You are on page 1of 10

1

UJI TOKSISITAS LIMBAH CAIR MSG (Mono Sodium Glutamat) TERHADAP IKAN NILA (Tillapia nilotica) DI PALUR KARANGANYAR Dwi Astuti Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat toksisitas limbah cair MSG dengan menentukan nilai LC50 terhadap ikan nila (Tillapia nilotica), menentukan batas aman limbah cair MSG yang dapat diterima oleh lingkungan dan mengetahui wujud efek toksiknya pada ikan nila. Jenis penelitian ini adalah eksperimen semu (quasi experiment) dengan rancangan percobaan post test only design menggunakan 6 bejana dengan sampel air limbah MSG di Palur dengan pemberian 6 variasi dosis, yaitu: 0 %, 50 %, 10 %, 15 %, 20 %, dan 25 %. Pelaksanaan penelitian diawali dengan tahap aklimatisasi hewan uji, kemudian diperlakukan dengan menggunakan konsentrasi bertingkat dan dilakukan dalam waktu 96 jam (empat hari). Jumlah hewan uji yang mati diplotkan terhadap logaritma konsentrasi limbah yang diberikan dan didapatkan hubungan positif yang kuat (R2 = 0,9837). Persamaan regresi linier yang didapat digunakan untuk menghitung harga LC 50 dan diperoleh 6,31 %. Sedangkan batas konsentrasi limbah yang aman adalah 6,31 x 10-5 ppm. Kata kunci: toksisitas, LC50, limbah cair MSG Toxicity Test of MSG (Mono Sodium Glutamat) Liquid Waste against Tillapia nilotica on Palur Karanganyar Abstract The aim of this research was to find out the toxicity of the MSG liquid waste against Tillapia nilotica by determining its LC50, to observe the manifestation of its toxic effect to Tillapia niloticas organs and to determine the limit amount of it considered as safe to the environment. It was a quasi experiment study carried out with post-test-only-design using 6 flasks of Tillapia nilotica treated with 6 concentrations of MSG liquid waste, i.e.: 0 %, 50 %, 10 %, 15 %, 20 %, and 25 %.The treatment was preceded by acclimatization procedure to the subjects. The subjects were then treated with the waste sample in an increasing concentration order for 96 hours (four days). The amount of the dead subjects were plotted against the logarithm of the waste concentration and then analyzed with linier regression test. The result of the linier regression test showed tight positive relationship between the logarithm of MSG liquid waste consentration and the amount of the dead Tillapia nilotica (R2 = 0,9837). The LC50 derived from the regression equation was 6,31 5 %. Since the limit considered as safe is 6,31 x 10 . Keywords: toxicity, LC50, MSG liquid waste Air limbah banyak menimbulkan dilema di lingkungan karena sangat potensial untuk mencemari sumber-sumber air bersih, akhirnya pencemaran lingkungan pun akan terjadi. Di dalam Undangundang R.I. No. 4 tahun 1982 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup Bab 1 Ketentuan Umum, pasal 1 ayat 7, dinyatakan bahwa pencemaran lingkungan terjadi jika kualitas lingkungan turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan lingkungan menjadi kurang atau tidak dapat berfungsi lagi sesuai dengan peruntukkannya, sebagai akibat masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi, dan atau komponen lain ke dalam lingkungan atau berubahnya tatanan lingkungan oleh kegiatan manusia atau oleh proses alam.
Infokes Vol 8 No 1 Maret September 2004

