You are on page 1of 40

DOKUMENTASI KEPERAWATAN August 18, 2010 bundanyra Tags: Semoga bermanfaat KONSEP DOKUMENTASI KEPERAWATAN Dokumentasi > Catatan

otentik/warkat asli > Dapat dibuktikan atau dijadikan bukti dalam hukum Dokumentasi Keperawatan >Bukti catatan dan laporan perawat >Untuk kepentingan klien, perawat, tim kesehatan lain >Dalam pelayanan kesehatan >Dengan dasar komunikasi yang akurat dan lengkap secara tertulis >Tanggung jawab perawat. KARAKTERISTIK STANDAR DOKUMENTASI Karakteristik standar dokumentasi dilihat dari sudut pandang perawat. > Memberikan panduan dalam pertanggungjawaban profesional. > Meningkatkan kepuasan perawat > Memberikan kriteria hasil untuk evaluasi askep > Memberikan kerangka kerja yang sistematis untuk pengambilan keputusan dan praktik keperawatan. Karakteristik standar dokumentasi dilihat dari sudut pandang klien > Memberi tahu ide tentang tanggung jawab kualitas askep kepada klien > Meningkatkan kepuasan klien > Refleksi hak klien MODEL DOKUMENTASI KEPERAWATAN Ada beberapa model dokumentasi keperawatan, yaitu: a.SOR (Source Oriented Record) b. POR (problem- Oriented Record) c. PROGRESS NOTES d. CBE (Charting By Exception) e. PIE (Problem Intervention & Evaluation) f. FOCUS a. SOR (Source-Oriented Record) > catatan berorientasi pada sumber > Menempatkan catatan atas dasar disiplin orang atau sumber yang mengelola pencatatan. > Catatan berotientasi pada sumber ini ada 5 komponen, yaitu: * Lembar penerimaan berisi biodata * Lembar order dokter * Lembar riwayat medik/penyakit * Catatan perawat * Catatan dan laporan khusus KEUNTUNGAN SOR, YAITU:

1.Menyajikan data secara berurutan dan mudah di identifikasi 2.Memudahkan perawat untuk secara bebas bagaimana informasi akan dicatat 3.Format dapat menyederhanakan proses pencatatan masalah, kejadian, perubahan, intervensi, dan respon klien atau hasil. KERUGIAN SOR, YAITU: 1.Potensial terjadi pengumpulan data yang terfragmentasi 2.Kadang mengalami kesulitan untuk mencari data seelumnya 3.Superfisial pencatatan tanpa data yang jelas 4.Memerlukan pengkajian data dari beberapa sumber untuk menentukan masalah dan tindakan kepada klien 5.Waktu pemberian asuhan memerlukan waktu yang banyak 6.Data yang berurutan mungkin menyulitkan dalam interpretasi/analisa 7.Perkembangan klien sulit di monitor. b. POR (Problem-Oriented Record) > Catatan berorientasi pada masalah > Disusun berdasarkan masalah klien. > Integrasi semua data dari dokter, perawat atau tenaga kesehatan lain yang terlibat > POR terdiri dari 4 komponen, yaitu: * Data dasar * Daftar Masalah * Daftar awal rencana asuhan * Catatan perkembangan ** Data dasar > Berisi semua informasi yang telah dikaji dari klien ketika pertama kali masuk rumah sakit > Mencakup pengkajian keperawatan, riwayat penyakit/kesehatan, pemeriksaan fisik, pengkajian ahli gizi dan hasil laboratorium. ** Daftar Masalah > Berisi tentang masalah yang telah teridentifikasi dari data dasar > Diisi pertama kali oleh tenaga yang pertama bertemu dengan klien. > Mencakup masalah fisiologis, psikologis, sosio-kultural, spiritual, tum-bang, ekonomi dan lingkungan ** Daftar awal rencana asuhan > Ditulis oleh tenaga yang menyusun daftar masalah > Dokter menulis instruksinya, perawat menulis instruksi keperawatan > Perencanaan awal terdiri dari 3 bagian, yaitu: # Diagnostik dokter mengidentifikasi apa pengkajian diagnostik yang perlu dilakukan terlebih dahulu. # Usulan terapi dokter menginstruksikan terapi khusus berdasarkan masalah # Pendidikan klien dididentifikasi kebutuhan pendidikan klien bertujuan jangka panjang. ** Catatan perkembangan > Berisikan perkembangan/kemajuan dari tiap-tiap masalah yang telah dilakukan tindakan > Beberapa acuan catatan perkembangan,antara lain: a) SOAP Subyektif data, Obektif data, Analisi/Assesment dan Plan b) SOAPIER SOAP + Intervensi, Evaluasi, Revisi

c) PIE Problem-Intervensi-Evaluasi KEUNTUNGAN POR, yaitu: 1.Fokus catatan askep lebih menekankan pd masalah klien dan proses penyelesaian masalah dari pada tugas dokumentasi 2.Pencatatan ttg kontinuitas dari askep 3.Evaluasi dan penyelesaian maslah scr jelas dicatat 4.Data disususn berdasarkan masalah yang spesifik 5.Data yang perlu diintervensi dijabarkan dalam rencana tindakan keperawatan. KERUGIAN POR, YAITU: 1.Kemungkinan adanya kesulitan jika daftar masalah belum dilakukan tindakan atau timbulnya masalah yang baru. 2.Dapat menimbulkan kebingungan jika setiap hal harus masuk dalam daftar masalah 3.SOAPIER dapat menimbulkan pengulangan yang tidak perlu 4.Perawatan yg rutin mungkin diabaikan dlm pencatatan jika flowsheet untuk pencatatan tidak tersedia 5.P (dlm SOAP) mungkin terjadi duplikasi dengan rencana tindakan keperawatan Pedoman penulisan catatan SOAPIER 1)Rujuk daftar masalah 2)Beri nomor secara berurutan 3)SOAP ditulis untuk tiap masalah 4)Data relevan untuk masalah spesifik 5)Catatan sementara untuk masalah yg belum pasti 6)Data subyektif apa adanya 7)Bila bimbang, gunakan diagnosa keperawatan untuk kesimpulan keadaan klien 8)Informasi ttg keadaan fisik, status pddkn, status mental Cara penulisan tergantung pd sistem dokumentasi yg berorientasi pada masalah atau sumber c. Progress Oriented Record > Catatan yang berorientasi pada perkembangan/kemajuan 1. Catatan Perawat Catatan perawat tiap 24 jam meliputi informasi tentang: a) Pengkajian b) Tindakan keperawatan mandiri c) Tindakan keperawatan delegasi d) Evaluasi e) Tindakan dokter tetapi mempengaruhi tindakan kep. f) Kunjungan tim kes. 2. Lembar Alur (Flowsheet) > catat hasil observasi > pengukuran berulang > tidak naratif 3. Catatan pemulangan & ringakasan rujukan > Disiapkan bila pasien pulang/pindah > Guna untuk perawatan lanjutan > Penulisan dokumentasi pemulangan meliputi: * Masalah kesehatan yg masih aktif

* Pengobatan terakhir * Penanganan yg masih harus diteruskan * Kebiasaan makan dan istirahat * Kemampuan untuk asuhan mandiri * Gaya hidup dan agama d. Charting By Exception (CBE) > Sistem dokumentasi yg hanya mencatat scr naratif dari hasil temuan yang menyimpang dari keadaan normal atau standar. KEUNTUNGAN CBE, YAITU: 1.Tersusunnya standar minimal untuk pengkajian dan intervensi 2.Data tdk normal jelas, mdh ditandai dan dipahami 3.Data normal tdk menggangu informasi lain 4.Hemat waktu 5.Duplikasi dpt dikurangi KERUGIAN CBE, YAITU: 1.Pencatatan scr narasi sangat singkat 2.Sangat tergantung pada cheklist 3.Pencatatan rutin sering di abaikan 4.Catatan kejadian ada yg tidah didokumentasikan 5.Tidak mengakomodasikan catatan disiplin ilmu lain 6.Dokumentasi proses keperawatan tidak selalu berhubungan dengan adanya suatu kejadian e. Problem Intervention & Evaluation (PIE) > Suatu pendekatan orientasi proses pada dokumentasi dengan penekanan pada proses keperawatan dan diagnosa keperawatan. Karakteristik PIE, yaitu: 1.Proses dokumentasi dimulai pengkajian waktu klien masuk diikuti pelaksanaan pengkajian sistem tubuh tiap pergantian jaga (8 jam) 2.Data masalah hanya digunakan untuk askep jangka lama dg masalah kronis 3. Intervensi yg dilaksanakan dan rutin dicatat dlm flowsheet 4. Catatan perkembangan digunakan untuk pencatatan nomor intervensi keperawatan yg spesifik berhubungan dg masalah yg spesifik 5. Intervensi langsung thd penyelesaiain masalah ditandai dg I (Intervensi) dan nomor masalah klien yg relevan dicatat 6. Keadaan klien sbg pengaruh dr intervensi diidentifikasi dg tanda E (evaluasi) dan nomor masalah 7. Tiap masalah yg diidentifikasi dievaluasi minimal 8 jam (tiap ganti jaga) KEUNTUNGAN PIE, YAITU: 1.Memungkinkan penggunaan proses keperawatan 2.Rencana tindakan dan catatan perkembangan dpt dihubungkan 3.Pemberian askep kontinu 4.Perkembangan klien mulai dr masuk sampai pulang dpt digambarkan dg mudah KERUGIAN PIE, YAITU: 1.Tdk dpt digunakan utk pencatatan semua disiplin ilmu 2.Pembatasan intervensi yg tdk aplikatif utk bbrp situasi keperawatan f. FOCUS > Disebut juga dg Process Oriented System

> Menggunakan proses keperawatan dalam mengorganisir dokumentasi asuhan. > Semua data yg masuk dlm catatan perkembangan di atur dg menggunakan format D A R (Data, Action, Response) D : Data Subyektif & Obyektif A : Tindakan keperawatan yg segera atau yg akan dilakukan R : Respon klien thd tindakan medis/keperawatan KEUNTUNGAN FOCUS, YAITU: 1.Fokus memberikan struktur pd cttn dg mengelompokkan isi cttn perkembangan mjdi data, tindakan dan respon 2.Fokus meningkatkan dokumentasi proses keperawatan terutama evaluasi 3.Fokus meningkatkan pemikiran analitik dg mengharuskan perawat menganalisis data dan menarik kesimpulan. KERUGIAN FOCUS, YAITU: 1.Pencatatan Action dpt membingungkan, khususnya tindakan yg akan atau telah dilakukan 2.Perawat sering kesulitan dalam mengkonstruksikan catatan fokus dan isi catatan KONSEP PENDUKUNG DOKUMENTASI KEPERAWATAN Sebagai dokumen rahasia yg mencatat semua pelayanan keperawatan klien, catatan tersebut dapat diartikan sebagai suatu catatan bisnis dan hukum yang mempunyai banyak manfaat dan penggunaan. Tujuan utama dari pendokumentasian adalah untuk: 1.Mengidentifikasi status kesehatan klien 2.Dokumentasi untuk penelitian, keuangan, hukum, dan etika, yang juga menyediakan: > Bukti kualitas askep > Bukti legal dokumentasi > Informasi thd perlindungan individu > Bukti aplikasi standar praktik keperawatan > Sumber informasi statistik > Pengurangan biaya informasi > Data perencanaan pelayanan di masa datang Manfaat Dokumentasi: Hukum, Jaminan mutu, Komunikasi, Keuangan, Pendidikan, Penelitian, Akreditasi. Prinsip-prinsip Etik Keperawatan Dalam melaksanakan asuhan keperawatan ada beberapa hal yang menjadi pertimbangan, yaitu: Justice (asas keadilan) Autonomy ( asas menghormati otonomi) Benefience (asas manfaat) Veracity ( asas kejujuran) Fidelity (asas komitmen) Standar praktik keperawatan, mengacu pada tahapan dalam proses keperawatan, yg terdiri dari 5 standar, yaitu: (1) Pengkajian, (2) Diagnosa keperawatan, (3) Perencanaan, (4) Implementasi, dan (5) Evaluasi. STANDAR I: PENGKAJIAN KEPERAWATAN Perawat mengumpulkan data ttg status kesehatan klien scr sistematis, menyeluruh, akurat dan berkesinambungan. Kriteria Proses:

