Professional Documents
Culture Documents
I. IDENTITAS PASIEN
Nama Jenis Kelamin Umur Agama Pendidikan Pekerjaan Bangsa/suku Alamat No. RM Tanggal masuk RS II.
: : : : : : : : : :
M Laki-laki 18 tahun Islam SMK Lulus sekolah Jawa Ngentak, Polodadi, Sumberharjo, Prambanan 04-92-61 4 Oktober 2011
Sumberharjo, Prambanan Pendidikan Pekerjaan Umur Hubungan Lama Kenal SD Pekerja Bangunan 56 tahun Ayah Kandung Sejak masih anakanak Sifat Kenal Dekat
II.1. Sebab Dibawa ke Rumah Sakit (Keluhan Utama) Tidak bisa tidur dan suka keluyuran tidak bertujuan.
II.2. Riwayat Perjalanan Penyakit (Riwayat Penyakit Sekarang) Sehari sebelum masuk rumah sakit, OS pergi keluar rumah (berjalan ke Kulon Progo lalu ke Parangtritis) tanpa mengabari sebelumnya serta
mengganggu tetangga sekitar. Beberapa hari lalu, OS mengaku berkelahi dengan tetangganya karena mengganggu sepupunya perempuan. Saat malam OS sama sekali tidak tidur dan berteriak-teriak. Keluhan utama berupa tidak tidur mulai terjadi setelah Ibu dari M meninggal dunia disaat ia masih SD, mungkin sekitar 7 tahun yang lalu. Setelah ibunya meninggal, M menunjukkan perubahan tingkah laku. Ia sempat mengurung diri dirumah tidak mau keluar sekitar 1 bulan. M merasa begitu sedih karena ibunya meninggal. Setelah itu, M menjadi sering tidak tidur dan suka keluyuran. Ia merasa ada yang selalu berbisik padanya dan mengendalikannya. M menyebutkan bahwa itu adalah Sunan Kalijaga. M mempunyai hobi memancing dan sepanjang hari ia memancing. Sewaktu memancing, ia mengatakan sering ditemani Sunan Kalijaga. Dan ketika adzan berkumandang, M merasa ada bisikan Sunan Kalijaga yang mengajaknya untuk shalat. Setelah itu, M mengumandangkan adzan dan segera shalat. Setelah shalat, M melanjutkan kegiatan memancingnya. Selain itu, M juga merasa diberi tanggung jawab oleh Mbah Marijan untuk menjaga Gunung Merapi. Ia mengaku pernah didatangi Mbah Marijan setelah Gunung Merapi meletus.
II.3. Anamnesis Sistem (Keluhan Fisik dan Dampak terhadap Fungsi Sosial dan Kemandirian)
: : : : : : :
pusing (-), demam (-), kejang (-) berdebar-debar (-), nyeri dada (-) sesak napas (-), batuk pilek (-) mual muntah (-), BAB normal BAK normal kemerahan (-), ikterik (-) nyeri sendi (-), nyeri otot (-), gemetar (-)
Sosial
Fungsi peran II.5. Hal-Hal yang Mendahului Penyakit dan Riwayat Penyakit Dahulu
II.5.1. Hal yang Mendahului Penyakit II.5.1.1. Faktor Organik Tidak ada II.5.1.2. Faktor Psikososial Tidak ada II.5.1.3. Faktor Predisposisi Ibu dari M meninggal dunia (kematian keluarga dekat) sejak ia masih SD, sekitar 7 tahun lalu. II.5.1.4. Faktor Presipitasi Tidak ada
II.5.2. Riwayat Penyakit Dahulu II.5.2.1. Riwayat Penyakit Serupa Sebelumnya Keluhan serupa sebelumnya (+) II.5.2.2. Riwayat Opname Pernah dirawat di RSJ sebanyak 2x dan dirawat di rumah sakit karena ada gangguan saluran cerna. II.6. Riwayat Keluarga II.6.1. Pola Asuh Keluarga Baik II.6.2. Riwayat Penyakit Keluarga
Menurut M, tidak ada keluarga yang mengalami keluhan serupa. Namun pada rekam medis pasien, ternyata kakak pertama pasien mengalami gangguan jiwa. II.6.3. Silsilah Keluarga
Keterangan : = laki-laki = perempuan = orang sakit II.7. Riwayat pribadi II.7.1. Riwayat Kelahiran Persalinan normal II.7.2. Latar Belakang Perkembangan Mental Baik II.7.3. Perkembangan Awal Baik II.7.4. Riwayat Pendidikan Lulus SMK II.7.5. Riwayat Pekerjaan Belum bekerja II.7.6. Riwayat Perkembangan Seksual Tidak terkaji II.7.7. Sikap dan Kegiatan Moral Spiritual Baik II.7.8. Riwayat Perkawinan Belum menikah II.7.9. Riwayat Kehidupan Emosional Menarik diri (+), yaitu saat OS masuk pertama ke RSJ. II.7.10. Hubungan Sosial Kurang,yaitu sewaktu di sekolah teman M.
