You are on page 1of 34

I.

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Dalam proses pembelajaran, hal yang paling utama adalah mengetahui perkembangan
individu anak didik, agar tidak terjadi kesalahan metode dalam melakukan pembelajaran.
Setiap individu akan mengalami proses perkembangan yang tidak akan dapat ditolak,
terlepas dari kehendak individu yang bersangkutan. Proses tersebut berjalan dengan kodrati
dan melalui tahapan-tahapan yang telah ditentukan olehNya. Alloh berIirman dalam surat Al
Mukminun 14 yang artinya : Padahal Dia sesungguhnya telah menciptakan kamu dalam
beberapa tingkatan kejadian ( Q.S. 71 : 14 ). Perkembangan individu merupakan suatu proses
perubahan individu yang bersiIat tetap menuju kearah yang lebih sempurna dan tidak dapat
diulang kembali. Menurut Werner (1969) yang dikutip oleh Monks dkk dalam buku psikologi
perkembangan menyatakan bahwa pengertian perkembangan individu menunjuk pada suatu
proses kearah yang lebih sempurna dan tidak begitu saja diulang kembali. Perkembangan
individu menunjuk pada perubahan yang bersiIat tetap dan tidak dapat diulang kembali (
Monks Dkk : 2004 : 1 )
Proses perkembangan selalu menuju proses diIIerensiasi dan integrasi. Proses
diIIerensiasi artinya ada prinsip totalitas pada diri individu. Dari penghayatan totalitas itu
lambat laun bagian-bagiannya menjadi sangat nyata dan bertambah jelas dalam kerangka
keseluruhan. Setiap individu akan mengalami proses perkembangan yang berlangsung
melalui tahapan-tahapan perkembangan secara berantai. Walaupun tidak ada pemisah yang
jelas antara masing-masing tahapan tersebut, proses perkemangan ini bersiIat universal.
Dalam proses perkembangan dikenal adanya irama atau naik turunnya proses
perkembangan. Artinya proses perkembangan manusia itu tidak konstan terkadang naik
terkadang turun. Pada suatau saat individu mengalami perkembangan yang tenang pada saat
lain ia mengalami perkembangan yang menggoncangkan. ( Alex sobur : 2003 : 143 )
Disini penulis akan mencoba memaparkan, bukan tentang perkembangan psikologis
tetapi lebih kepada pertumubuhan Iisiologis atau biologis serta mengaitkannya dengan proses
dan hasil belajar anak didik. Siapa pun tidak akan menyangkal bahwa seorang tenaga
pendidik, baru bisa dikatakan eIektiI apabila ia mampu memahami aspek pertumbuhan
peserta didiknya secara komprehensiI. Pemahaman ini tentu akan membantu tenaga pendidik,
terutama mempermudah untuk melakukan penilaian terhadap kebutuhan anak didik dan
merencanakan melakukan penilaian terhadap kebutuhan anak didik dan merencanakan tujuan,
materi, prosedur belajar mengajar dengan tepat dan eIektiI.
Untuk memahami pertumbuhan dan perkembangan anak didik, tenaga didik
diharapkan mampu berinisiatiI mencari materi-materi bersumber Iisiologi, psikologi,
sosiologi, psikiatri, serta mampu mengintegrasikan seluruh pendapat di dalamnya.
Rumusan Masalah
Melihat latar belakang diatas maka rumusan masalahnya adalah:
1. Apa ciri-ciri perkembangan invidu?
2. Apa prinsip-prinsip perkembangan individu?
3. Apa saja Iaktor-Iaktor yang mempengaruhi perkembangan individu?
4. Bagaimana tahap-tahap perkembangan individu?
5. Apa teori-teori tentang pekembangan individu?
aksud dan Tujuan:
Adapun maksud dan tujuan pembuatan makalah ini adalah:
1. Untuk mengetahui tentang ciri-ciri perkembangan invidu.
2. Untuk mengetahui tentang prinsip-prinsip perkembangan individu
3. Untuk mengetahui Iaktor-Iaktor yang mempengaruhi perkembangan individu
4. Untuk mengetahui tahap-tahap perkembangan individu
5. Untuk mengetahui teori-teori tentang pekembangan individu















I. PEBAHASAN
ndividu manusia berasal dari materil yang sangat lemah, yaitu materiil genetis,
pertumbuhan genetis pada manusia pada hakikatnya tidak jauh berbeda dengan proses
pertumbuhan genetis pada hewan, karena keduanya merupakan organisme yang tumbuh dari
kondisi yang teramat sederhana dengan satu sel tunggal menjadi banyak sel yang membentuk
organisme yang bersusun begitu kompleks/rumit. Yang demikian itu seringkali diistilahkan
sebagai peristiwa atau tahapan awal herediter.
Secara genetis, individu manusia terbentuk dari satu sel sperma dan satu sel telur.
Satu sperma memasuki sebuah telur dan secara alamiah satu individu baru mulai mengalami
pembentukan. Pada saat itu, kondisi si-ibu baik Iisik maupun mental sangat mempengaruhi
kehidupan awal si-individu baru. Sedangkan peranan ayah hanya memberikan kemungkinan
yang tepat agar individu baru itu terkonsep secara sempurna. SiIat-siIat yang terkandung di
dalam satu sel sperma yang berhasil terbuahkan merupakan apa yang diturunkan oleh si-ayah.
