You are on page 1of 8

Air disasters timeline A chronology of air disasters in recent aviation history: 2010 5 November: An Aerocaribbean passenger turboprop crashes

in mountains in central Cuba, killing all 68 people on board. 24 August: A Henan Airlines Embraer ERJ-190 passenger plane overshoots the runway at Yichun City's airport in the north-eastern Chinese province of Heilongjiang, killing 42 of the 91 people on board. 28 July: A Pakistani plane on an Airblue domestic flight from Karachi crashes into a hillside while trying to land at Islamabad airport, killing all 152 people on board. 22 May: An Air India Express Boeing 737 overshot a hilltop airport in Mangalore, southern India, and crashed into a valley, bursting into flames and killing 158. 12 May: An Afriqiyah Airways Airbus 330 crashes while trying to land near Tripoli airport in Libya, killing more than 100 people. 10 April: A Tupolev 154 plane carrying Polish President Lech Kaczynski crashes near the Russian airport of Smolensk, killing more than 90 people on board. 25 January: Ethiopian Airlines passenger jet crashes into the sea with 89 people on board shortly after take-off from Beirut. 2009 15 July: A Caspian Airlines Tupolev plane crashes in the north of Iran en route to Armenia. All 168 passengers and crew are reported dead. 30 June: A Yemeni passenger plane, an Airbus 310, crashes in the Indian Ocean near the Comoros archipelago. Only one of the 153 people on board survives. 1 June: An Air France Airbus 330 travelling from Rio de Janeiro to Paris crashes into the Atlantic with 228 people on board. Search teams later recover some 50 bodies in the ocean. 20 May: An Indonesian army C-130 Hercules transport plane crashes into a village on eastern Java, killing at least 97 people. 6 April: An Indonesian army Fokker-27 crashes on landing near Bandung, West Java, killing 24 people.

25 February: A flight from Istanbul to Amsterdam crashes short of the runway at Schiphol international airport. Of the 135 people on board, nine are killed and at least 50 injured. 12 February: A passenger plane crashes into a house in Buffalo, New York,killing all 49 people on board and one person on the ground. 8 February: A passenger plane crashes into a river in the Brazilian state of Amazonas, killing 24 people, most of whom were from the same family. 2008 14 September: A Boeing-737 crashes on landing near the central Russian city of Perm, killing all 88 passengers and crew members on board. 24 August: A passenger plane crashes shortly after take-off from Kyrgyzstan's capital, Bishkek, killing 68 people. 20 August: A Spanair plane veers off the runway on take-off at Madrid's Barajas airport, killing 154 people and injuring 18. 2 May: South Sudan's defence minister is among 22 people killed after engine trouble causes a plane carrying a military delegation to crash about 400km (250 miles) west of Juba. 15 April: Some 40 people die when a DC-9 skids off the runway while attempting to take off in the eastern Democratic Republic of Congo city of Goma during heavy rain, smashing through a wall and into a busy residential area. 24 January: Nineteen people die when a Polish Casa C-295M military transport plane crashes in the country's north-west, carrying officials who had attended an air safety conference. 2007 30 November: All 56 people on board an Atlasjet flight are killed when it crashes near the town of Keciborlu in the mountainous Isparta province, about 12km (7.5 miles) from Isparta airport. 16 September: At least 87 people are killed after a One-Two-Go plane crashed on landing in bad weather at the Thai resort of Phuket. 17 July: A TAM Airlines jet crashes on landing at Congonhas airport in Sao Paulo, in Brazil's worst-ever air disaster. A total of 199 people are killed - all 186 on board and 13 on the ground.

5 May: A Kenya Airways Boeing 737-800 crashes in swampland in southern Cameroon, killing all 114 on board. The official inquiry is yet to report on the cause of the disaster. 7 March: An Indonesian jet crashed and burst into flames on landing at Yogyakarta airport in Java, killing 22 people. The state-owned Garuda airline, which operated the Boeing 737-400, said that 118 people had survived. 1 January: An Adam Air Boeing 737-400 carrying 102 passengers and crew comes down in mountains on Sulawesi Island on a domestic Indonesian flight. All on board are presumed dead.

(tambahan

kata-kata

buat

pendahuluan

dari

http://umum.kompasiana.com/2009/02/19/mengapa-dunia-penerbangan-kitamenjadi-sorotan-dunia/ ) Tahun-tahun belakangan ini kita menyaksikan bagaimana terpuruknya dunia penerbangan nasional kita, yang kemudian telah mengundang perhatian dan sorotan dunia penerbangan internasional. Banyak pertanyaan tentang hal ini, mengingat bahwa Indonesia adalah negara yang sudah berumur cukup dalam hitungan untuk dapat menyelenggarakan kegiatan industri penerbangan yang sehat. Apabila kita memperhatikan lebih mendalam lagi, maka serta merta kita dapat mengenali lebih jauh tentang keterpurukan ini. Beberapa indikasi yang justru membuat kita prihatin adalah penurunan kualitas penerbangan di Indonesia terjadi dengan lebih jelas dalam kurun waktu lebih kurang 10 tahun belakangan ini. Indikasi yang menonjol adalah begitu seringnya terjadi kecelakaan pesawat terbang. Mari kita lihat satu persatu beberapa masalah yang sangat menonjol yang mengakibatkan kualitas penerbangan sangat kita berada adalah dibawah tentang standar masalah internasional. Pertama yang menonjol