1. Pengumpulan data dilakukan dg wawancara, observasi, pemeriksaan fisik dan mempelajari data penunjang 2. Sumber data adalah klien, keluarga atau orang terkait, tim kes., RM. 3. Data yg dikumpulkan, difokuskan untuk mengidentifikasi: a.Status kesehatan klien saat ini b.Status kesehatan masa lalu c.Status fisiologis psikologis sosial spiritual d.Respon thd terapi e.Harapan thd tingkat kesehatan optimal f.Resiko-resiko tinggi masalah STANDAR II: DIAGNOSA KEPERAWATAN Perawat menganalisa data pengkajian untuk merumuskan diagnosis keperawatan Kriteria Proses: 1.Proses diagnosis terdiri dari analisis, interpretasi data, identifikasi mslh klien dan perumusan diagnosis keperawatan 2.Komponen diagnosis keperawatan terdiri dari masalah (P), penyebab (E), dan tanda atau gejala (S) atau terdiri dari masalah dan penyebab (PE) 3.Bekerjasama dg klien, dekat dg klien, petugas kesehatan lain untuk memvalidasi diagnosis keperawatan. 4.Melakukan pengkajian ulang dan merevisi diagnosis berdasarkan data terbaru. STANDAR III: PERENCANAAN Perawat membuat rencana tindakan keperawatan untuk mengatasi masalah dan meningkatkan kesehatan klien. Kriteria proses: 1.Perencanaan terdiri dari penetapan prioritas masalah, tujuam dan rencana tindakan keperawatan. 2.Bekerjasama dg klien dalam menyusun rencana tindakan keperawatan 3.Perencanaan bersifat individual sesuai dg kondisi atau kebutuhan klien 4.Mendokumentasikan rencana keperawatan. STANDAR IV: IMPLEMENTASI Perawat mengimplementasi tindakan yg telah diidentifikasi dalam rencana asuhan keperawatan. Kriteria proses: 1.Bekerjasama dg klien dlm pelaksanaan tindakan keperawatan 2.Kolaborasi dg profesi kesehatan lain untuk meningkatkan status kesehatan klien. 3.Melakukan tindakan keperawatan untuk mengatasi mslh klien 4.Melkaukan supervisi thd tenaga pelaksana keperawatan dibawah tanggung jawabnya. 5.Menjasi koordinator pelayanan & advokasi thd klien utk mencapai tujuan kes. 6.Menginformasikan kpd klien ttg status kes. & fasilitas pelayanan kes. yg ada. 7.Memberikan pddkn kpd klien & klrga ttg konsep, keterampilan asuhan diri serta membantu klien memodifikasi lingkungan yg digunakannya. 8.Mengkaji ulang & merevisi pelaksanaan tindakan keperawatan berdasarkan respon klien. STANDAR V: EVALUASI Perawat mengevaluasi kemajuan klienrhd tindakan dlm pencapaian tujuan dan merevisi data dasar serta perencanaan. Kriteria Proses:

1.Menyusun perencanaan evaluasi hasil dr intevensi scr komprehensif, tepat waktu dan terus menerus. 2.Menggunakan data dasar dan respon klien dlm mengukur perkembangan ke arah pencapaian tujuan 3.Memvalidasi & menganalisis data baru dg sejawat & klien 4.Bekerjasama dg klien, klrga untuk memodifikasi rencana asuhan keperawatan 5.Mendokumentasikan hasil evaluasi dan memodifikasi perencanaan. IMPLIKASI LEGAL DALAM DOKUMENTASI Implikasi Hukum Dalam Dokumentasi Aturan dalam pencatatan dokumentasi, yaitu: 1. Hendaknya dpt memahami dasar hukum dari tuntutan malpraktek yg kemungkinan melibatkan peran perawat 2. Dpt memberikan informasi kondisi pasien scr tepat, dg jalan: a. Catat proses keperawatan yg diberikan & kebutuhan utk kep. lbh lanjut b.Catat evaluasi sedikitnya 1x tiap giliran jaga c. Waspadai perubahan yg didapat pd status pasien, terutama kemunduran atau hasil yg tdk diharapkan. 3. Buat catatan singkat ttg komunikasi perawat dg dokter dan intervensi perawatan yg telah dilakukan. 4. Memperhatikan fakta-fakta scr tepat dan akurat mengenai penerapan proses keperawatan. 5. Memperhatikan situasi perawatan pasien dg jalan mencatat scr rinci masalah kesehatan pasien yg kompleks. Hal hal yg harus diperhatikan dalam pembuatan catatan dokumentasi: Legal Kesalahan Kelalaian Malpraktik Standar Perawatan Kewajiban Pelanggaran Kelalaian Kasual Ganti Rugi Liabilitas Isu Legal dan Standar Praktik Syarat dalam penulisan dokumentasi secara legal adalah: * Tidak boleh dihapus menggunakan tipe-x atau sejenisnya * Bila ada kesalahan, betulkan segera * Yang dicatat hanya fakta, catatan perawatan jgn kosong * Tulis dg tinta yg jelas * Bila ada instruksi yg ragu, beri catatan perlu klarifikasi * Hindari kalimat umum * Mulai catatan dg waktu(tgl, jam), akhiri dg tanda tangan. Beberapa situasi yg dapat menimbulkan tuntutan hukum dalam dokumentasi keperawatan: * Kesalahan administrasi * Kelemahan dlm supervisi diagnosa scr adekuat dan penggunaan alat * Kelalaian dlm mengangkat/mencek benda asing stlh operasi

* Mengakibatkan klien mengacam luka * Pemberhentian obat oleh perawat * Tidak memperhatikan teknik anti septik yg diharuskan * Tidak mengikuti peraturan dan prosedur yg diharuskan 4 (empat) elemen yg harus dibuktikan penuntut sebelum tuduhan dikenakan, yaitu: * Melalaikan tugas * Tidak memenuhi standar praktik keperawatan * Adanya hubungan sebab akibat terjadinya cedera * Kerugian yg aktual (hasil dari lalai) DOKUMENTASI PENGKAJIAN * Merupakan langkah awal dari tahapan proses keperawatan * Bertujuan untuk mengumpulkan informasi dari Klien, membuat data dasar tentang klien, dan membuat catatan tentang respons kesehatan klien. * Bersifat sistematis, komprehensif, akurat, terus menerus, dan berlanjut Tujuan Dokumentasi Pengkajian, yaitu: * Mengidentifikasi berbagai kebutuhan dan respons klien terhadap masalah y dpt mempengaruhi keperawatan. * Konsolidasi dan organisasi informasi yg didapat dari berbagai sumber tentang masalah kesehatan klien shg dapat di analisis dan diidentifikasi. * Ukuran dalam mencapai/mendapatkan informasi * Mengidentifikasi berbagai macam karakteristik serta kondisi klien dan respon yg akan mempengaruhi rencana keperawatan. * Menyediakan data yg cukup pd kebenaran hasil observasi thd respon klien * Menyediakan data dasar pemikiran pd rencana keperawatan. Jenis Dokumentasi Pengkajian * Pengkajian Awal / Initial Assesment * Pengkajian kontinu / Ongoing Assesment * Pengkajian Ulang / Reassesment Metode Dokumentasi Pengkajian * Gunakan format yg sistematis * Gunakan format yg telah tersusun * Kelompokkan data-data berdasarkan model pendekatan yg digunakan * Masukkan pernyataan yg mendukung klien * Catat informasi tanpa biasdan opini pribadi * Jabarkan hasil temuan dan observasi dg jelas * Ikuti kebijakan dan prosedur yg telah ada untuk pencatatan pengkajian * Tulis data secara ringkas. DOKUMENTASI DIAGNOSA KEPERAWATAN DIAGNOSA KEPERAWATAN Keputusan klinis mengenai seseorang, keluarga, atau masyarakat sebagai akibat dari masalah kesehatan atau proses kehidupan yg aktual dan potensial TIPE DIAGNOSA KEPERAWATAN * Diagnosa Keperawatan Aktual * Diagnosa Keperawatan resiko / Resiko Tinggi * Diagnosa Keperawatan Kemungkinan

*Diagnosa Keperawatan Sejahtera *Diagnosa Keperawatan Sindrom METODE DOKUMENTASI DIAGNOSA KEPERAWATAN * Gunakan format PES untuk semua masalah aktual dan resiko * Catat diagnosa keperawatan resiko dan resiko tinggi ke dalam masalah atau format diagnosa keperawatan. * Gunakan istilah diagnosa keperawatan yg dibuat dari daftar NANDA atau yg lainnya * Mulai pernyataan diagnosa keperawatan dg mengidentifikasi informasi ttg data untuk diagnosa keperawatan * Masukkan pernyataan diagnosa keperawatan ke dalam daftar masalah * Hubungkan setiap diagnosa keperawatan ketika menemukan masalah perawatan * Gunakan diagnosa keperawatan sebagai pedoman untuk pengkajian, perencanaan, implementasi, dan evaluasi. DOKUMENTASI RENCANA KEPERAWATAN 2 ( dua) TIPE DOKUMENTASI RENCANA KEPERAWATAN, YAITU: * Traditionally designed care plans * Standarized care plans KOMPONEN RENCANA KEPERAWATAN * Diagnosa yg diprioritaskan # Menggunakan prioritas kebutuhan dasar manusia dari MASLOW (fisiologis, rasa aman, cinta & mencintai, harga diri, aktualisasi diri) # Atau menggunakan prioritas spt; ancaman kehidupan, ancaman kesehatan dan prioritas yg aktual didahulukan dibanding potensial. * Tujuan # Hasil yg ingin dicapai untuk mengatasi masalah diagnosa keperawatan. # Merupakan sinonim dari kriteria hasil Ciri-ciri kriteria hasil: # Tiap KH b.d tujuan yg telaj ditetapkan # Hasil yg ditetapkan dlm KH, memungkinkan untuk dicapai # Tiap KH adalah pernyataan satu hal yg spesifik # Dapat di ukur, hasilnya dapat dilihat dan di dengar # Menggunakan kata-kata positif *Instruksi Perawatan Suatu bentuk tindakan yg menunjukkan perawatan dan pengobatan khusus. DOKUMENTASI TINDAKAN KEPERAWATAN * Merupakan catatan tentang tindakan yg diberikan oleh perawat. * Mencatat pelaksanaan rencana perawatan, pemenuhan kriteria hasil dari tindakan keperawatan mandiri dan tindakan kolaboratif. 2 (dua) KOMPONEN TIPE INTERVENSI KEPERAWATAN * Intervensi Perawatan terapeutik ** Pengobatan langsung ** Mencegah komplikasi ** Mempertahankan status kesehatan Ex: Bersihan jalan napas tidak efektif Intervensi terapeutik:

- Atur posisi klien untuk oksigenasi - Ajarkan teknik batuk scr efektif - Lakukan suction pd jalan napas * Intervensi Surveilens ** Tidak langsung ** Setiap tindakan data harus dilihat kembali/survei data Ex: -Lakukan observasi tanda vital -Lakukan pemeriksaan status neurologis -Kumpulkan dan tes urin -Lakukan pemantaua glukosa darah -Lakukan pemeriksaan fisik -Lakukan pemantauan jantung -Lakukan pemantauan respirasi -Lakukan pemantauan masukan dan keluaran. DOKUMENTASI EVALUASI * Catatan tentang indikasi kemajuan pasien thd tujuan yg dicapai * Untuk menilai keefektifan perawatan * Untuk mengkomunikasikan status pasien dari hasil tindakan keperawatan TIPE DOKUMENTASI KEPERAWATAN * Evaluasi formatif * Evaluasi sumatif STRATEGI DOKUMENTASI KHUSUS Dokumentasi khusus pencatatan ttg perubahan pd askep berdasarkan respon klien yg komprehensif pd t4 khusus, area perawatan dan populasi khusus. Dokumentasi di Tempat Khusus Dokumentasi di tempat khusus meliputi dokumentasi: 1.Perawatan akut 2.Perawatan jangka panjang 3.Perawatan komunitas Dokumentasi di Area Perawatan Khusus Dokumentasi di area perawatan khusus ini mencakup sistem dokumentasi: 1.Perawatan perioperatif 2.Perawatan gawat darurat 3.Perawatan kritis Ad. 1. Dokumentasi di Perawatan Perioperatif Meliputi dokumentasi preoperatif, intra operatif, dan pascaoperatif. a.Dokumentasi perawatan perioperatif > Dokumentasi yang dilaksanakan pd catatan proses keperawatan sebelum operasi > Hal-hal yang didokumentasi adalah: pengkajian fisiologis, psikososial, pendidikan kesehatan preoperatif, lokasi operasi, tingkat respon, efek medikasi, dan tes diagnostik. >Tanda vital, pengkajian dan persiapan kulit, alat yang digunakan, pernyataan atau perilaku pasien, obat yang diberikan. b.Dokumentasi Perawatan intraoperatif > Meliputi: Jenis prosedur operasi, waktu masuk, waktu anestesi, jenis anestesi dan insisi.