Menurut Anwar (1996), air limbah adalah air yang tidak bersih dan mengandung berbagai zat yang membahayakan manusia dan atau hewan, dan lazimnya muncul karena perbuatan manusia termasuk industrialisasi. Air limbah juga dapat didefinisikan sebagai air yang bercampur zat-zat padat (dissolved dan suspended solid) yang berasal dari pembuangan kegiatan rumah tangga, pertanian, perdagangan, dan industri (Djabu,1991). Air limbah selain mencemari sumber-sumber air bersih, juga dalam suatu tingkatan tertentu dapat berefek toksik terhadap makhluk hidup dan sistem biologik lainnya, sehingga dapat mengakibatkan kerugian yang sangat besar baik material maupun non material seperti penyakit, wabah, kematian, dan sebagainya. Hakekat dan mekanisme efek toksik berbagai bahan terhadap makhluk hidup dan sistem biologik ini dapat dipelajari dalam bidang ilmu toksikologi, dan untuk menilai kuantitas tingkat toksik suatu zat pada sistem hidup dilakukan dengan uji toksisitas (Lu,1995). Sedangkan Chadha (1995) menyebutkan bahwa toksikologi merupakan ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan sumber, karakteristik, dan kandungan racun, gejala dan tanda yang disebabkan racun, dosis fatal, periode fatal, dan penatalaksanaan kasus keracunan. Penelitian pengujian tingkat toksik suatu bahan biasanya dinyatakan dalam Lethal Dose-50 (LD50) untuk bahan yang bersifat padat, sedangkan uji toksisitas dengan menggunakan bahan toksik cair yang mengukur besarnya dosis atau konsentrasi sehingga dapat membunuh 50 % hewan uji disebut dengan Lethal Concentration-50 (LC50). Bila suatu zat yang mempunyai waktu paruh biologi yang sangat tinggi diberikan pada organisme dalam jangka waktu yang lama, dengan sendirinya dapat terjadi akumulasi dalam organisme pada konsentrasi yang rendah. Ini terjadi terutama pada zat yang lipofil dan sulit dibiotransformasi seperti DDT, aldrin, dieldrin, atau turunan difenil terklorinasi (Ariens, 1986). Pelaksanaan uji toksisitas suatu bahan uji dapat dilakukan menggunakan salah satu dari empat cara berikut (Tandjung,1995): a. Teknik statik ; larutan atau media uji ditempatkan pada satu bejana uji dan digunakan selama waktu uji tanpa diganti. b. Teknik resirkulasi ; larutan atau media uji tidak diganti selama waktu uji namun diresirkulasi dari satu bejana uji ke bejana lain kembali ke bejana uji dengan maksud memberikan aerasi, filtrasi dan atau sterilisasi. c. Teknik diperbaharui ; setiap 24 jam hewan uji dipindahkan ke larutan uji yang baru dan sama serta tetap konsentrasinya dengan larutan sebelumnya. d. Teknik mengalir ; larutan uji dialirkan masuk maupun keluar ke dan dari bejana uji selama masa uji. Untuk meneliti berbagai efek yang berhubungan dengan masa pajanan penelitian toksikologi menurut Frank C. Lu (1995) dibagi dalam : a. Uji toksisitas akut, dilakukan dengan memberikan zat toksik yang sedang diuji sebanyak satu kali, atau beberapa kali dalam jangka waktu 24 jam. b. Uji toksisitas jangka pendek (penelitian sub akut atau sub kronik), dilakukan dengan memberikan bahan toksik berulang-ulang biasanya setiap hari ataulima kali seminggu, selama jangka waktu kurang lebih 10 % dari masa hidup hewan. c. Uji toksisitas jangka panjang, dilakukan dengan memberikan zat kimia berulang-ulang selama masa hidup hewan coba atau sekurang-kurangnya sebagian dari masa hidupnya. METODE PENELITIAN

