You are on page 1of 11

A.

PENDAHULUAN

Dalam kehidupan modern sukar untuk memperoleh dan mempertahankan identitas diri yang stabil ditengah perubahan-perubahan yang kompleks dan cepat. Hal ini dikarenakan manusia hidup di ruang lingkup social yang banyak berinteraksi dengan lingkungan maupun dengan manusia lainnya yang memiliki karakter dan pola piker yang berbeda. Secara Holistik manusia adalah makhluk biopsiko sosio spiritual yang unik dan menerapkan system terbuka dan saling berinteraksi.(1) Manusia selalu berusaha mempertahankan keseimbangan hidupnya. Keseimbangan yang dipertahankan oleh setiap individu untuk menyesuaikan diri dengan linkungannya. Keadaan individu yang mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan disebut sehat, sebaliknya dikatakan sakit apabila gagal dalam menyesuikan diri dengan lingkungannya. Penyesuaian diri tersebut tentunya tidak mudah untuk ditempuh, sering ada penghalang, ada kesukaran, ada aral melintang, yang merupakan stressor bagi kita. Keseimbangan badan dan/atau jiwa kita terganggu, kita berusaha mengembalikannya. Usaha ini dinamakan stress. Jadi stress adalah usaha penyesuaian diri. Bila kita tidak dapat mengatasinya dengan baik, maka akan muncul gangguan badani, perilaku tidak sehat atau pun gangguan jiwa.(1) Manusia memiliki tahap perkembangan psikososial sepanjang kehidupannya yang meliputi kognitif, emosi dan sosial. Oleh sebab itu dibutuhkan suatu ilmu pengetahuan perilaku yang mempermasalahkan determinan social dan cultural pada perilaku, baik normal dan abnormal. Ilmu yang mempelajari tentang perilaku tersebut dikenal sebagai psikiatri social. Psikiatri social juga menjawab respon social dan cultural terhadap kesehatan dan penyakit dan sampai tingkat tertentu berhubungan dengan psikiatri lintas-kultural (crosscultural). Di samping itu, bidang ini mempermasalahkan pencegahan dan pemeliharaan kesehatan mental dan fisik dan dengan peranan factor lingkungan dan gaya hidup sebagai determinan penyumbang penyakit.(2) Determinan penyumbang penyakit tersebut lah bisa dikatakan sebagai stressor, dimana stressor tersebut timbul dari berbagai aspek social yang mencakup keluarga, lingkungan, pekerjaan dan lain-lain yang jika manusia tidak mampu untuk mengatasinya makan akan berdampak buruk pada jiwa yang berakhir dengan gangguan jiwa psikotik.

B. DEFINISI a) Stress

Stres dapat didefinisikan sebagai semua jenis perubahan yang menyebabkan fisik, emosi, atau tekanan psikologis. Stress adalah respon mental seseorang dalam menghadapi berbagai persoalan kehidupan(1). Stress merupakan reaksi yang tidak diharapkan yang muncul karena tingginya tuntutan lingkungan pada seseorang. Keseimbangan antara kekuatan dan kemampuan terganggu. b) Stresor Adalah setiap keadaan atau peristiwa yg menyebabkan perubahan pada setiap kehidupan seseorang sehingga orang itu terpaksa melakukan adaptasi atau penyesuaian diri untuk menanggulanginya. Stres dapat bersumber dari berbagai hal,
seringkali disebut stressors. Stresor dapat menimbulkan beberapa keadaan yang menjadi sumber stress, yaitu frustasi, konflik atau krisis.(1)

a. Frustasi timbul bila ada aral melintang (stressor antara kita dan tujuan kita, misalnya bila kita mau berpiknik lantas mendadak hujan keras atau mobil mogok atau mangga di pohon kelihatan enak sekali bagi si anak, tetapi tiba-tiba keluar anjing yang galak..

b.

Konflik terjadi bila kita tidak dapat memilih antara dua atau lebih macam kebutuhan atau tujuan.

c. Tekanan juga dapat menimbulkan masalah penyesuaian. Tekanan sehari-hari biarpun kecil, tetapi bila bertumpuk-tumpuk dan berlangsung lama (stressor jangka panjang), dapat menimbulkan stress yang hebat. Tekanan, seperti juga frustasi dapat berasal dari dalam ataupun dari luar individu.

