You are on page 1of 2

ANALISIS INTRINSIK NOVEL SANG PEMIMPI Judul Novel : Sang Pemimpi Karya : Andrea Hirata Penerbit Main.

Pada apel Senin pagi mereka barisnya dipisahkan, dan mendapat hukuman berakting di lapangan sekolah serta membersihkan WC. Ikal dan Arai bertalian darah. Nenek Arai adalah adik kandung kakek Ikal dari pihak ibu,ketika kelas 1 SD ibu Arai wafat dan ayahmya juga wafat ketika Arai kelas 3 sehingga di kampung Melayu disebut Simpai Keramat. Sedangkan Jimbron bicaranya gagap karena dulu bersama ayahnya bepergian naik sepeda tiba-tiba ayahnya kena serangan jantung dan Jimbron pontang-panting membawa ayahnya panik. Ia sangat antusias sekali dengan kuda, segala macam kuda ia tahu. Ayah Ikal bekerja di PN Timah Belitong, ayahnya pendiam tapi kasih sayangnya sangat besar, dia bersepeda ke Magai 30 kilometer hanya untuk mengambil rapot anaknya di SMA Negeri Bukan Main. Dan ibu Ikal menyiapkan baju safari ayah dengan menyalakan setrika arang dan gesit memercikan air pandan dan bunga kenanga yang telah direndam semalam. Ketika belajar di lapangan sekolah Pak Mustar berkata : Jelajahi kemegahan Eropa sampai ke Afrika yang eksotis. Temukan berliannya budaya sampai: PT. Bentang Pustaka Jln. Pandega Padma 19, Yogyakarta 55284 Tahun terbit : 2006 Jumlah halaman : 292 halaman, 20,5 1. Sinopsis Novel Sang Pemimpi menceritakan tentang sebuah kehidupan tiga orang anak Melayu Belitong yaitu Ikal, Arai, dan Jimbron yang penuh dengan tantangan, pengorbanan dan lika-liku kehidupan yang memesona sehingga kita akan percaya akan adanya tenaga cinta, percaya pada kekuatan mimpi dan kekuasaan Allah. Ikal, Arai, dan Jimbron berjuang demi menuntut ilmu di SMA Negeri Bukan Main yang jauh dari kampungnya. Mereka tinggal di salah satu los di pasar kumuh Magai Pulau Belitong bekerja sebagai kuli ngambat untuk tetap hidup sambil belajar. Ada Pak Balia yang baik dan bijaksana, beliau seorang Kepala Sekolah sekaligus mengajar kesusastraan di SMA Negeri Bukan Main, dalam novel ini juga ada Pak Mustar yang sangat antagonis dan ditakuti siswa, beliau berubah menjadi galak karena anak lelaki kesayangannya tidak diterima di SMA yang dirintisnya ini. Sebab NEM anaknya ini kurang 0,25 dari batas minimal. Bayangkan 0,25 syaratnya 42, NEM anaknya hanya 41,75. Ikal, Arai, dan Jimbron pernah dihukum oleh Pak Mustar karena telah menonton film di bioskop dan peraturan ini larangan bagi siswa SMA Negeri Bukan ke Prancis. Langkahkan kakimu di atas altar suci almamater terhebat tiada tara Sorbonne. Ikuti jejak-jejak Sartre, Louis Pasteur, Montesquieu, Voltaire. Disanalah orang belajar science, sastar, dan seni hingga mengubah peradaban. Ikal dan Arai tak berkedip ketika Pak Balia memperlihatkan gambar yang tampak seorang pelukis dibelakang kanvas berdiri menjulang Menara Eiffel yang menunduk memerintahkan Sungai Seine agar membelah diri menjadi dua tepat dikaki-kakinya. Saat itulah mereka mengkristalkan harapan agung dengan statement yang sangat ambisius : Cita-cita kami adalah kami ingin sekolah ke Prancis! Ingin menginjakan kaki di altar suci almamater Sorbonne, ingin menjelajah Eropa sampai ke Afrika. Kita takkan pernah nendahului nasib! Teriak Arai. Kita akan sekolah ke Prancis, menjelajahi Eropa sampai Afrika! Apapun yang terjadi! Dengan perjuangan hidup mesti serba terbatas dan banyak rintangan Ikal dan Arai akhirnya diterima kuliah di Universite de Paris, Sorbonne, Prancis. Sedangkan Jimbron tetap di Belitong mengurusi kuda milik capo.. . Unsur-unsur intrinsik 1. Tema Novel ini memiliki tema tentang persahabatan dan perjuangan dalam mengarungi kehidupan serta kepercayaan terhadap kekuatan sebuah mimpi atau pengharapan. 2. Amanat Terdapat banyak amanat yang terkandung dalam novel ini diantaranya : a. Kita harus percaya akan keagungan dan kekuasaan Allah SWT. b. Menjalin persahabatan dengan baik, saling memahami kekurangan dan kelebihan masing-masing. c. Pengorbanan harus dibarengi dengan kesabaran dan tetap optimis. d. Gantungkan cita-cita setinggi langit. e. Keterbatasan, kemiskinan bukan penghalang meraih cita-cita karena itu berusaha dan berdoa sangat diperlukan. f. Saling membantu, menghargai kepada sesama. 3. Alur Dalam novel ini menggunakan alur maju dan mundur. Alur maju ketika pengarang menceritakan dari mulai kecil sampai dewasa dan alur mundur ketika menceritakan peristiwa waktu kecil pada saat sekarang/dewasa. 4. Tokoh dan Watak 1.Ikal : baik hati, optimistis, pantang menyerah, penyuka Bang Rhoma