> Catat juga restrain yang digunakan, alat pengontrol suhu dan alat pemantauan, adanya alergi, serta medikasi yang diberikan > Lokasi drain, kateter, balutan, total masukan dan keluaran, graft, prostesa (tipe ukuran), jaringan yang di angkat, status isolasi, dan klasifikasi luka. > Dokumentasi ini juga meliputi kondisi pasien ketika akan keluar dari kamar operasi, keadaan sirkulasi, keadaan insisi, nama anggota tim pebedahan dan lain-lain. c. Dokumentasi Pascaoperatif > Meliputi pengkajian tentang fungsi respirasi, status kardiovaskuler, pengembalian kesadaran, memantau tanda komplikasi, responj psikososial, pengkajian lanjutan, diagnosa keperawatan. > Rencana keperawatan, intervensi dan evaluasi serta tindakan untuk mencegah bahaya pascaoperasi, rasa aman dan nyaman, keseimbangan cairan serta pencegahan infeksi dan tingkat aktivitas. Ad. 2. Dokumentasi di Perawatan Gawat Darurat * Dilaksanakan scr akurat, singkat, komprehensif. * Menggunakan pedoman penulisan dg menentukan prioritas dokumentasi thd situasi di ruang kedaruratan. * Mencatat aktivitas triage dan evaluasi awal, melengkapi dan mencatat survei primer dan sekunder, merumuskan dan mencatat diagnosa keperawatan, menyertakan informasi yang diperlukan dalam situasi resiko tinggi. * Instruksi dokter tentang obat-obatan dan pengobatan lain dicatat dalam status klien. * Dalam catatan harus dituliskan siapa penanggung jawab situasi gawat darurat. Ad. 3. Dokumentasi di Perawatan Kritis * Ciri kondisi kritis: memerlukan perawatan total, hemodinamikanya tidak stabil, memerlukan pemantauan yg terus menerus, restriksi intake dan out put, sakit yg berlebihan dan status neurologi yg tidak stabil. * Tujuan dari rencana keperawatan ini ada 2 yaitu: menyelamatkan kehidupan dan mempertahankan kehidupan. Standar komprehensif 1.Data dikumplkan secara terus menerus 2.masalah/kebutuhan yg teridentifikasi dan prioritasnya berdasarkan data yg terkumpul 3.Rencana keperawatan dirumuskan dg tepat. 4.Rencana askep diimplementasikan menurut masalah yg diprioritaskan Standar Pendukung 1. Mendokumentasikan semua data yg diperlukan pada catatan pasien 2. Mencatat masalah yang aktual atau potensial dan menentukan prioritasnya dalam catatan pasien 3. Mencatat rencana askep di catatan pasien 4. Mendokumentasikan intervensi dlm catatan pasien 5. Mencatat hasil evaluasi dlm catatan pasien 6. Hasil askep dievaluasi secara terus menerus DOKUMENTASI Populasi Khusus Meliputi: dokumentasi populasi anak (pediatrik), dokumentasi populasi lansia, dokumentasi populasi perinatal dandokumentasi populasi psikiatrik. Dokumentasi Populasi Anak * Berfokus pada masalah pertumbuhan dan perkembangan * Aspek biopsikososial dan spiritual anak

* Pengkajian keluarga, orang tua dan orang yg berpengaruh lainnya * Kaji kegiatan anak bermain Dokumentasi Populasi Lansia * Perawatan yg diberikan di rumah sakit, di rumah dan di masyarakat. * Dokumentasi ini meliiputi: perawatan lansia yg sehat, lansia yg perlu perawatan akut dan pasien yg perlu perawatan lama. * Hal hal yg pelu dicatat perubahan fisik, psikologis, masalah pasien, ringkasan medik, aktivitas keperawatan, komunikasi dg anggota keluarga atau orang yg di anggap penting. Dokumentasi Populasi Perinatal * Meliputi dokumentasi pd perawatan ibu, janin, bayi baru lahir dan keluarga. * Dokumentasi perinatal meliputi dokumentasi antenatal, intranatal dan pascanatal. * Berfokus pada pendidikan kesehatan, pencegahan cedera, dan pemulihan kesehatan. Dokumentasi Antenatal * Dokumentasi pd proses keperawatan masa kehamilan. * Yang penting di catat adl riwayat kesehatan komprehensif Dokumentasi Intranatal * Dokumentasi proses keperawatan selama terjadinya proses kelahiran. * Fokus pengkajian ini meliputi saat masuk rumah sakit, askep pd ibu, janin dan bayi baru lahir, pengkajian lanjutan, penkes. Dokumentasi Pascanatal * Dokumentasi proses keperawatan setelah terjadi proses kelahiran. * Hal hal yg didokumentasikan pd pascanatal adl masalah yg timbul setelah bayi baru lahir (tetanus neonatorum, gastroenteritis, hepatitis, dll). Dokumentasi Populasi Psikiatri * Dokumentasi populasi psikiatri mencakup kedaruratan akut, perawatan jangka panjang, rawat jalan, perawatan di rumah. * Fokus pengkajian adl riwayat biopsikososial, spiritual, dan kultural. * Data yg terkumpul hrs mencakup tingkat perkembangan, proses berpikir, tingkat ansietas, mekanisme pertahanan diri, tingkat harga diri, orientasi realitas, pola komunikasi keluarga, gaya hidup. http://bundanyra.wordpress.com/2010/08/18/dk/

Konsep dasar keperawatan lansia KONSEP DASAR KEPERAWATAN PADA USIA LANJUT

Pendahuluan

Dengan makin bertambahnya penduduk usia lanjut (lihat tentang demografi dan epidemiologi penduduk lanjut usia di indonesia),bertambah pula penderita golongan ini yang memerlukan pelayanan kesehatan.Berbeda dengan segmen populasi lain,populasi lanjut usia dimanapun selalu menunjukkan morbiditas dan mortalitas yang lebih tinggi dibanding populasi lain.Disamping itu,oleh karena aspek disabilitas yang tinggi pada segmen populasi ini selalu membutuhkan derajat keperawatan yang tinngi Keperwwatan pada usia lanjut merupakan bagian dari tugas dan profesi keperawatan yang memerlukan berbagai keahlian dan keterampilan yang spesifik,sehigga di bidang keperawatan pun saat ini ilmu keperwatan lanjut usia berkembang menjadi suatu spesialisasi yang mulai berkembang. Keperawatan lanjut usia dalam bahasa Inggris sering dibedakan atas Gerontologic nursing(=gerontic nursing) dan geriatric nursing sesuai keterlibatannya dalam bidang yang berlainan.Gerontologic nurse atau erwat gerontologi adalah perwat yang bertugas memberikan asuhan keperawatan pada semua penderita berusia diatas 65 tahun (di Indonesia dan Asia dipakai batasan usia 60 tahun) tanpa melihat apapun penyebabnya dan dimanapun dia bertugas.Secara defenusi,hal ini berbeda dengan perwat geriatrik,yaitu mereka yang berusia diatas 65 tahun dan menderita lebih dari satu macam penyakit (multipel patologi),disertai dengan berbagai masalah psikologik maupun sosial. Dalam prakteknya keperawatan jenis penderita ini sulit untuk dibedakan,karena itu dalam buku ini penulis lebih senag istilah perawat lanjut usia.

Konsep Dasar Keperawatan Secara konseptual,kebutuhan keperawatan adalah memberikan bantuan (assistance) pada penderita untuk melaksanakan pemenuhan kebutuhan hidupnya sehari-hari (daily needs).Oleh karena itu kebutuhan perawat adalah sama atau hampir sama dengan kebutuhan hidup sehari-hari seorang penderita (Culver J 1969).Gambar skematik dibawah ini akan lebih memperjelas hal tersebut.

Gambar 1. Keperawatan Holistik penderita (=Total Patienc Care)

Kesehatan dan penyakit lanjut usia secara umum memng berbeda dengan kesehatn dan penyakit dan segmen populasi lain.Terdapat beberapa hal yang penting dan karaketristik penyakit pada usia lanjut yang perlu diperhatikan untuk memberikan keperawatan yang baik,yaitu: Penyakit pada usia lanjut biasanya bersifat multi matologi, yang menyerang berbagi organ dan sistem,yang biasanya berlangsung secara kronis. Pada usia lanjut sudah terjadi pula berbagai penurunan fungsi dan antomil tubuh akibat proses menua. Penyakit pada usia lanjut biasanya sudah disertai dengan kecacatan dan disabilitas. Penyakit pada usia lanjut selalu mengandung aspek bio-psiko-sosial. Karena itulah berbeda dengan segmen populasi lain,populasi lanjut usia sangat memerlukan apa yang disebut perawatan penderita secara total atau holistik.Secara umum,hal ini berrti bahwa pemberian keperwatan pada penderita usia lanjut lebih ditujukan pada aspej kesejahteraannya (well being) sebagai manusia dan bukan hanya sekedar keperawatan higiene seharihari,penyediaan makanan,bantuan untuk ambulasi atau pemberian obat-obatan sesuai dengan daftar pengobatan dari dokter.Terlebih dari itu adalah upaya khusus yang bersifat memberkan keperawatan secara individual berbeda antara satu individu dengan individu lain,membantunya melakukan pemulihan kesehatan dan mengantarnya kembali aktif di masyarakat dalam keadaan yang terbaik (Culiver,1969).Dalam jeperawatn total ini harus ikut dipertimbangkan semua aspek perbedaan individual,usia,keinginan dan ketidakinginan,disabilitas,ketergantungan,kebiasaan,kepercayaan,kecemasan,keluhan dan kekhususan dari penderita.Pengertian atas hal-hal tersebut,disertai dengan pertimbangan yang baik akan secara tepat dapat merencanakan pemberian bantuan dan keperawatan bagi masing-masing penderita. Perawatan penderita secara total memang tidak cukup hanya diberikan oleh tenaga keperawatan.Karena itulah dalam konsep leperawatan penderita usia lanjut diperlukan kerjasama TIM (lihat mengenai tim geriatri).Tim tersebut bukan saja bekerjasam dalam pembuatan konsep penatalaksanaan penderita,akan tetapi juga dalam hal perawatan secara holistik tersebut.Walaupun demikian,peran perawat inap merupakan figur sentral untuk memastikan agar perumatan yang baik dan benar telah dilaksanakn (Culver,1969).Aspek keperawatan pada penderita usia lanjut juga harus berarti pemberian asuhan keperawatan yang mengandung komponen preventif ,promotif ,kurati dan rehabilitatif.Mencegah terjadinya kecelakaan,upaya memberikan fisoterapi dan mobilisasi secepatnya,pengawasan atas pemberian obat dan

nutrisi,serta upaya-upaya pemulihan harus selalu dipertimbangkan pada setiap penderita lansia yang dirawat. Konsep Tim dalam Keperawatan Penderita : Assesmen Keperawatan Menyeluruh Sesuai dengan hal-hal yang telah dibicarakan diatas,maka konsep TIM dalam keperawatan lanjut usia harus dilaksanakan dimanapun tugas keperawatan tersebut diselenggarakan.Karena pentingnya hal ini,konsep kerjasam tim ini yang bersifat multidisiplin dan dilaksanakan secara interdisiplin akan dibahas secara khusus berikut ini.