Setiap satu tetes sperma pria terdiri dari berjuta-juta sel sperma. Sperma berbentuk
menyerupai bulatan kepala yang memiliki ekor panjang. Sperma-sperma berenang dengan
cepat dengan menggunakan ekor-ekornya, mencari sasarannya. Tiap satu sel sperma
mengandung masing-masing 24 'chromosomes. Sel telur wanita jauh lebih besar ukurannya
dari sperma pria. Di dalam sel telur terdapat bahan-bahan makanan, dengan sebuah bulatan
kecil ringan yang disebut 'nucleus. Ketika sebuah sel sperma berhasil menembus dinding
sel telur dan berhasil masuk ke dalamnya. Maka sel sperma tersebut akan melepaskan
keduapuluh empat kromosom yang dikandungnya. Sementara dalam rentang waktu yang
hampir bersamaan, 'nucleus dalam sel telur pun pecah dan melepaskan pula keduapuluh
empat kromosom sebagai suatu kontribusi dari pihak ibu guna membentuk seorang anak.
ndividu baru mulai mengalami pembentukan dari kombinasi semua kromosom yang
dilepaskan, yang tiap kromosom tersebut memiliki bentuk tekstur dan siIat bawaan yang
begitu beragam. Masing-masing kromosom dari pria akan berpasangan dengan masing-
masing kromosom dari wanita. Dua puluh empat kromosom inilah yang memiliki andil yang
sangat besar dalam menentukan bentuk Iisik individu ke depannya. Proses pertumbuhan terus
berlangsung dengan melalui tahapan pembagian sel (division) dan pembagian/pembelahan
kembali pada sel-sel (redivision). Jika diamati dengan menggunakan mikroskop, pembelahan
dan perpasangan kromosom-kromosom Nampak seperti rangkaian mata rantai yang semakin
lama semakin merapat. Pada saat-saat tertentu rangkaian kromosom ini kembali mengalami
proses pertumbuhan dan mulai membentuk butiran-butiran menyerupai embun yang disebut
'beads dalam jumlah besar. 'Beads berisikan 'genes yang merupakan Iaktor penentu
hereditas.
Setelah semua tahapan itu berhasil dilalui, kemudian sel telur menjadi matang diikuti
masuknya saraI dari pihak ibu. Sel-sel pada tahap ini tidak lagi tinggal bersama-sama.
Manakala jumlah sel masih terbatas. Sel-sel mulai mengadakan semacam spesialisasi, yaitu
beberapa menjadi sel Tulang, sel kulit, sel daging, sel otak, sel otot dan sebagainya. Semua
'speciali:ed cells terus mengalami proses pertumbuhan dan membentuk unsur-unsur
biologis manusia.
Berikut ini kita mengetahui beberapa ciri-ciri yang akan terjadi pada perkembangan individu,
seperti:
1. Perubahan dalam aspek Iisik dan psikis
2. Perubahan dalam proporsi
3. Lenyapnya tanda-tanda yang lama
4. Diperoleh tanda-tanda baru
Prinsip-prinsip perkembangan manusia
1. proses yang teratur, berurutan, rapi dan kontinyu --- maturasi, lingkungan dan Iaktor
genetik
2. pola yang sama, konsisten dan kronologis, dapat diprediksi
3. variasi waktu muncul (onset), lama, dan eIek dari tiap tahapan tukemb
4. mempunyai ciri khas
5. Never ending process --seumur hidup dan meliputi seluruh aspek
6. Cephalocaudal
7. Proximodistal
8. DiIIerensiasi
9. hal yang unik -- setiap individu cenderung mencapai potensi maksimum
perkembangannya
10.Tugas perkembangan
11.perkembangan suatu aspek dapat dipercepat atau diperlambat
12.perkembangan aspek-aspek tertentu berjalan sejajar atau berkorelasi dengan aspek
lainnya
13.perkembangan terjadi dalam tempo yang berlainan
aktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan:
1. aktor genetik
Iaktor keturunan -- masa konsepsi
bersiIat tetap atau tidak berubah sepanjang kehidupan
menentukan beberapa karakteristik seperti jenis kelamin, ras, rambut, warna mata,
pertumbuhan Iisik, sikap tubuh dan beberapa keunikan psikologis seperti temperamen
Potensi genetik yang bermutu hendaknya dapat berinteraksi dengan lingkungan secara
positiI sehingga diperoleh hasil akhir yang optimal.
. aktor eksternal / lingkungan
mempengaruhi individu setiap hari mulai konsepsi sampai akhir hayatnya, dan sangat
menentukan tercapai atau tidaknya potensi bawaan
Iaktor eksternal yang cukup baik akan memungkinkan tercapainya potensi bawaan,
sedangkan yang kurang baik akan menghambatnya
a. Keluarga
nilai, kepercayaan, adat istiadat, dan pola interaksi dan komunikasi.
Fungsi :bertahan hidup, rasa aman, perkembangan emosi dan sosial, penjelasan
mengenai masyarakat dan dunia, dan membantu mempelajari peran dan perilaku
b. Kelompok teman sebaya
lingkungan yang baru dan berbeda, memberi pola dan struktur yang berbeda dalam
interaksi dan komunikasi, dan memerlukan gaya perilaku yang berbeda.
Iungsi: belajar kesuksesan dan kegagalan, memvalidasi dan menantang pemikiran dan
perasaan, mendapatkan penerimaan, dukungan dan penolakan sebagai manusia unik
yang merupakan bagian dari keluarga; dan untuk mencapai tujuan kelompok dengan
memenuhi kebutuhan dan harapan.