II.7.11. Kebiasaan Hobi memancing Merokok (+) Konsumsi alcohol sebelumnya (+) II.7.12. Status Sosial Ekonomi Ekonomi kelas menengah ke bawah II.7.13. Riwayat Khusus Tidak ada
II.8. Tingkat Kepercayaan Alloanamnesis Dapat dipercaya II.9. Kesimpulan Alloanamnesis Pasien yang mempunyai inisial M mengalami gangguan jiwa akibat stressor yang cukup bermakna, yaitu kematian dari ibunya. Adapun gejala yang ditunjukkan oleh M seperti gangguan tidur, waham (waham kebesaran, sisip piker, kendali pikir), halusinasi (halusinasi dengar) dan gangguan fungsi social. Pasien sering keluyuran (jalan kaki) yang tidak jelas tujunnya. Gejala tersebut berlangsung semenjak kematian ibu dari M (sebagai stressor), sekitar 7 tahun lalu. Dalam rekam medis pasien, disebutkan bahwa terdapat anggota keluarga (kakak pertama pasien) yang mengalami gangguan jiwa. Sementara OS juga pernah dirawat di RSJ sebanyak 2x. III. PEMERIKSAAN FISIK
III.1 STATUS PRAESENS III.1.1 Status Internus Keadaan Umum Bentuk badan Berat badan Tinggi badan : : : : compous mentis ideal tidak terkaji tidak terkaji
Tanda vital Tekanan darah Nadi : Nafas Suhu Kepala Leher Thorax Kardiovaskuler Respirasi Abdomen Gastrointestinal Urogenital Ekstremitas Muskuloskeletal Integumentum Kelainan Khusus : : : : : : tidak terkaji tidak terkaji tidak terkaji tidak terkaji kulit kemerahan (-) tidak ada : : tidak terkaji tidak terkaji : : : : : : 120/90 mmHg 87 x/menit 16x/menit tidak terkaji tidak terkaji tidak terkaji
Kesan internus
status :
III.1.2. Status Neurologi Kepala dan leher Tanda meningeal Nervi kranialis Kekuatan motorik Sensibilitas Fungsi saraf vegetatif Refleks Fisiologis Refleks Patologis Gerakan Abnormal : : : : : : : : : tidak terkaji tidak terkaji tidak terkaji tidak ada kelainan tidak terkaji tidak terkaji tidak terkaji negative
III.1.3. Hasil Pemeriksaan Laboratoriu/Penunjang Pemeriksaan Darah EKG CT Scan Kesan : : : Pemeriksaan : dalam batas normal tidak dilakukan tidak dilakukan dalam batas normal
Laboratorium/penunjang III.2. STATUS PSIKIATRI Tanggal pemeriksaaan III.2.1. Kesan Umum Baik III.2.2. Kesadaran Kuantitatif : compous mentis, respon eye, verbal, dan : 8 November 2011
III.2.3. Orientasi Orang/Waktu/Tempat/Situasi Baik III.2.4. Penampilan/Rawat Diri Baik III.2.5. Sikap dan Tingkah Laku Dalam batas normal III.2.6. Roman Muka (Ekspresi Muka) Hipermimik, yaitu saat pasien pertama masuk RSJ. Tak ada kelainan, yaitu saat PPK.
III.2.7. Afek Disforia, yaitu saat pasien pertama masuk RSJ. Tak ada kelainan, saat dilakukan PPK.
Autistic, yaitu dulu saat pertama masuk RSJ Realistis, saat PPK.