Seorang Ilmuan bernama Girdano (2005) membagi stressors manusia ke dalam beberapa bagian: 1.Bioecological Stress (sumber stres bioekologikal) 2. Psychosocial Stress (sumber stres psikososial) 3. Job Stress (sumber stres pekerjaan) 4. Tipe kepribadian dan cara berpikir c) Sosial Sosial dapat berarti kemasyarakatan. Sosial adalah keadaan dimana terdapat kehadiran orang lain. Kehadiran itu bisa nyata anda lihat dan anda rasakan, namun juga bias anya dalam bentuk imajinasi.

d) Psikososial Merupakan segala bentuk perilaku normal individu yang ditandai dengan adanya interaksi terhadap lingkungannya. Dimana manusia sebagai makhluk social yang dituntut untuk peduli dan menciptakan interaksi atau hubungan dengan

lingkungannya, agar terpenuhinya kebutuhan hidup. ilmu pengetahuan perilaku yang mempermasalahkan determinan social dan cultural pada perilaku, baik normal dan abnormal. Ilmu yang mempelajari tentang perilaku tersebut dikenal sebagai psikiatri social.

C. STRESSOR PSIKOSOSIAL

Stress Psikososial adalah setiap keadaan atau peristiwa yang menyebabkan perubahan dalam kehidupan seseorang; sehingga orang itu terpaksa mengadakan adaptasi atau penyesuaian diri untuk menanggulanginya. Namaun, tidak semua orang mampu melakukan adaptasi dan mengatasi stressor tersebut sehingga timbullah keluhan-keluhan antara lain berupa stress,cemas dan depresi. Contoh stres psikososial mencakup hal-hal seperti ancaman bagi status sosial kita, penghargaan sosial, rasa hormat, dan / atau penerimaan dalam kelompok; ancaman bagi diri kita, atau ancaman yang kita merasa kita tidak memiliki kontrol atas Semua ancaman ini dapat menyebabkan respon stres dalam tubuh.(3)

Ketika stres psikososial memicu respon stres, tubuh melepaskan hormon stres kelompok termasuk kortisol, epinefrin (adrenalin atau) dan dopamin, yang menyebabkan ledakan energi serta perubahan lain dalam tubuh perubahan yang dibawa oleh hormon stres dapat membantu dalam jangka pendek, tetapi dapat merusak dalam jangka panjang. Misalnya, kortisol dapat meningkatkan fungsi tubuh dengan meningkatkan energi yang tersedia (sehingga melawan atau melarikan diri lebih mungkin), tetapi dapat menyebabkan penekanan pada sistem kekebalan tubuh serta sejumlah efek lainnya. Epinefrin juga dapat memobilisasi energi, tetapi menciptakan hasil psikologis dan fisik negatif dengan kontak yang terlalu lama. Itulah mengapa penting untuk mengelola stres psikososial dalam kehidupan kita sehingga respon stres hanya dipicu bila diperlukan. Ini juga penting untuk belajar teknik-teknik untuk secara efektif menghilangkan stress membalikkan respon stres sehingga kita tidak mengalami stres berkepanjangan negara, atau stres kronis.

Untuk konsep yang akan psikososial berarti berkaitan dengan perkembangan psikologis seseorang, dan interaksi dengan, lingkungan sosial. Individu kebutuhan tidak sepenuhnya menyadari hal ini hubungan dengan nya atau lingkungannya. Ini pertama kali sering digunakan oleh psikolog Erik Erikson dalam tahap tentang pembangunan sosial. Kontras dengan psikologi sosial, yang mencoba untuk menjelaskan pola-pola sosial dalam individu. Hal ini biasanya digunakan dalam konteks "intervensi psikososial," yang umum digunakan bersama intervensi psiko-pendidikan atau psiko-farmakologi dan

mengarah ke solusi untuk tantangan individu dalam berinteraksi dengan unsur lingkungan sosial.