Infokes Vol 8 No 1 Maret September 2004

Jenis penelitian ini adalah eksperimen semu (Quasi Experiment) dengan rancangan percobaan post test only design. X0 -------------> X1 Bahan yang dipakai adalah limbah cair MSG Palur, dan hewan uji berupa Ikan Nila (Tillapia nilotica). Alat yang digunakan adalah bejana uji dari plastik, gelas ukur 1000 cc / 500 cc, jerigen, pH meter / kertas lakmus, termometer, jam / stop watch, jaring / saringan ikan, aerator dan percabangannya, batu aerasi, dan rol pengatur udara untuk aerasi. Jalan Penelitian Tahapan pertama diawali dengan aklimasi hewan uji dengan cara menyiapkan bak aklimasi kemudian diisi dengan air bersih, sesudah itu dimasukkan hewan uji dan diberikan suplai oksigen dengan aerator selama aklimasi berlangsung.Tahap aklimasi dilakukan selama 2 x 24 jam. Pelaksanaan penelitian yang dilaksanakan di green house dimulai dengan menyiapkan bejana / ember plastik masing-masing berkapasitas 10 liter sebanyak 6 buah, kemudian sterilkan dahulu dengan dijemur di bawah sinar matahari. Setelah itu menyiapkan limbah murni dari pabrik MSG sebanyak 7,5 liter (sebelum dilakukan uji sesungguhnya dilakukan uji pendahuluan terlebih dahulu). Kelima bejana diisi dengan limbah cair dan air dengan perbandingan konsentrasi sebagai berikut : 1). L1 : Air bersih tanpa diberi limbah ( 0 %) 2). L2 : Limbah cair 0,05 bagian dan air 0,95 bagian (5 %) 3). L3 : Limbah cair 0,10 bagian dan air 0,90 bagian ( 10 %) 4). L4 : Limbah cair 0,15 bagian dan air 0,85 bagian ( 15 %) 5). L5 : Limbah cair 0,20 bagian dan air 0,80 bagian ( 20 %) 6). L6 : Limbah cair 0,25 bagian dan air 0,75 bagian ( 25 %) Selanjutnya suplai oksigen diberikan dengan menggunakan aerator agar limbah cair dan air dapat tercampur secara merata, dengan catatan batu aerasi diusahakan sampai ke bagian dasar bejana. Setelah kira-kira 15 menit, dimasukkan hewan uji ke bejana masing-masing sebanyak 10 ekor. Diamati penelitian ini selama 4 hari dan dilakukan pengamatan secara langsung yang meliputi pengamatan parameter fisika dan kimia, perubahan fisiologis dan gejala-gejala mortalitas ikan uji, serta menghitung jumlah mortalitas ikan uji selama penelitian berlangsung. Pengumpulan data dilakukan dengan cara pengamatan dan penghitungan terhadap mortalitas ikan pada masing-masing konsentrasi. Analisis data dilakukan dengan menggunakan uji regresi linier dengan melakukan pengujian hubungan antara dosis limbah MSG dengan tingkat kematian hewan uji, yang ditampilkan dalam bentuk persamaan regresi. Persamaan regresi yang dihasilkan merupakan taksiran (estimasi) dari hasil pengamatan, yang dapat digunakan untuk menghitung harga LC50. HASIL 1. Hasil Pengamatan Parameter Fisika Dan Kimia Tabel 1. Hasil Pengamatan Parameter Fisika Dan Kimia Limbah Cair MSG Palur Surakarta

Infokes Vol 8 No 1 Maret September 2004

No. 1. 2. 3. 4.

Parameter Suhu Bau Warna pH

Limbah cair murni 31o C Agak menyengat Agak kecoklatan 8

2. Hasil Pengamatan jumlah Mortalitas Ikan pada Berbagai Konsentrasi Tabel 2. Jumlah Kematian Ikan Pada Limbah Cair MSG Palur Surakarta Mortalitas Konsentrasi Jumlah 24 48 72 96 0% 5% 1 2 1 4 10% 1 6 7 15% 5 1 1 7 20% 2 1 1 4 8 25% 9 9 3. Hasil Pengamatan Perubahan Fisiologis Dan Gejala-Gejala Mortalitas Tabel 3. Pengamatan Perubahan Fisiologis Dan Gejala Mortalitas Ikan Pada limbah Cair MSG Palur Surakarta

Infokes Vol 8 No 1 Maret September 2004

Konsentrasi 0%

Keadaan & aktivitas ikan uji Mata jernih, gerakan lincah, sisik mengkilap, tubuh tidak kaku, ikan ada yang berada di permukaan, di tengah, dan di dasar. Insang merah pucat, mulut ada yang terbuka dan ada yang tertutup, mata terbuka, mati tenggelam, sayap dada membuka, sisik mudah lepas, warna tubuh putih pucat kehijauan. Mulut ada yang tertutup ada yang terbuka, insang berwarna merah pucat, tubuh ada yang berwarna putih kebiru-biruan, mata terbuka dan melotot ke luar, sirip dada membuka, sisik mudah lepas sebelum mati bergerak tak beraturan. Insang merah pucat, mata melotot, mulut ada yang tertutup dan ada yang terbuka, warna tubuh putih pucat, sebelum mati bergerak tak beraturan, mati tenggelam dan ada yang tenggelam dahulu kemudian mengambang di permukaan. Warna tubuh ada yang putih pucat kehijau-hijauan dan ada yang putih kebiru-biruan, mata terbuka dan melotot, mulut tertutup, insang berwarna merah pucat, sayap dada tegang, membeku dan berdiri, sebelum mati bergerak tak beraturan, mati terapung, sirip dada tertutup. Warna tubuh agak putih, mata seperti akan keluar, mulut terbuka, insang merah pucat, sebelum mati bergerak tak beraturan.