Dari skema tersebut terlihat sebagai sasaran adalah berbagai aspek dari kesehatan penderita,antaralain: Diagnosis / masalah kesehatan utama Diagnosis / masalah kesehatan tambahan atau komorbiditas. Kedua asoek tersebut diatas,tentu saja harus ditangani (terutama) oleh dokter. Msalah nutrisi yang terutama ditangani oleh nutrisionis. Masalah sosial dan lingkungan yang terutama ditangani oleh sosio-medik. Masalah disabilitas dan handikap yang terutam ditangani dokter /petugas rehabilitasi. Masalah lain akan ditangani oleh disiplin yang sesuai. Akan tetapi,sebagai ujung tombak adalah perawat,yang dalam skema terlihat harus ikut menangani semua aspek dari kesehatan penderita. Garis yang membentuk /membatasi masing masing disiplin terlihat terputus-putus ,memberi arti bahwa masing-masing tidak secara kaku membatasi pada disiplinnya masing-masing,akan tetapi secara saling tergantung dapat memberikan masukan pada disiplin lain,dengan tujuan akhir bersama,yaitu tercapainya tingkat kesehatan lansia yang lebih baik dan mandiri sesuai tujuan bersama tim yang telah disepakati. Didalam tim,secara bersama-sama semua anggota tim mengadakan rencana penatalaksanaan jangka panjang atau pendek terhadap kesehatan individu lansia tersebut dan kemudian secara bersama-sam pula mengadakan implementasi atas rencana tersebut.Secara periodik diadakan peninjauan atas implementasi ini untuk diadakan perbaokan dimana perlu atas penatalaksanaan /rencana yang terdahulu.Secara skematik tatakerja tim tersebut dapat dilihat dari skema dibawah ini.

Gambar 3.Alur kerja penatalaksanaan penderita geriatri

Peranan Perawat di Berbagai Jenis Pelayanan Lanjut Usia Sesuai dengan pedoman pelayanan kesehatan usia lanjut yang dikeluarkan oleh Departemen Kesehatan RI,maka pelayanan kesehatah lanjut usia harus dilakaukan berjenjang dan berkesinambungan mulai dari masyarakat sampai ke RS yang mempunyai pelayana kesehatan lanjut usia /geriatri lengkap (Dep.Kes RI,1993).Bagan pelayanan kesehatyan lanjut usia tersebut dapat dilihat berikut ini. Oleh karena itulah perawat dapat ditempatkan dan bertugas diberbagai tingkatan dan tempar pelayanan kesehatan lanjut yusia,yang tugasnya dapat digambarkan secara ringkas sebagai berikut. A.Di Masyarakat

Tujuan geriatri adalah mengupayakan sejauh mungkin agar seorang lansia dapat hidup di rumahnya sendiri,dalam lingkungannya sendiri atau dengan bantuan sesedikit mungkin dari orang lain.Untuk mencapai tujuan ini,maka semua aspek geriatri mulai dari upaya pencegahan,peningkatan kesehatan,kuratif dan rehabilitatif menjadi sangat penting.Upaya di masyarakat,berupa upaya preventif,promotif dan kuratif sederhana harus dilaksanakn secara baik,dimana perawat merupakan bagian yang upaya tersebut. Di masyarakat perawat usia lanjut dapat bertugas di Puskesmas atau di panti wredha dan panti rawat wredha. Tugas perawat di puskesmas guna kepentingan para lanjut usia tergantung dimana perawat tersebut menjalankan tugasnya.Seperti diketahui tugas pokok Puskesmas diantaranya adalah: Klinik rawat jalan Perawatan di rumah (=home nursing) Sebagai perawat kunjungan rumah,maka perawat harus bertindak sebagai orang terdepan dalam tim geriatri Puskesmas (bersama petugas sosio-medik dan dokter),dan melakukan tindakan baik yang bersal dari tim kepada individu lansia di masyarakat,atau melaporkan keadaan keadaan individu tersebut untuk dapat ditentukan penatalaksanaan ap yang perlu diberlakukan kepada individu lansia tersebut.Perawat di sini juga bertindal mengadakan asesmen kesehatan sederhana,nutrisi,lingkungan,dan sosial ekonomi dari lansia tersebut untuk dapat dicatat sebagai data dasar individu lansia yang berada dibawah pengawasannya.Dari data dasr tersebut tim geriatri puskesmas dapat menentukan langkah dan tindakan yang diperlukan oleh individu lansia.Rincian tindakan preventif,promotif,kuratif dan rehabilitatif yang diperlukan harus ditentukan .Tindakan yang dapat dilaksanakan di lingkungannya sendiri segera ditindak lanjuti,baik oleh petugas puskesmas sendiri atau oleh badan /petugas kesejahteraan yang lain.Langkah dan tindakan yang perlu dirujuk ke instansi yang lebih tinggi dapat diteruskan melalui Puskesmas. Sebagai perawat yang bertugas di klinik Puskesmas ,dia harus (bersama dengan dokter) mengadakan asesmen keperawatan dan ikut menentukan berbagai nasihat bagi penderita lansia yang datang ke klinik tersebut Di panti wredha mengingat bahwa oada dasarnya penghuninya adalah para lansia yang masih sehat,biasanya perawat harus bertugas mandiri untuk mengawasi kesehatan penghuni dan dimana perlu mengadakan pengobatan sederhana.Di dalam panti wredha ini ,sebaiknya perawat juga memfasilitasi aspek promotif antara lain dengan mengupayakan dan mengawai nutrisi,olahraga,rekreasi /hobi.Di samping itu perawat bertugas memberikan asupan kepada petugas kesehatan lansia di Puskesmas tentang berbagai masalah kesehatan yang terjadi pada para penghuni panti wredha.Di panti wredha,dimana penghuninya biasanya menderita penyakit kronis dusertai dengan derajat kecacatan (disabilitas) perawat bertugas memberikan penatalaksanaan berbgai penyakit yang diderita ole penghuninya.Perawat di panti wredha (nursing home) seperti juga perawat di rumah sakit,berperan sentral dalam tim ,karena kontak atau hubungannya dengan penghuni yang biasanya berlangsung 24 jam sehari.Dari berbagai masukan perawat,tim secara bersama-sama menentukan apa yang perlu diberikan kepada penghuni.

B.Perawat di Pelayanan Masyarakat yang Berbasis Rumah Sakit Perawat disini bertugas sebagai petugas rumag sakit dalam kunjungan rumah dan melaporkan keadaan penderita lansia (yang biasanya berobat /dirawat di rumah sakit tersebut) kepada tim geriatri untuk dicatat perkembangan kesehatannya yang terakhir atau dilakukan tindakan penatalaksanaan yang baru sesuai hasil rapat anggota tim. Perawat disini juga harus bertindak memberikan pengetahuan (transfer of knowledge) kepada petugas kesehatan di masyarakat (Puskesmas,panti wredha atau panti rawat wredha ) tentang tatacara penatalaksanaann kesehatan bagi populasi lansia di daerah tersebut,baik dalam aspek preventif,promotif,kuratif sederhana atau rehabilitatif. C.Perawat Lansia di Rumah Sakit Di rumah sakit perawat lanjut usia dapat ditempatkan di berbagai tempat pelayanan kesehatan lanjut usia,antara lain di poliklinik day hospital bangsal akut atau bangsal kronis.Di poliklinik,perawat bersama petugas sosio-medik dan dokter geriatrik melakukan asesmen yang perlu dan melaksanakan asuhan keperawatan ambulatoir yang perlu dikoordinasikan dengan jenis pelayanan di rumah sakit yang lain,misalnya pengaturan nutrisi,rehabilitasi dan pelayanan klinik siang (=day hospital). Di bangsal geriatri akut perawat selain bertindak mengadakan asesmen serta asuhan keperawatan juga mengawasi agar tindakan pelayanan dari disiplin lain dilaksanakan dengan baik.Perawat disini seolah-olah merupakan penyelia umum atas terlaksananya semua tindakan yang telah direncanakan bersama oleh tim geriatri,mengingat bahwa tugas perawat selama 24 jam (dalam beberapa shift ) dapat memonitor dan melakukan tugas dari semua anggota tim. Tugas perawat di klinik siang terpadu (day hospital ) terutama adalah mengadakan koordinasi dengan berbagai modalitas tindakan yang dilaksanakan pada penderita secara individual. Tugas di bangsal kronis,secara umum hampir sama dengan yang dilakukan di bangsal akut,akan tetapi mengingat jenis penyakit yang diderita oleh penghuni bangsal ,maka pengawasan terutama dijalankan atas tindakan rehabilitatif,walaupun tindakan kuratif,rekreasional dan tindakan yang lain masih tetap dikerjakan.

PASIEN RAWAT INAP KARENA SAKIT PSIKOGERIATIK Pasien Psikogeriatri yang menjalani rawat inap dapat dibagi dalam kelompok kelompok berikut: Pasien yang memerlukan pendamping Pasien-pasien yang memerlukan asuhan Pasien-pasien yang memerlukan perawatan Urutan dari penggolongan ini adalah menurut tingkat bantuan yang perlu diberikan dalam perawatn diri mereka,dimulai dari menganjurkan aktivitas kehidupan sehari-hari (AKS) sampai pengambilan seluruh kegiatan perawatan diri.Setelah dirawat pasien dapat berpindah dari kategori yang satu ke yang lain. MASALAH KEPERAWATAN DARI PASIEN RAWAT INAP KARENA PENYAKIT PSIKOGERIATRIK 1.Pernafasan Kemungkinan aspirasi adalah suatu resiko tambahan yang dapat menyebabjan radang paru.Pasien tidak dapat memberitahukan jika ada masalah dengan pernafasannya. 2.Nutrisi Disamping adanya penurunan rasa lapar dan haus ,mereka dapat makan dan minum tak terbatas .Pasien tidak akan mampu (memilih,memegang,mengunyah,menelan makanan) untuk memenuhi kebutuhannya.Makan dan minum bahan-bahan yang berbahaya atau tidak dapat dicerna,dapat sangat mengganggu kesehatan. 3.Eliminasi Baik konstipasi maupun retensi urine dapat saja timbul tanpa adanya pemberitahuan dari pasien.Inkontonensia urine dan feses akan timbul secara terus menerus,kadang-kadang karena tidak adanya kamar mandi,tapi juga karena tidak lagi merasakan dorongan-doronga untuk melakukannya.Pakaian dapat mengganggu pasien untuk secara mandiri ke kamar mandi. 4.Regulasi Suhu Pengalaman yang lain akan unsur panas dan dingin dapat menjadi sebab dari cara bereaksi yang salah terhadap keadaan sekeliling.Pasienpun sering tidak mampu memilih pakaian yang cocok dengan keadaan iklim /musim dalam tahunan. 5.Ambulasi Pada kelompok pasien-pasien ini,disamping timbul hambatan gerak juga timbul hambatan berjalan.Pada hambatan berjalan timbul bahaya dapat jatuh,ini juga terjadi karena dia tidak dapat melihat atau menafsirkan hambatan-hambatan yang ada.Hambatan-hambatan dalam gerak bisa menyebabkan timbulnya resiko atrofi dan kontraktur. 6.Istirahat,Keteraturan dan Aktivitas Pasien psikogeriatrik biasanya mengalami gangguan sirkandian malam dan siang.Keseimbangan

antara aktivitas dan istirahat sering akan mengarah pada salah satu bidang secara berlebihan.Pemakaian obat-obatan dapat memberi pengaru negatif terhadap istirahat pasien tersebut. 7.Perawatan Pribadi Pada umumnya pasien masih tergantung pada bimbingan dan bantuan yang diberikan pengasuhnya dalam perawatan diri mereka .secara naluri pasien sebenarnya menolak ketergantungan ini .Oleh karena kita sering melihat bahwa pasien pemberian bantuan ini. Karena mereka kehilangan pandangan rentang kemampuan jasmani mereka.Maka pasien mempunyai masalah dengan melakukan kebiasaan mereka.Oleh karena kurangnya reaksi terhadap tekanan pada tubuh dalam waktu yang lama,maka hal ini da-pat menimbulkan dekubitus. 8.Keamanan perlindungan dan Keintiman Pasien akan senantiasa merasa dirinya berada dalam suatu lingkungan yang asing,suatu situasi yang tidak memberi rasa aman baginya.Ia akan selalu mencari lingkungan yang aman,yang mungkin hanya ada dalam angan-angannya. Selain itu lingkungan di dalam ruang perawatan dapat memberikan bahaya yang nyata bagi pasien (adanya kursi atau kursi roda,tempat tidur yang tinggi,dan lain sebagainya) 9.Komunikasi dan Interaksi Komunikasi dengan orang lain selalu membawa masalah,baik gangguan dalam daya ingat maupun proses berpikirnya,serta cara menggunakan bahasa yang dapat dimengerti orang lain Hal ini adalah masalah-masalah dalam kekurangan komunikasi 10.Memenuhi dan Mengtur Kehidupan Pada pasien psikogeriatrik,pemenuhan pengaturan kehidupannya hanya tertuju pada saat sedang berlangsung.Waktu lampau dan akan datang tidak dapat dipakai sebagai pedoman untuk menentukan pemenuhan dan pengaturan hidupnya.