Banyak faktor yang dapat menimbulkan stres, faktor-faktor yang dapat menimbulkan stresini disebut stressor. Faktor-faktor psikososial cukup mempunyai arti bagi terjadinya stress pada diri seseorang. Manakala tuntutan pada diri seseorang itu melampauinya, maka keadaan demikian disebut distress. Stress dalm kehidupan adalah suatu hal yang tidak dapat dihindari. Masalahnya adalah bagaimana manusia hidup dengan stress tanpa harus mengalami distress.

Dari sekian banyak Jenis Stressor psikososial yang terjadi dalam kehidupan seharihari para pakar memebrikan beberapa contoh antara lain sebagai berikut(3):

1. Perkawinan Berbagai permasalahan perkawinan merupakan sumber stress yang dialami seseorang;misalnya pertengkaran, perpisahan (separation), perceraian, kematian salah satupasangan, ketidaksetiaan, dan lain sebagainya. Stresor perkawinan ini dapat menyebabkanseseorang jatuh dalam depresi dan kecemasan

2. Problem Orangtua Permasalahan yang dihadapi orangtua, misalnya tidak punya anak, kebanyakan anak,kenakalan anak, anak sakit; hubungan yang tidak baik dengan mertua, ipar, besan dan lain sebagainya. Selain itu orang tua akan mengalami problem manakala anak terlibat kenakalan remaja,pergaulan bebas kehamilan diluar nikah, aborsi atau penyalahgunaan NAZA(Narkotika, Alkohol dan Zat Adiktif). Permasalahan tersebut diatas merupakan

sumber stress yang pada gilirannya seseorang dapat jatuh dalam depresi dan kecemasan.

3. Hubungan Interpersonal (Antar Pribadi)

Gangguan ini dapat berupa hubungan dengan kawan dekat yang mengalami konflik, konflik dengan kekasih, antara atasan dan bawahan, dan lain sebagainya. Konflik hubungan

interpersonal ini dapat merupakan sumber stress bagi seseorang , dan yangbersangkutan dapt mengalami depresi dan kecemasan karenanya.

4. Pekerjaan

Masalah pekerjaan merupakan sumber stress kedua setelah mesalah perkwinan. Banyak orang menderita depresi dan kecemasan karena masalah pekerjaan ini, misalnya pekerjaan terlalu banyak, pekerjaan tidak cocok, mutasi, jabatan, kenaikan pangkat, pension,kehilangan pekerjaan (PHK), dan lain sebagainya. Sebagai Contoh menurut Prof. M. Harvey Brenner (1979) dari Universitas John Hopkins, dalam penelitiannya mengemukakan bahwa untuk setiap 1% kenaikan pengangguran di Amerika Serikat tercatat: a. Kematian akibat penyakit Jantung dan pembuluh darah naik 1,9% b. Kematian akibat bunuh diri naik 4,15% c. Jumlah pasien baru laki-laki yang dirawat dirumah sakit Jiwa naik 4,3% d. Jumlah pasien baru perempuan yang dirawat di rumah sakit Jiwa naik 2,3%

Sebaliknya dengan pengangguran, maka terlalu banyak beban pekerjaan sementara waktu yang tersedia sangat sempit dapat menyebabkan stress pula.

5. Lingkungan Hidup

Kondisi lingkungan yang buruk besar pengaruhnya bagi kesehatan seseorang, misalnyasoal perumahan, pindah tempat tinggal, penggusuran, hidup dalam lingkungan yangrawan (Kriminalitas) dan lain sebagainya. Rasa tercekam dan tidak merasa aman ini amatmengganggu ketenangan dan ketentraman hidup, sehingga tidak jarang orang jatuh kedalam depresi dan kecemasan.

6. Keuangan Masalah keuangan (kondisi social-ekonomi) yang tidak sehat, misalnya pendapatan jauh lebih rendah dari pengeluaran, terlibat hutang, kebangkrutan usaha, soal warisan, dan lainsebagainya. Problem keuangan amat berpengaruh pada kesehatan jiwa seseorang

danseringkali masalah keuangan ini merupakan faktor yang membuat seseorang jatuh dalam depresi dan kecemasan.

