaan tersebut
belum dapat mengungkapkan penyebab sindroma ini secara − Pankreatitis kronis
keseluruhan. − Karsinoma pankreas
Berbagai penjelasan telah dikemukakan mengenai pe- A.1.4. Sistim bilier:
nyebab gejala-gejala tersebut, diantaranya adalah kemungkin- − Kholesistitis
an gangguan motilitas saluran cerna. Secara fungsional, − Batu kandung empedu
gangguan motilitas akan menyebabkan pengosongan lambung A.1.5. Hati
terganggu, refluks enterogastrik, pseudo obstruksi intestinal − Hepatitis akut/kronis
kronik, dan irritable bowel syndrome, dengan gejala yang − Karsinoma hati.
tumpang tindih. I.B. Kelainan non organik saluran cerna:
Pengetahuan mengenai gangguan motilitas akan mem- − Gastralgia
perluas pandangan mengenai kelainan fungsional saluran cerna − Dispepsia karena asam lambung
ini dan dapat menjadi dasar dalam pengobatan yang rasional. − Dispepsia flatulen
Dalam tulisan ini yang akan dibahas adalah gangguan − Dispepsia alergik
fungsional pada saluran cerna bagian atas, yaitu dispepsia non − Dispepsia essensial
ulser. − Pseudoobstruksi intestinal kronik
Klasifikasi − Irritable bowel syndrome
Penyebab sindroma dispepsia sebagian besar karena penyakit II. Penyakit organik di luar saluran cerna:
organik saluran cerna, sedang di luar saluran cerna kita me- II. 1. Diabetes mellitus: gastroparesis
ngenal diabetes mellitus, penyakit tiroid, atau kelainan susunan 2; Hipertiroid
saraf pusat (CVD). 3. Kelainan susunan saraf pusat (CVD, epilepsi).
Berikut ini salah satu klasifikasi sindroma dispepsia: III. Psikogen : – Histeria
Dr. Soeharto
Pusat Kesehatan Masyarakat Pandaan, Kabupaten Pasuruan,
Jawa Timur
PENGOBATAN
Pengobatan DDTN bergantung pada etiologi dan beratnya
perdarahan. Kalau kehilangan darah cukup banyak mungkin
diperlukan transfusi darah. Tertelan darah ibu tidak perlu di-
obati. Perdarahan idiopatik dan fisura ani pada neonatus biasa-
nya sembuh spontan.
Yang berikut memerlukan penanganan:
• Penyakit perdarahan bayi baru lahir
Pada kausa defisiensi vitamin K diberikan vitamin K dan
biasanya perdarahan berhenti cepat dalam beberapa jam. Dosis
9,5–1 mg im/iv yang dapat diulang beberapa kali bila perlu6.
Pada trombositopenia yang berat ada kecenderungan terjadi
perdarahan otak, oleh karena itu diperlukan transfusi trom-
bosit3.
• Tukak tekanan pada lambung atau duodenum
Pasang selang nasogastrik, perdarahan tukak dapat di-
Tabel I
Saya bekerja sebagai dokter di sebuah rumah sakit kecil, dan bagai dokter tunggal. Hal ini menimbulkan nostalgia saya,
kebetulan adalah tenaga dokter satu-satunya di rumah-sakit sewaktu saya melaksanakan tugas yang sama pada awal 1960
tersebut. Maaf, saya mengajukan pertanyaan sehubungan di RS Kecil di Sulawesi Tenggara dengan sarana yang sangat
dengan kasus yang saya alami. minim. Demikian minimnya sarana yang tersedia, sehingga
Beberapa hari yang lalu, masuk rumah sakit seorang memberi infus pun tidak bisa, karena tidak ada giving set,
wanita umur 20 tahun (belum kawin) dengan perdarahan biarpun ada cairan infus; bahkan beras pun pernah tidak punya
pervaginum. Pada pemeriksaan kami dapatkan: dan kalau hujan turun, dapur terpaksa berhenti karena atapnya
• Luka lecet baru di bagian bawah introitus vagina bocor besar.