.. Pengalaman hidup
pengalaman hidup dan proses pembelajaran
membiarkan individu berkembang dengan mengaplikasikan apa yang telah dipelajari
Tahapan proses pembelajaran
mengenali kebutuhan
penguasaan ketrampilan
menjalankan tugas
integrasi ke dalam seluruh Iungsi
mengembangkan penampilan perilaku yang eIektiI.
d. Kesehatan
Tingkat kesehatan --- respon individu terhadap lingkungan dan respon orang lain
pada individu
Kesehatan prenatal (sebelum bayi lahir) mempengaruhi pertumbuhan dan
perkembangan dari Ietal (janin)
Nutrisi adekuat
Keseimbangan antara istirahat, tidur dan olahraga
Kondisi sakit --- ketidakmampuan untuk melaksanakan tugas-tugas perkembangan
--- tumbuh kembang terganggu
e. Lingkungan tempat tinggal
: Musim, iklim, kehidupan sehari-hari dan status sosial ekonomi
Berikut ini adalah Aspek-aspek yang mempengaruhi perkembangan individu:
Proses pertumbuhan yang bersangkutan dengan perubahan struktur Iisiologis sangat
dipengaruhi oleh aspek-aspek tertentu yang saling berkorelasi. Adapun aspek-aspek tersebut
adalah:
1. Anak sebagai keseluruhan
Anak sebagai keseluruhan tumbuh oleh kondisi dan interaksi dari setiap aspek kepribadian
yang ia miliki. ntelek anak berhubungan dengan kesehatan jasmaninya. Kesehatan
jasmaninya sangat dipengaruhi oleh emosi-emosinya. Sedangkan kondisi emosionalnya
dipengarui oleh kesuksesan anak ketika berada dilingkungan sekolah. Kapasitas mental dan
ketahanan Iisiologisnya. Selain itu, 'beckground keluarga dan pribadi serta kegiatan yang
dijalani anak hari-harinya sangat berperan dan dalam mendukung anak tumbuh secara
proIessional baik Iisiologis dan psikologis, intelektual dan sosial.
2. Permasalahan tingkah laku sering berkorelasi dengan pola-pola pertumbuhan.
Usia psikologis individu anak turut mempengaruhi kapasitas mental yang mempengaruhi
prestasi belajarnya. Pertumbuhan atau tingkat kematangan anak juga berhubungan sangat erat
dengan prestasi belajar.
3. Permasalahan behavioral seringkali berkorelasi dengan pola-pola pertumbuhan
Pertumbuhan memunculkan kondisi-kondisi tertentu yang menimbulkan problematika
behavioristik. Anak-anak yang terlalu cepat dalam mengalami pertumbuhan atau terlalu
lambat, atau tidak teratur dalam Iase-Iase pertumbuhannya tidak jarang menimbulkan
permasalahan dalam pengajaran. Alasan kenapa anak mencerna makanan adalah untuk
memperoleh energi guna pertumbuhan dan untuk beraktivitas. Ketika sebagian besar energi
yang terkumpul digunakan untuk pertumbuhan, maka aktivitas akan berkurang. Begitu pula
sebaliknya.
4. Penyesuaian pribadi dan sosial mencerminkan dinamika pertumbuhan
Peristiwa-peristiwa yang pribadi pada individu anak akibat pertumbuhan dan setelah
dihadapkan 'challenges cultural masyarakat utamanya harapan-harapan orang tua, guru, dan
teman sebaya, tercemin dalam 'adfustment yang dilakoni si anak dalam kehidupan sosial.
Anak yang tidak menunjukkan kelainan-kelainan yang menonjol dalam interaksi sosialnya
dapat berarti bahwa anak itu tumbuh dalam kondisi yang normal. Pertumbuhan yang tidak
biasa yang dialami anak dapat menimbulkan kelainan dan hambatan dalam hal penyesuaian
diri dalam interaksi sosial.
Fungsi-Iungsi kepribadian baik Iisiologis maupun psikologis sangat mempengaruhi mental
dan kegiatan belajar anak. Salah satunya adalah Iungsi otak dan saraI dalam usaha membuat
anak menjadi reseptiI terhadap pelajaran yang disampaikan.
Menurut Jean Rosseau (1712-1778) dalam tahap perkembangan masa kanak-kanak, yaitu
antara umur 2 sampai 12 tahun, perkembangan pribadi anak dimulai dengan makin
berkembangnya Iungsi-Iungsi indra anak untuk mengadakan observasi. Perkembangan Iungsi
ini memperkuat Iungsi perkembangan pengamatan anak. Perkembangan tiap aspek psikologis
anak pada Iase ini sangat dipengaruhi oleh pengamatannya.
asa Perkembangan anuasia
Dalam berbagai literatur kita dapati berbagai pendekatan dalam menentukan tahapan
perkembangan individu, diantaranya adalah pendekatan didaktis. Dalam hal ini, Syamsu
YusuI (2003) mengemukakan tahapan perkembangan individu dengan menggunakan
pendekatan didaktis, sebagai berikut :
asa Usia Pra Sekolah
Masa Usia Pra Sekolah terbagi dua yaitu (1) Masa Vital dan (2) Masa Estetik
1. asa Jital; pada masa ini individu menggunakan Iungsi-Iungsi biologis untuk
menemukan berbagai hal dalam dunianya. Untuk masa belajar pada tahun pertama
dalam kehidupan individu , Freud menyebutnya sebagai masa oral (mulut), karena
mulut dipandang sebagai sumber kenikmatan dan merupakan alat untuk melakukan
eksplorasi dan belajar.Pada tahun kedua anak belajar berjalan sehingga anak belajar
menguasai ruang, mulai dari yang paling dekat sampai dengan ruang yang jauh. Pada
tahun kedua umunya terjadi pembiasaan terhadap kebersihan. Melalui latihan
kebersihan, anak belajar mengendalikan impuls-impuls atau dorongan-dorongan yang
datang dari dalam dirinya.