7. Hukum Keterlibatan seseorang dalam masalah hukum dapat merupakan sumber stress pula,misalnya tuntutan hukum, pengadilan, penjara, dan lain sebagainya. Stress di bidang hukum ini dapat menyebabkan seseorang jatuh dalam depresi dan kecemasan.

8. Perkembangan Yang dimaksud disini adalah masalah tahap perkembangan baik fisik maupun mental seseorang(siklus kehidupan), misalnya masa remaja, masa dewasa, menopause, usia lamjut, dan lainsebagainya. Kondisi setiap perubahan fase-fase tersebut diatas, untuk sementara individudapat menyebabkan depresi dan kecemasan; terutama pada mereka yang mengalami menopause atau usia lanjut.

9. Penyakit Fisik atau Cidera Sumber stress yang dapat menimbulkan depresi dan kecemasan di sini adalah antara lain :penyakit jantung, HIV/AIDS, kecelakaan, operasi/pembedahan, aborsi, dan lain sebagainya. Dalam hal penyakit yang banyak menimbulkan depresi dan kecemasan adalah penyakit kronis, jantung, kanker dan sebangsanya.

10. Keluarga

Faktor KeluargaYang dimaksud di sini adalah faktor stress yang dialami oleh anak dan remaja yang disebabkan karena kondisi keluarga yang tidak baik (yaitu sikap orangtua), misalnya : a. Hubungan kedua orang tua yang dingin, atau penuh ketegangan, atau acuh tak acuh.

b. Kedua orangtua jarang di rumah dan tidak ada waktu untuk bersama dengan anak-anak.

c. Komunikasi antara orang tua dan anak yang tidak baik (communication gap)

d. Kedua orang tua berpisah (separate) atau bercerai (divorce)

e. Salah satu orang tua menderita gangguan jiwa/kepribadian

f. Orang tua dalam pendidikan anak kurang sabar, pemarah, keras dan otoriter, danlain sebagainya.

11. Trauma

Seorang mengalami bencana alam, kecelakaan transportasi (darat laut dan udara), kebakaran,kerusuhan,peperangan, kekerasan, penculikan, perampokan, perkosaan, kehamilan diluar nikah dan perkosaan, kehamilan di luar nikah dan lain sebagainya, merupakan pengalaman yang traumatis yang pada gilirannya yang bersangkutan dapat mengalami stress(stress pasca trauma)

D. HUBUNGAN ANTARA STRESSOR PSIKOSOSIAL DENGAN GANGGUAN PSIKOTIK

Salah satu factor yang dianggap sebagai penyebab atau pencetus gangguan jiwa yaitu stressor psikososial. Seperti yang telah kita ketahui stressor psikososial adalah setiap keadaan atau peristiwa yang menyebabkan perubahan dalam kehidupan seseorang. Sehingga orang itu terpaksa mengadakan adaptasi atau menanggulangi stressor yang timbul. Taraf besarnya stressor psikososial ditulis pada akasis IV pada system diagnostic multiaksial PPDGJ III. Aksis ini dipakai untuk pemberian kode dari berat ringannya stressor psikososial yang dinilai bermakna sebagai factor penting perkembangan atau kambuhnya gangguan jiwa saat ini..

Sejumlah Penelitian peristiwa kehidupan dan krisis kehidupan menyatakan suatu hubungan antara penyakit fisik dan penyakit mental. Sebagai contohnya penilitian terhada pasien skizofrenik, menyatakan bahwa perubahan hidup spesifik dalam mingguminggu segera sebelum kehancuran seringkali berperan sebagai pencetus onset skizofrenia. Satu penelitian menemukan bahwa dalam tiga minggu sebelum onset episode skizofrenia, 60 persen pasien skizofrenia mengalami peristiwa yang dapat diperkuat secara objektif yang secara langsung menimpa diri pasien atau sanak saudara dekatnya. Angka perbandingan untuk kelompok kontrol 19 persen. Peniliti lain telah menunjukan bahwa perubahan hidup hubungan dengan gejala psikiatri dan dengan jumlah penyakit fisik. Didalam penelitian Midtown Manhattan yang disebutkan diatas, stress kehidupan yang dimasukkan dalam kategori berikut ini: kesulitan ekonomi, rumah dengan orang tua tunggal, penyakit medis, isolasi sosial dan permasalahan kerja. Suatu hubungan antara psikiatrik dan stres kehidupan telah ditemukan. Penelitian terakhir menyatakan bahwa peristiwa eksternal mungkin tidak cukup untuk menyebabkan gangguan mental. Malahan, suatu kombinasi faktor genetik dan pengalaman harus ada untuk terjadinya suatu penyakit. Teori kerentanan tersebut menganggap bahwa terjadinya suatu gangguan mental tergantung pada faktor-faktor tertentu seperti cara mengasuh anak, gangguan fisik, stresor psikologis, genetika dan stresor sosial yang merugikan.