DAFTAR PUSTAKA 1.Dr.H>Hadi Martono,SpPD,K-Ger,Pelatihan Keperawatn Askep Geriatri,Semarang 2.Dep Kes RI,Buku Stnadar Keperawatan,Jakarta,Depkes RI,1993 3.Josep J Gallo,William Reichel,Lilian M,Andersen,Buku Saku Gerontologi E/2,Jakarta,EGC,1998. 4.Lueckenotte,Pengkajian Gerontologi Edisi 2,Jakarta,EGC,1997 5.Marie Jaffe R.H,M.S,Geriatric Nursing Care Plans,Skidmore-Roth Publising,Inc.El Paso,Texas,1991 6P,J. M Stevens,F.Bordui,J.A.G.Van Der Weydy.Ilmu Keperawatan jilid 2 Edisi 2,Jakarta,EGC,1997. 7. Susan Puder Baugh Ulrich,Szanne Weyland Kanale,sharon Andrea Wendell,A Nursing Care Planning Guides, W.B.Saunders Company,1990. 8. Wahyudi Nugroho,SKM,Keperawatan Gerontik Edisi 2,Jakarta,EGC,2000. http://ato3nurse07.blogspot.com/2011/01/konsep-dasar-keperawatan-lansia.html

Gerontik : gerontologi + geriatrik Gerontologi adalah cabang ilmu yang membahas/menangani tentang proses penuaan/masalah yang timbul pada orang yang berusia lanjut. PENGERTIAN Ilmu + Keperawatan + Gerontik Ilmu : pengetahuan dan sesuatu yang dapat dipelajari Keperawatan : konsisten terhadap hasil lokakarya nasional keperawatan 1983 Gerontik : gerontologi + geriatrik Gerontologi adalah cabang ilmu yang membahas/menangani tentang proses penuaan/masalah yang timbul pada orang yang berusia lanjut. Geriatrik berkaitan dengan penyakit atau kecacatan yang terjadi pada orang yang berusia lanjut. Keperawatan Gerontik : suatu bentuk pelayanan profesional yang didasarkan pada ilmu dan kiat/teknik keperawatan yang berbentuk bio-psiko-sosio-spritual dan kultural yang holistik, ditujukan pada klien lanjut usia, baik sehat maupun sakit pada tingkat individu, keluarga, kelompok dan masyarakat. LINGKUP PERAN DAN TANGGUNGJAWAB

Fenomena yang menjadi bdang garap keperawatan gerontik adalah tidak terpenuhinya kebutuhan dasar manusia (KDM) lanjut usia sebagai akibat proses penuaan. Lingkup askep gerontik meliputi: 1. Pencegahan terhadap ketidakmampuan akibat proses penuaan 2. Perawatan yang ditujukan untuk memenuhi kebutuhan akibat proses penuaan 3. Pemulihan ditujukan untuk upaya mengatasi kebutuhan akibat proses penuaan Dalam prakteknya keperawatan gerontik meliputi peran dan fungsinya sebagai berikut: 1. Sebagai Care Giver /pemberi asuhan langsung 2. Sebagai Pendidik klien lansia 3. Sebagai Motivator 4. Sebagai Advokasi 5. Sebagai Konselor Tanggung jawab Perawat Gerontik 1. Membantu klien lansia memperoleh kesehatan secara optimal 2. Membantu klien lansia untuk memelihara kesehatannya 3. Membantu klien lansia menerima kondisinya 4. Membantu klien lansia menghadapi ajal dengan diperlakukan secara manusiawi sampai dengan meninggal. Sifat Pelayanan Gerontik 1. Independent (layanan tidak tergantung pada profesi lain/mandiri) 2. Interdependent 3. Humanistik (secara manusiawi) 4. Holistik (secara keseluruhan) Model Pemberian Keperawatan Profesional 1. Model Asuhan 2. Model Manajerial?berkaitan pada pengaturan/manajemen Model asuhan yang sesuai masih dalam penelitian Diterima sementara ini Ad an Adaptation Model of Nursing (Sister Calista Roy) Gerontologi adalah bidang studi yang mempelajari aspek sosial, psikologi dan biologi dari proses penuaan. Hal ini berbeda dengan geriatri, yang merupakan cabang dari ilmu kedokteran yang mempelajari penyakit pada lanjut usia (lansia). Istilah geriatri ini berasal dari bahasa Yunani geron yang berarti orang tua dan iatros yang berarti penyembuh alias dokter atau dukun Meski ilmu ini sudah diperkenalkan sejak 1909, namun perkembangannya tidak sepesat ilmu

kedokeran yang lain. Katakanlah ilmu biologi molekuler, saat ini sebagian universitas terkenal di negeri ini demam dengan ilmu tersebut. Bisa jadi, penghargaan kita terhadap generasi pendahulu kita perlu diperbaharui. Konotasi jompo atau orang yang tidak berdaya, amat lekat pada lansia. Barangkali, bila semakin banyak kelompok lansia yang cukup kaya untuk membiayai kesehatannya, ilmu geriatri ini akan lebih berkembang Di Amerika, ahli geriatri adalah dokter keluarga atau dokter penyakit dalam yang memperoleh pelatihan sesuai kualifikasi ilmu geriatri. Pada pokoknya, dokter untuk lansia ini bekerja di level komunitas. Sedangkan di Inggris, sebagian besar ahli geriatri adalah ahli geriatri yang bekerja di rumah sakit, meskipun memiliki perhatian pula terhadap geriatri komunitas. Pelayanannya meliputi pelayanan orthogeriatrics (fokus pada osteoporosis dan penanganan komplikasinya), psychogeriatrics (fokus pada demensia dan depresi pada geriatri) dan rehabilitasi. Di Indonesia memiliki sejarah yang kurang lebih sama. Adalah Prof Supartondo, ahli penyakit dalam yang merintis bidang ini. Guru besar FKUI ini, merekrut ahli penyakit dalam dari berbagai divisi seperti reumatologi (Prof Harry Isbagio), pulmonologi (dr Asril Bahar), kardiologi (Prof) dan ginjal hipertensi (Dr Suhardjono) untuk membangun divisi Geriatri. Saat ini sudah ada 2 orang ahli geriatri di FKUI yang secara khusus mendalami bidang ini, Dr. Czeresna Heriawan dan Dr. Siti Setiati Perkembangan IPTEK memberikan dampak positif terhadap kesejahteraan yang terlihat dari angka harapan hidup (AHH) yaitu: AHH di Indonesia tahun 1971 : 46,6 tahun tahun 1999 : 67,5 tahun Populasi lansia akan meningkat juga yaitu: Pada tahun 1990 jumlah penduduk 60 tahun 10 juta jiwa/5,5 % dari total populasi penduduk. Pada tahun 2020 diperkirakan meningka 3X menjadi 29 juta jiwa/11,4 % dari total populasi penduduk (Lembaga Demografi FE-UI-1993). Selanjutnya : Terdapat hasil yang mengejutkan, yaitu: 62,3% lansia di Indonesia masih berpenghasilan dai pekerjaannya sendiri 59,4% dari lansia masih berperan sebagai kepala keluarga 53 % lansia masih menanggung beban kehidupan keluarga hanya 27,5 % lansia mendapat penghasilan dari anak/menantu DEPKES RI membagi Lansia sebagai berikut: 1. kelompok menjelang usia lanjut (45 - 54 th) sebagai masa VIRILITAS

2. kelompok usia lanjut (55 - 64 th) sebagai masa PRESENIUM 3. kelompok usia lanjut (65 th > ) sebagai masa SENIUM Sedangkan WHO membagi lansia menjadi 3 kategori, yaitu: 1. Usia lanjut : 60 - 74 tahun 2. Usia Tua : 75 - 89 tahun 3. Usia sangat lanjut : > 90 tahun PROSES PENUAAN Proses Terjadinya Penuaan 1. Biologi a. Teori Genetic Clock; Teori ini menyatakan bahwa proses menua terjadi akibat adanya program jam genetik didalam nuklei. Jam ini akan berputar dalam jangka waktu tertentu dan jika jam ini sudah habis putarannya maka, akan menyebabkan berhentinya proses mitosis. Hal ini ditunjukkan oleh hasil penelitian Haiflick, (1980) dikutif Darmojo dan Martono (1999) dari teori itu dinyatakan adanya hubungan antara kemampuan membelah sel dalam kultur dengan umur spesies Mutasisomatik (teori error catastrophe) hal penting lainnya yang perlu diperhatikan dalam menganalisis faktoraktor penyebab terjadinya proses menua adalah faktor lingkungan yang menyebabkan terjadinya mutasi somatik. Sekarang sudah umum diketahui bahwa radiasi dan zat kimia dapat memperpendek umur. Menurut teori ini terjadinya mutasi yang progresif pada DNA sel somatik, akan menyebabkan terjadinya penurunan kemampuan fungsional sel tersebut. b. Teori Error Salah satu hipotesis yang yang berhubungan dengan mutasi sel somatik adalah hipotesis Error Castastrophe (Darmojo dan Martono, 1999). Menurut teori tersebut menua diakibatkan oleh menumpuknya berbagai macam kesalahan sepanjang kehidupan manusia. Akibat kesalahan tersebut akan berakibat kesalahan metabolisme yang dapat mengakibatkan kerusakan sel dan fungsi sel secara perlahan. c. Teori Autoimun Proses menua dapat terjadi akibat perubahan protein pasca tranlasi yang dapat mengakibatkan berkurangnya kemampuan sistem imun tubuh mengenali dirinya sendiri (Self recognition). Jika mutasi somatik menyebabkan terjadinya kelainan pada permukaan sel, maka hal ini akan mengakibatkan sistem imun tubuh menganggap sel yang mengalami perubahan tersebut sebagai sel asing dan menghancurkannya Goldstein(1989) dikutip dari Azis (1994). Hal ini dibuktikan dengan makin bertambahnya prevalensi auto antibodi pada lansia (Brocklehurst,1987 dikutif dari Darmojo dan Martono, 1999). Dipihak lain sistem imun tubuh sendiri daya pertahanannya mengalami penurunan pada proses menua, daya serangnya