2. asa Estetik; dianggap sebagai masa perkembangan rasa keindahan. Anak
bereksplorasi dan belajar melalui panca inderanya. Pada masa ini panca indera masih
sangat peka.
asa Usia Sekolah Dasar
Masa Usia Sekolah Dasar disebut juga masa intelektual, atau masa keserasian bersekolah
pada umur 6-7 tahun anak dianggap sudah matang untuk memasuki sekolah. Masa Usia
Sekolah Dasar terbagi dua, yaitu : (a) masa kelas-kelas rendah dan (b) masa kelas tinggi.
Ciri-ciri pada masa kelas-kelas rendah(6/7 9/10 tahun) :
1. Adanya korelasi positiI yang tinggi antara keadaan jasmani dengan prestasi.
2. Sikap tunduk kepada peraturan-peraturan permainan tradisional.
3. Adanya kecenderungan memuji diri sendiri.
4. Membandingkan dirinya dengan anak yang lain.
5. Apabila tidak dapat menyelesaikan suatu soal, maka soal itu dianggap tidak penting.
6. Pada masa ini (terutama usia 6 8 tahun) anak menghendaki nilai angka rapor yang
baik, tanpa mengingat apakah prestasinya memang pantas diberi nilai baik atau tidak.
Ciri-ciri pada masa kelas-kelas tinggi (9/10-12/13 tahun) :
1. Minat terhadap kehidupan praktis sehari-hari yang konkret.
2. Amat realistik, rasa ingin tahu dan ingin belajar.
3. Menjelang akhir masa ini telah ada minat kepada hal-hal atau mata pelajaran khusus
sebagai mulai menonjolnya bakat-bakat khusus.
4. Sampai usia 11 tahun anak membutuhkan guru atau orang dewasa lainnya untuk
menyelesaikan tugas dan memenuhi keinginannya. Selepas usia ini pada umumnya
anak menghadapi tugas-tugasnya dengan bebas dan berusaha untuk
menyelesaikannya.
5. Pada masa ini anak memandang nilai (angka rapor) sebagai ukuran tepat mengenai
prestasi sekolahnya.
6. Gemar membentuk kelompok sebaya untuk bermain bersama. Dalam permainan itu
mereka tidak terikat lagi dengan aturan permainan tradisional (yang sudah ada),
mereka membuat peraturan sendiri.
asa Usia Sekolah enengah
Masa usia sekolah menengah bertepatan dengan masa remaja, yang terbagai ke dalam 3
bagian yaitu :
1. masa remafa awal; biasanya ditandai dengan siIat-siIat negatiI, dalam jasmani dan
mental, prestasi, serta sikap sosial,
2. masa remafa madya; pada masa ini mulai tumbuh dorongan untuk hidup, kebutuhan
akan adanya teman yang dapat memahami dan menolongnya. Pada masa ini sebagai
masa mencari sesuatu yang dipandang bernilai, pantas dijunjung dan dipuja.
3. masa remafa akhir; setelah remaja dapat menentukan pendirian hidupnya, pada
dasarnya telah tercapai masa remaja akhir dan telah terpenuhi tugas-tugas
perkembangan pada masa remaja, yang akan memberikan dasar bagi memasuki masa
berikutnya yaitu masa dewasa.
asa Usia Kemahasiswaan (18,00-,00 tahun)
Masa ini dapat digolongkan pada masa remaja akhir sampai masa dewasa awal atau dewasa
madya, yang intinya pada masa ini merupakan pemantapan pendirian hidup.
9. Apa tugas perkembangan individu itu?
Havighurst (1961) mengemukakan bahwa : ' A developmental task is a task which arises at
or about a certain period in the life of the individual, succesful achievement of which leads to
his happiness and to success with later task, while failure leads to unhappiness in the
individual, disaproval by society, difficulty with later task.
10. Tugas perkembangan apa yang harus di.apai pada masa bayi dan kanak-kanak
awal (0,0-6.0) ?
Tugas perkembangan yang harus dicapai pada masa bayi dan kanak kanak awal (0,06.0)
adalah :
1. Belajar berjalan pada usia 9.0 15.0 bulan.
2. Belajar memakan makan padat.
3. Belajar berbicara.
4. Belajar buang air kecil dan buang air besar.
5. Belajar mengenal perbedaan jenis kelamin.
6. Mencapai kestabilan jasmaniah Iisiologis.
7. Membentuk konsep-konsep sederhana kenyataan sosial dan alam.
8. Belajar mengadakan hubungan emosional dengan orang tua, saudara, dan orang lain.
9. Belajar mengadakan hubungan baik dan buruk dan pengembangan kata hati.
11. Tugas perkembangan apa yang harus di.apai pada masa kanak-kanak akhir dan
anak sekolah (6,0-1.0)?
Tugas perkembangan yang harus dicapai pada masa kanak kanak akhir dan anak sekolah
(0,06.0) adalah :
1. Belajar memperoleh keterampilan Iisik untuk melakukan permainan.
2. Belajar membentuk sikap yang sehat terhadap dirinya sendiri sebagai makhluk
biologis.
3. Belajar bergaul dengan teman sebaya.
4. Belajar memainkan peranan sesuai dengan jenis kelaminnya.
5. Belajar keterampilan dasar dalam membaca, menulis dan berhitung.
6. Belajar mengembangkan konsep-konsep sehari-hari.
7. Mengembangkan kata hati.
8. Belajar memperoleh kebebasan yang bersiIat pribadi.
9. Mengembangkan sikap yang positiI terhadap kelompok sosial.
$elain perkembangan diatas, perkembangan individu fuga dapat didekati dengan usia
perkembangan beserta hal-hal yang bisa dilakukan sebagai berikut.