III.2.8.2. Isi Pikir Waham bizarre (+), yaitu waham sisip pikir dan dikendalikan) Waham kebesaran (+)
III.2.8.3. Progresi Pikir Kualitatif : tak ada kelainan saat PPK Inkoherensi dan irrelevansi saat dulu pertama masuk RSJ. Kuantitatif : tak ada kelainan
III.2.9. Mood dan Interest Dalam batas normal III.2.10. Hubungan Jiwa Mudah III.2.11. Perhatian Mudah ditarik mudah dicantum III.2.12. Persepsi Halusinasi dengar (+), yaitu seperti dibisik Sunan Kalijaga akan tetapi belum pernah melihat wajudnya. III.2.13. Memori Dalam batas normal III.2.14. Gangguan Intelegensi Sesuai Umur/Pendidikan Tidak ada III.2.15. Insight Buruk, saat pertama masuk RSJ Baik, saat dilakukan PPK. III.2.16. Gejala dan Tanda Lain yang Didapat Tidak ada III.3. Hasil Pemeriksaan Psikologi III.3.1. Kepribadian Cenderung menarik diri
IV.
IV.1. Tanda (Sign) Sulit tidur Banyak bergerak Memperlihatkan ekspresi wajah yang berlebihan Kesulitan mengungkapkan perasaan Mempunyai pemikiran yang tidak rasional dan bersifat fantasi Melamun Ucapan yang tidak sesuai dengan pertanyaan atau suatu topik pembicaraan Ucapan yang berasosiasi longgar Mendengar suara seseorang yang tidak nyata, dan mengikutinya Membutuhkan bantuan untuk keperluan diri sendiri Interaksi sosial kurang Terlihat kebingungan
IV.2. Gejala (Simtom) Insomnia Hiperaktif Hipermimik DisforiaOtistik Waham kebesaran Waham magic mistic Idea of Reference
Irelevansi Inkoherensi Sisip piker Delusion of control Disabilitas Pasif Disorientasi Halusinasi auditorik
DIAGNOSIS BANDING
Skizofrenia Tak Terinci (F20.3) Gangguan Psikotik Akut Lainnya dengan Predominan Waham (F23.3)
PEMBAHASAN
Pada awalnya, yakni pertama menjalani perawatan di RS atau sekitar sebulan yang lalu, OS menunjukkan berbagai gejala psikotik yang mengarah pada sindrom hebefrenik dan paranoid. OS memang memiliki gejala yang memenuhi kriteria skizofren karena adanya waham, halusinasi, kelainan afek, menarik diri dari pergaulan, serta tidak adanya gangguan afek depresif ataupun manik. Namun demikian, onset kelainan yang diderita masih tergolong baru sehingga pihak rumah sakit belum bisa menyatakan skizofrenia. Respon terhadap pengobatan cukup baik, hal ini terlihat dari berkurangnya gejala-gejala yang diderita saat kami wawancarai. OS sudah menunjukkan kemauan untuk berkomunikasi, afek yang wajar, ucapan dan penalaran yang sistematis dan sesuai, serta insight yang baik. Namun demikian, beberapa waham tampaknya masih belum hilang
sampai kami melakukan PPK. Fakta inilah yang mendasari kami untuk mengambil diagnosis banding seperti diatas. Berikut bagan yang dapat memudahkan klasifikasi skizofrenia:
VII.
VII.1. Pemeriksaan Psikologi Pemeriksaan psikologi dilakukan untuk menilai keseluruhan perilaku OS dan perannya dalam interaksi sosial maka perlu dilakukan tes kepribadian yang berupa tes proyeksi. Tes proyeksi ini akan menunjukkan kebiasaan OS dalam bereaksi dan memproyeksikan dirinya ke luar. Tes ini berupa tes menggambar (yang sudah kami lakukan), tes gambar visual (Tes gambar orang dan Thematic Apperception Test).
Pemeriksaan darah lengkap dan tes urin dirasa perlu untuk memonitor pengobatan dan pemakaian zat-zat tertentu, terutama yang dapat mempengaruhi sistem saraf pusat. Pemeriksaan EEG mungkin bisa dilakukan untuk melihat kelistrikan otak dari pasien. Selain itu juga dapat mengetahui adanya penyakit pada otak yang bersifat organik. Sehingga dapat diketahui apakah gejala yang dialami M akibat gangguan yang bersifat psikologis, organic, atau keduanya.
VIII.