terhadap antigen menjadi menurun, sehingga sel-sel patologis meningkat sesuai dengan menigkatnya umur (Suhana,1994 dikutif dari Nuryati, 1994) d. Teori Free Radical Penuaan dapat terjadi akibat interaksi dari komponen radikal bebas dalam tubuh manusia. Radikal bebas dapat berupa : superoksida (O2), Radikal Hidroksil (OH) dan Peroksida Hidrogen (H2O2). Radikal bebas sangat merusak karena sangat reaktif , sehingga dapat bereaksi dengan DNA, protein, dan asam lemak tak jenuh. Menurut Oen (1993) yang dikutif dari Darmojo dan Martono (1999) menyatakan bahwa makin tua umur makin banyak terbentuk radikal bebas, sehingga poses pengrusakan terus terjadi , kerusakan organel sel makin banyak akhirnya sel mati. e. Wear &Tear Teori Kelebihan usaha dan stress menyebaban sel tubuh rusak. f. Teori kolagen Peningkatan jumlah kolagen dalam jaringan menyebabkan kecepatan kerusakan jaringan dan melambatnya perbaikan sel jaringan. 2. Teori Sosiologi a. Activity theory, ketuaan akan menyebabkan penurunan jumlah kegiatan secara langsung. b. Teori kontinuitas, adanya suatu kepribadian berlanjut yang menyebabkan adanya suatu pola prilaku yang meningkatkan stress. c. Disengagement Theory, putusnya hubungan dengan dunia luar seperti hubungan dengan masyarakat, hubungan dengan individu lain. d. Teori Stratifikasi usia, karena orang yang digolongkan dalam usia tua akan mempercepat proses penuaan. 3. Teori Psikologis a. Teori kebutuhan manusia dari Maslow, orang yang bisa mencapai aktualisasi menurut penelitian 5% dan tidak semua orang bisa mencapai kebutuhan yang sempurna. b. Teori Jung, terdapat tingkatan-tingkatan hidup yang mempunyai tugas dalam perkembangan kehidupan. c. Course of Human Life Theory, Seseorang dalam hubungan dengan lingkungan ada tingkat maksimumnya. d. Development Task Theory, Tiap tingkat kehidupan mempunyai tugas perkembangan sesuai dengan usianya. Penuaan Primer : perubahan pada tingkat sel (dimana sel yang mempunyai inti DNA/RNA pada proses penuaan DNA tidak mampu membuat protein dan RNA tidak lagi mampu mengambil oksigen, sehingga membran sel menjadi kisut dan akibat kurang mampunya membuat protein

maka akan terjadi penurunan imunologi dan mudah terjadi infeksi. Penuaan Skunder : proses penuaan akibat dari faktor lingkungan, fisik, psikis dan sosial . Stress fisik, psikis, gaya hidup dan diit dapat mempercepat proses menjadi tua. Contoh diet ; suka memakan oksidator, yaitu makanan yang hampir expired. Gairah hidup yang dapat mempercepat proses menjadi tua dikaitkan dengan kepribadian seseorang, misal: pada kepribadian tipe A yang tidak pernah puas dengan apa yang diperolehnya. Secara umum perubahan proses fisiologis proses menua adalah: 1. Perubahan Mikro Berkurangnya cairan dalam sel Berkurangnya besarnya sel Berkurangnya jumlah sel 2. Perubahan Makro Mengecilnya mandibula Menipisnya discus intervertebralis Erosi permukaan sendi-sendi Osteoporosis Atropi otot (otot semakin mengecil, bila besar berarti ditutupi oleh lemak tetapi kemampuannya menurun) Emphysema Pulmonum Presbyopi Arterosklerosis Manopause pada wanita Demintia senilis Kulit tidak elastis Rambut memutih Proses menua Pada hakekatnya menjadi tua merupakan proses alamiah yang berarti seseorang telah melalui tiga tahap kehidupannya yaitu masa anak, masa dewasa dan masa tua ( Nugroho, 1992). Tiga tahap ini berbeda baik secara biologis maupun psikologis. Memasuki masa tua berarti mengalami kemunduran secara fisik maupun psikis. Kemunduran fisik ditandai dengan kulit yang mengendor, rambut memutih, penurunan pendengaran, penglihatan memburuk, gerakan lambat, kelainan berbagai fungsi organ vital, sensitifitas emosional meningkat dan kurang gairah. Meskipun harus menimbulkan penyakit oleh karenanya lanjut usia harus sehat. Sehat dalam hal ini diartikan : 1) Bebas dari penyakit fisik, mental dan sosial 2) Mampu melakukan aktifitas untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari

3) Mendapat dukungan secara sosial dari keluarga dan masyarakat (Rahardjo, 1996) Akibat perkembangan usia, lanjut usia mengalami perubahan-perubahan yang menuntut dirinya untuk menyesuaikan diri secara terus menerus. Apabila proses penyesuaian diri dengan lingkungannya kurang berhasil maka timbullah berbagai masalah. Hurlock (1979) seperti dikutip oleh Munandar Ashar Sunyoto ( 1994) menyebutkan masalah-masalah yang menyertai lansia yaitu : 1) Ketidakberdayaan fisik yang menyebabkan ketergantungan pada orang lain 2) Ketidakpastian ekonomi sehingga memerlukan perubahan total dalam pola hidupnya 3) Membuat teman baru untuk mendapatkan ganti mereka yang telah meninggal atau pindah 4) Mengembangkan aktifitas baru untuk mengisi waktu luang yang bertambah banyak 5) Belajar memperlakukan anak-anak yang telah tumbuh dewasa. Berkaitan dengan perubahan fisik, Hurlock mengemukakan bahwa perubahan fisik yang mendasar adalhan perubahan gerak. Lanjut usia juga mengalami perubahan dalam minat. Pertama minat terhadap diri makin bertambah. Kedua minat terhadap penampilan semakin berkurang. Ketiga minat terhadap uang semakin meningkat, terkhir minta terhadap kegiatan rekreasi tak berubah hanya cenderung menyempit. Untuk itu diperlukan motivasi yang tinggi pada diri lansia untuk selalu menjaga kebugaran fisiknya agar tetap sehat secara fisik. Motivasi tersebut diperlikan untuk melakukan latihan fisik secara benar dan teratur untuk meningkatkan kebugaran fisiknya. Berkaitan dengan perubahan, kemudian Hurlock (1990) mengatakan bahwa perubahan yang dialami oleh setiap orang akan mempengaruhi minatnya terhadap perubahan tersebut dan akhirnya mempengaruhi pola hidupnya. Bagaimana sikap yang ditunjukan apakah memuaskan atau tidak memuaskan, hal ini tergantung dari pengaruh perubahan terhadap peran dan pengalaman pribadinya. Perubahan yang diminati oleh para lanjut usia adalah perubahan yang berkaitan dengan masalah peningkatan kesehatan, ekonmi atau pendapatan dan peran sosial (Goldstein, 1992). Dalam menghadapi perubahan tersebut diperlukan penyesuaian. Ciri-ciri penyesuaian yang tidak baik dari lansia ( Hurlock, 1979) di kutip oleh Munandar (1994) adalah : 1) Minat sempit terhadap kejadian di lingkungannya 2) penarikan diri ke dalam dunia fantasi 3) Selalu mengingat kembali masa lalu 4) Selalu kwuatir karena pengangguran 5) Kurang ada motivasi 6) Rasa kesendirian karena hubungan dengan keluarga kurang baik 7) Tempat tinggal yang tidak diinginkan Dilain pihak ciri penyesuaian diri lanjut usia yang baik antara lain adalah : Minat yang kuat, ketidaktergantungan secara ekonomi, kontak sosial luas, menikmati kerja dan hasil kerja, menikmati kegiatan yang dilakukan saat ini dan memiliki kekuatiran minimal terhadap diri dan

orang lain. Faktor faktor yang mempengaruhi penuaan 1)Hereditas atau ketuaan genetik 2)Nutrisi atau makanan 3)Status kesehatan 4)Pengalaman hidup 5)Lingkungan 6)Stres KARAKTERISTIK PENYAKIT PADA LANSIA Saling berhubungan satu sama lain Penyakit sering multiple Penyakit bersifat degeneratif Berkembang secara perlahan Gejala sering tidak jelas Sering bersama-sama problem psikologis dan sosial Lansia sangat peka terhadap penyakit infeksi akut Sering terjadi penyakit iatrogenik (penyakit yang disebabkan oleh konsumsi obat yang tidak sesuai dengan dosis) Hasil penelitian Profil Penyakit Lansia di 4 kota (Padang, Bandung, Denpasar, Makasar), sebagai berikut: Fungsi tubuh dirasakan menurun: Penglihatan (76,24 %), Daya ingat (69,39 %), Sexual (58,04 %), Kelenturan (53,23 %), Gilut (51,12 %). Masalah kesehatan yang sering muncul Sakit tulang (69,39 %), Sakit kepala (51,15 %), Daya ingat menurun (38,51 %), Selera makan menurun (30,08 %), Mual/perut perih (26,66 %), Sulit tidur (24,88 %) dan sesak nafas (21,28 %). Permasalahan umum a) Makin besar jumlah lansia yang berada dibawah garis kemiskinan b) Makin melemahnya nilai kekerabatan sehinggan anggota keluaraga yang lanjut usia kurang diperhatikan, dihargai dan dihormati.

c) Lahirnya kelompok masyarakat industri d) Masih rendahnya kuantitas dan kualitas tenaga profesional pelayanan lanjut usia e) Belum membudaya dan melembaganya kegiatan pembinaan kesejahteraan lansia Perubahan-Perubahan yang Terjadi pada Lansia 1. Perubahan Fisik Meliputi perubahan dari tingkat sel sampai kesemua sistem organ tubuh, diantaranya sistem pernafasan, pendengaran, penglihatan, kardiovaskuler, sistem pengaturan tubuh, muskuloskeletal, gastrointestinal, genito urinaria, endokrin dan integumen. a. Sistem pernafasan pada lansia. 1) Otot pernafasan kaku dan kehilangan kekuatan, sehingga volume udara inspirasi berkurang, sehingga pernafasan cepat dan dangkal. 2) Penurunan aktivitas silia menyebabkan penurunan reaksi batuk sehingga potensial terjadi penumpukan sekret. 3) Penurunan aktivitas paru ( mengembang & mengempisnya ) sehingga jumlah udara pernafasan yang masuk keparu mengalami penurunan, kalau pada pernafasan yang tenang kira kira 500 ml. 4) Alveoli semakin melebar dan jumlahnya berkurang ( luas permukaan normal 50m), menyebabkan terganggunya prose difusi. 5) Penurunan oksigen (O2) Arteri menjadi 75 mmHg menggangu prose oksigenasi dari hemoglobin, sehingga O2 tidak terangkut semua kejaringan. 6) CO2 pada arteri tidak berganti sehingga komposisi O2 dalam arteri juga menurun yang lama kelamaan menjadi racun pada tubuh sendiri. 7) kemampuan batuk berkurang, sehingga pengeluaran sekret & corpus alium dari saluran nafas berkurang sehingga potensial terjadinya obstruksi. b. Sistem persyarafan. 1) Cepatnya menurunkan hubungan persyarafan. 2) Lambat dalam merespon dan waktu untuk berfikir. 3) Mengecilnya syaraf panca indera. 4) Berkurangnya penglihatan, hilangnya pendengaran, mengecilnya syaraf pencium & perasa lebih sensitif terhadap perubahan suhu dengan rendahnya ketahanan terhadap dingin. c. Perubahan panca indera yang terjadi pada lansia. 1) Penglihatan a) Kornea lebih berbentuk skeris. b) Sfingter pupil timbul sklerosis dan hilangnya respon terhadap sinar. c) Lensa lebih suram (kekeruhan pada lensa). d)Meningkatnya ambang pengamatan sinar : daya adaptasi terhadap kegelapan lebih lambat, susah melihat dalam cahaya gelap.

e) Hilangnya daya akomodasi. F Menurunnya lapang pandang & berkurangnya luas pandang. g) Menurunnya daya membedakan warna biru atau warna hijau pada skala. 2) Pendengaran a) Presbiakusis (gangguan pada pendengaran) : Hilangnya kemampuan (daya) pendengaran pada telinga dalam, terutama terhadap bunyi suara, antara lain nada nada yang tinggi, suara yang tidak jelas, sulit mengerti kata kata, 50 % terjadi pada usia diatas umur 65 tahun. b) Membran timpani menjadi atropi menyebabkan otosklerosis. c) Terjadinya pengumpulan serumen, dapat mengeras karena meningkatnya kreatin. 3) Pengecap dan penghidu. a) Menurunnya kemampuan pengecap. b) Menurunnya kemampuan penghidu sehingga mengakibatkan selera makan berkurang. 4) Peraba. a) Kemunduran dalam merasakan sakit. b) Kemunduran dalam merasakan tekanan, panas dan dingin. b. Perubahan cardiovaskuler pada usia lanjut. 1) Katub jantung menebal dan menjadi kaku. 2) Kemampuan jantung memompa darah menurun 1 % pertahun sesudah berumur 20 tahun. Hal ini menyebabkan menurunnya kontraksi dan volumenya. 3) Kehilangan elastisitas pembuluh darah. Kurangnya efektifitasnya pembuluh darah perifer untuk oksigenasi, perubahan posisi dari tidur keduduk ( duduk ke berdiri ) bisa menyebabkan tekanan darah menurun menjadi 65 mmHg ( mengakibatkan pusing mendadak ). 4) Tekanan darah meningkat akibat meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer (normal 170/95 mmHg ). c. Sistem genito urinaria. 1) Ginjal, Mengecil dan nephron menjadi atropi, aliran darah ke ginjal menurun sampai 50 %, penyaringan diglomerulo menurun sampai 50 %, fungsi tubulus berkurang akibatnya kurangnya kemampuan mengkonsentrasi urin, berat jenis urin menurun proteinuria ( biasanya + 1 ) ; BUN meningkat sampai 21 mg % ; nilai ambang ginjal terhadap glukosa meningkat. 2) Vesika urinaria / kandung kemih, Otot otot menjadi lemah, kapasitasnya menurun sampai 200 ml atau menyebabkan frekwensi BAK meningkat, vesika urinaria susah dikosongkan pada pria lanjut usia sehingga meningkatnya retensi urin. 3) Pembesaran prostat 75 % dimulai oleh pria usia diatas 65 tahun. 4) Atropi vulva. 5) Vagina, Selaput menjadi kering, elastisotas jaringan menurun juga permukaan menjadi halus, sekresi menjadi berkurang, reaksi sifatnya lebih alkali terhadap perubahan warna.