2. Arai : pintar, penuh inspirasi/ide baru, gigih, rajin, pantang menyerah 3. Jimbron : polos, gagap bicara, baik, sangat antusias pada kuda 4. Pak Balia : baik, bijaksana, pintar 5. Pak Mustar : galak, pemarah, berjiwa keras 6. Ibu Ikal : baik, penuh kasih sayang 7. Ayah Ikal : pendiam, sabar, penuh kasih sayang Dan tokoh lain Mahader, A Kiun, Pak Cik Basman, Taikong Hanim, Capo, Bang Zaitun, Pendeta Geovanny, Mak cik dan Laksmi adalah tokoh pendukung dalam novel ini. 5. Latar/tempat dan Waktu Dalam novel ini disebutkan latarmya yaitu di 1.gudang peti es pak mustar dan kedua penjaga sekolah mondar mandi di luar tanpa menyadari kami ada dalam gudang peti es 2.talang rumah ikal aku duduk di atas talang rumah mendengarkan usulannya 3.tokoh A siong langkahnya pasti memasuki tokoh A siong 4.Rumah mak cik aku masih tak mengerti maksud Arai waktu iya memasuki rumah mak Cik 5.dibawah pohon bungur di bawah rindangan dedaunan bungur sejak pagi aku dan Arai menunggu ayahku 6.beranda los kontrakan aku, Jimbron, dan Arai baru pukang sekolah dan sedang duduk santai di beranda los kontrakan kami 6.di gedung bioskop. dari balik cadar kami terpesona akan adat istiadat dalam bioskop orsng dewasa 7. halaman sekolah di tengah lapangan sekolah pak mustar telah menyiapkan tempat lokasi shooting 8.pabrik cincau. di depan pabrik cincau Jimbron berhenti 9.Rumah bang Zaitun. kami memasuki ruang tamu bang Zaitu 10.terminal bogor lampu neon panjang menyinari tulisa nama terminal itu...stasiun bogor... 11.Kios foto copy kami berdiri dari pagi sampai malam di depan mesin foto copy yang panas 12.universuts indonesia. di UI depok aku bertemu wanita cantik 13.Rumah Ikal aku beranjak dari tempat duduk ku dan menuju tangga rumah kami Waktu yang digunakan 1.pagi, setiap pukul dua pagi, kami sempoyngan memikul berbagai jenis mahluk laut 2.sore, sore yang indah 3.siang, siang in aku dan arai berangkat bersama 4.malam. malam turun satu persatu penumpang menghilang 6. Sudut Pandang Pengarang Andrea Hirata menggunakan sudut pandang orang pertama (akuan) karena dalam novel ini lebih banyak menyebutkan Aku. 7. Gaya Penulisan Novel ini ditulis dengan gaya realis bertabur metafora, penyampaian cerita yang cerdas dan menyentuh, penuh inspirasi dan imajinasi. Komikal dan banyak mengandung letupan intelegensi yang kuat sehingga pembaca tanpa disadari masuk dalam kisah dan karakter-karakter yang ada dalam novel Sang Pemimpi.

You might also like