disiplin. Untuk melihat hal ini, sangat mudah yaitu seringnya dalam beberapa waktu yang lalu diberitakan bahwa ada komponen atau bagian dari pesawat terbang yang terjatuh pada saat pesawat take off. Ini adalah cerminan dari faktor pemeliharaan dan pelaksanaan operasi yang tidak mengikuti aturan dan petunjuk yang ada. Lebih mudah lagi kita dapat menyaksikannya di airport Internasional dan juga di airportairport lainnya. Orang dengan sangat mudah lalu lalang masuk di airport tanpa adanyapengawasan yang ketat. Cukup memperlihatkan pas masuk dari jarak jauh

dan sang penjaga keamanan langsung memberikan ijin untuk masuk. Seharusnya adalah, pas itu harus dilihat, apakah fotonya sama dengan orang yang menggunakannya, dan juga apakah pas masuk itu masih berlaku atau sudah kadaluwarsa. Demikian pula ada juga yang dapat dengan mudah membawa serta ajudannya dan pengawal sampai kepintu pesawat. Didaerah terlarang dekat pesawat, sering kali mobil yang digunakan untuk memuat barang kepesawat, dikemudikan oleh orang-orang yang tidak memiliki SIM khusus di Apron. Itu sebabnya kerap terjadi pesawat terserempet mobil pengangkut barang kargo. Tidak itu saja, ternyata di dalam apron, daerah gerakan pesawat terdapat banyak motor berseliweran. Berikutnya adalah, lemahnya pihak regulator. Antara lain banyak disebabkan kurangnya tersedia tenaga itu, profesional dibidangnya. Tenaga tidak inspektor yang kurang , baik dalam jumlah dan juga dalam kualitas serta penghasilan yang rendah. Disamping penanganan kecelakaan dilakukan dengan benar. Contoh yang paling menonjol dan kemudian menjadi sorotan di dunia internasional adalah diumumkannya penyebab kecelakaan pesawat terbang di Solo beberapa tahun yang lalu sebagai akibat hydroplaning(genangan air yang cukup banyak dilandasan yang menyebabkan pesawat terbang pada waktu mendarat tidak bisa di rem dengan baik dan kemudian tergelincir keluar landasan). Banyak yang merasa heran dengan pemberitahuan dari pihak yang berwenang tentang hal ini, karena jelas-jelas pihak Boeing, FAA dan NTSB yang beberapa personilnya ikut serta dalam penyelidikan tersebut, dan juga satu dua orang dari pihak kita sendiri tidak menemukan bukti telah terjadinya hydroplaning. Landasan di Solo, permukaannya miring dan tidak memungkinkan terjadinya genangan air yang cukup untuk menyebabkan terjadinya hydroplaning. Dari hasil penelitian black box juga menunjukkan bahwa telah terjadi pengurangan kecepatan saat mendarat sebesar lebih kurang 50 %. Sedangkan bila terjadi hydroplaningmaka yang dapat dijadikan bukti adalah bahwa tidak terjadi pengurangan kecepatan sama sekali, karena pesawat mengambang di permukaan air. Di mobil kita mengenalnya dengan istilah selip, karena permukaan jalan yang licin. Berikutnya adalah lemahnya infra struktur yang tersedia. Lemah dalam arti kondisi infrastruktur itu sendiri dan juga perhatian dari pihak yang berwenang dalam menangani hal itu. Contoh yang sederhana adalah, tentang kejadian kecelakaan yang terjadi di Jogyakarta. Salah satu yang diutarakan oleh beberapa pihak sebagai

penyebab terjadinya kecelakaan adalah landasan yang terlalu pendek dan juga karena tidak adanya RESA di Jogyakarta. RESA adalah Runway End Safety Area, berupa perpanjangan landasan yang dapat digunakan bila ada pesawat terbang yang mendarat kebablasan atau overshot. Di Jogyakarta hal itu sulit sekali dibuat karena dikedua ujung landasan adalah sungai. Apa yang terjadi ? semua orang sudah lupa dan sampai sekarang pun, tidak ada orang atau institusi yang membicarakan lagi tentang RESA itu, apalagi pihak yang akan membuatnya. Nanti saja, setelah terjadi kembali kecelakaan mungkin baru akan dibahas kembali. Fasilitas lainnya adalah tentang ATC atau Air Traffic Control atau pengawas lalu lintas udara. Institusi ATC di Indonesia ternyata selain peralatannya sudah tua juga terdiri lebih dari dua lembaga, yang seharusnya adalah satu buah saja demi efisiensi dalam menangani SDM dan juga peralatannya serta sistem kendali. Hal ini akan menyangkut tentang prosedur pemanduan pesawat dan juga pelatihannya yang berkait dengan kualitas personil yang mengawakinya. Demikian pula tentang tingkat kualitas pemadam kebakaran yang harus tersedia di airport. Banyak sekali yang tidak sesuai dengan kualifikasi yang ditentukan oleh persyaratan ICAO, International Civil Aviation Organization.Rambu-rambu di landasan, alat bantu navigasi yang tidak akurat dan lain-lain. Bahkan alat bantu elektronik untuk parkir pesawat di Soekarno Hatta, sampai saat ini tidak berfungsi, dan digantikan olehjuru parkir yang juga diragukan apakah memiliki lisensi sesuai dengan yang dipersyaratkan. AIRCRAFT DISASTERS DI WILAYAH PERAIRAN Umumnya, kecelakaan pesawat terbang di wilayah perairan terjadi akibat pendaratan darurat yang dilakukan oleh petugas (pilot) pesawat terbang. Adapun yang menjadi factor penyebabnya adalah : Cuaca buruk Kerusakan mesin pesawat Gangguan navigasi Human error (skill petugas yang kurang, penumpang yang melakukan aktivitas yang dapat mengacaukan system navigasi,dll) Jenis trauma yang terjadi pada korban diantaranya : Drowning (tenggelam) Hypothermia