6Daya sexual, Frekwensi sexsual intercouse cendrung menurun tapi kapasitas untuk melakukan dan menikmati berjalan terus. d. Sistem endokrin / metabolik pada lansia. 1) Produksi hampir semua hormon menurun. 2) Fungsi paratiroid dan sekesinya tak berubah. 3) Pituitary, Pertumbuhan hormon ada tetapi lebih rendah dan hanya ada di pembuluh darah dan berkurangnya produksi dari ACTH, TSH, FSH dan LH. 4) Menurunnya aktivitas tiriod BMR turun dan menurunnya daya pertukaran zat. 5) Menurunnya produksi aldosteron. 6) Menurunnya sekresi hormon bonads : progesteron, estrogen, testosteron. 7) Defisiensi hormonall dapat menyebabkan hipotirodism, depresi dari sumsum tulang serta kurang mampu dalam mengatasi tekanan jiwa (stess). e. Perubahan sistem pencernaan pada usia lanjut. 1) Kehilangan gigi, Penyebab utama adanya periodontal disease yang biasa terjadi setelah umur 30 tahun, penyebab lain meliputi kesehatan gigi yang buruk dan gizi yang buruk. 2) Indera pengecap menurun, Adanya iritasi yang kronis dari selaput lendir, atropi indera pengecap ( 80 %), hilangnya sensitivitas dari syaraf pengecap dilidah terutama rasa manis, asin, asam & pahit. 3) Esofagus melebar. 4) Lambung, rasa lapar menurun (sensitivitas lapar menurun ), asam lambung menurun, waktu mengosongkan menurun. 5) Peristaltik lemah & biasanya timbul konstipasi. 6) Fungsi absorbsi melemah ( daya absorbsi terganggu ). 7) Liver ( hati ), Makin mengecil & menurunnya tempat penyimpanan, berkurangnya aliran darah. f. Sistem muskuloskeletal. 1) Tulang kehilangan densikusnya rapuh. 2) resiko terjadi fraktur. 3) kyphosis. 4) persendian besar & menjadi kaku. 5) pada wanita lansia > resiko fraktur. 6) Pinggang, lutut & jari pergelangan tangan terbatas. 7) Pada diskus intervertebralis menipis dan menjadi pendek ( tinggi badan berkurang ). a. Gerakan volunter / gerakan berlawanan. b. Gerakan reflektonik / Gerakan diluar kemauan sebagai reaksi terhadap rangsangan pada lobus. c. Gerakan involunter / Gerakan diluar kemauan, tidak sebagai reaksi terhadap suatu

perangsangan terhadap lobus d. Gerakan sekutu / Gerakan otot lurik yang ikut bangkit untuk menjamin efektifitas dan ketangkasan otot volunter. g. Perubahan sistem kulit & karingan ikat. 1). Kulit keriput akibat kehilangan jaringan lemak. 2). Kulit kering & kurang elastis karena menurunnya cairan dan hilangnya jaringan adiposa 3). Kelenjar kelenjar keringat mulai tak bekerja dengan baik, sehingga tidak begitu tahan terhadap panas dengan temperatur yang tinggi. 4). Kulit pucat dan terdapat bintik bintik hitam akibat menurunnya aliran darah dan menurunnya sel sel yang meproduksi pigmen. 5). Menurunnya aliran darah dalam kulit juga menyebabkan penyembuhan luka luka kurang baik. 6). Kuku pada jari tangan dan kaki menjadi tebal dan rapuh. 7). Pertumbuhan rambut berhenti, rambut menipis dan botak serta warna rambut kelabu. 8). Pada wanita > 60 tahun rambut wajah meningkat kadang kadang menurun. 9).Temperatur tubuh menurun akibat kecepatan metabolisme yang menurun. 10).Keterbatasan reflek menggigil dan tidak dapat memproduksi panas yang banyak rendahnya akitfitas otot. 11). Perubahan sistem reproduksi dan kegiatan sexual. 1) Perubahan sistem reprduksi. a) selaput lendir vagina menurun/kering. b) menciutnya ovarium dan uterus. c) atropi payudara. d) testis masih dapat memproduksi meskipun adanya penurunan secara berangsur berangsur. e) dorongan sex menetap sampai usia diatas 70 tahun, asal kondisi kesehatan baik. 2) Kegiatan sexual. Sexualitas adalah kebutuhan dasar manusia dalam manifestasi kehidupan yang berhubungan dengan alat reproduksi. Setiap orang mempunyai kebutuhan sexual, disini kita bisa membedakan dalam tiga sisi : 1) fisik, Secara jasmani sikap sexual akan berfungsi secara biologis melalui organ kelamin yang berhubungan dengan proses reproduksi, 2) rohani, Secara rohani tertuju pada orang lain sebagai manusia, dengan tujuan utama bukan untuk kebutuhan kepuasan sexualitas melalui pola pola yang baku seperti binatang dan 3) sosial, Secara sosial kedekatan dengan suatu keadaan intim dengan orang lain yang merupakan suatu alat yang apling diharapkan dalammenjalani sexualitas. Sexualitas pada lansia sebenarnya tergantung dari caranya, yaitu dengan cara yang lain dari sebelumnya, membuat pihak lain mengetahui bahwa ia sangat berarti untuk anda. Juga sebagai pihak yang lebih tua tampa harus berhubungan badan, msih banyak cara lain unutk dapat bermesraan dengan pasangan anda. Pernyataan pernyataan lain yang menyatakan rasa tertarik

dan cinta lebih banyak mengambil alih fungsi hubungan sexualitas dalam pengalaman sex. 2. Perubahan-perubahan mental/ psikologis Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan mental adalah : a. Pertama-tama perubahan fisik, khususnya organ perasa. b. kesehatan umum c. Ttingkat pendidikan d. Keturunan (herediter) e. Lingkungan f. Gangguan saraf panca indra, timbul kebutaan dan ketulian g. Gangguan konsep diri akibat kehilangan jabatan h. Rangkaian dari kehilangan yaitu kehilangan hubungan dengan teman dan famili i. Hilangnya kekuatan dan ketegapan fisik, perubahan terhadap gambaran diri dan perubahan konsep diri Perubahan kepribadian yang drastis keadaan ini jarang terjadi lebih sering berupa ungkapan yang tulus dari perasaan seseorang, kekakuan mungkin oleh karena faktor lain seperti penyakitpenyakit. Kenangan (memory) ada dua; 1) kenangan jangka panjang, berjam-jam sampai berhari-hari yang lalu, mencakup beberapa perubahan, 2) Kenangan jangka pendek atau seketika (0-10 menit), kenangan buruk. Intelegentia Quation; 1) tidakberubah dengan informasi matematika dan perkataan verbal, 2) berkurangnya penampilan,persepsi dan keterampilan psikomotorterjadi perubahan pada daya membayangkan, karena tekanan-tekanan dari faktro waktu. Pengaruh proses penuaan pada fungsi psikososial. 1. perubahan fisik, sosial mengakibatkan timbulnya penurunan fungsi, kemunduran orientasi, penglihatan, pendengaran mengakibatkan kurangnya percaya diri pada fungsi mereka. 2. Mundurnya daya ingat, penurunan degenerasi sel sel otak. 3. Gangguan halusinasi. 4. Lebih mengambil jarak dalam berinteraksi. 5. Fungsi psikososial, seperti kemampuan berfikir dan gambaran diri. 3. Perubahan Spiritual Agama atau kepercayaan makin terintegarsi dalam kehidupannya (Maslow,1970). Lansia makin matur dalam kehidupan keagamaannya, hal ini terlihat dalam berpikir dan bertindak dalam sehari-hari. (Murray dan Zentner,1970) Konsep Model Florence Nightingle Inti konsep Florence Nightingale, pasien dipandang dalam kontek lingkungan secara keseluruhan, terdiri dari lingkungan fisik, lingkungan psikologis dan lingkungan sosial. a. Lingkungan fisik (physical enviroment)

Merupakan lingkungan dasar/alami yan berhubungan dengan ventilasi dan udara. Faktor tersebut mempunyai efek terhadap lingkungan fisik yang bersih yang selalu akan mempengaruhi pasien dimanapun dia berada didalam ruangan harus bebas dari debu, asap, bau-bauan.Tempat tidur pasien harus bersih, ruangan hangat, udara bersih, tidak lembab, bebas dari bau-bauan. Lingkungan dibuat sedemikian rupa sehingga memudahkan perawatan baik bagi orang lain maupun dirinya sendiri. Luas, tinggi penempatan tempat tidur harus memberikan memberikan keleluasaan pasien untuk beraktifitas. Tempat tidur harus mendapatkan penerangan yang cukup, jauh dari kebisingan dan bau limbah. Posisi pasien ditempat tidur harus diatur sedemikian rupa supaya mendapat ventilasi. b. Lingkungan psikologi (psychologi enviroment) F. Nightingale melihat bahwa kondisi lingkungan yang negatif dapat menyebabkan stress fsiik dan berpengaruh buruk terhadap emosi pasien. Oleh karena itu ditekankan kepada pasien menjaga rangsangan fisiknya. Mendapatkan sinar matahari, makanan yang menarik dan aktivitas manual dapat merangsang semua faktor untuk membantu pasien dalam mempertahankan emosinya. Komunikasi dengan pasien dipandang dalam suatu konteks lingkungan secara menyeluruh, komunikasi jangan dilakukan secara terburu-buru atau terputus-putus. Komunikasi tentang pasien yang dilakukan dokter dan keluarganya sebaiknya dilakukan dilingkungan pasien dan kurang baik bila dilakukan diluar lingkungan pasien atau jauh dari pendengaran pasien. Tidak boleh memberikan harapan yang terlalu muluk, menasehati yang berlebihan tentang kondisi penyakitnya. Selain itu membicarkan kondisi-kondisi lingkungan dimana dia berada atau cerita hal-hal yang menyenangkan dan para pengunjung yang baik dapat memberikan rasa nyaman. c. Lingkungan sosial (social environment) Observasi dari lingkungan sosial terutama huhbungan yang spesifik, kumpulan data-data yang spesifik dihubungkan dengan keadaan penyakit, sangat penting untuk pencegahan penyakit. Dengan demikian setiap perawat harus menggunakan kemampuan observasi dalam hubungan dengan kasus-kasus secara spesifik lebih dari sekedar data-data yang ditunjukkan pasien pada umumnya. Seperti juga hubungan komuniti dengan lingkungan sosial dugaannya selalu dibicarakan dalam hubungnya individu pasien yaitu lingkungan pasien secara menyeluruh tidak hanya meliputi lingkungan rumah atau lingkungan rumah sakit tetapi juga keseluruhan komunitas yang berpengaruh terhadap lingkungan secara khusus. d. Hubungan teori Florence Nightingale dengan beberapa konsep Hubungan teori Florence Nightingale dengan konsep keperawatan : 1) Individu / manusia Memiliki kemampuan besar untuk perbaikan kondisinya dalam menghadapi penyakit. 2) Keperawatan Bertujuan membawa / mengantar individu pada kondisi terbaik untuk dapat melakukan