1. Neonatus (lahir 28 hari)
Pada tahap ini, perkembangan neonatus sangat memungkinkan untuk dikembangkan
sesuai keinginan.
2. Bayi (1 bulan 1 tahun)
Bayi usia 1-3 bulan :
mengangkat kepala
mengikuti obyek dengan mata
melihat dengan tersenyum
bereaksi terhadap suara atau bunyi
mengenal ibunya dengan penglihatan, penciuman, pendengaran dan kontak
menahan barang yang dipegangnya
mengoceh spontan atau bereaksi dengan mengoceh
Bayi usia 3-6 bulan :
mengangkat kepala sampai 90
mengangkat dada dengan bertopang tangan
belajar meraih benda-benda yang ada dalam jangkauannya atau diluar jangkauannya
menaruh benda-benda di mulutnya,
berusaha memperluas lapang pandang
tertawa dan menjerit karena gembira bila diajak bermain
mulai berusaha mencari benda-benda yang hilang
Bayi 6-9 bulan :
duduk tanpa dibantu
tengkurap dan berbalik sendiri
merangkak meraih benda atau mendekati seseorang
memindahkan benda dari satu tangan ke tangan yang lain
memegang benda kecil dengan ibu jari dan jari telunjuk
bergembira dengan melempar benda-benda
mengeluarkan kata-kata tanpa arti
mengenal muka anggota keluarga dan takut pada orang lain
mulai berpartisipasi dalam permainan tepuk tangan
Bayi 9-12 bulan :
berdiri sendiri tanpa dibantu
berjalan dengan dituntun
menirukan suara
mengulang bunyi yang didengarnya
belajar menyatakan satu atau dua kata
mengerti perintah sederhana atau larangan
minat yang besar dalam mengeksplorasi sekitarnya
ingin menyentuh apa saja dan memasukkan benda-benda ke mulutnya
berpartisipasi dalam permainan
3. %odler (1-3 tahun)
peningkatan kemampuan psikososial dan perkembangan motorik
Anak usia 12-18 bulan .
mulai mampu berjalan dan mengeksplorasi rumah serta sekeliling rumah
menyusun 2 atau 3 kotak
dapat mengatakan 5-10 kata
memperlihatkan rasa cemburu dan rasa bersaing
3. %odler (1-3 tahun)
peningkatan kemampuan psikososial dan perkembangan motorik
Anak usia 12-18 bulan .
mulai mampu berjalan dan mengeksplorasi rumah serta sekeliling rumah
menyusun 2 atau 3 kotak
dapat mengatakan 5-10 kata
memperlihatkan rasa cemburu dan rasa bersaing
Anak usia 18-24 bulan :
mampu naik turun tangga
menyusun 6 kotak
menunjuk mata dan hidungnya
menyusun dua kata
belajar makan sendiri
menggambar garis di kertas atau pasir
mulai belajar mengontrol buang air besar dan buang air kecil
menaruh minat kepada apa yang dikerjakan oleh orang yang lebih besar
memperlihatkan minat kepada anak lain dan bermain-main dengan mereka
Anak usia 2-3 tahun :
anak belajar meloncat, memanjat, melompat dengan satu kaki
membuat jembatan dengan 3 kotak
mampu menyusun kalimat
mempergunakan kata-kata saya
Bertanya
mengerti kata-kata yang ditujukan kepadanya
menggambar lingkaran
bermain dengan anak lain
menyadari adanya lingkungan lain di luar keluarganya
4. Pre sekolah (3- tahun)
Dunia pre sekolah berkembang. Selama bermain, anak mencoba pengalaman baru dan
peran sosial. Pertumbuhan Iisik lebih lambat.
Anak usia 3-4 tahun:
berjalan-jalan sendiri mengunjungi tetangga
berjalan pada jari kaki
belajar berpakaian dan membuka pakaian sendiri
menggambar garis silang
menggambar orang (hanya kepala dan badan)
mengenal 2 atau 3 warna
bicara dengan baik
bertanya bagaimana anak dilahirkan
mendengarkan cerita-cerita
bermain dengan anak lain
menunjukkan rasa sayang kepada saudara-saudaranya
dapat melaksanakan tugas-tugas sederhana.
Anak usia 4-5 tahun :
mampu melompat dan menari
menggambar orang terdiri dari kepala, lengan dan badan
dapat menghitung jari-jarinya
mendengar dan mengulang hal-hal penting dan cerita
minat kepada kata baru dan artinya
memprotes bila dilarang apa yang diinginkannya
membedakan besar dan kecil
menaruh minat kepada aktivitas orang dewasa.
Anak usia 6 tahun:
ketangkasan meningkat
melompat tali
bermain sepeda
menguraikan objek-objek dengan gambar
mengetahui kanan dan kiri
memperlihatkan tempertantrum
mungkin menentang dan tidak sopan
. Usia sekolah (6-12 tahun)
Kelompok teman sebaya mempengaruhi perilaku anak. Perkembangan Iisik, kognitiI
dan sosial meningkat. Anak meningkatkan kemampuan komunikasi.