DIAGNOSIS
Berikut merupakan diagnosis multiaksial ketika OS masuk RSJ: AKSIS I : Gangguan Psikotik Akut Lainnya dengan Predominan Waham AKSIS II AKSIS III AKSIS IV AKSIS V : : : : Z03.2 Tidak ada diagnosis Tidak ada Tidak jelas GAF = 50-41
Sementara dibawah ini merupakan diagnosis multiaksial menurut kami saat melakukan kegiatan PPK: AKSIS I
F20.3 Skizofrenia Tak Terinci Z63.4 Kehilangan dan kematian anggota keluarga
: : : :
Z03.2 Tidak ada diagnosis Tidak ada Tidak ada GAF = 70-61
IX.
RENCANA TERAPI/PENATALAKSANAAN
Di berikan agar pasien bisa menjaga kualitas tidur. Pasien diberi 1 tablet obat dengan dosis 25 mg, diberikan pada malam hari. Chlorpromazin tersedia dalam bentuk tablet dengan dosis 25mg dan 100mg. Selain itu juga tersedia dalam bentuk larutan suntik dengan dosis 25mg dalam 1ml larutan. Efek farmakologi Chlorpromazin, meliputi efek pada susunan saraf pusat, sistem otonom, dan sistem endokrin. Semua derifat senitiasin memperngaruhi ganglia basa sehingga menimbulkan gejala parkinson. Pada dosis berlebihan, semua derivat senotiazin dapat menyebabkan gejala ekstra piramidal, yang terutama terlihat ialah akatisia dan parkinson. Gejala yang bisa timbul setelah pengobatan berbulan-bulan atau bertahun-tahun adalah tremor (tangan gemetar). Haloperidol Obat antipsikotik kuat yang berfungsi untuk mengobati gejala waham dan halusinasi, Obat diberikan dengan dosis 1,5 mg sebanyak 2 kali sehari dikarenakan waktu paruh obat ini adalah 12 jam. Haloperidol menghasilkan efek selektif pada sistem saraf pusat melalui
penghambatan kompetitif reseptor dopamin (D2) postsinaptik pada sistem dopaminergik mesolimbik. Selain itu, haloperidol bekerja sebagai antipsikotik dengan meningkatkan siklus pertukaran dopamin otak. Pada terapi subkronik, efek antipsikotik dihasilkan melalui penghambatan depolarisasi saraf dopaminergik. Pada remaja dan dewasa, haloperidol sebagai antipsikotik dan antidiskinetik digunakan secara oral dengan dosis awal sebesar 500 mcg (0.5 mg) sampai 5 mg sebanyak 2 -3 kali per hari. Peningkatan dosis dapat dilakukan secara bertahap sesuai kebutuhan dan daya toleransi. Batas dosis pada orang dewasa adalah 100 mg per hari. IX.1.2. Terapi Fisik Tidak ada sakit fisik IX.2. Psikoedukatif/Psikoterapi Apabila dilakukan psikoterapi dalam bentuk psikoanalisis tidak dapat membawa hail yang diharapkan karena akan menambah isolasi
dan autisme.Yang membantu pasien yaitu psikoterapi suportif dengan cara meyakinkan pasien agar mau menceritakan permsalahan yang terjadi sehingga mempermudah terapi pada pasien. IX.3. Terapi Sosiokultural IX.3.1. Terapi Rehabilitatif Terapi Kerja Mendorong pasien untuk dapat bergaul dengan orang lain yang ada dilingkungannya misalnya pasien lain,perawat dan dokter rumah sakit dan juga menuntun pasien agar mau beraktivitas ringan seperti mnyapu, mencuci, agar tidak ada waktu pasien untuk melamun. Latihan kerja Dari aktivitas pasien yang ringan tadi pasen bisa didorong untuk menghasilkan sesuatu karya sesuai dengan keahlian yang dimiliki pasien.
IX.3.2. Terapi Spiritual Pasien harus selalu diingatkan dan di tuntun untuk selalu menjalankanperintah agama agar pasien bisa merasa lebih tenang. IX.3.3. Edukasi dan Modifikasi Keluarga Keluarga pasien diberi tahu bagaimana memperlakukan pasien seperi bagaimana cara merawat pasien dengan baik, karena pasien sangat butuh perhatian terutama perhatian dari keluarga. Keluarga juga harus mengawasi pasien pada saat minum obat agar dapat dipastikan pasien minum obat dengan rutin. Pasien juga jangan dijauhkan dari lingkungan, biarkan pasien berintegerasi dengan keluarga, tetangga, teman pasien, agar pasien tidak merasa sendiri. X. PROGNOSIS X.1. Faktor Premorbid Riwayat Penyakit Keluarga Pola Asuh Keluarga Kepribadian Premorbid : : : Ada Demokratis Introvert
Stressor Psikososial Sosial Ekonomi Status Perkawinan X.2. Faktor Morbid Usia Onset Jenis Penyakit Kelainan Organik Regresi Respon Terapi X.3. Kesimpulan Prognosis Dubia ad bonam
: : :
: : : : :
XI.