5%

10%

15%

20%

25%

Pengolahan data konsentrasi dan jumlah kematian ikan dengan analisis probit Tabel 4. Pengolahan Data Konsentrasi dan Jumlah Kematian Ikan dengan Analisis Probit Konsentrasi lim- Log konsentrasi Jumlah Persentase * Probit bah cair MSG limbah cair MSG kematian ikan (%) 5 0.70 4 40 4.75 10 15 20
*

4.

1.00 1.18 1.30

7 7 8

70 70 80 90

5.52 5.52 5.84 6.28

25 1.40 9 Persentase jumlah ikan yang mati dari 10 ekor ikan

Infokes Vol 8 No 1 Maret September 2004

probit respon kematian ikan

7 6 5 4 3 2 1 0 0.00

y = 1.9526x + 3.4052 R2 = 0.9267

0.50

1.00

1.50

log konsentrasi limbah cair MSG


Gambar 1. Kurva log konsentrasi limbah cair MSG terhadap probit respon kematian ikan PEMBAHASAN Uji toksisitas ini dilakukan dua tahap, yang pertama uji pendahuluan yang bertujuan untuk menjajagi dan memperkirakan besarnya konsentrasi bahan uji yang akan digunakan. Setelah itu baru dilaksanakan uji sesungguhnya dengan menggunakan konsentrasi 0%, 5%, 10%, 15%, 20%, dan 25%. Ada beberapa variabel kendali yang perlu diperhatikan dalam penelitian ini, diantaranya kondisi awal hewan uji dalam hal ini berat ikan, besar ikan, panjang ikan, umur ikan, pemberian makan, asal ikan, juga pengendalian suhu, kelembaban, serta cahaya di ruangan penelitian. Pada penelitian ini ikan yang digunakan adalah ikan Nila (Tillapia nilatica), yang mempunyai daya tahan rendah. Apabila menginginkan hewan uji untuk uji toksisitas yang mempunyai struktur lemah tapi daya tahan kuat (lebih sesuai persyaratan) biasanya digunakan jenis ikan Combro (Cyprinus corpio). Ikan-ikan yang digunakan dalam uji biologi harus dipelihara di dalam laboratorium atau tempat uji sebelum digunakan untuk bioassay atau bioevaluasi, untuk penyesuaian dengan lingkungan. Pada penelitian ini dilakukan aklimasi (penyesuaian beberapa hari biasanya untuk uji toksisitas akut), bukan aklimatisasi (penyesuaian dalam waktu lama, waktu yang diperlukan untuk satu generasi atau siklus kehidupan suatu organisme) (Tandjung, 1995). Untuk pengamatan parameter fisika limbah cair MSG, didapatkan hasil pengukuran suhu 31 0C. Suhu dalam air limbah ternyata lebih tinggi dibandingkan dengan suhu udara di lingkungan sekitar (suhu kamar sekitar 270C). Hal ini diakibatkan karena hasil proses di dalam produksi dan juga kandungan zat-zat yang terdapat di dalam air limbah tersebut. Bau air limbah yang menyengat dan warna agak kecoklatan disebabkan karena ikatan-ikatan senyawa kimia dalam air limbah tersebut berasal dari senyawa khas pembentuk bau (dalam hal ini dari golongan basa kuat) juga sisa-sisa dari tahapan proses produksi yang menghasilkan warna cenderung gelap. Air limbah mempunyai pH 8, ini berarti air limbah berada dalam rentangan pH untuk larutan basa yang berasal dari sodium sebagai pembawa sifat basa.
Infokes Vol 8 No 1 Maret September 2004