Anak usia 6-7 tahun :
membaca seperti mesin
mengulangi tiga angka mengurut ke belakang
membaca waktu untuk seperempat jam
anak wanita bermain dengan wanita
anak laki-laki bermain dengan laki-laki
cemas terhadap kegagalan
kadang malu atau sedih
peningkatan minat pada bidang spiritual
Anak usia 8-9 tahun:
kecepatan dan kehalusan aktivitas motorik meningkat
menggunakan alat-alat seperti palu
peralatan rumah tangga
ketrampilan lebih individual
ingin terlibat dalam segala sesuatu
menyukai kelompok dan mode
mencari teman secara aktiI
Anak usia 10-12 tahun:
pertambahan tinggi badan lambat
pertambahan berat badan cepat
perubahan tubuh yang berhubungan dengan pubertas mungkin tampak
mampu melakukan aktivitas seperti mencuci dan menjemur pakaian sendiri
memasak, menggergaji, mengecat
menggambar, senang menulis surat atau catatan tertentu
membaca untuk kesenangan atau tujuan tertentu
teman sebaya dan orang tua penting
mulai tertarik dengan lawan jenis
sangat tertarik pada bacaan, ilmu pengetahuan
6. Remafa (12-18/20 tahun)
Konsep diri berubah sesuai dengan perkembangan biologi
Mencoba nilai-nilai yang berlaku
Pertambahan maksimum pada tinggi,berat badan
Stres meningkat terutama saat terjadi konIlik
Anak wanita mulai mendapat haid, tampak lebih gemuk
Berbicara lama di telepon, suasana hati berubah-ubah (emosi labil), kesukaan
seksual mulai terlihat
menyesuaikan diri dengan standar kelompok
anak laki-laki lebih menyukai olahraga, anak wanita suka bicara tentang pakaian,
make-up
hubungan anak-orang tua mencapai titik terendah, mulai melepaskan diri dari
orang tua
takut ditolak oleh teman sebaya
Pada akhir masa remaja : mencapai maturitas Iisik, mengejar karir, identitas seksual
terbentuk, lebih nyaman dengan diri sendiri, kelompok sebaya kurang begitu penting, emosi
lebih terkontrol, membentuk hubungan yang menetap.
Teori-Teori Perkembangan Individu

Development task theory (Robert Havighurst) --- 6 stages
1. nIancy & Early Childhood (masa bayi dan kanak-kanak awal)
Belajar berjalan, mengambil makanan padat
Belajar bicara
Belajar mengontrol eliminasi (urin & Iekal)
Belajar tentang perbedaan jenis kelamin
Membentuk konsep-konsep sederhana mengenai kenyataan sosial dan Iisik
Belajar membedakan mana yang benar dan mana yang salah, mengembangkan
hati nurani
Belajar mengadakan hubungan emosi
. Middle childhood (masa sekolah)
Membangun perilaku yang sehat
Belajar ketrampilan Iisik yang diperlukan untuk permainan-permainan yang luar
biasa
Belajar bergaul dengan teman sebaya
Belajar peran sosial terkait dengan maskulinitas dan Ieminitas
Mengembangkan ketrampilan dasar seperti membaca, menulis dan berhitung
Mengembangkan konsep-konsep yang dibutuhkan dalam kehidupan sehari-hari
Membangun moralitas, hati nurani dan nilai-nilai
Pencapaian kemandirian
Membangun perilaku dalam kelompok sosial maupun institusi (sekolah)
3. Adolescence (remaja )
Membina hubungan baru yang lebih dewasa dengan teman sebaya baik laki
maupun perempuan
Pencapaian peran sosial maskulinitas atau Ieminitas
Pencapaian kemandirian emosi dari orang tua, orang lain
Pencapaian kemandirian dalam mengatur keuangan
Menerima keadaan Iisiknya dan menggunakan secara eIektiI
Memilih dan mempersiapkan pekerjaan
Mempersiapkan pernikahan dan kehidupan keluarga
Membangun ketrampilan dan konsep-konsep intelektual yang perlu bagi warga
negara
Pencapaian tanggungjawab sosial
Memperolah nilai-nilai dan system etik sebagai penuntun dalam berperilaku
Teori Perkembangan Sigmund reud (Psikoseksual)
a. Tahap oral-sensori (lahir sampai usia 1 bulan)
karakteristik .
aktivitas melibatkan mulut (sumber utama kenyamanan)
Perasaan dependen (bergantung pada orang lain)
ndividu yang terIiksasi --- kesulitan mempercayai orang lain, menunjukkan perilaku
seperti menggigit kuku, mengunyah permen karet, merokok, menyalahgunakan obat,
minum alkohol, makan terlalu banyak, overdependen.
b. Tahap anal-muskular (usia 1-3 tahun / toddler)
arakteristik .
rgan anus dan rectum merupakan sumber kenyamanan
Masa 'toilet training --- dapat terjadi konIlik
Mengotori adalah aktivitas yang umum
Gangguan pada tahap ini dapat menimbulkan kepribadian obsesiI-kompulsiI
seperti keras kepala, kikir, kejam dan tempertantrum
.. Tahap falik (3-6 tahun / pra sekolah)
Karakteristik :
rgan genital sebagai sumber kenyamanan
Masturbasi dimulai dan keingintahuan seksual menjadi terbukti
Dapat mengalami kompleks edipus atau kompleks Elektra
Hambatan pada tahap ini dapat menyebabkan kesulitan dalam indentitas seksual dan
bermasalah dengan otoritas, ekspresi malu, dan takut.
d. Tahap latensi (6-12 tahun / masa sekolah)
arakteristik .
energi digunakan untuk aktivitas Iisik dan intelektual
ni adalah periode tenang, dimana kegiatan sexual tidak muncul (tidur).
Anak mungkin terikat dalam aktivitas erogenus (perasaan erotik) dengan teman
sebaya yang sama jenis kelaminnya.