RENCANA FOLLW UP Setelah pulang dari RSJ, sebaiknya obat tetap diminum teratur sesuai dosis yang dianjurkan oleh dokter. Dorongan dan dukungan dari keluarga sangat mempengaruhi
kesembuhan pasien. Control rutin ke dokter Bila gejala mengalami relaps atau kambuh di kemudian hari, segera menghubungi dokter jiwa. XII. PEMBAHASAN Manusia merupakan makhluk multi dimensi. Kehidupan manusia memiliki berbagai aspek yang amat kompleks, yaitu meliputi somatopsiko-sosial. Sehingga dalam mencari penyebab gangguan jiwa, maka ketiga unsur ini harus diperhatikan. Menurut PPDGJ-III, konsep gangguan jiwa ialah sindrom atau pola perilaku atau psikologik seseorang yang secara klinik bermakna, dan yang secara khas berkaitan dengan suatu gejala penderitaan (distress) atau hendaya (impairment/disability) dalam satu atau lebih fungsi penting dari manusia.
Biasanya tidak terdapat penyebab tunggal dari gangguan akan tetapi beberapa penyebab sekaligus dari berbagai unsur itu yang saling mempengaruhi atau kebetulan terjadi bersamaan. Sumber penyebab gangguan jiwa dipengaruhi oleh faktor yang saling mempengaruhi, yaitu : 1. Faktor-faktor somatik (somatogenik) a. Neuroanatomi b. Nerofisiologi c. Neurokimia d. Tingkat kematangan dan perkembangan organik e. Faktor-faktor pre dan peri-natal
2. Faktor-faktor psikologik ( psikogenik) a. Interaksi ibu-anak: normal (rasa percaya dan rasa aman) atau abnormal berdasarkan kekurangan, distorsi dan keadaan yang terputus (perasaan tak percaya dan kebimbangan). b. Peranan ayah c. Persaingan antara saudara kandung d. Inteligensi e. Hubungan dalam keluarga, pekerjaan, permainan dan masyarakat f. Kehilangan yang mengakibatkan kecemasan, depresi, rasa malu atau rasa salah g. Konsep dini : pengertian identitas diri sendiri lawan peranan yang tidak menentu h. Keterampilan, bakat dan kreativitas i. Pola adaptasi dan pembelaan sebagai reaksi terhadap bahaya j. Tingkat perkembangan emosi
3. Faktor-faktor sosio-budaya (sosiogenik) a. Kestabilan keluarga b. Pola mengasuh anak c. Tingkat ekonomi
d. Perumahan : perkotaan lawan pedesaan e. Masalah kelompok minoritas yang meliputi prasangka dan fasilitas kesehatan, pendidikan dan kesejahteraan yang tidak memadai f. Pengaruh rasial dan keagamaan
g. Nilai-nilai Biasanya gejala gangguan jiwa mulai timbul pada masa remaja atau dewasa awal sampai dengan umur pertengahan dengan melalui beberapa fase antara lain : 1. Fase Prodomal Berlangsung antara 6 bulan sampai 1 tahun Gangguan dapat berupa Self care, gangguan dalam akademik, gangguan dalam pekerjaan, gangguan fungsi sosial, gangguan pikiran dan persepsi.