Organisme yang hidup di lingkungan yang tercemar bisa bertahan, tetapi mengalami berbagai tingkat kerusakan alat atau sistem organ. Tingkat kerusakan alat atau sistem organ pada organisme menjadi semakin parah pada konsentrasi pencemar yang semakin tinggi, oleh karena itulah organisme yang dapat memberikan petunjuk keadaan kualitas lingkungan dijadikan bioindikator atau indikator biologi. Tetapi biasanya tidak semua organisme yang berada di lingkungan yang tercemar dapat bertahan hidup atau dengan kata lain ada sebagian yang mati. Dalam penelitian ini ikan Nila sebagai bioindikator, sedangkan uji toksisitas yang dilakukan adalah toksisitas akut karena uji dilakukan dengan lama waktu uji hanya sampai empat hari dihitung dengan jam selama 96 jam (LC50-24, LC50-48, LC50-72, LC50-96), tidak sampai mencapai satu generasi organisme. Untuk mencari LC50 dengan cara yang paling sederhana adalah dengan grafik (yang dibuat dalam kertas grafik logaritma). Tetapi cara yang terbaik ialah dengan analisis probit, yang dilanjutkan dengan uji regresi. Dari persamaan regresi didapatkan LC50 terjadi pada konsentrasi 6,56 %. Hal ini dapat diartikan bahwa kemungkinan terjadinya kematian sebanyak 50% atau separuh dari hewan uji terjadi pada air limbah dengan konsentrasi 6,56 %. Dari hasil ini bisa diketahui bahwa hanya dengan kadar 6,56 % ternyata limbah MSG mampu mematikan separuh hewan uji, berarti air limbah tersebut mempunyai daya racun (toksisitas) dalam golongan tinggi sehingga masyarakat dan pabrik perlu mendapatkan pengetahuan tentang hasil penelitian ini disebabkan limbah tersebut sudah berbahaya jika mencemari lingkungan sekitarnya. Monosodium glutamat sendiri sebenarnya merupakan bahan yang secara normal terdapat di dalam makanan yakni berupa asam amino yang ada pada hampir semua buah-buahan, sayuran dan daging. Bubuk MSG yang dibuat dalam bentuk kristal dan lebih dikenal dengan nama umum vetsin atau moto dengan merk dagang yang bermacam-macam ini biasanya ditambahkan ke dalam makanan sebagai penambah cita rasa. MSG sendiri diproduksi melalui proses fermentasi melalui tahap-tahap sebagai berikut: a. Pada tahap I, dilakukan penyegaran terhadap pertumbuhan bakteri dalam medium padat yang mengandung unsur-unsur nutrisi diantaranya adalah 0,5 persen bactosoytone. b. Pada tahap II, dilakukan pertumbuhan bakteri secara vegetatif secara bertingkat pada medium cair yang mengandung sumber karbon, nitrogen dan mineral serta growth factor seperti biotin. Bakteri yang ditumbuhkan tahap II berasal dari koloni terbaik yang ditumbuhkan pada media padat (slant) pada tahap I. c. Pada tahap III proses produksi L-asam glutamat, dilakukan pasa skala 100.000 s/d 200.000 liter fermentor menggunakan bibit bakteri yang ditumbuhkan pada tahap II dengan bahan baku molases dan garam amonium atau amonia selama 3 hari. d. L-asam glutamat yang diproduksi kemudian dipisahkan berdasarkan iso electric point/penurunan pH, kemudian dilanjutkan dengan penambahan sodium karbonat, monosodium glutamat yang diperoleh kemudian dikristalkan menjadi produk final. (Wahono, 2001). Hasil dari berbagai penelitian, ternyata MSG merupakan racun saraf yang kuat dan dapat menghambat pertumbuhan pada individu-individu muda. Penelitian mengenai MSG mulai diperhatikan para ahli sejak gejala timbulnya sindroma rumah makan Cina, yang ditandai dengan pusing-pusing, mual, debar jantung lebih kencang, dan rasa tegang di tengkuk yang diderita oleh orang-orang yang keluar dari rumah makan Cina. Dalam suhu tinggi MSG dapat berubah menjadi senyawa-senyawa yang berbahaya, yaitu amino-metil-dipiridoimidozol dan amino-dipiridoimidozol yang bersifat mutagen atau menyebabkan kelainan genetik dan karsinogen atau menyebabkan kanker. Atas dasar preventif terhadap kemungkinan bahaya MSG pada manusia, WHO menetapkan ADI (Acceptable Daily Intake) untuk MSG sebesar 120 mg/kg. Tetapi disarankan sebaiknya
Infokes Vol 8 No 1 Maret September 2004