E. KESIMPULAN

Manusia adalah makhluk biopsiko sosio spiritual yang unik dan menerapkan system terbuka dan saling berinteraksi. Manusia selalu berusaha mempertahankan keseimbangan hidupnya. Keseimbangan yang dipertahankan oleh setiap individu untuk menyesuaikan diri dengan linkungannya Sedangkan Stres merupakan suatu respon adaptif individu terhadap situasi yang diterima seseorang sebagai suatu tantangan atau ancaman keberadaannya. Dimana setiap keadaan atau peristiwa yg menyebabkan perubahan pada setiap kehidupan seseorang sehingga orang itu terpaksa melakukan

adaptasi atau penyesuaian diri untuk menanggulangi stress tersebut disebut sebagai stressor. Salah satu stressor yang dapat menimbulkan stress atau gangguan jiwa adalah stressor psikososial. Bila mendapatkan stressor, tubuh manusia akan berusaha mengadakan perlawanan dengan mencari keseimbangan. Tubuh manusia merespon

stressor dengan mengaktifkan system saraf dan hormone tertentu Akibatnya secara klinik akan bermanifestasi sebagai gejala-gejala stress, yang terdiri dari gejala psikologis, fisiologis dan perilaku. Perubahan psikososial dapat merupakan tekanan mental (stressor psikososial) sehingga bagi sebagian individu dapat menimbulkan perubahan dalam kehidupan dan berusaha beradaptasinuntuk menanggulanginya. Stressor psikososial, seperti percereian dalam rumah tangga, masalah orang tua dengan banyaknya kenakalan remaja, hubungan interpersonal yang tidak baik dan sebagainya. Namun tidak semua orang mampu beradaptasi dan mengatasi stressor akibat perubahan tersebut sehingga ada yang mengalami stress dan berakhir pada gangguan psikotik seperti skizofreni. Dari berbagai penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa adanya hubungan antara stressor psikososial terhadapa gangguan psikotik. Namun, berat ringannya stressor tersebut sehingga dapat menimbulkan gangguan psikotik tergantung pada seberapa mampu kita manusia untuk beradaptasi dengan lingkungan atau factor stressor tersebut, bukan dari jenis stressor yang dialami. Dalam stress pada tahap pencegahan dan terapi dari stressor yang dialami memerlukan suatu metode pendekatan yang holistic, yaitu yang mencakup fisik (somatic), psikologik/psikiatrik, psikososial dan religious. Dalam hal ini manusia diharapkan mampu menghadapai stressor yang didapat sehingga tidak meninmbulkan stress dan depresi yang berkepanjangan. Di bidang pencegahan agar seseorang tidak jatuh dalam keadaan stress, maka sebaiknya ketahanan yang bersangkutan perlu ditingkatkan agar mampu menanggulangi stressor (penyebab) psikososial yang muncul dan sebagainya.

REFERENSI 1. Marimis,W.F, Ilmu Kedokteran Jiwa, Airlangga University Press, Surabaya, 2009. 2. Kaplan.H.I.,Shadock. B.J. Sinopsis Psikiatri Ilmu Pengetahuan Perilaku Psikiatri Klinis Jilid Dua. Tangerang: Binaputra Aksara Publisher.1997 3. Hawari.Dadang, Manajemen Stres Cemas dan Depresi, Fakulsa Kedokteran Universitas Indonesia.Jakarta:Gaya Baru.2006

You might also like