2. Fase Aktif Berlangsung kurang lebih 1 bulan Gangguan dapat berupa gejala psikotik; Halusinasi, delusi, disorganisasi proses berfikir, gangguan bicara, gangguan perilaku, disertai kelainan neurokimiawi 3. Fase Residual Mengalami minimal 2 gejala; gangguan afek dan gangguan peran, serangan biasanya berulang. Ciri-ciri gangguan psikotik adalah apabila terdapat satu, dua atau tiga sekaligus tanda yang terddiri atas waham, halusinasi atau ilusi dan insight. Juga apabila terdapat manifestasi yang menunjukkan terjadinya gangguan pada fungsi kognitif, afektif serta psikomotoris. Secara umum, gangguan jiwa psikotik dapat dibedakan menjadi gangguan psikosa fungsional dan psikosa yang berhubungan dengan sindrom otak organik (gangguan mental organik). Sedangkan pembagian gangguan psikotik lainnya, yaitu skozofrenia dan non skizofrenia. Secara klinik, gangguan skizofrenia terdiri dari manifestasi sebagai berikut (PPDGJ) : 1. Skizofrenia F.20 a. S. paranoid F20.0 S. residual F20.5
b. S hebefrenik F20.1 S. simpleks F20.6 c. S katatonik F20.2 S lainnya F20.8 d. S tak terinci F20.3 S YTT F20.9 e. Depresi pasca skizofrenia F20.4 2. Gangguan psikotik akut sementara F23 a. Gangguan psikotik polimorfik akut dg gejala skizofrenia F23.1
Sedangkan Psikosis non skizofrenia adalah sebagai berikut : 1. Gangguan skizotipal F21 2. Gangguan waham menetap F22 3. Gangguan psikotik akut lainnya dengan predominan waham F23.3 4. Gangguan afektif a. b. Episode manik dengan gejala psikotik (F30.2) Gangguan afektif bipoler: Episode mani dengan psikotik F31.2 Episode depresi dengan psikotik F31.5
c. Episode depresi berat dengan gejala psikotik F32.3 d. Gangguan depresi berulang Episode mini berat dengan gejala psikotik F33.3 Gangguan waham induksi F24.
DAFTAR PUSTAKA
Kaplan, H.I., Sadock, B.J., Grebb, J.A., 2010, Sinopsis Psikiatri: Ilmu Pengetahuan Prilaku Psikiatri Klinis Jilid 2, Tangerang: Binarupa Aksara Publisher. Maramis, W.F., Maramis, A.A., 2009, Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa 2nd ed , Surabaya: Airlangga University Press. Maslim, R., 2001, Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa: Rujukan Ringkas dari PPDGJ-III, Jakarta: PT. Nuh Jaya.
Kao, Y.C., Liu, Y.P., 2010, Effects of age of onset on clinical characteristics in schizophrenia spectrum disordershttp://www.biomedcentral.com/content/pdf/1471-244X-10-63.pdf. Kreyenbuhl, J., Buchanan, R.W., Dickerson, F.B., Dixon, L.B., 2010, The schizophrenia Patient Outcomes Research Team (PORT): Updated Treatment Recommendations 2009http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC2800150/pdf/sbp130.p df.
Lesh, T.A., Niendam, T.A., Minzenberg, M.J., Carter, C.S., 2011, Cognitive Control Deficits in Schizophrenia: Mechanisms and Meaninghttp://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3052853/pdf/nihms -276792.pdf
Larson, M.K., Walker, E.F., Compton, M.T., 2010, Early signs, diagnosis and therapeutics of the prodromal phase of schizophrenia and related psychotic disordershttp://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC2930984/pdf/nihm s226926.pdf
Kotov,R., Guey, L.T., , Bromet, E.J., , Schwartz, J.E., 2008, Smoking in chizophrenia: Diagnostic Specificity, Symptom Correlates, and Illness Severityhttp://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC2800136/pdf/sbn06 6.pdf
Nakagami, E., Hoe, M., Brekke, J.S., 2010, The Prospective Relationships Among Intrinsic Motivation, Neurocognition,and Psychosocial Functioning in Schizophreniahttp://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC2930331/pdf/ sbq043.pdf Findling, R.L., Johnson, J.L., Frazier, J.A., Vitiello, B., 2010, Double-blind maintenance safety and effectiveness findings from the Treatment of Early-Onset Schizophrenia Spectrum Study(TEOSS)http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC2882800/pdf/ nihms192565.pdf
Wynn, J.K., Greena, M.F., Sprockc, J., Lightc, G.A., 2007, Effects of Olanzapine, Risperidone and Haloperidol on Prepulse Inhibition in Schizophrenia Patients: A Double-Blind, Randomized Controlled Trialhttp://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC2716219/pdf/nihms304 67.pdf?tool=pmcentrez Wilhelm, S., Schacht, A., Wagner, T., 2008, Use of antipsychotics and benzodiazepines in patients with psychiatric emergencies: Results of an observational trial http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC2507712/pdf/1471-244X-861.pdf?tool=pmcentrez
Greig, T.C., Zito, W., Wexler, B.E., Fiszdon, J., 2007, Improved Cognitive Function in Schizophrenia After One Year of Cognitive Training and Vocational Services http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC2080620/pdf/nihms32846.p df?tool=pmcentrez