masyarakat tidak lagi menggunakan MSG sama sekali untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan (Tandjung, 1989). Penelitian-penelitian tentang pengaruh MSG terhadap burung dan mamalia diantaranya adalah : Hasil penelitian Garattini (dalam Tandjung dan Rahman, 1988) yang mencampur makanan dengan MSG kemudian diberikan kepada mencit, tikus, kelinci, marmut, anjing, dan kera dengan konsentrasi 500 4000 ppm, berakibat keracunan syaraf pada keenam macam hewan uji. Hasil eksperimen oleh SNAPIR (dalam Tandjung dan Rahman, 1988) terhadap anak ayam umur 5 hari yang disuntik dengan MSG sebesar 4 mg/g berat badan dan dibunuh 4-6 jam kemudian, menunjukkan bahwa 18 % dari jumlah anak ayam uji mati serta terjadi penurunan jumlah neuron sebesar 24% di dalam hipotalamus. Budiarso (dalam Tandjung dan Rahman, 1988) menyatakan bahwa pemberian MSG pada anakanak ayam dapat menyebabkan terjadinya pendarahan otak dan hati. Selanjutnya Budiarso dan Suratman (dalam Tandjung dan Rahman, 1988) membuktikan pula adanya efek teratogen MSG pada ayam, yaitu dengan menunjukkan tidak sempurnanya perkembangan tungkai dan mata embrio ayam setelah perlakuan dengan MSG. Menurut Robinzon et.al. (dalam Tandjung dan Rahman, 1988) suntikan secara subkutan sebesar 4 mg/g berat badan pada anak ayam berumur 10 hari, menimbulkan gangguan perkembangan otak, obesitas dan kerusakan sel-sel saraf retina mata. Penelitian Nagasawa (dalam Tandjung dan Rahman, 1988) yang menyuntikan MSG secara subkutan sebesar 2,2 4,2 mg/g berat badan pada tikus-tikus neonatal, memperlihatkan adanya kerusakan struktur mikroanatomi kelenjar-kelenjar endokrinal hewan uji tersebut, sementara itu Nikoletseas (dalam Tandjung dan Rahman, 1988) yang menggunakan MSG dosis tinggi menemukan adanya gangguan pada fungsi sistem endokrinal hewan uji. Redding et.al. (dalam Tandjung dan Rahman, 1988) mengadakan penelitian serupa dengan Nagasawa menemukan bahwa suntikan secara subkutan MSG sebesar 2,5 4 mg/g berat badan pada tikus-tikus neonatal, menyebabkan obesitas dan gangguan pertumbuhan serta perkembangan tubuh. Menurut Burde dan Kayes (dalam Tandjung dan Rahman, 1988) pemberian MSG sebesar 1 mg/g berat badan pada anak tikus mengakibatkan gangguan perkembangan hipotalamus dan menimbulkan necrosis pada sel-sel saraf otak, kerusakan retina mata dan obesitas, sedang pada mencit dewasa menurut Frank dan Laurence (dalam Tandjung dan Rahman, 1988) menimbulkan gangguan pada tulang, sterilitas dan berbagai gangguan endokrinal. Meurut Albert dan Blaha (dalam Tandjung dan Rahman, 1988) embrio tikus yang diberi MSG mengalami gangguan pertumbuhan tulang dan ovarium, meskipun tubuhnya lebih berat daripada embrio tikus kontrol. Sementara itu pada tikus dewasa yang diberi MSG dengan dosis 4-8 mg/kg berat badan mengalami penurunan berat glandula suprarenalis, uterus dan glandula pituitaria. LC50 terjadi pada konsentrasi yang cukup rendah yaitu 6,56 %, berarti bahwa hanya dengan konsentrasi yang rendah ternyata limbah mampu membunuh separuh hewan uji. Mortalitas hewan uji sebelumnya ditandai dengan gejala insang merah pucat, mata seperti akan keluar, warna tubuh putih pucat, sebelum mati bergerak tak beraturan, hal ini dikarenakan setelah kontak dengan limbah, ikan mengalami akumulasi racun dalam tubuh sampai terjadi kematian. Adanya penelitianpenelitian yang sudah dilakukan tentang pengaruh MSG terhadap burung dan mamalia, sisa atau limbahnya ternyata masih mempunyai daya racun yang tinggi, sehingga dapat dimungkinkan bahwa kematian yang terjadi pada ikan-ikan pada uji toksisitas disebabkan pula karena keracunan saraf, perdarahan pada otak dan hati, rusaknya sel-sel organ terutama sel saraf, kerusakan dan gangguan fungsi sistem endokrinal, terjadinya penurunan berat glandula suprarenalis, uterus, dan glandula pituitaria, gangguan pertumbuhan serta perkembangan tubuh. Untuk penentuan konsentrasi atau dosis aman limbah bisa dicari dengan cara menghitung jumlah bahan uji sebanyak 10% dari LC50-48 (kematian separuh hewan uji pada saat uji mencapai waktu 48 jam).
Infokes Vol 8 No 1 Maret September 2004