Keracunan karbonmonoksida Internal bleeding

TANGGAP DARURAT Respon Awal (segera) SURVEY : pemantauan area bencana dari kemungkinan adanya bahan berbahaya (kebocoran bahan bakar,) RESCUE survivors : usaha penyelamatan korban selamat MOVE survivors : menempatkan korban ke daerah yang lebih aman OBTAIN : memberikan tindakan dasar penyelamatan korban (ABC) SEARCH : mencari korban yang diperkirakan tidak selamat PROTECT : penyelamatan lingkungan dari kerusakan yang lebih lanjut CONTROL additional property damage NOTIFY : koordinasi dengan badan-badan terkait seperti pemerintah daerah, RS, kepolisian PRESERVE : perlindungan daerah untuk dilakukan investigasi DO NOT MOVE : petugas penyelamat tidak diperbolehkan hal-hal yang tidak terkait dengan proses penyelamatan Respon lanjutan : GUARD : observasi badan pesawat

SEARCH : melakukan penyisiran daerah bencana kembali untuk mencari tambahan korban atau bagian pesawat IDENTIFY : wawancara saksi mata REPORT : menyusun pelaporan kejadian bencana DIAGRAM : mengambil gambar/foto REFER : publikasi Tindakan medis untuk para korban : Lakukan penanganan awal (primary survey) untuk semua korban yang membutuhkan perawatan emergensi Segera pindahkan korban yang memerlukan tindakan lebih lanjut ke rumah sakit terdekat. Transportasi dapat dilakukan dengan menggunakan ambulance atau helicopter. Apabila identitas korban diketahui, koordinasikan dengan pihak yang terkait (kepolisian atau operator lain) Jika bencana yang ada sangat fatal, pihak medis harus didampingi oleh pihak kepolisian. Petugas tidak diperbolehkan memindahkan hal-hal yang akan digunakan untuk proses penyiddikan selanjutnya MANAJEMEN STRESS BAGI KORBAN BENCANA Kelanjutan hidup dan kesejahteraan korban bencana merupakan hal yang sangat vital Dampak dari bencana tersebut terhadap korban dapat berlangsung selama berbulan-bulan sampai bertahun-tahun Setiap pihak harus ikut terlibat dalam penanganan stress dan public services lainnya. Pemulihan kesehatan mental juga harus diberikan, terutama bagi anak-anak yang pasti sangat trauma dengan kejadian bencana tersebut PENYIAGAAN BENCANA 1. Personil penerbangan harus memiliki sertifikat kecakapan serta diwajibkan untuk : a. mematuhi ketentuan sesuai dengan sertifikat kecakapan yang dimiliki; b. mempertahankan kecakapan dan kemampuan yang dimiliki; c. mematuhi ketentuan pemeriksaan kesehatan secara berkala. pasca bencana. Pihak-pihak ini meliputi kepolisian, tim medis, tim relawan, pemuka agama

2. Seluruh maskapai penerbangan harus memenuhi standar kelayakan dan diuji secara berkala 3. Adanya rescue team yang dilengkapi dengan keahlian khusus dan peralatan khusus yang dibutuhkan untuk penyelamatan korban di perairan Daftar pustaka http://translate.google.co.id/translate? hl=id&sl=en&tl=id&u=http://www.faa.gov/documentLibrary/media/advisory_circular /150-5210-13B/150_5210_13b.doc diperoleh tanggal 09 November 2010 http://translate.google.co.id/translate?hl=id&langpair=en| id&u=http://library.ndmctsgh.edu.tw/milmed/avitation/file-air/%25AC%25FC%25AA %25C5%25ADx%25AF%25E8%25C2%25E5%25B1%25D0%25BDd/CHAP15R.DOC diperoleh tanggal 09 November 2010 http://umum.kompasiana.com/2009/02/19/mengapa-dunia-penerbangan-kitamenjadi-sorotan-dunia/ ) diperoleh tanggal 09 November 2010

You might also like