kegiatan melalui upaya dasar untuk mempengaruhi lingkungan. 3) Sehat / sakit Fokus pada perbaikan untuk sehat. 4) Masyarakaat / lingkungan Melibatkan kondisi eksternal yang mempengaruhi kehidupan dan perkembangan individu, fokus pada ventilasi, suhu, bau, suara dan cahaya. e. Hubungan teori Florence Nightingale dengan proses keperawatan 1) Pengkajian / pengumpulan data Data pengkajian Florence N lebih menitik beratkan pada kondisi lingkungan (lingkungan fisik, psikis dan sosial). 2Analisa data Data dikelompokkan berdasarkan lingkungan fisik, sosial dan mental yang berkaitan dengan kondisi klien yang berhubungan dengan lingkungan keseluruhan. 3) Masalah Difokuskan pada hubungan individu dengan lingkungan misalnya : Kurangnya informasi tentang kebersihan lingkungan?? Ventilasi?? Pembuangan sampah?? Pencemaran lingkungan?? Komunikasi sosial, dll?? 4) Diagnosa keperawatan Berrbagai masalah klien yang berhubungan dengan lingkungan antara lain : Faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap efektivitas asuhan.?? Penyesuaian terhadap lingkungan.?? Pengaruh stressor lingkungan terhadap efektivitas asuhan.?? 5) Implementasi Upaya dasar merubah / mempengaruhi lingkungan yang memungkinkan terciptanya kondisi lingkungan yang baik yang mempengaruhi kehidupan, perrtumbuhan dan perkembangan individu. 6) Evaluasi Mengobservasi dampak perubahan lingkungan terhadap kesehatan individu. f. Hubungan teori Florence Nightingale dengan teori-teori lain : 1) Teori adaptasi Adaptasi menunjukkan penyesuaian diri terhadap kekuatan yang melawannya. Kekuatan dipandang dalam konteks lingkungan menyeluruh yang ada pada dirinya sendiri. Berrhasil tidaknya respon adapatsi seseorang dapat dilihat dengan tinjauan lingkungan yang dijelaskan Florence N. Kemampuan diri sendiri yang alami dapat bertindak sebagai pengaruh dari lingkungannya

berperanpenting pada setiap individu dalam berespon adaptif atau mal adaptif. 2) Teori kebutuhan Menurut Maslow pada dasarnya mengakui pada penekanan teori Florence N, sebagai contoh kebutuhan oksigen dapat dipandang sebagai udara segar, ventilasi dan kebutuhan lingkungan yang aman berhubungan dengan saluran yang baik dan air yang bersih. Teori kebutuhan menekankan bagaimana hubungan kebutuhan yang berhubungan dengan kemampuan manusia dalam mempertahankan hidupnya. 3) Teori stress Stress meliputi suatu ancaman atau suatu perubahan dalam lingkungan, yang harus ditangani. Stress dapat positip atau negatip tergantung pada hasil akhir. Stress dapat mendorong individu untuk mengambil tindakan positip dalam mencapai keinginan atau kebutuhan. Stress juga dapat menyebabkan kelelahan jika stress begitu kuat sehingga individu tidak dapat mengatasi. Florence N, menekankan penempatan pasien dalam lingkungan yang optimum sehingga akan menimumkan efek stressor, misalnya tempat yang gaduh, membangunkan pasien dengan tiba-tiba, ,semuanya itu dipandang sebagai suatu stressor yang negatif. Jumlah dan lamanya stressor juga mempunyai pengaruh kuat pada kemampuan koping individu. 5. Teori Kejiwaan sosial a) Aktifitas atau kegiatan ( activity theory ) Ketentuan akan meningkatnya pada penurunan jumlah secara langsung. Teri ini menyatakan bahwa lanjut usia yang sukses adalah mereka yang aktif dan ikut dalam banyak kegiatan sosial Ukuran optimum ( pola hidup ) dilanjutkan pada cara hidup dari lanjut usia Mempertahankan hubungan antara sistem sosial dan individu agar tetap stabil dari usia pertengahan ke lanjut usia b) Kepribadian berlanjut ( continuity theory ) Dasar kepribadian aatau tingkah laku tidak berubah pada lanjut usia. Teori ini merupakan gabungan dari teori diatas. Pada teori ini menyatakan bahwa perubahan yang terjadi pada seseorang yang lanjut usia sangat dipengaruhi oleh tipe personality yang dimiliki. c) Teori Pembebasan ( Disengagement theory ) Teori ini menyatakan bahwa dengan bertambahnya usia, seseorang secara bengangsur-angsur mulai melepaskan diri dari kehidupan sosialnya. Keadaan ini mengakibatkan interksi sosial lanjut usia menurun, baik secara kualitas maupun kuantitas sehingga sering terjadi kehilangan ganda ( tripel loss ), yakni 1) kehilangan peran 2) hambatan kontak sosial 3) berkurangnya kontak komitmen http://akperku.blogspot.com/2009/06/konsep-dasar-keperawatan-gerontik.html

DISUSUN OLEH : DIANA SAFITRI DWI LESTARI EVI KINANTI IIS CHOLILAH SONY KUSUMA WIJAYA TRI VITA PEMBIMBING : ERFANDI

NIM.07.40.058 NIM.07.40.061 NIM.07.40.064 NIM.07.40.071 NIM.07.40.088 NIM.07.40.093

KONSEP DASAR KEPERAWATAN GERONTIK A. PENDAHULUAN Perkembangan IPTEK memberikan dampak positif terhadap kesejahteraan yang terlihat dari angka harapan hidup (AHH) yaitu: AHH di Indonesia tahun 1971 : 46,6 tahun tahun 1980 : 52.2 tahun tahun 1999 : 67,5 tahun Populasi lansia akan meningkat juga yaitu Pada tahun 1990 jumlah penduduk 60 tahun 10 juta jiwa/5,5% dari total populasi penduduk. Pada tahun 2020 diperkirakan meningkat 3X menjadi 29 juta jiwa/11,4 % dari total populasi penduduk (Lembaga Demografi FE-UI-1993). Selanjutnya : Terdapat hasil yang mengejutkan, yaitu: 62,3% lansia di Indonesia masih berpenghasilan dari pekerjaannya sendiri 59,4% dari lansia masih berperan sebagai kepala keluarga 53 % lansia masih menanggung beban kehidupan keluarga hanya 27,5 % lansia mendapat penghasilan dari anak/menantu B. PENGERTIAN Ilmu Keperawatan Gerontik : Ilmu + Keperawatan + Gerontik Ilmu : pengetahuan dan sesuatu yang dapat dipelajari Keperawatan : konsisten terhadap hasil lokakarya nasional keperawatan 1983 Gerontik : gerontologi + geriatrik Gerontologi berasal dari Geros = lansia dan logos = ilmu Gerontologi adalah cabang ilmu yang membahas/menangani tentang proses penuaan/masalah yang timbul pada orang yang berusia lanjut. Geriatrik berasal dari kata Geros dan Eatriea. Geros = lansia, Eatriea = kesehatan. Geriatrik berkaitan dengan penyakit atau kecacatan yang terjadi pada orang yang berusia lanjut. Gerontologi keperawatan : Ilmu yang mempelajari keperawatan pada lansia Keperawatan Gerontik : suatu bentuk pelayanan profesional yang didasarkan pada ilmu dan kiat/teknik keperawatan yang berbentuk bio-psiko-sosio-spritual dan kultural yang

holistik, ditujukan pada klien lanjut usia, baik sehat maupun sakit pada tingkat individu, keluarga, kelompok dan masyarakat. C. TUJUAN GERIATRIK Tujuan geriatrik adalah sebagai berikut : a. Mempertahankan derajat kesehatan para lanjut usia ada taraf yang setinggitingginya, sehingga terhindar dari penyakit atau gangguan. b. Memelihara kondisi kesehatan dengan aktivitas-aktivitas fisik dan mental. c. Merangsang para petugas kesehatan (dokter, perawat) untuk dapat mengenal dan menegakkan diagnose yang tepat dan dini, bila mereka menjumpai suatu kelainan tertentu. d. Mencari upaya semaksimal mungkin, agar para lanjut usia yang menderita suatu penyakit atau gangguan, masih dapat mempertahankan kebebasan yang maksimal tanpa perlu suatu pertolongan (memelihara kemandirian secara maksimal). e. Bila para lanjut usia sudah tidak dapat tersembuhkan dan bila mereka sudah sampai stadium terminal, ilmu ini mengajarkan untuk tetap memberikan bantuan yang simpatik dan perawatan dengan penuh pengertian, (dalam akhir hidupnya memberikan bantuan moril dan perhatian yang maksimal, sehingga kematiannya berlangsung dengan tenang). D. BATASAN USIA LANJUT DEPKES RI membagi Lansia sebagai berikut: 1. kelompok menjelang usia lanjut (45 54 th) sebagai masa VIRILITAS 2. kelompok usia lanjut (55 64 th) sebagai masa PRESENIUM 3. kelompok usia lanjut (65 th > ) sebagai masa SENIUM Sedangkan WHO membagi lansia menjadi 3 kategori, yaitu: 1. Usia lanjut (elderly) : 60 74 tahun 2. Usia Tua (old) : 75 89 tahun 3. Usia sangat lanjut (very old) : > 90 tahun UU no.13 tahun 1998 tentang kesejahteraan lansia : Lansia pada seseorang berusia 60 tahun ke atas Usia digolongkan atas 3 : Usia biologis Usia yang menunjuk pada jangka waktu seseorang sejak lahirnya berada dalam keadaan hidup. Usia psikologis Menunjukkan pada kemampuan seseorang untuk mengadakan penyesuaianpenyesuaian pada situasi yang dihadapinya. Usia sosial Usia yang menunjuk pada peran-peran yang diharapkan/diberikan masyarakat kepada seseorang sehubungan dengan usianya. E. LINGKUP PERAN DAN TANGGUNGJAWAB

Fenomena yang menjadi bidang garap keperawatan gerontik adalah tidak terpenuhinya kebutuhan dasar manusia (KDM) lanjut usia sebagai akibat proses penuaan. Lingkup askep gerontik meliputi: 1. Pencegahan terhadap ketidakmampuan akibat proses penuaan 2. Perawatan yang ditujukan untuk memenuhi kebutuhan akibat proses penuaan 3. Pemulihan ditujukan untuk upaya mengatasi kebutuhan akibat proses penuaan Dalam prakteknya keperawatan gerontik meliputi peran dan fungsinya sebagai berikut: 1. Sebagai Care Giver /pemberi asuhan langsung 2. Sebagai Pendidik klien lansia 3. Sebagai Motivator 4. Sebagai Advokasi 5. Sebagai Konselor Tanggung jawab Perawat Gerontik 1. Membantu klien lansia memperoleh kesehatan secara optimal 2. Membantu klien lansia untuk memelihara kesehatannya 3. Membantu klien lansia menerima kondisinya 4. Membantu klien lansia menghadapi ajal dengan diperlakukan secara manusiawi sampai dengan meninggal. Sifat Pelayanan Gerontik 1. Independent (layanan tidak tergantung pada profesi lain/mandiri) 2. Interdependent 3. Humanistik (secara manusiawi) 4. Holistik (secara keseluruhan) DAFTAR PUSTAKA Setiabudhi, Tony. 1999. Panduan Gerontologi Tinjauan Dari Berbagai Aspek Menjaga Keseimbangan Kualitas Hidup Para Lanjut Usia. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama Nugroho, Wahjudi SKM. 1995. Perawatan Lanjut Usia. Jakarta : EGC http://nursecerdas.wordpress.com/2009/01/12/keperawatan-gerontik/ http://ferryefendi.blogspot.com/2007/11/keperawatan-gerontik.html http://nurse.rusari.com/gerontik/konsep-dasar-keperawatan-gerontik.html

You might also like