• Hymen non intak (ada robekan lama dan baru) Pernah saya akan melakukan kuretasi pada kasus abortus
• Luka robek di bagian bawah di daerah posterior portio. inkompletus, ternyata kuret tajam belum dikembalikan oleh
tanda-tanda tersebut merupakan sumber perdarahan per- tukang tambal ban sepeda, yang menggunakannya pengganti
vaginum. tanda-tanda hamil/abortus negatif. amplas. Kuretasi dilakukan juga dengan kuret tumpul dengan
Pada anamnesis, ternyata telah terjadi coitus (5 jam yang penerangan lampu senter. Namun berkat kebesaran Tuhan yang
lalu). Maha Kuasa, penderita selamat juga. Pengantar ini sekedar
Problem: untuk menambah semangat pengabdian Sejawat Hanny, yang
• Pasien tersebut adalah seorang mahasiswi yang tinggal di secara riel bekerja sendirian, tetapi Tuhan selalu membimbing
asrama. Yang pasti, mahasiswi tersebut (plus pacarnya yang anda.
juga berstatus mahasiswa), akan dikeluarkan dari asrama dan Kembali pada kasus yang sejawat hadapi, saya berpen-
sekolahnya bila ternyata diketahui perdarahan akibat coitus dapat sikap sejawat sudah betul ditinjau dari segi Etik Ke-
atau abortus. dokteran, karena Sejawat telah berpegang pada kewajiban
• kedua mahasiswa tersebut hanya berani berterus-terang mempertahankan rahasia jabatan sejawat selaku dokter.
tentang keadaan yang sebenarnya (terjadinya coitus) kepada Permintaan pimpinan sekolah, tidak cukup sebagai alasan
saya sebagai dokter, dan meminta dengan sangat supaya me- untuk membuka rahasia jabatan. V.E.R. hanya boleh dibuat dan
rahasiakannya, mengingat masa depan mereka. diberikan kepada penegak hukum yaitu penyisik perkara, bila
• Dalam surat keterangan yang diminta oleh sekolah (bukan kasus ini akan diajukan pada Pengadilan Negeri.
VER), saya hanya menyebutkan bahwa perdarahan yang terjadi Kesangsian sejawat seolah-olah menutupi perbuatan tidak
bukan akibat suatu abortus, tetapi akibat adanya luka dalam terpuji, dapat sejawat atasi dengan memberi nasihat yang baik
liang vagina tanpa menyebutkan alternatif penyebab luka. kepada kedua orang tersebut, dan pengakuan mereka pada
Pertanyaan: sejawat harus anda simpan sebagai titipan rasa kepercayaan
pada Sejawat, yang juga mencerminkan kepercayaan yang
• Benarkah tindakan saya?
bersangkutan terhadap integritas Sejawat sebagai dokter.
• Kalau kemudian saya didesak oleh sekolah supaya men-
Demikian pendapat saya terhadap pertanyaan Sejawat.
jelaskan luka; dapatkah saya menyatakan bahwa telah terjadi
Semoga Sejawat tabah dan semoga Tuhan yang Maha Kuasa
coitus, sesuai keadaan sebenarnya?
akan selalu melindungi T.S. selama T.S. juga tidak melupakan-
• Saya bingung; di satu pihak saya memegang rahasia
Nya.
jabatan, di lain' pihak saya dikejar perasaan seperti mau me-
nutup-nutupi perbuatan yang tidak terpuji (dosa).
Dr. H. Masri Rustam
Mohon bantuan penjelasan.
Direktorat Transfusi Darah PMI
Dr. HRV Akay Ketua IDI Cabang Jakarta Pusat, Jakarta
Sulawesi Tenggara
Komentar
TANGGAPAN DARI SEGI ETIKA KEDOKTERAN TANGGAPAN DARI SEGI HUKUM KEDOKTERAN
Pertama-tama saya ingin menyampaikan rasa simpati saya pada Baiklah kita mengingat kembali kuliah-kuliah tentang
sejawat Dr. Hanny R.V. Akay yang sedang melaksanakan bakti "Rahasia Pekerjaan Dokter".
kemanusiaannya di satu RS Kecil di Sulawesi Tenggara, se- Menurut hukum pidana, dikatakan, jika seorang dokter mem-