Penggunaan koping dan mekanisme pertahanan diri muncul pada waktu ini
KonIlik yang tidak diatasi pada masa ini dapat menyebabkan obsesiI dan kurang
motivasi diri.
enital (13 tahun keatas / pubertas atau remaja sampai dewasa)
Karakteristik :
genital menjadi pusat dari tekanan dan kesenangan seksual
Produksi hormon seksual menstimulasi perkembangan heteroseksual
Energi ditujukan untuk mencapai hubungan seksual yang matur
Pada awal Iase sering terjadi emosi yang belum matang, kemudian mulai berkembang
kemampuan untuk menerima dan memberi cinta
Perkembangan Eri.k H Eri.son (Psikososial)
a. %rust vs mistrust -- bayi (lahir 12 bulan)
ndikator positiI : belajar percaya pada orang lain
ndikator negatiI : tidak percaya, menarik diri dari lingkungan masyarakat,
pengasingan.
Pemenuhan kepuasan untuk makan dan mengisap, rasa hangat dan nyaman, cinta
dan rasa aman ---- menghasilkan kepercayaan.
Pada saat kebutuhan dasar tidak terpenuhi secara adekuat --- bayi menjadi curiga,
penuh rasa takut, dan tidak percaya. Hal ini ditandai dengan perilaku makan, tidur
dan eliminasi yang buruk.
b. Otonomi vs ragu-ragu dan malu (autonomy vs shame & doubt) -- todler (1-3 tahun)
ndikator positiI : kontrol diri tanpa kehilangan harga diri
ndikator negatiI : terpaksa membatasi diri atau terpaksa mengalah
Anak mulai mengembangkan kemandirian membuka dan memakai baju, berjalan,
mengambil, makan sendiri, dan ke toilet. Mulai terbentuk kontrol diri.
Jika kemandirian todler tidak didukung oleh orang tua, mungkin anak memiliki
kepribadian yang ragu-ragu
jika anak dibuat merasa buruk pada saat melakukan kegagalan, anak akan menjadi
pemalu.
c. Inisiatif vs merasa bersalah (initiative vs guilt) -- pra sekolah ( 3-6 tahun)
ndikator positiI : mempelajari tingkat ketegasan dan tujuan mempengaruhi
lingkungan. Mulai mengevaluasi kebiasaan (perilaku) diri sendiri.
ndikator negatiI : kurang percaya diri, pesimis, takut salah. Pembatasan dan
kontrol yang berlebihan terhadap aktivitas pribadi
nisiatiI, mencoba hal-hal baru, perilaku kuat, imajinatiI dan intrusiI,
perkembangan perasaan bersalah dan identiIikasi dengan orang tua yang berjenis
kelamin sama.
Pembatasan --- mencegah anak dari perkembangan inisiatiI.
Rasa bersalah mungkin muncul pada saat melakukan aktivitas yang berlawanan
dengan orang tua.
Anak perlu belajar untuk memulai aktivitas tanpa merusak hak-hak orang lain.
d. Industri vs inferior (industry vs inferiority) -- usia sekolah (6-12 tahun)
ndikator positiI : mulai kreatiI, berkembang, manipulasi. Membangun rasa
bersaing dan ketekunan.
ndikator negatiI : hilang harapan, merasa cukup, menarik diri dari sekolah dan
teman sebaya.
Anak mendapatkan pengenalan melalui demonstrasi ketrampilan dan produksi
benda-benda serta mengembangkan harga diri melalui pencapaian
Anak dipengaruhi oleh guru dan sekolah.
Perasaan inIerior --- terjadi pada saat orang dewasa memandang usaha anak untuk
belajar bagaimana sesuatu bekerja melalui menipulasi adalah sesuatu yang bodoh
atau merupakan masalah.
Perasaaan inIerior --- ketidaksuksesan di sekolah, ketidaksuksesan dalam perkembangan
ketrampilan Iisik dan mencari teman.
Teori Perkembangan Piaget (Individu)
a. fase sensorimotor (lahir 2 tahun)
tahap 1 : Penggunaan aktivitas reIleks (lahir 1 bulan)
tahap 2 : reaksi sirkular primer (1-4 bulan)
tahap 3 : reaksi sirkular sekunder (4-8 bulan)
tahap 4 : koordinasi dari skema sekunder (8-12 bulan)
tahap 5 : reaksi sirkular tersier (12-18 bulan)
tahap 6 : intervensi dari arti baru (18-24 bulan)
b. fase preoperasional (2-7 tahun)
simbol seperti kata untuk mewakili manusia, benda dan tempat.
kemampuan berIokus hanya pada satu aspek pada satu waktu, dan pemikiran sering
terlihat tidak logis
mobil menabrak anjing karena anak laki-laki marah pada anjing tersebut
- tahap pre konseptual (2-4 tahun)
- sangat egosentris, 'saya, Perkembangan bahasa, kata-kata dengan objek
- tahap intuituI (4-7 tahun)
- Egosentris anak mulai berkurang, KlasiIikasi sesuatu dengan satu atribut
biasanya warna atau bentuk
c. fase konkret operasional (7-11 tahun)
memecahkan masalah konkret
mulai mengerti tentang suatu hubungan misalnya ukuran, mengerti kanan dan kiri
Anak dapat membuat alasan mengenai apa itu, tapi tidak dapat membuat hipotesa
mengenai apa kemungkinannya dan dengan demikian tidak dapat berpikir mengenai
masalah ke depan
d. Fase formal operasional (11-1 tahun)
pemikiran rasional, bersiIat keakanan
kemampuan untuk berperilaku yang abstrak, dan muncul pemikiran ilmiah
menyadari masalah moral dan politik dari berbagai pandangan yang ada
Teori Perkembangan oral Kohlberg

a. %ingkat premoral (prekonvensional) . lahir sampai 9 tahun
kewaspadaan terhadap moral yang bisa diterima secara sosial
Kontrol didapatkan dari luar.