Dengan melihat hasil bahwa limbah bersifat toksis, maka limbah produksi sebelum dibuang ke lingkungan harus diolah dengan sistem pengolahan lengkap (meliputi pengolahan secara fisika dan kimia) sehingga parameter yang terukur tidak melebihi ambang batas yang sudah ditentukan dan nanti setelah dibuang tidak mencemari badan air penerima limbah. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan 1. Dengan menggunakan persamaan regresi diperoleh Lethal Concentration 50 (LC 50 ) limbah cair MSG adalah pada konsentrasi 6,56 %. 2. Setelah kontak dengan limbah, ikan mengalami akumulasi racun dalam tubuh sehingga mengalami kematian, yang sebelumnya ditandai dengan gejala insang merah pucat, mata seperti akan keluar, warna tubuh putih pucat, sebelum mati hewan bergerak tak beraturan. Saran 1. Perusahaan mengadakan pengolahan limbah hasil produksi dengan lebih serius sebelum dibuang ke lingkungan. 2. Masyarakat sebaiknya tidak menggunakan badan air yang terkena limbah produksi secara langsung untuk keperluan sehari-hari. 3. Bagi peneliti selanjutnya sebaiknya menggunakan bahan (hewan uji) yang berstruktur lemah tapi daya tahan kuat yang sebelumnya diaklimasi, dan melakukan pre-treatment agar didapatkan dosis yang tepat dan hasil penelitian yang valid. 4. Bagi peneliti selanjutnya perlu diperhatikan variabel kendali, seperti kondisi awal hewan uji dalam hal ini berat, besar, panjang, umur, pemberian makan, dan asal ikan, juga pengendalian suhu, kelembaban, serta cahaya di ruangan penelitian. DAFTAR PUSTAKA Anwar, A.1996. Jakarta Ariens, et.al.1994. Yogyakarta. Pengantar Ilmu Kesehatan Lingkungan. Gajah Mutiara Mada Sumber Widya: Press :

Toksikologi

Umum,

Pengantar.

University

Chada, P.V. 1995. Ilmu Forensik dan Toksikologi. Widya Medika : Jakarta Djabu, U.et.al.1991. Pedoman Bidang Studi Pembuangan Tinja dan Air Limbah Pada Institusi Pendidikan Sanitasi/Kesehatan Lingkungan. Depkes RI: Jakarta Lu, F.C.1995.Toksikologi Dasar, Asas, Universitas Indonesia Press : Jakarta. Organ, Sasaran, dan Penilaian Resiko.

Tandjung, HSD dan A. Rahman.1988.Pengaruh Pemberian Secara Oral beberapa Jenis Kemasan Monosodium Glutamat di Pasaran terhadap Struktur Organ-organ Endoktrinal kelinci. Proyek Pengembangan Perguruan Tinggi Universitas Gadjah Mada : Yogyakarta. Tandjung, HSD.1989. Masalah-masalah Lingkungan dan Pangan. Pidato Dies Natalis ke-16 AKK : Yogyakarta. Kaitannya dengan Masalah

Infokes Vol 8 No 1 Maret September 2004

10

Tandjung, HSD.1995.Toksikologi Mada : Yogyakarta.

Lingkungan.

Fakultas

Biologi

Universitas

Gadjah

Wahono, 2001. Konferensi Pers Ajinomoto di BPPT, Kamis 11 Januari 12:15:05 WIB, http://www.beritaiptek.com/meesages/aktualnews/1421112001mye.shtml Alamat korespondensi: Dwi Astuti Progdi D3 Kesling FIK UMS

Infokes Vol 8 No 1 Maret September 2004

You might also like