Anak menggabungkan label baik dan buruk, benar dan salah dalam perilaku
tawar menawar, pembagian yang seimbang dan kejujuran menjadi muncul
Hidup dinilai dengan bagaimana anak dapat memuaskan kebutuhan dari orang lain.
- tahap orientasi hukuman dan kepatuhan (lahir - 6 tahun) : Peraturan diikuti
untuk menghindari hukuman
- tahap orientasi egoistik secara sederhana (6-9 tahun) :
4 Anak menyesuaikan minat diri sendiri dengan aturan, berasumsi bahwa
penghargaan atau bantuan akan diterima.
b. %ingkat moralitas konvensional . 9-13 tahun
Usaha dilakukan untuk menyenangkan orang lain.
Kontrol didapat dari dalam
Anak setia dan peduli pemeliharaan dan pengharapan keluarga tanpa memperhatikan
konsekuensinya
4 tahap ' anak laki-laki yang baik, anak perempuan yang manis (9-10 tahun)
Keinginan untuk menyenangkan dan membantu orang lain merupakan hal yang paling
sering.
Anak menyesuaikan diri untuk menghindari penolakan
Hidup dinilai dari seberapa bagus hubungan interpersonal dengan mengidentiIikasi
kepentingan individu secara emosional.
4 tahap autoritas memeprtahankan moralitas (10-13 tahun)
Anak melakukan kewajiban untuk menghindari kritik oleh yang berwenang
dentiIikasi pergeseran pada agama atau institusi sosial seperti sekolah





II. PENUTUP

Pertumbuhan dideIinisikan sebagai pertambahan atau peningkatan secara kuantitatiI
dari substansi atau strutktur yang pada umumnya ditandai dengan perubahan-perubahan
biologis pada diri suatu individu yang menuju ke arah kematangan, akibat pengaruh
lingkungan pertumbuhan Iisik berlangsung dengan cara yang biasa dikatakan bervariasi,
misalnya pada otak, tinggi dan berat badan, perpanjangan tangan, pertumbuhan bahasa, dan
lain sebagainya.
Pertumbuhan juga merupakan suatu proses yang berkesinambungan, mulai dari
kondisi yang simpel sampai pada keadaan yang tergolong kompleks. Kesinambungan
pertumbuhan ini pada individu manusia dapat kita renungkan, bagaimana bayi yang lemah
tergantung, tidak berkecakapan dalam menghadapi tantangan dalam hidupnya. Hal ini
dikarenakan manusia terus-menerus mengalami proses pertumbuhan dalam step-step yang
teratur dalam organismenya.
Adapun mengenai teori-teori yang berhubungan dengan pertumbuhan, diantaranya
dikatakan bahwa pertumbuhan merupakan suatu proses yang kuantitatiI, walaupun
sebenarnya masih ada orang yang mengatakan atau berpendapat bahwa pertumbuhan adalah
suatu proses yang bukan hanya mencakup beberapa hal secara kuantitatiI tetapi juga
kualitatiI. Namun disini penulis berpendapat bahwa pertumbuhan adalah proses kuantitatiI,
agar tidak menyeberang ke arah perkembangan yang bersiIat non-biologis. Pertumbuhan juga
merupakan suatu proses yang berkesinambungan, dalam tempo yang tentunya berbeda, rumit
dimana seluruh aspek-aspek yang mempengaruhinya saling berkorelasi, selain itu tiap
individu memiliki metode unik tersendiri untuk berproses dalam pertumbuhan, pola dan
kecepatan pertumbuhan barangkali dimodiIikasi oleh Iaktor-Iaktor dalam maupun luar, dan
tahapan pertumbuhan berbeda-beda.
Adapun aspek-aspek yang berandil besar dalam mempengaruhi pertumbuhan
individu, diantaranya adalah memandang anak sebagai suatu keseluruhan, permasalahan
behavioral seringkali berkorelasi dengan pola-pola pertumbuhan, dan penyesuaian pribadi
dan sosial juga mereIleksikan suatu dinamika pertumbuhan.
Setiap orang yang mampu berpikir secara logis tentu tidak akan menyangkal bahwa
kondisi Iisik berperan signiIikan dalam menentukan lancar tidaknya seorang anak dalam
menerima pelajaran. Anak yang mengalami cacat lahir, sakit atau kelelahan tentu tidak akan
mudah mencerna pelajaran sebagaimana anak yang tumbuh secara normal, sehat dan dalam
keadaan yang Iit dan siap menerima pelajaran tersebut.
Begitu pula anak-anak yang sedang dalam kondisi kelelahan sehabis melakukan
kegiatan Iisik seperti berolah-raga, tidak akan langsung bisa berkonsentrasi menerima materi
pelajaran.




DATAR PUSTAKA
Dalyono, M. 2001. !sikologi !endidikan. Jakarta: Rineka Cipta.
Departemen Agama. 2005. Wawasan %ugas Guru dan %enaga ependidikan. Jakarta:
Departemen Agama, Direktorat Jenderal Kelembagaan Agama slam.
Djamarah, SyaiIul Bahri. 2008. !sikologi Belafar. Jakarta: Rineka Cipta.
Slameto. 1991. Belafar dan Faktor-Faktor yang empengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.
Sunarto, H, dan Ny. B. Agung Hartanto. 2002. !erkembangan !eserta Didik. Jakarta: Rineka
Cipta.
Suryabrata, Sumadi. 2006. !sikologi !endidikan. Jakarta: Rajawali .
Syah, Muhibbin. 2006. !sikologi Belafar. Jakarta: Rajawal

You might also like